Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn “E” DENGAN MASALAH

KEPERAWATAN UTAMA PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI


: HALUSINASI PENDENGARAN DI RSJ Dr. RADJIMAN
WEDIODININGRAT LAWANG

Disusun Oleh

ARISMAN EKO POETRA


07.01.0559

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERSVIII B


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) MATARAM
LAWANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN

1
A. Latar Belakang
Sehat adalah keadaan yang sempurna, baik fisik maupun mental dan
sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Terwujudnya keadaan
sehat adalah kehendak dan harapan setiap manusia. Oleh karena itu, manusia
dengan kepintarannya, berbagai aktivitas dan program dilakukan agar
mendapat hidup yang sehat, namun semua itu tidak pernah berjalan dengan
mulus. Menurut Bloom (1797) status kesehatan itu dipengaruhi banyak faktor,
salah satunya adalah faktor lingkungan. Lingkungan yang tidak sesuai dengan
keinginan akan menjadi beban dan apabila tubuh tidak mampu memberikan
koping yang adekuat maka akan menimbulkan stres yang akan mengarah pada
perubahan perilaku baik bersifat adaftif maupun yang bersifat maladaptif.
Perilaku maladaptif dimanifestasikan dengan banyak hal. Salah satunya adalah
menarik diri. Tidak mau bergaul dengan orang lebih senang berhayal yang
dampak lanjutnya adalah akan mengarah kegangguan jiwa berupa halusinasi.
Halusinasi pada tahap lanjut sangat membahayakan, klien dan diancam dan
disuruh untuk melakukan sesuatu yang tidak wajar, mengamuk, merusak dan
bahkan membunuh sehingga beresiko bagi dia, orang lain dan sekitarnya.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran umum tentang asuhan keperawatan
klien dengan perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.

2. Tujuan Khusus
a. Pengkajian keperawatan pada klien dengan perubahan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran.
b. Perencanaan keperawatan pada klien dengan perubahan persepsi
sensori halusinasi dengar.
c. Tindakan keperawatan pada klien dengan perubahan persepsi sensori
halusinasi dengar.

2
d. Evaluasi keberhasilan yang dicapai dalam melaksanakan asuhan
keperawatan terhadap klien dengan perubahan sensori persepsi :
halusinasi dengar.

C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun laporan ini adalah
metode deskriptif. Laporan kasus yaitu metode yang menggambarkan atau
melukiskan sesuatu dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus. Adapun
teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi.

D. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan kasus ini penulis membagi secara garis besar menjadi
5 Bab. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :
1. Bab I Pendahuluan; yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan.
2. Bab II Tinjauan Teori; yang meliputi konsep dasar kasus (masalah utama)
dan konsep dasar askep, konsep kasus menguraikan pengertian,
pengertian, psikopatologi dan penatalaksanaan medis, konsep dasar asuhan
keperawatan kasus meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaaan, dan evaluasi.
3. Bab III Tinjauan Kasus; menguraikan pelaksanaan asuhan keperawatan
dari pengkajian sampai evaluasi.
4. Bab IV Pembahasan yang membahas mengenai kesenjangan asuhan
keperawatan yang diberikan dilapangan dengan teori yang seharusnya
dilakukan.
5. Bab V Kesimpulan dan Saran.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar (Masalah Utama)

3
1. Pengertian Halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada
klien dengan gangguan jiwa. Halusinasi yang diidentifikasikan dengan
skizofrenia. Dari seluruh klien yang skizofrenia, 70% diantarnaya mengalami
halusinasi. Gangguan jiwa lain yang sering juga disertai dengan gejala
halusinasi adalah gangguan manik defresif dan delirium.
Halusinasi merupakan gangguan dimana klien mengekspresikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, suatu penerapan panca indera tanpa ada
rangsangan dari luar (Maramis, 1998). Suatu penghayatan yang dialami
seperti suatu persepsi melalui panca indera tanpa stimulus eksternal/persepsi
palsu (Lutis, 1993).
Berbeda dengan ilusi, dimana klien mengalami persepsi yang salah
terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus
eksternal yang terjadi. Stimulus internal dieprsepsikan sebagai suatu yang
nyata oleh klien.

2. Psikopatologi Halusinasi
Halusinasi yang dialami oleh klien bisa berbeda intensitas dan
kaparahannya, Stuart dan Laraia (2001) membagi fase halusinasi dalam 4
(empat) fase berdasarkan tingkat anasietas yang dialami dan kemampuan klien
mengendalikan dirinya, semakin berat mengalami ansietas dan makin
dikendalikan oleh halusinasinya. Adapun fase-fase halusinasi diantaranya :
a. Fase I comporting : auxietas sedang, halusinasi
menyenangkan.
b. Fase II condenning : auxietas berat, halusinasi menjadi
menjijikkan.
c. Fase III controling: auxietas berat, pengalaman sensori menjadi
berkuasa.
d. Fase IV conguering : panik, umumnya menjadi melebur
dalam halusinasinya.
Berikut klasifikasi/macam-macam halusinasi :
a. Halusinasi penglihatan : melihat pemandangan, orang,
binatang, atau sesuatu yang tidak ada tetapi klien yakin itu ada.

4
b. Halusinasi pendengaran : mendengar sesuatu,
pembicaraan, ejeka, mendengar orang tertawa, tetapi tidak ada sumber
disekitarnya.
c. Halusinasi penghirupan : mengatakan mencium sesuatu
bau seperti bau bunga, atau kuburan, bau busuk yang tidak dicium oleh
orang lain.
d. Halusinasi pengecapan : mengatakan mengecap
sentuhan rasa di mulut tetapi tidak ada.
e. Halusinasi perabaan : merasa ada sesuatu sentuhan
atau adanya binatang yang merayap pada kulit tetapi tidak ada.
f. Halusinasi hoptik : suatu persepsi dimana seolah-
olah tubuh sendiri bersentuhan atau bersinggahan secara fisik dengan
manusia lain/benda asing.
g. Halusinasi kinestik : klien merasa bahwa anggota
tubuhnya terlepas dari tubuhnya mengalami perubahan bentuk dan
bergerak sendiri.

3. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi somatik
Pengobatan penderita skizoprenia ditujukan pada gejala-gejala
yang menonjol. Apabila gejala menonjol berupa gaduh gelisah, agresif,
delus, halusinasi sulit tidur dapat diberikan anti psikosis dosis efektif
besar, seperti chilopronazin 100 mg dalam bentuk oral/injeksi sesuai
dengan keadaan klien. Dosis diberikan 100-200 mg/hari dan dapat
dinaikkan sesuai kebuthan, sebelumnya pemeriksaan internis/
neurologis hendaknya dalam batas normal. Klien skizoprenia dengan
delusi menonjol, tidak/kurang tidur dapat diberikan Terfluoperasin 5
mg (1-2 x/hr) atau Haloperidol 2 mg x sehari. Klien skiprenia
ketatonik dapat diberikan primozid 4 mg (1N) hari, yang kronsi
diberikan Fluoterasin Decanorit injeksi (modecale) 2 cc/1h 2
minggu/1bln sekali.

b. Terapi kejang listrik

5
Pengobatan untuk menimbulkan kejang grandinal secara
artifisial dengan melewatkan aliran listrik dapat diberikan pada satu
atau 2 taples, tetapi kejang listrik dapat diberikan pada skizoprenia
ketatonik slupor atau skizoprenia yang tidak mempan dengan terapi
neuroteptika oral/injeksi. Dosis terapi kejang listri 4-5 joule/second
diberikan selama 2-3 detik (Maramis, 1998)

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Persepsi dan harapan kliend an keluarga terhadap masalah dan
pemecahannya, klien bisanya tidak menyadari dirinya sakit dan
tidak menyadari adanya masalah
2) Pengkajian psikologis
- Konsepsi diri
- Gaya komunikasi : bicara cepat, sering terjadi penyimpangan
- Pola interaksi : interaksi akan sangat terbatas, hanya terjadi
dengan orang yang dipercaya
- Pola pertahanan yang sering terjadi adalah mengamuk
3) Pengkajian sosial
- Pendidikan dan pekerjaan
- Hubungan sosial : klien sulit untuk melakukan hubungan sosial
- Faktor sosial budaya : budaya tertentu dapat mempengaruhi
terjadinya gangguan jiwa
4) Pengkajian keluarga
Klien biasanya mempunyai keluarga yang pernah mengalami
gangguan jiwa, hubungan dengan keluarga kurang baik.
5) Pengkajian kesehatan fisik
a) Status mental
- Perhatiannya cepat dan berubah, pasien sering melamun
- Klien mengatakan adanya bayangan dan bisikan-bisikan
- Klien biasanya mengalami peningkatan aktivitas
- Sering terjadi penumpukan afek

6
- Sering mengalami disoritentasikan
- Biasanya terjadi wahana terutama wahana curiga
b) Analisa data
- Data subyektif
* Mengatakan mendengar suara dan sesuatu yang tidak
nyata
* Tidak percaya terhadap lingkungan
* Sulit tidur
* Tidak dapat memusatkan perhatian
* Perasaan tidak aman
* Merasa berdosa / menyesal
* Merasa cemas, takut dan kadang-kadang panik
* Perasaan tidak aman
- Data obyektif
* Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak
nyata
* Pembicaraan kacau, sering tidak masuk akal
* Sulit membuat keputusan, menyangkal dirinya sakit
* Tidak perhatian terahdap perawatan dirinya
* Ekspresi wajah gembira, klien tampak gelisah
* Tidak minat untuk makan

2. Diagnosa keperawatan dan prioritas


- Diagnosa keperawatan
1) Resiko tinggi mencidrai diri sendiri, orang lain dan lingkungan b/d
halusinasi dengan/lihat
2) Halusinasi dengar/lihat berhubngan dengan menarik diri
3) Isolasi sosial : menarik diri b/d harga diri rendah
4) Gangguan kosnep diri : harga diri rendah b/d koping individu
inepenti
- Prioritas : resiko tinggi menciderai diri, orang lain dan lingkungan
b/d halusinasi.

7
3. Rencana tindakan keperawatan (Perencanaan)
Priortas diagnosa keperawatan dapat ditentukan berdasarkan urutan
kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow. Adapun prioritas
diagnosa keperawatan adalah:
“Resiko tinggi mencidrai diri, orang lain dan lingkungan b/d
halusinasi pendengaran”.

- TUM : Klien dapat meningkatkan orientasi realita


- TUK I: Klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi :
Bina hubungan saling percaya seperti :
- Salam terapeutik
- Perkenalkan diri dengan sopan
- Tanyakan nama lengkap klien dan nama pangilan yang disukai
klien
- Jelaskan tujuan interaksi
- Ciptakan lingkungan yang tenang
- Buat kontrak yang jelas
- Beri perhatian paa klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
- Tunjukkan sikap emapti dan meenrima klien apa adanya
- Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya

TUK II: Klien dapat mengenal halusinasinya


Intervensi :
- Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
- Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinaisnya : bicara
dan tertawa tanpa stimulus, memandang kekiri, kekakan dan
kedepan seolah ada orang lain
- Gambarkan tingkah laku halusinasi, tetnang ap ayang
didengar/dilihat

8
- Diskusikan dengan klien, situasi yang menimbulkan / tidak
menimbulkan halusinasi
- Jika menemukan klien yang sedang halusinasi tanyakan apakah ada
suara-suara yang didengar, jika klien menajwab ada, lanjutkan apa
yang dikatakan
- Katakan bahwa perawat percaya klien melihat dan mendenar suara
itu namun perawat sendiri tidak mendengarnya (dengan naa
bersahabat tanpa menuduh/menghakimi)
- Katakan bahwa klien lain juga ada seperti klien
- Katakan bahwa perawat akan membantu klien

TUK III : Klien dapat mengontrol halusinasinya


- Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri dan lain-lain)
- Diskusikan manfaat car ayang dilakukan klien. Jika bermianfaat
beri pujian
- Diskusikan cara baru untuk memutuskan/mengontrol halusinasinya
- Katakan “saya tidak mau dengar kamu” (paa aat halusinasi terjadi)
- Menemui orang lain (perawat/teman/anggota kelaurga) untuk
bercakap-cakap atau mengatakan halusinasi yang terdengar
- Membuat jadwal kegaitan sehari-hari agar halusinasi tidak muncul
- Meminta kelaurga/teman/perawt menyapa jika tampak bicara
sendiri
- Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara
bertahap
- Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih. Evaluasi
hasilnya dan beri pujian jika berhasil
- Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas, keklompk, orientasi
realit, stimulus persepsi.

TUK IV: Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol


halusinasinya

9
Intervensi :
- Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami
halusinasi
- Diskusikan dengan keluarga (pada saat berlangsung/pada saat
kunjungan)
* Gejala halusinasi yang dialami klien, cara yang dapat dilakukan
klien dan keluarga untuk memutus halusinasinya, cara merawat
anggota keluarg ayang halusinasinya dirumah beri kegiatan,
jangan biarkan sendiri, makan bersama
- Beri informasi waktu follow up/kapan perlu mendapat bantuan,
halusinasi tak terkontrol, dan resiko mencidrai diri, orang lain dan
lingkungan.

TUK V: Klien memanfaatkan obat dengan baik


Intervensi :
- Diskusikan dengan klien dan kelaurga tentang dosis, frekuensi dan
manfaat obat
- Anjurkan klein minta sendiri obat pada perawat dan merasakan
manfaatnya
- Anjurkan klien bicara dan dokter tentang manfaat dan efek
samping obat yang dirasakan
- Diskusikan akibat berhenti mengkonsumsi obat tanpa halusinasi
- Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip dasar yang aman

4. Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan dan kondisi
klien.

5. Evaluasi
Setelah mengimplementasikan rencana keperawatan, maka dilakukan
evaluasi atas hasil implementasi. Evaluasi dilakukan berdasarkan TUM
dan TUK yang telah disusun pada proses perencanaan.

10
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 24-09-2012
Ruang Rawat : Paviliun Tanggal Dirawat : 14-09-2012

I. Identitas Klien
Inisial : Tn. “E”
Umur : 38 Tahun
Informan : Klien
RM No. : 091082

II. Alasan Masuk


Klien mengatakan bahwa klien dibawa ke RSJ Dr. Radjiman W.
Lawang oleh keluarganya dengan alasan klien sering mengamuk di rumah,

11
bicara kacau, sering bicara sendiri, selalu curiga (merasa dibicarakan
orang lain).
Keluhan saat dikaji : klien mengatakan masih mendengar suara – suara
aneh yang berbisik dan seperti memerintahkannya untuk melawan atau
memukul orang – orang yang ada disekitarnya, dan itu akan muncul
apabila klien melihat ada orang yang tampak berbicara dengan berbisik.
Klien juga mengatakan sering merasa curiga terhadap orang lain.

III.Faktor Predisposisi
Klien mengatakan sebelumnya pernah mengalami gangguan jiwa
dan dirawat di RSJ Dr. Radjiman W. Lawang, tetapi pengobatan
sebelumnya kurang berhasil. Tidak ada riwayat terjadinya aniaya fisik dan
tidak ada anggota keluarga lain yang megalami gangguan jiwa. Klien juga
mengatakan pernah mengalami pengalaman masa lalu yang kurang
menyenangkan yaitu penah mengalami konflik dengan beberapa warga di
sekitar tempat tinggalnya tentang masalah usaha pertaniannya, pernah
dipasung oleh anggota keluarganya karena klien sering mengamuk di
rumah.

IV. Fisik
1. Tanda vital: TD:110/70 mmHg, N:100x/menit, S:36,80C, P:23x/menit
2. Ukur : TB:172 cm, BB: 65 kg
3. Keluhan Fisik : ada (klien mengeluh nyeri pada bagian pergelangan
tangan kiri karena adanya luka).
Masalah keperawatan : gangguan rasa nyaman (nyeri).

V. Psikososial
1. Genogram

12
Keterangan : : Laki – laki sehat
: Perempuan sehat
: Laki – laki penderita
: Perempuan penderita
: Tinggal serumah

2. Konsep diri
a. Citra Tubuh : klien mengatakan bahwa klien menyukai seluruh
anggota tubuhnya dan tidak spesifik pada satu anggota tubuh
Identitas diri : klien mengenal dirinya sebagai laki – laki, dan
seorang suami serta ayah bagi 2 (dua) orang anaknya, klien
mampu menyebutkan identitas dirinya seperti nama, alamat,
agama, dan lain – lain.
b. Peran : klien mengatakan, di rumahnya dirinya berperan sebagai
suami dan bapak bagi anak – anaknya. Klien mengatakan di RSJP
klien berperan sebagai klien.
c. Ideal diri : klien mengatakan ingin segera sembuh dari sakitnya,
dan pulang ke rumahnya agar bisa berkumpul bersama – sama
keluarganya lagi.
d. Harga diri : klien mengatakan bahwa klien merasa malu dan
minder karena klien mengetahui bahwa dirinya mengalami sakit
dan merasa bahwa ia dibawa ke RSJ karena keluarganya takut
akan dirinya yang sakit.
Masalah keperawatan : gangguan konsep diri – harga diri rendah.
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : klien mengatakan bahwa istri dan anak – anak
klien adalah orang yang paling berarti bagi klien.
b. Peran serta dalam kegiatan kleompok masyarakat : klien
mengatakan sebelum masuk RSJ, klien aktif mengikuti kegiatan –
kegiatan masyarakat disekitar rumahnya seperti mengikuti
kegiatan gotong royong kebersihan desa, dll. Sedangkan di RSJ

13
klien hanya berdiam diri di kamar/tempat tidurnya dan lebih suka
tidur.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : klien
mengatakan jarang bergaul dengan orang – orang disekitarnya
karena merasa minder dengan keadaan dirinya, saat di RSJ klien
juga jarang bergaul dengan teman – teman sekamarnya, klien
cenderung pendiam.
Masalah keperawatan : isolasi sosial – menarik diri.
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : klien mengatakan bahwa klien percaya
tentang adanya Tuhan Yang Maha Esa.
b. Kegiatan ibadah : saat di RSJ klien jarang melaksanakan ibadah
shalat.

VI. Status Mental


1. Penampilan
Klien tampak rapi, rambut ikal hitam, dan pendek.
Masalah keperawatan : -
2. Pembicaraan
Saat berkomunikasi klien berbicara dengan perlahan dan terarah, klien
juga mampu menjawab pertanyaan dengan baik, tapi kadang – kadang
terdiam yang sifatnya sementara.
Masalah keperawatan : -
3. Aktivitas motorik
Klien tampak mau beraktivitas jika diarahkan.
Masalah keperawatan : -
4. Alam perasaan
Klien mengatakan sudah merasa cukup tenang karena klien sudah
merasa lebih sehat, tetapi kadang – kadang klien mengatakan merasa
sedih bila mengingat kleuarganya di rumah.
Masalah keperawatan : -
5. Afek

14
Klien tampak mampu mengekspresikan perasaannya sesuai dengan
apa yang diungkapkan/dirasakan.
Masalah keperawatan : -
6. Interaksi selama wawancara
Klien cukup kooperatif dan mampu mempertahankan kontak mata
terhadap perawat selama dilakukan wawancara.
Masalah keperawatan : -
7. Persepsi
Klien mengatakan bahwa klien sering mendengar suara – suara yang
dikenali sebagai suara temannya yang memerintahkannya untuk
melawan dan memukul apa saja yang ada sekitarnya sehingga
menyebabkan ia panik dan mengamuk.
Masalah keperawatan : halusinasi dengar
8. Proses pikir
Klien tampak mampu menanggapi setiap pertanyaan dan saran yang
diajukan perawat secara baik dan terarah.
Masalah keperawatan : -
9. Isi pikir
Klien tidak memiliki keinginan yang berlebihan terhadap dirinya
selain keinginan untuk sembuh dan berkumpul lagi bersama
keluarganya.
10. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien compos mentis, klien masih mengenal tempat,
orang, dan waktu.
Masalah keperawatan : -
11. Memori
Klien mampu mengingat kejadian masa lalunya, kejadian beberapa
jam yang lalu maupun kejadian dalam minggu – minggu terakhir.
Masalah keerawatan : -
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien memiliki konsentrasi yang cukup dan mampu menjawab
perhitungan – perhitungan sederhana yang diberikan.

15
Masalah keperawatan :
13. Kemampuan penilaian
Klien mampu mengambil keputusan sendiri yang sederhana seperti
mau mencuci tangan dulu sebelum makan.
Masalah keperawatan : -
14. Daya tilik diri
Klien menyadari dirinya sedang sakit.
Masalah keperawatan : -

VII. Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Makan dan minum
Klien mampu makan dan minum tanpa bantuan
2. BAB/BAK
Klien mampu BAB/BAK tanpa bantuan.
3. Mandi
Klien mampu mandi tanpa bantuan.
4. Berpakaian/berhias
Klien mampu berpakaian/berhias tanpa bantuan.
5. Istirahat dan tidur
Klien membutuhkan istirahat dan tidur siang selama 1 – 2 jam, dan
malam selama 7 – 8 jam.
6. Penggunaan obat
Klien memerlukan bantuan minimal dalam penggunaan obat.
7. Aktivitas di dalam rumah
Klien mengatakan saat di rumah klien hanya berdiam diri di kamar.
8. Aktivitas di luar rumah
Klien jarang mengikuti kegiatan – kegiatan di luar rumah.

VIII. Mekanisme Koping


Klien mengatakan jika ada masalah, klien tidak mau
menceritakannya kepada orang lain, klien lebih senang memendam
masalahnya sendiri dengan alasan tidak mempercayai orang lain.

16
Masalah keperawatan : koping individu inefektif

IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan


Klien mengatakan masih memiliki seorang ayah dan ibu serta istri
dan dua orang anak, namun selama di RSJ klien mengatakan jarang
dijenguk. Sebelum di bawa ke RSJ, klien mengatakan pernah mempunyai
masalah dalam hal pekerjaan dan perekonomiannya yaitu mengalami
konflik dalam usaha pertaniannya.

X. Kurang Pengetahuan Tentang


Klien mengatakan tahu bahwa dirinya sedang mengalami
gangguan jiwa akibat stres dalam menghadapi beberapa masalah dalam
kehidupannya sehingga memerlukan perawatan dan harus minum obat,
karena menurut klien dengan mengikuti perawatan dan rajin minum obat
maka penyakitnya bisa sembuh.
Masalah keperawatan : -
XI. Aspek Medik
Diagnosa medik : Skizofrenia Paranoid
Teraphi medik : Haloperidol (2x2 mg), Trihexypenidin (2x10 mg),
Atarax (2x0,5 mg).

XII. Pohon Masalah


Resiko mecederai diri, orang lain dan lingkungan

Gangguan persepsi sensori ; halusinasi dengar

Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

17
Koping individu inefektif

XIII. Daftar Masalah Keperawatan


1. Resiko mencederai diri, orang lain, dan lingkungan.
2. Gangguan persepsi sensori : halusinasi dengar.
3. Isolasi sosial ; menarik diri.
4. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah.
5. Koping individu inefektif.

XIV. Analisa data


No. Sympton Problem
1. DS : - Resiko mencedrai diri
DO : sendiri, orang lain dan
- Klien tampak melamun lingkungan
- Klien tampak curiga dengan
kedatangan perawat
- Klien tampak menyendiri
- Klien terkadang marah jika perawat
menyuruh melakukan sesuatu yang
tidak disenanginya.
- Keadaan umum klien lemah
- Klien tampak sedang duduk disisi
tempat tidurnya.
2. DS : - Klien mengatakan sering mendengar Perubahan persepsi
suara-suara aneh yang membisikannya, suara- sensori halusinasi
suara itu muncul jika ia sedang sendiri dan dengar
melamun serta melihat orang lain yang tampak
berbicara sambil berbisik, suara tersebut
membuatnya panik hingga akhirnya klien
mengamuk.
DO : - Saat berbicara dengan perawat, klien

18
tampak tidak sepenuhnya menatap wajah
perawat, klien lebih banyak diam
3. DS : - klien mengatakan bahwa klien jarang Isolasi sosial; menarik
bergaul dengan teman-temannya karena merasa diri
minder dan malu
- klien mengatakan lebih senang sendiri

DO :
- Klien tampak jarang bergaul dengan
teman-teman sekamarnya.
- Klien tampak lebih banyak menyendiri.
DS : - klien mengatakan merasa malu dan
minder dengan keadaaannya yang sekarang.
4. DO : Gangguan konsep
- ekspresi wajah lesu diri; harga diri rendah
- klien lebih banyak menunduk
- kontak mata sesekali saat berbicara
DS : - klien mengatakan jarang mau
menceritakan masalahnya kepada orang lain.
DO : Koping individu
5. - klien tampak pendiam inefektif
- klien tampak lebih banyak menunduk
dan menyendiri di tempat tidurnya.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan yang muncul:
a. Resiko mencedrai diri sendiri, orang lain dan lingkungan b/d halusinasi
dengar.
b. Perubahan persepsi sensori : halusinasi dengan b/d menarik diri.
c. Isolasi sosial : menarik diri b/d harga diri rendah.
d. Gangguan konsep diri : harga diri rendah b/d koping individu in efektif.
Prioritas : ”Resiko mencedrai diri sendiri, orang lain dan lingkungan b/d
halusinasi dengar”.

19
C. PERENCANAAN
Hari/ No.
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
Tanggal DX
TUM:
1 Klien tidak mencidra diri, - Ekspresi wajah ber- - Bina hubungan saling percaya - Hubungan salingan
orang lain dan lingkungan sahabat menunjukkan dengan mengungkapkan prinsip percaya merupakan
rasa senang, ada komunikasi terapeutik dasar, kelancaran hu-
TUK I: kontak mata, mau - Sapa klien dengan ramah baik bungan selanjutnya
24-09-  Klien dapat membina berjabat tangan, mau verbal maupun non verbal
2012 hubungan saling percaya menyebutkan nama, - Perkenalkan diri dengan sopan
mau menjawab salam - Tanyakan nama lengkap dan
- Klien menunduk, mau nama panggilan yang disukai
mengutarakan masalah klien
yang dihadapi - Jelaskan tujuan pertemuan
- Jujur dan menepati janji
- Tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya
- Beri perhatian pada klien dan
perhatian kebutuhan dasar klien
- Adakan kontak sering dan

20
- Klien dapat menye- singkat
 Klien dapat mengenal butkan waktu, isi,
halusinasinya frekeunsi timbulnya
24-09- halusinasi - Kontak sering tapi
2012 - Klien dapat mengung- - Observasi tingkah laku klien singkat selama mem-
kapkan perasaan ter- terkait denan halusinasinya bina hubungan saling
hadap halusinasinya bicara dan tertawa tanpa percaya dapat memutus
stimulus memandang ke kiri/ke halusinasi.
kanan dan kedepan seolah-olah - Mengenal perilaku
ada yang bicara pada saat halusinasi
- Bantu klien mengenali halusi- timbul memudahkan
nasinya perawat dalam mela-
 Jika menemukan klien yang kukan intervensi
sedang halusinasi tanyakan
apakah ada sesuatu yang aneh - Mengenal halusinasi
yang didengarnya memungkinkan klien
 Jika klien mengatakan ada untuk menghindari
kelanjutan, apa yang sedang faktor pencetus tim-
didengarnya? bulnya halusinasi
 Katakan bahwa perawat

21
percaya klien mendengar hal
tersebut, namun perawat
sendiri tidak mendengarnya
(dengan nada bersahabat
tanpa menuduh/ menghakimi)
- Identifikasi bersama klien cara
tindakan yang dilakukan jika
- Klien dapat menye- terjadi halusinasi (tidur, marah,
butkan tindakan yang menyibukkan diri dan lain-lain)
 Klien dapat mengontrol biasanya dilakukan - Diskusikan manfaat cara yang
halusinasinya untuk mengendalikan dilakukan klien jika bermanfaat
24-09- halusinasinya beri pujian - Upayakan untuk me-
2012 - Klien dapat mendisku- - Diskusikan cara baru untuk mutuskan siklus halu-
sikan dan menyebutkan memutus/mengatasi timbulnya sinasinya, dan tidak
cara baru untuk me- halusinasi : berlanjut.
ngendalikan halusi-  Katakan “saya tidak mau
nasinya mendengarmu” (pada saat - Pujian yang positif
- Klien dapat memilih halusinasi terjadi) akan meningkatkan
cara mengatasi halu-  Menemui orang lain (perawat/ harga dirinya
sinasi seperti yang teman/anggota keluarga untuk - Memberikan alternatif

22
telah didiskusikan bercakap-cakap/mengatakan pilihan baru klien untuk
dengan klien halusinasi yang didengar) mengontrol halusi-
 Membuat jadwal kegiatan nasinya
sehari-hari agar halusinasi
tidak dapat muncul
 Meminta keluarga/teman serta
perawat menyapa jika klien
tampak bicara sendiri
- Bantu klien memilih dan melatih
cara memutus halusinasi secara
bertahap

- Motivasi dapat mening-


katkan kegiatan klien
- Beri kesempatan untuk me- untuk mencoba me-
lakukan cara yang telah dilatih, milih salah satu cara,
evaluasi hasilnya dan beri pujian mengendalikan halu-

23
jika berhasil sinasinya dan dapat
- Anjurkan klien mengikuti terapi meningkatkan harga
aktifitas kelompok, orientasi diri klien
realita, stimulus persepsi - Memberi kesempatan
klien untuk mencoba
cara yang sudah dipilih.
- Anjurkan klien untuk memberi- - Stimulus persepsi dapat
tahukan keluarga jika mengalami mengurangi perubahan
halusinasi atau kepada teman interprestasi realitasi
- Klien dapat membina sekamarnya serta perawat. klien akibat halusinasi
hubungan saling per- - Diskusikan dengan keluarga - Untuk mendapatkan
caya dengan perawat (pada saat hingga berkunjung/ bantuan keluarga dalam
 Klien mendapat duku- - Keluarga menyebutkan kunjungan rumah) : mengontrol halusinasi
ngan dari keluarga atau pengertian tanda dan  Gejala halusinasi yang
teman-temannya dalam tindakan untuk mengen- dialami klien - Untuk mengetahui
mengontrol halusi- dalikan halusinasinya  Cara yang dapat dilakukan pengetahuan keluarga
nasinya dan keluarga untuk memutus dan meningkatkan ke-
halusinasi mampuan pengetahuan
 Cara merawat anggota ke- tentang halusinasinya
luarga yang halusinasi di

24
rumah, beri kegiatan, jangan
biarkan sendiri, makan
bersama dan berpergian
bersama
 Beri informasi waktu follow
up/kapan perlu mendapat
bantuan halusinasi tidak
terkontrol dan resiko
mencidrai diri, orang lain, dan
lingkungan
- Diskusikan dengan klien dan
keluarga tentang dosis, frekuensi
- Klien dan keluarga dan manfaat obat
dapat menyebutkan - Dengan menyebutkan
manfaat dosis dan efek dosis, frekuensi &
samping obat manfaat obat,
- Klien dapat mende- - Anjurkan klien meminta sendiri diharapkan klien
monstrasikan peng- obat pada perawat dan melakukan program
 Klien dapat gunaan obat yang merasakan manfaatnya pengobatan
memanfaatkan obat benar - Menilai kemampuan

25
dengan baik - Klien mendapatkan - Anjurkan klien bicara dengan klien dalam pengoba-
25-09- informasi tentang efek dokter tentang manfaat dan efek tannya sendiri
2012 samping obat samping obat yang dirasakan - Klien tahu apa yang
- Klien dapat memahami - Diskusikan akibat berhenti obat harus dilakukan setelah
akibat berhenti obat tanpa konsultasi minum obat
tanpa konsultasi
- Klien dapat menye- - Bantu klien menggunakan obat- - Program pengobatan
butkan prinsip 5 benar obatan dengan prinsip yang berjalan sesuai rencana
penggunaan obat benar - Dengan mengetahui
prinsip penggunaan
obat maka kemandirian
klien untuk pengobatan
dapat ditingkatkan
secara bertahap

26
D. PELAKSANAAN/IMPLEMENTASI
Hari/
DX Tindakan Keperawatan Respon Hasil
Tanggal
24/09/12 1 - Membina hubungan saling
09:10 percaya antara perawat dan klien
 Menyapa klien dengan ramah,
bersahabat baik verbal maupun
non verbal
P : Selamat pagi Pak!
 Memperkenalkan diri dengan K: Selamat pagi!
sopan
P : Perkenalkan, saya Ema
Selvia Arianti, agar lebih K: Membalas uluran tangan P
gampang panggil saja “Ema”, dan menjabat tangan P,
saya mahasiswi dari STIKES memperhatikan P dan
Mataram yang sedang tampak bingung dengan
menjalankan praktik disini kedatangan P
(mengulurkan tangan untuk
berjabat tangan)
 Menanyakan nama lengkap
atau nama panggilan yang
disukai
P : Kalau boleh tahu nama
Bapak siapa? Dan lebih suka K: “A” panggil saja “A”
dipanggil dengan nama apa…?
 Menjelaskan tujuan pertemuan
P : saya berada disini dengan
senang hati untuk men-
dengarkan segala keluhan yang
bapak “A” rasakan selama ini K: Klien tampak mengangguk
 Memberi perhatian dan kemudian menunduk
menunjukkan sikap empati

27
serta menerima klien apa
adanya tampak menerima
K: kedatangan P
- Membantu klien mengenal halu-
sinasinya
 Menanyakan apakah ada
24/09/12 sesuatu yang didengar
10:11 2 P : Apakah pak “A” sering
mendengar sesuatu berupa
suara – suara aneh atau bisikan
– bisikan? Klien menjawab bahwa
K: kadang – kadang ada suara
gaduh dan aneh yang
 Mendiskusikan dengan klien muncul sehingga membuat
tentang : “situasi yang menim- dirinya panik dan
bulkan/tidak menimbulkan mengamuk
halusinasi”
P : Kalau boleh saya tahu
situasi apa yang mengakibatkan
Pak “A” sering mendengar
suara-suara tersebut? Klien mengatakan bahwa
K: klien sering mendengar
suara-suara itu jika ia
sedang sendiri dan
melamun atau jika
 Waktu dan frekuensi terjadinya memperhatikan orang lain
halusinasi yang tampak berbicara
P : Kapan Pak “A” sering dengan berbisik
mendengar suara-suara itu dan
kira - kira berapa kali sehari
pak “A” mendengarnya? Pokoknya kalau saya
sedang sendiri dan

28
K: melamun atau kalau saya
melihat orang yang tampak
 Mendiskusikan dengan klien ngobrol sambil berbisik
apa yang dirasakan klien jika maka saya akan mendengar
halusinasi datang dan beri suara-suara itu lagi.
kesempatan untuk mengung-
kapkan perasaannya
P : Apa yang Pak “A” rasakan
jika mendengar suara-suara itu?
Apakah pak “A” marah, takut
atau sedih?
Saya takut bu!
- Klien dapat mengontrol halu-
sinasinya
 Mengidentifikasi cara yang K:
digunakan oleh klien jika
halusinasinya datang
P : “Apa Pak “A” tidak ada
24/09/12 keinginan untuk melawan/
09.00 menghindari suara-suara itu?”
3 P : “Lalu apa yang sering Pak
“A” lakukan untuk me-
lawannya?” Sering. saya sering
P : “Lalu apa dengan cara itu mencoba untuk
suaranya bisa hilang?” melawannya!
P : “Bagus sekali, Pak “A” K:
sebaiknya Pak “A” jangan Saya menutup telinga
menghiraukan mereka, mereka dengan kuat dan meme-
itu tidak nyata, mereka hanya jamkan mata
akan mengganggu pikiran pak K: (Mengangguk)
“A” saja
 Mendiskusikan cara atau (Mengangguk)

29
manfaat baru untuk memu- K:
tuskan halusinasi
P : Selain memejamkan mata K:
Pak “A” juga bisa menghardik/
menyuruh mereka pergi dan
beristighfar dan ingat pada
Allah SWT
P : Pak “A” juga bisa mencari
kesibukan lain seperti
berbicara/ memberitahu teman Tersenyum dan meng-
sekamar/ perawat jika angguk
halusinasi itu datang
K:
- Klien dapat menggunakan obat
untuk mengontrol halusinasinya:
 Menganjurkan klien untuk rajin Iya bu!
minum obat
P : Pak “A” kalau ingin cepat
pulang harus rajin minum obat K:
ya?
P : Pak “A” biasanya minum
obatnya minta sendiri atau
25/09/12 tunggu diberikan oleh perawat?
13.15  Mendiskusikan akibat dari
berhenti minum obat tanpa
4 konsultasi
P : “Sebaiknya sebelum ada
izin dokter pak “A” harus tetap Mengangguk
minum obat tidak boleh putus-
putus ataupun lupa minum
obatnya K: Kadang ambil sendiri,
P : “Pak “A” tidak ingin lama- kadang diberikan perawat

30
lama disini kan?
P : “Kalau begitu Pak “A” K:
harus tetap minum obat, karena
kalau tidak minum obat, suara-
suara itu akan muncul lagi, dan Diam dan memperhatikan P
Pak “A” bisa lama sembuhnya.
P : Janji Pak….?

K: Iya! (mengangguk)

Mengangguk

K:

K:
Janji!!!(tersenyum)

K:

31
E. EVALUASI
Hari/ No.
Catatan Pekembangan
Tanggal DX
25/09/12 1 S : - Klien mengatakan namanya Tn.” E”
- Klien mengatakan merasa senang dan lebih tenang setelah
berbincang-bincang dengan perawat
- Klien mengatakan sudah tidak lagi mendengar suara
bisikan itu datang terutama pada saat klien menyendiri dan
melamun
- Klien mengatakan merasa cemas dan gelisah bila bisikan-
bisikan itu muncul
O: - Klien bersedia diajak berjabat tangan dan berkenalan
- Ekspresi wajah bersahabat
- Klien tampak sering melamun
- Klien lebih sering menyendiri dan diam
A: Kriteria evaluasi tercapai sebagain TUK (1, 2,3 dan 5)
I : TUK 1:
- Bantu klien mengenal halusinasinya, tanyakan apakah
klien masih mendengar suara bisikan
TUK 2:
- Diskusikan bersama klien cara tindakan yang dilakukan
jika terjadi halusinasi
- Diskusikan manfaat dua cara yang digunakan klien bila
halusinasinya muncul
- Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol
halusinasi
TUK 5:
- Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5B
- Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan
merasakan manfaatnya

32
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis menemukan adanya kesenjangan yang ada pada teori
dengan kenyataan yang terjadi pada kasus, argumentasi atas kesenjangan yang
terjadi dan solusi yang diambil untuk mengatasi masalah yang terjadi saat
memberikan asuhan keperawatan pada klien Tn.” E” dengan perubahan sensori
persepsi: halusinasi dengar di ruang Mawar RSJ Dr. Radjiman W. Lawang.
Pembahasan ini meliputi keseluruhan langkah-langkah dalam proses keperawatan
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.

A. Pengkajian
Menurut teori, gejala yang muncul pada klien yang mengalami
halusinasi dengar adalah bicara sendiri, senyum dan tertawa sendiri,
mengatakan mendengar suara-suara yang tidak jelas, melukai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan, pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal,
menarik diri, menghindar dari orang lain, mudah tersinggung, jengkel, marah,
ekspresi wajah tegang, tidak mampu melaksanakan asuhan mandiri: mandi,
sikat gigi, ganti pakaian, tidak dapat membedakan hal yang nyata/tidak nyata.
Sedangkan gejala yang terlihat pada klien Tn.” E” adalah mengatakan
mendengar suara gaduh yang memerintahkannya untuk melawan dan
memukul setiap orang yang berusaha menentangnya, mengucilkannya,
menurut klien suara – suara itu adalah suara-suara jin dan setan, klien selalu
merasa curiga terhadap orang lain, klien juga menarik diri, menghindar dari
orang lain dan keluarganya, melempar barang-barang rumah tangga, klien
mampu melaksanakan asuhan mandiri : mandi, sikat gigi, ganti pakaian.
Sedangkan bicara sendiri, mudah tersinggung, jengkel, pembicaraan kacau
kadang terdapat pada klien Tn.” E”.

B. Diagnosa Keperawatan

33
Pada tinjauan teori dapat dirumuskan 4 (empat) masalah keperawatan
antara lain resiko mencedrai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Perubahan persepsi sensori, halusinasi dengar, gangguan interaksi sosial,
defisit perawatan diri. Sedangkan masalah yang muncul pada klien Tn.” E”
adalah resiko mencedrai diri, orang lain dan lingkungan, perubahan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran, gangguan interaksi sosial : menarik diri,
gangguan konsep diri : harga diri rendah. Dimana defisit perawatan diri tidak
muncul pada klien Tn.” E” karena klien mampu melaksanakan asuhan mandiri
seperti mandi, sikat gigi, menyisir rambut dan mengganti pakaian.

C. Perencanaan
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang disusun pada asuhan
keperawatan klien Tn.” E”, penulis memprioritaskan masalah berdasarkan
core problem sebagai masalah utama. Penulis memprioritaskan resiko
mencedrai diri orang lain dan lingkungan sebagai prioritas utama. Dalam
penyusunan rencana keperawatan akan ditentukan tujuan dan rencana yang
disusun, tujuan perawatan ini dibagi 2 yaitu : tujuan umum yaitu mengacu
pada penyebab/etiologinya, sedangkan tujuan khusus mengacu pada masalah/
problemnya. Tujuan umum sangat penting karena dalam memberikan asuhan
keperawatan klien dengan gangguan jiwa membutuhkan waktu yang cukup
lama.

D. Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan keperawatan klien Tn.” E” dengan perubahan
sensori persepsi halusinasi dengar di ruang Mawar RSJ Dr. Radjiman W.
Lawang, terdiri dari semua pelaksanaan asuhan keperawatan yang ada baik
dalam tinjauan kepustakaan dan tinjauan kasus. Pada pelaksanaan disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan klien akan pelaksanaan keperawatan. Pada
klien Tn.” E” tidak semua rencana yang penulis rencanakan dapat
dilaksanakan misalnya mengobservasi tingkah laku klien tidak menunjukkan

34
perilaku terkait dengan halusinasinya, hanya mengatakan bahwa klien pernah
menengar suara-suara yaitu jin dan setan yang memerintahkannya untuk
merusak barang-barang dan melawan orang – orang disekitarnya.
Tidak ada hambatan yang terjadi dalam melaksanakan tindakan karena
klien dapat diajak berkomunikasi dengan baik.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan dari asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien selama observasi. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi
keberhasilan tindakan dalam jangka pendek. Penulis mengalami beberapa
hambatan yaitu penulis belum dapat melaksanakan semua tindakan
keperawatan secara baik sesuai dengan teori yang ada karena penulis masih
kurang pengalaman dalam praktik keperawatan klien dengan halusinasi
dengar. Dalam hal ini penulis berusaha memaksimalkan untuk merapikan teori
yang ada dengan bantuan perawat diruangan, sehingga permasalahan ayng ada
dapat dipecahkan bersama.

35
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menggambarkan tentang
asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan perubahan persepsi sensori;
halusinasi dengar meliputi pengumpulan data yang dilakukan pada klien Tn.”
E” tanggal 03 Juni 2008, dimana data diperoleh melalui teknik wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik dan status klien. Tidak semua data pada tinjauan
teori dapat penulis temukan pada klien. Adapun diagnosa yang muncul pada
klien Tn.” E” adalah resiko mencedrai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
b/d halusinasi pendengaran.
Perencanaan disusun disesuaikan dengan teori yang telah ditetapkan
dan dilihat dari keadaan klien dalam kasus. Pelaksanaan perawatan pada klien
Tn.” E” sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan yang telah
disusun pada rencana keperawatan.
Interaksi yang diberikan untuk mengetahui masalah tersebut
melibatkan berbagai pihak terkait dengan pelaksanaan kegiatan seperti
perawat, keluarga, lingkungan dan masyarakat, serta klien sendiri karena itu
diperlukan kerjasama dari berbagai pihak.
Kemajuan perkembangan kondisi klien perlu ada support sistem yang
mendukung terutama keluarga karena pada akhirnya, klien akan dikembalikan
ke dalam lingkungan keluarga, peran serta dan kemajuannya dan semua pihak
yang berkompeten dengan klien atau mencegah timbulnya masalah yang lebih
besar dan mengoptimalkan hidup klien dalam keluarga dan masyarakat.

B. Saran
Dalam rangka meningkatkan pelayanan keperawatan klien di RSJ Dr.
Radjiman W. Lawang maka penulis dapat menyampaikan beberapa saran
sebagai berikut :
1. Kepada staf pelaksana keperawatan di ruang Mawar RSJ Dr. Radjiman W.
Lawang diharapkan agar lebih mempertahankan dan meningkatkan asuhan

36
keperawatan yang telah diberikan pada klien dan dapat melanjutkan
perawatan pada klien sesuai dengan rencana tindak lanjut.
2. Kepada klien, diharapkan agar mampu melaksanakan hubungan sosial dan
dapat melaksanakan asuhan mandiri serta lebih meringankan aktifitasnya.
3. Kepada keluarga klien, diharapkan dapat berperan aktif dalam proses
keperawatan klien dalam usaha mempercepat proses penyembuhan klien
karena keluarga merupakan unit yang paling berperan bagi klien dan
merupakan perawatan utama bagi klien di rumah. Selain itu keluarga
diharapkan bisa mengajak klien kontrol dan bekerjasama dengan
puskesmas atau dokter terdekat untuk memantau perkembangan klien
setelah dirawat sehingga proses kekambuhan penyakit dapat
diminimalkan.

37
DAFTAR PUSTAKA

Keliat B.A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.


Maramis W.F. 1998. Pengantar Psikiatrik Klinik. Jakarta: FKUI.
Stuart, G.W dan Sundeen S.J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Tim Pengembang MPKP. 2002. Standar Operasional Rencana Keperawatan
Jiwa. Semarang: RS Marzuki Mahdi.

38

Anda mungkin juga menyukai