Anda di halaman 1dari 52

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI:


HALUSINASI DI RUANG KUNTI
RSJ PROVINSI BALI

OLEH:

OLEH : KELOMPOK 2

1. DESAK PUTU SERIASA


2. KOMANG PURNIASARI
3. I NENGAH WIRATA
4. PUTU ERAWATI
5. KADEK ARY YUSIADEWI
6. PUTU A. PERMANA ADI PUTRA
7. PUTU EKA ERNAWATI
8. I KOMANG BARGA WISADA
PENIDA

PROGRAM STUDI NERS ( PROFESI )


STIKES WIRAMEDIKA PPNI BALI

1
2014

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Masalah kesehatan jiwa mengalami trend peningkatan, dimana masalah


kesehatan jiwa pada klien gangguan jiwa tidak lagi didominasi masyarakat
kalangan bawah, tetapi juga kalangan mahasiswa, profesional, pejabat, dan
masyarakat lapisan menengah keatas juga tersentuh gangguan depresif dan
psikotik (Yosep, 2009).
Gangguan jiwa dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu gangguan jiwa
ringan (neurosa) dan gangguan jiwa berat (psikosis). Psikosis sebagai salah satu
bentuk gangguan jiwa merupakan ketidakmampuan untuk berkomunikasi atau
mengenali realitas yang menimbulkan kesukaran dalam kemampuan seseorang
untuk berperan sebagaimana mestinya dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk
psikosis yang sering dijumpai adalah skizofrenia, dengan gejala yang sangat
menonjol dan paling sering dijumpai berupa halusinasi. Klien skizofrenia
diperkirakan lebih dari 90% mengalami halusinasi, yaitu gangguan persepsi
dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi (Maramis,
2005).
Stuart dan Sundeen (2006) menyatakan bahwa 70% klien mengalami
halusinasi auditorik, 20% halusinasi visual, 10% halusinasi pengecapan, taktil dan
penciuman. Halusinasi bila dibiarkan dan tidak mendapatkan pengobatan maupun
perawatan yang maksimal, lebih lanjut dapat menyebabkan perubahan perilaku
seperti agresi, bunuh diri, menarik diri dari lingkungan dan dapat membahayakan
diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Menurut Yosep (2009), tindakan
keperawatan yang dilakukan pada klien dengan halusinasi diantaranya dengan
membantu klien mengenali halusinasinya, melatih klien mengontrol
halusinasinya, dengan cara: menghardik halusinasi, melatih bercakap-cakap
dengan orang lain, melatih klien beraktivitas secara terjadwal, dan melatih klien
menggunakan obat secara teratur.

2
Tindakan pengobatan (medis) yang dapat dilakukan kepada klien dengan
halusinasi yaitu pengobatan psikofarmaka dan terapi kejang listrik (Maramis,
2005). Penatalaksanaan klien dengan perilaku halusinasi selama ini lebih
menekankan pada medikasi antipsikotik berupa pemberian obat-obat
psikofarmaka dalam perbaikan klinis. Menurut Maramis (2005), medikasi
antipsikotik adalah inti dari pengobatan skizofrenia dengan gejala penyertanya,
penelitian Maramis (2005) menemukan bahwa intervensi psikososial dapat
memperkuat perbaikan klinis, seperti psikoterapi suportif individual atau
kelompok. Salah satu terapi keperawatan jiwa yang dapat mendukung psikoterapi
suportif pada pasien gangguan jiwa adalah Terapi Aktivitas Kelompok (TAK),
salah satunya adalah TAK Stimulasi Persepsi Halusinasi.
TAK Stimulasi Persepsi Halusinasi adalah suatu bentuk terapi yang
mengajarkan dan mempraktekkan kepada individu atau klien dengan perilaku
halusinasi agar mampu mengontrol halusinasinya. TAK Stimulasi Persepsi ini
dapat membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi, menstimuli
persepsi dalam upaya memotivasi proses berpikir dan afektif serta mengurangi
perilaku maladaptif. Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau
stimulus yang pernah dialami. Dalam kegiatan TAK ini klien diajarkan mengenali
halusinasinya (isi, waktu terjadinya, frekuensi terjadinya, situasi yang
menyebabkan halusinasi muncul dan perasaan klien saat munculnya halusinasi)
serta diajarkan bagaimana cara untuk mengontrol halusinasinya, misalnya dengan
cara menghardik halusinasi, sehingga klien dapat melawan halusinasi yang
dialaminya secara internal, cara lain yang dapat diajarkan adalah melakukan
aktivitas yang terjadwal, dimana kebanyakan halusinasi muncul akibat banyaknya
waktu luang yang tidak dimanfaatkan dengan baik. Klien dapat melakukan
berbagai kegiatan mengisi waktu luangnya, sehingga frekuensi klien mengalami
halusinasi juga berkurang. Beberapa kegiatan lainnya, yaitu melatih klien untuk
bercakap-cakap dengan orang lain, dan juga patuh minum obat. Berbagai kegiatan
yang diberikan dalam TAK Stimulasi Persepsi Halusinasi kepada klien dengan
perilaku halusinasi adalah untuk melatih klien cara-cara mengatasi gangguan
halusinasinya sehingga klien dapat mengontrol terjadinya halusinasi (Keliat dan
Akemat, 2005).

3
4
BAB II
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI:
HALUSINASI

A. TOPIK:
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi halusinasi

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang
diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya dan meningkatkan
kemampuan uji realitas (reality testing) melalui komunikasi dan umpan
balik dengan atau dari orang lain.
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengenal halusinasi.
b. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan menghardik.
c. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan.
d. Klien dapat mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap.
e. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat

C. LANDASAN TEORI
1. Konsep Dasar Halusinasi

a. Pengertian halusinasi

Halusinasi adalah individu menginterprestasikan stresor yang tidak ada

stimulus dari lingkungan (Depkes RI, dalam Fitria, 2009).

b. Faktor penyebab halusinasi

Menurut Stuart dan Laraia (2006), faktor-faktor yang menyebabkan klien

gangguan jiwa mengalami halusinasi adalah sebagai berikut :

a. Faktor predisposisi

a) Faktor genetis

5
Secara genetis, halusinasi diturunkan melalui kromosom-kromosom

tertentu. Namun demikian, kromosom ke berapa yang menjadi faktor penentu

gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian.

b) Faktor neurobiologis

Klien halusinasi mengalami penurunan volume dan fungsi otak yang

abnormal. Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal, khususnya dopamin,

serotonin, dan glutamat.

c) Studi neurotransmitter

Halusinasi diduga juga disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan

neurotransmitter. Dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar serotonin.

d) Teori virus

Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat menjadi

faktor predisposisi halusinasi.

e) Psikologis

Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi halusinasi

antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang pencemas, terlalu melindungi,

dingin, dan tidak berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan

anaknya. Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jwab mudah terjerumus

pada penyalahgunaan zat adiktif.

b. Faktor Presipitasi

1) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan

memproses informasi di thalamus dan frontal otak.

2) Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.

6
3) Kondisi kesehatan

4) Lingkungan

5) Sikap atau perilaku

c. Jenis halusinasi

1. Halusinasi pendengaran, seperti mendengar suara-suara atau kebisingan, paling

sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-

kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai ke percakapan lengkap

antara dua orang atau lebih tentang orang yang mengalarni halusinasi. Pikiran

yang terdengar di mana klien mendengar perkataan bahwa pasien disuruh

untuk melakukan sesuatu, kadang-kadang dapat membahayakan.

2. Halusinasi penglihatan, stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar

geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bisa

menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.

3. Halusinasi penghidu, klien membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin,

atau feses, umumnya bau-bauan yang tidak rnenyenangkan. Halusinasi

penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang atau demensia.

4. Halusinasi pengecapan, klien merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin

atau feses.

5. Halusinasi perabaan, dimana klien mengalami nyeri atau ketidaknyamanan

tanpa stimulus yang jelas, seperti rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah,

benda mati, atau orang lain.

6. Halusinasi cenesthetic, yaitu merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di

vena atau arteri, pencernaan makanan, atau pembentukan urin.

7
7. Halusinasi kinesthetic, yaitu merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa

bergerak.

d. Fase halusinasi

Halusinasi yang dialami oleh klien bisa berbeda intensitas dan

keparahannya. Stuart dan Laraia (dalam Stuart dan Sundeen, 2006), membagi fase

halusinasi dalam 4 fase berdasarkan tingkat ansietas yang dialami dan

kemampuan klien mengendalikan dirinya. Semakin berat fase halusinasi, klien

semakin berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan oleh halusinasinya.

Tabel 1

Fase-Fase Halusinasi

Fase Karakteristik Perilaku pasien


halusinasi
Fase 1 : Klien mengalami Menyeringai atau
Comforting- keadaan emosi tertawa yang
ansietas seperti ansietas, tidak sesuai,
tingkat sedang, kesepian, rasa menggerakkan
secara umum, bersalah, dan takut bibir tanpa
halusinasi serta mencoba untuk menimbulkan
bersifat berfokus pada suara, pergerakan
menyenangkan penenangan pikiran mata yang cepat,
untuk mengurangi respon verbal
ansietas. Individu yang lambat,
mengetahui bahwa diam dan
pikiran dan dipenuhi oleh
pengalaman sensori sesuatu yang
yang dialaminya mengasyikkan.
tersebut dapat
dikendalikan jika
ansietasnya bisa
diatasi
(Non psikotik)
Fase II: Pengalaman sensori Peningkatan
Condemning - bersifat menjijikkan sistem syaraf

8
Fase Karakteristik Perilaku pasien
halusinasi
ansietas dan menakutkan, otonom yang
tingkat berat, klien mulai lepas menunjukkan
secara umum, kendali dan mungkin ansietas, seperti
halusinasi mencoba untuk peningkatan nadi,
menjadi menjauhkan dirinya pernafasan, dan
menjijikkan dengan sumber yang tekanan darah;
dipersepsikan. Klien penyempitan
mungkin merasa kemampuan
malu karena konsentrasi,
pengalaman dipenuhi dengan
sensorinya dan pengalaman
menarik diri dari sensori dan
orang lain. kehilangan
(Psikotik ringan) kemampuan
membedakan
antara halusinasi
dengan realita.
Fase III: Klien berhenti Cenderung
Controlling - menghentikan mengikuti
ansietas perlawanan terhadap petunjuk yang
tingkat berat, halusinasi dan diberikan
pengalaman menyerah pada halusinasinya
sensori halusinasi tersebut. daripada
menjadi Isi halusinasi menjadi menolaknya,
berkuasa menarik, dapat kesukaran
berupa permohonan. berhubungan
Klien mungkin dengan orang
mengalarni kesepian lain, rentang
jika pengalaman perhatian hanya
sensori tersebut beberapa detik
berakhir. (Psikotik) atau menit,
adanya tanda-
tanda fisik
ansietas berat :
berkeringat,
tremor, tidak
mampu
mengikuti
petunjuk.
Fase IV: Pengalaman sensori Perilaku
Conquering menjadi mengancam menyerang-teror
Panik, dan menakutkan jika seperti panik,
umumnya klien tidak mengikuti berpotensi kuat
halusinasi perintah. Halusinasi melakukan
menjadi lebih bisa berlangsung bunuh diri atau

9
Fase Karakteristik Perilaku pasien
halusinasi
rumit, melebur dalam beberapa jam membunuh orang
dalam atau hari jika tidak lain, Aktivitas
halusinasinya ada intervensi fisik yang
terapeutik. merefleksikan isi
(Psikotik Berat) halusinasi seperti
amuk, agitasi,
menarik diri, atau
katatonia, tidak
mampu berespon
terhadap perintah
yang kompleks,
tidak mampu
berespon
terhadap lebih
dari satu orang.

e. Penatalaksanaan keperawatan

Menurut Keliat (2005), ada beberapa cara yang bisa dilatihkan kepada

klien untuk mengontrol halusinasi, meliputi :

a. Menghardik halusinasi.

Halusinasi berasal dari stimulus internal. Untuk mengatasinya, klien harus

berusaha melawan halusinasi yang dialaminya secara internal juga. Klien dilatih

untuk mengatakan, ”tidak mau dengar...., tidak mau lihat”. Ini dianjurkan untuk

dilakukan bila halusinasi muncul setiap saat.

b. Berinteraksi dengan orang lain.

Klien dianjurkan meningkatkan keterampilan hubungan sosialnya, dengan

meningkatkan intensitas interaksi sosialnya, kilen akan dapat memvalidasi

persepsinya pada orang lain. Klien juga mengalami peningkatan stimulus

eksternal jika berhubungan dengan orang lain. Dua hal ini akan mengurangi fokus

perhatian klien terhadap stimulus internal yang menjadi sumber halusinasinya.

10
c. Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian.

Kebanyakan halusinasi muncul akibat banyaknya waktu luang yang tidak

dimanfaatkan dengan baik oleh klien. Klien akhirnya asyik dengan halusinasinya.

Untuk itu, klien perlu dilatih menyusun rencana kegiatan dari pagi sejak bangun

pagi sampai malam menjelang tidur dengan kegiatan yang bermanfaat. Perawat

harus selalu memonitor pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga klien betul-betul

tidak ada waktu lagi untuk melamun tak terarah.

d. Menggunakan obat.

Salah satu penyebab munculnya halusinasi adalah akibat

ketidakseimbangan neurotransmiter di syaraf (dopamin, serotonin). Untuk itu,

klien perlu diberi penjelasan bagaimana kerja obat dapat mengatasi halusinasi,

serta bagairnana mengkonsumsi obat secara tepat sehingga tujuan pengobatan

tercapai secara optimal. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan materi

yang benar dalam pemberian obat agar klien patuh untuk menjalankan pengobatan

secara tuntas dan teratur.

Keluarga klien perlu diberi penjelasan tentang bagaimana penanganan

klien yang mengalami halusinasi sesuai dengan kemampuan keluarga. Hal ini

penting dilakukan dengan dua alasan. Pertama keluarga adalah sistem di mana

klien berasal. Pengaruh sikap keluarga akan sangat menentukan kesehatan jiwa

klien. Klien mungkin sudah mampu mengatasi masalahnya, tetapi jika tidak

didukung secara kuat, klien bisa mengalami kegagalan, dan halusinasi bisa

kambuh lagi. Alasan kedua, halusinasi sebagai salah satu gejala psikosis bisa

berlangsung lama (kronis), sekalipun klien pulang ke rumah, mungkin masih

mengalarni halusinasi. Dengan mendidik keluarga tentang cara penanganan

11
halusinasi, diharapkan keluarga dapat menjadi terapis begitu klien kembali ke

rumah.

f. Penatalaksanaan medis

Menurut Nassution (2009), penatalaksanaan klien gangguan jiwa dengan

halusinasi adalah sebagai berikut:

a. Psikofarmakologis

Obat-obatan yang lazim digunakan pada klien dengan gejala halusinasi,

yang merupakan gejala psikosis adalah obat-obatan anti psikosis.

b. Terapi kejang listrik atau elektro compulsive therapi (ECT)

ECT merupakan suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik

dan menimbulkan kejang pada klien baik tonik maupun klonik.

c. Terapi aktivitas kelompok

TAK merupakan terapi modalitas keperawatan yang ditujukan pada

kelompok klien dengan masalah yang sama.

2. Konsep Dasar Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi

1. Pengertian TAK stimulasi persepsi

Pengertian TAK stimulasi persepsi menurut Purwaningsih dan Karlina

(2009) adalah terapi yang bertujuan untuk membantu klien yang mengalami

kemunduruan orientasi, menstimulasi persepsi dalam upaya memotivasi proses

berpikir dan afektif serta mengurangi perilaku maladaftif

12
3. Manfaat TAK

Menurut Purwaningsih dan Karlina (2009), TAK mempunyai manfaat

terapeutik, yaitu manfaat umum, khusus dan rehabilitasi. Selengkapnya seperti

pada uraian berikut:

a. Manfaat umum

1) Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui komunikasi

dan umpan balik dengan atau dari orang lain.

2) Melakukan sosialisasi.

3) Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif.

b. Manfaat khusus

1) Meningkatkan identitas diri.

2) Menyalurkan emosi secara konstruktif.

3) Meningkatkan keterampilan hubungan interpersonal atau sosial.

c. Manfaat rehabilitasi

1) Meningkatkan keterampilan ekspresi diri.

2) Meningkatkan keterampilan sosial.

3) Meningkatkan kemampuan empati.

4) Meningkatkan kemampuan atau pengetahuan pemecahan masalah.

3. Indikasi dan kontraindikasi

Menurut Yosep (2009), semua klien rehabilitasi perlu mendapat terapi

kelompok, kecuali mereka yang mengalami:

a. Psikopat dan sosiopat.

b. Selalu diam dan/atau autistik.

c. Delusi yang tidak terkontrol.

13
d. Klien yang mudah bosan.

e. Klien rehabilitasi ambulatory yang tidak termasuk psikosis berat, tidak

menunjukkan gejala regresi dan halusinasi dan ilusi yang berat dan orang-

orang dengan kepribadian scizoid serta neurotic.

f. Klien dengan ego psiko patologik berat yang menyebabkan psikotik kronik

sehingga menyebabkan toleransi terhadap kecemasan rendah dan adaptasi

yang kurang.

4. Komponen TAK

Menurut Stuart & Laraia (dalam Keliat dan Akemat, 2005), komponen

kelompok terdiri dari delapan aspek, yaitu sebagai berikut:

a. Struktur kelompok

Struktur kelompok menjelaskan batasan komunikasi, proses pengambilan

keputusan dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur kelompok menjaga

stabilitas dan membantu pengaturan pola perilaku dan interaksi. Struktur dalam

kelompok diatur dengan adanya pemimpin dan anggota, arah komunikasi dipandu

oleh pemimpin, sedangkan keputusan diambil secara bersama.

b. Besar kelompok

Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang

anggotanya berkisar antara 5-12 orang (Keliat dan Akemat, 2005). Jumlah

anggota kelompok kecil menurut Stuart dan Laraia (dalam Keliat dan Akemat,

2005) adalah 7-10 orang, sedangkan menurut Rawlins, Williams, dan Beck (1993,

dalam Keliat dan Akemat, 2005) adalah 5-10 orang. Jika anggota kelompok

terlalu besar akibatnya tidak semua anggota mendapat kesempatan

mengungkapkan perasaan, pendapat, dan pengalamannya. Jika terlalu kecil, tidak

14
cukup variasi informasi dan interaksi yang terjadi. Menurut Johnson (dalam

Yosep, 2009) terapi kelompok sebaiknya tidak lebih dari 8 anggota karena

interaksi dan reaksi interpersonal yang terbaik terjadi pada kelompok dengan

jumlah sebanyak itu. Apabila keanggotaanya lebih dari 10, maka akan terlalu

banyak tekanan yang dirasakan oleh anggota sehingga anggota merasa lebih

terekspos, lebih cemas, dan seringkali bertingkah laku irasional.

c. Lamanya sesi

Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi kelompok

yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi (Stuart & Laraia,

dalam Keliat dan Akemat, 2005). Biasanya dimulai dengan pemanasan berupa

orientasi, kemudian tahap kerja, dan finishing berupa terminasi. Banyaknya sesi

tergantung pada tujuan kelompok, dapat satu kali atau dua kali perminggu; atau

dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan.

d. Komunikasi

Tugas pemimpin kelompok yang terpenting adalah mengobservasi dan

menganalisa pola komunikasi dalam kelompok. Pemimpin menggunakan umpan

balik untuk memberi kesadaran pada anggota kelompok terhadap dinamika yang

terjadi.

e. Peran kelompok

Pemimpin perlu mengobservasi peran yang terjadi dalam kelompok. Ada

tiga peran dan fungsi kelompok yang ditampilkan anggota kelompok dalam kerja

kelompok (Bernes & Sheats, 1948, dalam Keliat dan Akemat, 2005), yaitu

maintenance roles, task roles, dan individual role. Maintence role, yaitu peran

serta aktif dalam proses kelompok dan fungsi kelompok. Task roles, yaitu fokus

15
pada penyelesaian tugas. Individual roles adalah self-centered dan distraksi pada

kelompok.

f. Kekuatan kelompok

Kekuatan (power) adalah kemampuan anggota kelompok dalam

mempengaruhi berjalannya kegiatan kelompok. Untuk menetapkan kekuatan

anggota kelompok yang bervariasi diperlukan kajian siapa yang paling banyak

mendengar dan siapa yang membuat keputusan dalam kelompok.

5. Tujuan TAK stimulasi persepsi

Menurut Keliat dan Akemat (2005) tujuan umum TAK stimulasi persepsi

adalah klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang

diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya dan tujuan khususnya adalah:

a. Klien dapat mempersepsikan stimulus ysng dipaparkan kepadanya dengan

tepat.

b. Klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami.

6. Aktivitas dan indikasi TAK stimulasi persepsi

Aktivitas TAK Stimulasi Persepsi Halusinasi dilakukan lima sesi yang

melatih kemampuan klien dalam mengontrol halusinasinya. Kelima sesi tersebut

akan peneliti paparkan dalam pedoman pelaksanaan TAK Stimulasi Persepsi

Halusinasi sebagai berikut :

a. Sesi 1 mengenal halusinasi

1) Tujuan

a) Klien dapat mengenal halusinasi.

b) Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi

16
c) Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi

d) Klien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi.

2) Setting

a) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.

b) Ruangan nyaman dan tenang.

3) Alat

a) Spidol

b) Papan tulis/whiteboard/flipchart

4) Metode

a) Diskusi dan tanya jawab

b) Bermain peran/simulasi

5) Langkah kegiatan

a) Persiapan

a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan perubahan sensori

persepsi : halusinasi

b. Membuat kontrak dengan klien

c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

b) Orientasi

a. Salam terapeutik.

1) Salam dari terapis kepada klien

2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)

3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama).

b. Evaluasi/validasi : Menanyakan perasaan klien saat ini

c. Kontrak

17
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu mengenal

suara-suara yang didengar.

2) Terapis menjelaskan aturan main berikut :

a) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta ijin

kepada terapis.

b) Lama kegiatan 45 menit.

c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

c) Tahap kerja

a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu mengenal suara-

suara yang didengar (halusinasi) tentang isinya, waktu terjadinya, situasi

terjadinya, dan perasaan klien pada saat terjadi.

b. Terapis meminta klien menceritakan isi halusinasi, kapan terjadinya, situasi

yang membuat terjadi, dan perasaan klien pada saat terjadi halusinasi. Mulai

dari klien yang sebelah kanan, secara berurutan sampai semua klien mendapat

giliran. Hasilnya ditulis di whiteboard.

c. Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik.

d. Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien dari suara yang

biasa didengar.

d) Tahap terminasi

a. Evaluasi

1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

2) Terapis memberi pujian atas keberhasilan kelompok.

b. Tindak lanjut

18
Terapis meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi, dan perasaannya

jika terjadi halusinasi.

c. Kontrak yang akan datang

1) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol halusinasi.

2) Menyepakati waktu dan tempat

6) Evaluasi dan dokumentasi

a) Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap

kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan

TAK. Untuk TAK Stimulasi Persepsi : Halusinasi sesi 1, kemampuan yang

diharapkan adalah mengenal isi halusinasi, waktu terjadinya halusinasi,

situasi terjadinya halusinasi, dan perasaan saat terjadi halusinasi. Formulir

evaluasi tersedia pada lampiran berikutnya.

b) Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika melakukan TAK

pada catatan proses keperawatan setiap klien. Contoh : klien mengikuti TAK

stimulasi persepsi : halusinasi Sesi 1. Klien mampu menyebutkan isi

halusinasi (menyuruh memukul), waktu (pukul 9 malam), situasi (jika sedang

sendiri), perasaan (kesal dan geram). Anjurkan klien mengidentifikasi

halusinasi yang timbul dan menyampaikan kepada perawat.

b. Sesi 2 mengontrol halusinasi dengan menghardik.

1) Tujuan

a) Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi

halusinasi.

b) Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi.

c) Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi.

19
2) Setting

a) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.

b) Ruangan nyaman dan tenang.

3) Alat

a) Spidol dan papan tulis/whiteboard/flipchart

b) Jadwal kegiatan klien

4) Metoda

a) Diskusi dan tanya jawab.

b) Bermain peran/simulasi.

5) Langkah kegiatan

1. Persiapan

a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok yang telah mengikuti TAK

stimulasi persepsi: halusinasi sesi 1.

b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2. Orientasi

a. Salam terpaeutik

1) Salam dari terapis kepada klien.

2) Klien dan terapis memakai papan nama.

b. Evaluasi/validasi.

1) Terapis menanyakan perasaan klien saat ini.

2) Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi : isi, waktu, situasi,

dan perasaan.

c. Kontrak.

20
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu dengan latihan satu cara mengontrol

halusinasi.

2) Menjelaskan aturan main berikut :

a) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta ijin

kepada terapis.

b) Lama kegiatan 45 menit.

c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja :

a. Terapis meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada saat mengalami

halusinasi, dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai semua klien mendapat

giliran.

b. Berikan pujian setiap klien selesai bercerita.

c. Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik halusinasi

saat halusinasi muncul.

d. Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi, yaitu : “Pergi, jangan

ganggu saya”, “Saya mau bercakap-cakap dengan…”.

e. Terapis meminta masing-masing klien memperagakan cara menghardik

halusinasi dimulai dari klien di sebelah kiri terapis berurutan searah jarum

jam sampai semua peserta mendapatkan giliran.

f. Terapis memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk tangan saat

setiap klien selesai memperagakan menghardik halusinasi.

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi.

1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

21
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b. Rencana tindak lanjut.

1) Terapis menganjurkan setiap anggota kelompok untuk menerapkan cara yang

telah dipelajari jika halusinasi muncul.

2) Memasukkan kegiatan menghardik pada jadwal kegiatan harian klien.

c. Kontrak yang akan datang.

1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK yang berikutnya, yaitu

belajar cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan.

2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya.

6) Evaluasi dan dokumentasi

a) Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap

kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan

TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi : halusinasi sesi 2, dievaluasi

kemampuan klien mengatasi halusinasi dengan menghardik menggunakan

formulir evaluasi.

b) Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika melaksanakan TAK

pada catatan proses keperawatan setiap klien. Misalnya, klien mengikuti TAK

stimulasi persepsi : halusinasi Sesi 2. Klien mampu memperagakan cara

menghardik halusinasi. Anjurkan klien menggunakannya jika halusinasi

muncul, khusus pada malam hari (buat jadwal).

c. Sesi 3 mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan.

1) Tujuan

a) Klien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk mencegah

munculnya halusinasi.

22
b) Klien dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mencegah terjadinya halusinasi.

2) Setting

a) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.

b) Ruangan nyaman dan tenang.

3) Alat

a) Buku catatan dan pulpen.

b) Jadwal kegiatan harian klien.

c) Spidol dan papan tulis/whiteboard/flipchart

4) Metode

a) Diskusi dan tanya jawab.

b) Bermain peran/simulasi dan latihan.

5) Langkah kegiatan

a) Persiapan

a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok yang telah mengikuti TAK

stimulasi persepsi : halusinasi sesi 2.

b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

b) Orientasi

a. Salam terapeutik

1) Salam dari terapis kepada klien.

2) Peserta dan terapis memakai papan nama.

b. Evaluasi/validasi.

1) Terapis menanyakan perasaan klien saat ini.

2) Terapis menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah dipelajari.

23
3) Terapis menanyakan pengalaman klien menerapkan cara menghardik

halusinasi.

c. Kontrak:

1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mencegah terjadinya halusinasi

dengan melakukan kegiatan.

2) Menjelaskan aturan main berikut :

a) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta ijin

kepada terapis.

b) Lama kegiatan 45 menit.

c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

c) Tahap kerja

a. Terapis menjelaskan cara kedua, yaitu melakukan kegiatan sehari-hari.

Jelaskan bahwa dengan melakukan kegiatan yang teratur akan mencegah

munculnya halusinasi.

b. Terapis meminta setiap klien menyampaikan kegiatan yang biasa dilakukan

sehari-hari, dan ditulis di whiteboard.

c. Terapis membagikan formulir jadwal kegiatan harian. Terapis menulis

formulir yang sama di whiteboard.

d. Terapis membimbing satu per satu klien untuk membuat jadwal kegiatan

harian, dari bangun pagi sampai tidur malam. Klien menggunakan formulir,

terapis menggunakan whiteboard.

e. Terapis melatih klien memperagakan kegiatan yang telah disusun.

f. Berikan pujian dengan tepuk tangan bersama kepada klien yang sudah selesai

membuat jadwal dan memperagakan kegiatan.

24
d) Tahap terminasi

a. Evaluasi.

1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai menyusun jadwal kegiatan

dan memperagakannya.

2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b. Rencana tindak lanjut.

Terapis menganjurkan klien melaksanakan dua cara mengontrol halusinasi,

yaitu menghardik dan melakukan kegiatan.

c. Kontrak yang akan datang.

1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya, yaitu

belajar cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.

2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat.

6) Evaluasi dan dokumentasi

1. Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap

kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan

TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi halusinasi sesi 3 dievaluasi kemampuan

klien mencegah timbulnya halusinasi dengan melakukan kegiatan harian,

dengan menggunakan formulir evaluasi.

2. Dokumentasikan kemampuan yang klien miliki ketika TAK pada catatan

proses keperawatan setiap klien. Contoh : klien mengikuti TAK stimulasi

persepsi : halusinasi sesi 3. Klien mampu memperagakan kegiatan harian dan

menyusun jadwal. Anjurkan klien melakukan kegiatan untuk mencegah

halusinasi.

25
d. Sesi 4 mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.

1) Tujuan

a) Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk

mencegah munculnya halusinasi.

b) Klien dapat bercakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah munculnya

halusinasi.

2) Setting

a) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.

b) Ruangan nyaman dan tenang.

3) Alat

a) Jadwal kegiatan harian klien dan pulpen.

b) Fliphchart/Whiteboard dan spidol.

4) Metoda

a) Diskusi dan tanya jawab

b) Bermain peran/simulasi

5) Langkah kegiatan

1. Persiapan

a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok yang telah mengikuti TAK

stimulasi persepsi : halusinasi sesi 3.

b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2. Orientasi

a. Salam terpaeutik:

1) Salam dari terapis kepada klien.

2) Peserta dan terapis memakai papan nama.

26
b. Evaluasi/validasi

1) Menanyakan perasaan klien saat ini.

2) Menanyakan pengalaman klien setelah menerapkan dua cara yang telah

dipelajari (menghardik, menyibukkan diri dengan kegiatan terarah) untuk

mencegah halusinasi.

c. Kontrak

1) Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan bercakap-

cakap.

2) Terapis menjelaskan aturan main berikut :

a) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta ijin

kepada terapis.

b) Lama kegiatan 45 menit.

c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal samapai selesai.

3. Tahap kerja

a. Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk

mengontrol dan mencegah halusinasi.

b. Terapis meminta setiap klien menyebutkan orang yang biasa dan bisa diajak

bercakap-cakap.

c. Terapis meminta setiap klien menyebutkan pokok pembicaraan yang biasa dan

bisa dilakukan.

d. Terapis memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi muncul, “Suster,

ada suara di telinga, saya mau ngobrol saja dengan suster” atau “Suster, saya

mau ngobrol tentang kapan saya boleh pulang”.

27
e. Terapis meminta klien untuk memperagakan percakapan dengan orang di

sebelahnya.

f. Berikan pujian atas keberhasilan klien.

g. Ulangi kegiatan no. 5 dan 6 sampai semua klien mendapat giliran.

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi

1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

2) Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah dilatih.

3) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.

b. Rencana tindak lanjut

Menganjurkan klien menggunakan tiga cara mengontrol halusinasi, yaitu

menghardik, melakukan kegiatan harian, dan bercakap-cakap.

c. Kontrak yang akan datang

1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya, yaitu

belajar cara mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.

2) Terapis menyepakati waktu dan tempat

6) Evaluasi dan dokumentasi

1. Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap

kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan

TAK. Untuk TAK Stimulasi persepsi halusinasi sesi 4, dievaluasi

kemampuan mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap, yaitu dengan

menggunakan formulir evaluasi.

2. Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika melakukan TAK

pada catatan proses keperawatan setiap klien. Contoh : klien mengikuti TAK

28
stimulasi persepsi : halusinasi sesi 4. Klien belum mampu secara lancar

bercakap-cakap dengan orang lain. Anjurkan klien bercakap-cakap dengan

perawat dan klien lain di ruang rawat.

e. Sesi 5 mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.

1) Tujuan

a) Klien memahami pentingnya patuh minum obat.

b) Klien memahami akibat tidak patuh minum obat.

c) Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat.

2) Setting

a) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran

b) Ruangan nyaman dan tenang

3) Alat

a) Jadwal kegiatan harian klien

b) Flipchart/whiteboard dan spidol.

c) Beberapa contoh obat.

4) Metoda

a) Diskusi dan tanya jawab

b) Melengkapi jadwal harian.

5) Langkah kegiatan

1. Persiapan

a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok yang telah mengikuti TAK

stimulasi persepsi : halusinasi sesi 4.

b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

29
a. Salam terpaeutik

1) Salam dari terapis kepada klien.

2) Peserta dan terapis memakai papan nama

b. Evaluasi/validasi

1) Menanyakan perasaan klien saat ini

2) Terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi setelah

menggunakan tiga cara yang telah dipelajari (menghardik, menyibukkan diri

dengan kegiatan dan bercakap-cakap).

c. Kontrak

1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan dengan anggota kelompok, yaitu

mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.

2) Menjelaskan aturan main berikut :

a) Jika klien akan meninggalkan kelompok harus meminta ijin kepada terapis.

b) Lama kegiatan 45 menit.

c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja

a. Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu mencegah kambuh,

karena obat member perasaan tenang, dan memperlambat kambuh.

b. Terapis menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat, yaitu penyebab

kambuh.

c. Terapis meminta setiap klien menyampaikan obat yang dimakan dan waktu

memakannya. Buat daftar di whiteboard.

30
d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu minum

obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat, benar dosis

obat.

e. Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat, secara bergiliran.

f. Berikan pujian pada klien yang benar.

g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di whiteboard).

h. Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat di

whiteboard).

i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara mencegah

halusinasi/kambuh.

j. Menjelaskan akibat/kerugian tidak patuh minum obat, yaitu kejadian

halusinasi/kambuh.

k. Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan

kerugian tidak patuh minum obat.

l. Memberi pujian setiap kali klien benar.

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi

1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

2) Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi yang sudah

dipelajari.

3) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b. Rencana tindak lanjut

Menganjurkan klien menggunakan empat cara mengontrol halusinasi, yaitu

menghardik, melakukan kegiatan, bercakap-cakap, dan patuh minum obat.

31
c. Kontrak yang akan datang

1) Terapis mengakhiri sesi TAK stimulasi persepsi untuk mengontrol halusinasi.

2) Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai dengan indikasi klien.

6) Evaluasi dan dokumentasi

1. Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap

kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan

TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi : halusinasi sesi 5, kemampuan klien

yang diharapkan adalah menyebutkan lima benar cara minum obat,

keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Formulir

evaluasi terdapat pada lampiran berikutnya.

2. Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika melakukan TAK pada

catatan proses keperawatan setiap klien. Contoh : klien mengikuti TAK

stimulasi persepsi : halusinasi Sesi 5. Klien mampu menyebutkan lima benar

cara minum obat, manfaat minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat

(kambuh). Anjurkan klien minum obat dengan cara yang benar.

D. KLIEN
1. Jumlah Klien
Jumlah anggota kelompok adalah antara 5 – 10 orang, pada kegiatan
TAK ini direncanakan klien sebanyak 6 orang.
2. Karakteristik/Kriteria
Klien yang dapat diberikan TAK Stimulasi persepsi halusinasi
adalah klien dengan gangguan sensori persepsi: halusinasi.
3. Proses Seleksi
Proses seleksi akan dilakukan pada semua klien, hal ini ditujukan
untuk mengetahui kondisi klien yang memerlukan proses terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi, dimana semua klien sebelumnya akan

32
dilakukan seleksi sesuai dengan kriteria yang diperlukan yaitu klien dengan
halusinasi. Adapun pasien yang digunakan pada TAK ini adalah:
a. Bara Ferari
b. Ni Ketut Suparti
c. Luh Putu Kresni
d. Ketut Sutiani
e. Nengah Kunyit
f. Nyoman Kerti
E. Pengorganisasian
1. Waktu
Pelaksanaan TAK Stimulasi Persepsi: Halusinasi akan dilakukan
dalam 5 sessi yang dilakukan pada satu hari, yaitu akan dimulai pada:
Sesi I
Hari : Jumat
Tanggal : 23 Mei 2014
Jam : 10.00 – 10.30 Wita
Tempat : Ruang Kunti RSJ Provinsi Bali di Bangli
Sesi II
Hari : Jumat
Tanggal : 23 Mei 2014
Jam : 10.30 – 11.00 Wita
Tempat : Ruang Kunti RSJ Provinsi Bali di Bangli
Sesi III
Hari : Jumat
Tanggal : 23 Mei 2014
Jam : 11.00 – 11.30 Wita
Tempat : Ruang Kunti RSJ Provinsi Bali di Bangli
Sesi IV
Hari : Sabtu
Tanggal : 24 Mei 2014
Jam : 10.00 – 10.30 Wita
Tempat : Ruang Kunti RSJ Provinsi Bali di Bangli

33
Sesi V
Hari : Sabtu
Tanggal : 24 Mei 2014
Jam : 10.30 – 11.00 Wita
Tempat : Ruang Kunti RSJ Provinsi Bali di Bangli

2. Tim terapis
Tim terapi pada pelaksanaan TAK stimulasi persepsi: halusinasi
terdiri dari :
Leader :
Sesi I: Desak Putu Seriasa
Sesi II: Komang Purniasari
Sesi III: Putu Erawati
Sesi IV: Putu Eka Ernawati
Sesi V: I Nengah Wirata
Tugas: a. Menyusun proposal TAK
b. Menjelaskan tujuan pelaksanaan dan peraturan-peraturan
TAK sebelum kegiatan dimulai
c. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok
d. Mampu memimpin TAK dengan baik
Co Leader :
Sesi I: Komang Barga Wisada Penida
Sesi II: Putu A. Permana Adi Putra
Sesi III: I Nengah Wirata
Sesi IV: Putu Erawati
Sesi V: Putu Eka Ernawati
Tugas: a. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang
aktivitas klien.
b. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang.
c. Mengingatkan leader tentang waktu.

34
Fasilitator :
Sesi I: 1. Komang Purniasari
2. Putu A. Permana Adi Putra
3. Kadek Ary Yusiadewi
4. Putu Erawati
5. Putu Eka Ernawati

Sesi II: 1. Desak Putu Seriasa


2. Komang Barga Wisada Penida
3. I Nengah Wirata
4. Putu Erawati
5. Putu Eka Ernawati

Sesi III: 1. Komang Purniasari


2. Desak Putu Seriasa
3. Kadek Ary Yusiadewi
4. Putu Erawati
5. Putu Eka Ernawati

Sesi IV: 1. Komang Purniasari


2. Putu A. Permana Adi Putra
3. Kadek Ary Yusiadewi
4. Desak Putu Seriasa
5. Komang Barga Wisada Penida

Sesi V: 1. Desak Putu Seriasa


2. Putu A. Permana Adi Putra
3. Kadek Ary Yusiadewi
4. Putu Erawati
5. Komang Barga Wisada Penida

35
Tugas: a. Memfasilitasi klien yang kurang aktif
b. Berperan sebagai role model bagi klien selama kegaitan
berlangsung.
c. Mempertahankan kehadiran peserta.
Observer :
Sesi I: I Nengah Wirata
Sesi II: Kadek Ary Yusiadewi
Sesi III: Komang Barga Wisada Penida
Sesi IV: Desak Putu Seriasa
Sesi V: Komang Purniasari
Tugas: a. Mengobservasi proses atau jalannya kegiatan.
b. Mencatat perilaku verbal dan nonverbal klien selama
kegiatan berlangsung
3. Metode dan Media
a) Metoda
TAK stimulasi persepsi: halusinasi dilakukan dengan menggunakan
metoda
2) Diskusi dan tanya jawab
3) Bermain peran/stimulasi
b) Media
Media yang digunakan dalam TAK stimulasi persepsi: halusinasi:
1) Spidol
2) Papan tulis/whitboard/flipchat
3) Jadwal kegiatan harian
4) Pulpen
5) Tape Recorder
6) Kaset

36
4. Setting tempat

Keterangan:

: Klien

: Fasilitator

: Observer

: Leader dan Co leader

F. Proses Pelaksanaan
Proses pelaksanaan TAK Stimulasi Persepsi: Halusinasi yaitu sebagai
berikut:
SESI I: Mengenal Halusinasi
a) Persiapan
d. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan ganggaun
sensori persepsi : halusinasi
e. Membuat kontrak dengan klien
f. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b) Orientasi
d. Salam terapeutik.
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)

37
3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama).
e. Evaluasi/validasi : Menanyakan perasaan klien saat ini
f. Kontrak
3) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu
mengenal suara-suara yang didengar.
4) Terapis menjelaskan aturan main berikut :
d) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta
ijin kepada terapis.
e) Lama kegiatan 30 menit.
f) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
c) Tahap kerja
e. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu mengenal
suara-suara yang didengar (halusinasi) tentang isinya, waktu terjadinya,
situasi terjadinya, dan perasaan klien pada saat terjadi.
f. Terapis meminta klien menceritakan isi halusinasi, kapan terjadinya,
situasi yang membuat terjadi, dan perasaan klien pada saat terjadi
halusinasi. Mulai dari klien yang sebelah kanan, secara berurutan sampai
semua klien mendapat giliran. Hasilnya ditulis di whiteboard.
g. Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik.
h. Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien dari suara
yang biasa didengar.
d) Tahap terminasi
d. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
e. Tindak lanjut
Terapis meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi, dan
perasaannya jika terjadi halusinasi.
f. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol
halusinasi.
2) Menyepakati waktu dan tempat

38
Evaluasi dan dokumentasi
1. Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK Stimulasi Persepsi : Halusinasi sesi 1, kemampuan
yang diharapkan adalah mengenal isi halusinasi, waktu terjadinya
halusinasi, situasi terjadinya halusinasi, dan perasaan saat terjadi halusinasi.
Formulir evaluasi tersedia pada lampiran berikutnya.
Nama Klien
1 3
No Aspek yang dinilai 2 4 5 6
…… ……
……. ……. ……. ……..
. .
Menyebutkan isi
1
halusinasi
Menyebutkan waktu
2
terjadi halusinasi
Menyebutkan situasi
3
terjadi halusinasi
Menyebutkan perasaan
4
saat halusinasi
Petujuk:
a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
b. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi: isi,
waktu, situasi, dan perasaan. Beri tanda √ jika klien mampu dan X jika
klien tidak mampu.
2. Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika melakukan TAK
pada catatan proses keperawatan setiap klien. Contoh : klien mengikuti
TAK stimulasi persepsi : halusinasi Sesi 1. Klien mampu menyebutkan isi
halusinasi (menyuruh memukul), waktu (pukul 9 malam), situasi (jika
sedang sendiri), perasaan (kesal dan geram). Anjurkan klien
mengidentifikasi halusinasi yang timbul dan menyampaikan kepada
perawat.

39
Sesi II: Mengontrol Halusinasi dengan Menghardik
1. Persiapan
c. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok yang telah mengikuti
TAK stimulasi persepsi: halusinasi sesi 1.
d. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
d. Salam terpaeutik
3) Salam dari terapis kepada klien.
4) Klien dan terapis memakai papan nama.
e. Evaluasi/validasi.
3) Terapis menanyakan perasaan klien saat ini.
4) Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi : isi, waktu,
situasi, dan perasaan.
f. Kontrak.
3) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu dengan latihan satu cara mengontrol
halusinasi.
4) Menjelaskan aturan main berikut :
a) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta ijin
kepada terapis.
b) Lama kegiatan 30 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja :
g. Terapis meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada saat
mengalami halusinasi, dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai semua klien
mendapat giliran.
h. Berikan pujian setiap klien selesai bercerita.
i. Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik
halusinasi saat halusinasi muncul.
j. Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi, yaitu : “Pergi, jangan
ganggu saya”, “Saya mau bercakap-cakap dengan…”.

40
k. Terapis meminta masing-masing klien memperagakan cara menghardik
halusinasi dimulai dari klien di sebelah kiri terapis berurutan searah jarum
jam sampai semua peserta mendapatkan giliran.
l. Terapis memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk tangan saat
setiap klien selesai memperagakan menghardik halusinasi.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi.
3) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
4) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Rencana tindak lanjut.
3) Terapis menganjurkan setiap anggota kelompok untuk menerapkan cara
yang telah dipelajari jika halusinasi muncul.
4) Memasukkan kegiatan menghardik pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang.
3) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK yang berikutnya,
yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan.
4) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya.

Evaluasi dan dokumentasi


1. Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi : halusinasi sesi 2, dievaluasi
kemampuan klien mengatasi halusinasi dengan menghardik menggunakan
formulir evaluasi.
Nama Klien
N 1 2 3 4 5 6
Aspek yang dinilai
o …… … …… …… … …
. … . . … …
1 Menyebutkan cara yang
selama ini digunakan
mengatasi halusinasi
2 Menyebutkan efektivitas cara
3 Menyebutkan cara mengatasi
halusinasi dengan
menghardik
4 Memperagakan menghardik

41
halusinasi
Petujuk:
a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
b. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan menyebutkan: cara yang biasa
digunakan untuk mengatasi halusinasi, keefektifannya, cara menghardik
halusinasi, dan memperagakannya. Beri tanda √ jika klien mampu dan X
jika klien tidak mampu.
2. Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika melaksanakan TAK
pada catatan proses keperawatan setiap klien. Misalnya, klien mengikuti TAK
stimulasi persepsi : halusinasi Sesi 2. Klien mampu memperagakan cara
menghardik halusinasi. Anjurkan klien menggunakannya jika halusinasi
muncul, khusus pada malam hari (buat jadwal).

42
SESI III: Mengontrol Halusinasi dengan Melakukan Kegiatan

1. Persiapan
c. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok yang telah mengikuti
TAK stimulasi persepsi : halusinasi sesi 2.
d. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
b. Salam terapeutik
3) Salam dari terapis kepada klien.
4) Peserta dan terapis memakai papan nama.
d. Evaluasi/validasi.
4) Terapis menanyakan perasaan klien saat ini.
5) Terapis menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah dipelajari.
6) Terapis menanyakan pengalaman klien menerapkan cara menghardik
halusinasi.
e. Kontrak:
2) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mencegah terjadinya
halusinasi dengan melakukan kegiatan.
3) Menjelaskan aturan main berikut :
a) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta ijin
kepada terapis.
b) Lama kegiatan 30 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Terapis menjelaskan cara kedua, yaitu melakukan kegiatan sehari-hari.
Jelaskan bahwa dengan melakukan kegiatan yang teratur akan mencegah
munculnya halusinasi.
b. Terapis meminta setiap klien menyampaikan kegiatan yang biasa dilakukan
sehari-hari, dan ditulis di whiteboard.
c. Terapis membagikan formulir jadwal kegiatan harian. Terapis menulis
formulir yang sama di whiteboard.

43
d. Terapis membimbing satu per satu klien untuk membuat jadwal kegiatan
harian, dari bangun pagi sampai tidur malam. Klien menggunakan formulir,
terapis menggunakan whiteboard.
e. Terapis melatih klien memperagakan kegiatan yang telah disusun.
f. Berikan pujian dengan tepuk tangan bersama kepada klien yang sudah
selesai membuat jadwal dan memperagakan kegiatan.
4. Tahap terminasi
d. Evaluasi.
3) Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai menyusun jadwal
kegiatan dan memperagakannya.
4) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
d. Rencana tindak lanjut.
Terapis menganjurkan klien melaksanakan dua cara mengontrol halusinasi,
yaitu menghardik dan melakukan kegiatan.
e. Kontrak yang akan datang.
3) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya, yaitu
belajar cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
4) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat.
Evaluasi dan dokumentasi
1. Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi halusinasi sesi 3 dievaluasi kemampuan
klien mencegah timbulnya halusinasi dengan melakukan kegiatan harian,
dengan menggunakan formulir evaluasi.
Nama Klien
2 5
No Aspek yang dinilai 1 3 4 6
… ….
….. ……. …… ……
… .
Menyebutkan kegiatan yang
1
biasa dilakukan
Memperagakan kegiatan yang
2
biasa dilakukan
Menyusun jadwal kegiatan
3
harian
Menyebutkan dua cara
4
mengontrol halusinasi

44
Petujuk:
c. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
d. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan menyebutkan kegiatan harian
yang biasa dilakukan, memperagakan salah satu kegiatan, menyusun
jadwal kegiatan harian, dan menyebutkan dua cara mencegah halusinasi.
Beri tanda √ jika klien mampu dan X jika klien tidak mampu.
2. Dokumentasikan kemampuan yang klien miliki ketika TAK pada catatan
proses keperawatan setiap klien. Contoh : klien mengikuti TAK stimulasi
persepsi : halusinasi sesi 3. Klien mampu memperagakan kegiatan harian dan
menyusun jadwal. Anjurkan klien melakukan kegiatan untuk mencegah
halusinasi.

45
SESI IV: Mencegah Halusinasi dengan Becakap-Cakap

3. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok yang telah mengikuti
TAK stimulasi persepsi : halusinasi sesi 3.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
4. Orientasi
a. Salam terpaeutik:
3) Salam dari terapis kepada klien.
4) Peserta dan terapis memakai papan nama.
b. Evaluasi/validasi
3) Menanyakan perasaan klien saat ini.
4) Menanyakan pengalaman klien setelah menerapkan dua cara yang telah
dipelajari (menghardik, menyibukkan diri dengan kegiatan terarah) untuk
mencegah halusinasi.
c. Kontrak
3) Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap.
4) Terapis menjelaskan aturan main berikut :
a) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta ijin
kepada terapis.
b) Lama kegiatan 30 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal samapai selesai.
5. Tahap kerja
h. Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk
mengontrol dan mencegah halusinasi.
i. Terapis meminta setiap klien menyebutkan orang yang biasa dan bisa diajak
bercakap-cakap.
j. Terapis meminta setiap klien menyebutkan pokok pembicaraan yang biasa
dan bisa dilakukan.

46
k. Terapis memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi muncul,
“Suster, ada suara di telinga, saya mau ngobrol saja dengan suster” atau
“Suster, saya mau ngobrol tentang kapan saya boleh pulang”.
l. Terapis meminta klien untuk memperagakan percakapan dengan orang di
sebelahnya.
m. Berikan pujian atas keberhasilan klien.
n. Ulangi kegiatan no. 5 dan 6 sampai semua klien mendapat giliran.
6. Tahap terminasi
d. Evaluasi
4) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
5) Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah dilatih.
6) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
e. Rencana tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan tiga cara mengontrol halusinasi, yaitu
menghardik, melakukan kegiatan harian, dan bercakap-cakap.
f. Kontrak yang akan datang
3) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya, yaitu
belajar cara mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
4) Terapis menyepakati waktu dan tempat
Evaluasi dan dokumentasi
1. Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAK Stimulasi persepsi halusinasi sesi 4, dievaluasi
kemampuan mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap, yaitu dengan
menggunakan formulir evaluasi.
Nama Klien
No Aspek yang dinilai 1 2 3 4 5 6
…… …… …… ….. ….. ……
1 Menyebutkan orang yang biasa
diajak bicara
2 Memperagakan percakapan
3 Menyusun jadwal percakapan
4 Menyebutkan tiga cara
mengontrol dan mencegah
halusinasi

47
Petujuk:
a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
b. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan menyebutkan orang yang
biasa diajak bicara, memperagakan percakapan, menyusun jadwal
percakapan, menyebutkan tiga cara mencegah halusinasi. Beri tanda √ jika
klien mampu dan X jika klien tidak mampu.

2. Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika melakukan TAK


pada catatan proses keperawatan setiap klien. Contoh : klien mengikuti TAK
stimulasi persepsi : halusinasi sesi 4. Klien belum mampu secara lancar
bercakap-cakap dengan orang lain. Anjurkan klien bercakap-cakap dengan
perawat dan klien lain di ruang rawat

48
Sesi V: Mengontrol Halusinasi dengan Patuh Minum Obat

1. Persiapan
c. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok yang telah mengikuti
TAK stimulasi persepsi : halusinasi sesi 4.
d. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
d. Salam terpaeutik
1)Salam dari terapis kepada klien.
2)Peserta dan terapis memakai papan nama
e. Evaluasi/validasi
3) Menanyakan perasaan klien saat ini
4) Terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi setelah
menggunakan tiga cara yang telah dipelajari (menghardik, menyibukkan
diri dengan kegiatan dan bercakap-cakap).
f. Kontrak
1)Terapis menjelaskan tujuan kegiatan dengan anggota kelompok, yaitu
mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
2)Menjelaskan aturan main berikut :
a) Jika klien akan meninggalkan kelompok harus meminta ijin kepada
terapis.
b) Lama kegiatan 30 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
m. Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu mencegah
kambuh, karena obat member perasaan tenang, dan memperlambat kambuh.
n. Terapis menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat, yaitu penyebab
kambuh.
o. Terapis meminta setiap klien menyampaikan obat yang dimakan dan waktu
memakannya. Buat daftar di whiteboard.

49
p. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu minum
obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat, benar dosis
obat.
q. Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat, secara bergiliran.
r. Berikan pujian pada klien yang benar.
s. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di whiteboard).
t. Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat di
whiteboard).
u. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara mencegah
halusinasi/kambuh.
v. Menjelaskan akibat/kerugian tidak patuh minum obat, yaitu kejadian
halusinasi/kambuh.
w. Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan
kerugian tidak patuh minum obat.
x. Memberi pujian setiap kali klien benar.
4. Tahap terminasi
b. Evaluasi
4) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
5) Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi yang sudah
dipelajari.
6) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
e. Rencana tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan empat cara mengontrol halusinasi, yaitu
menghardik, melakukan kegiatan, bercakap-cakap, dan patuh minum obat.
f.Kontrak yang akan datang
3) Terapis mengakhiri sesi TAK stimulasi persepsi untuk mengontrol
halusinasi.
4) Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai dengan indikasi
klien.

50
Evaluasi dan dokumentasi
3. Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi : halusinasi sesi 5, kemampuan klien
yang diharapkan adalah menyebutkan lima benar cara minum obat,
keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Formulir
evaluasi terdapat pada lampiran berikutnya.
Nama Klien
No Aspek yang dinilai 1 2 3 4 5 6
…… ….. …... …… …… ……
1 Menyebutkan 5 benar cara
minum obat
2 Menyebutkan keuntungan
minum obat
3 Menyebutkan akibat tidak
patuh minum obat
Petujuk:
a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
b. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan menyebutkan 5 benar cara
minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat.
Beri tanda √ jika klien mampu dan X jika klien tidak mampu.

4. Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika melakukan TAK pada


catatan proses keperawatan setiap klien. Contoh : klien mengikuti TAK
stimulasi persepsi : halusinasi Sesi 5. Klien mampu menyebutkan lima benar
cara minum obat, manfaat minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat
(kambuh). Anjurkan klien minum obat dengan cara yang benar.

51
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A. dan Akemat. 2005. Keperawatan Jiwa: Terapi Akitivitas Kelompok.
Jakarta: EGC.

Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga


Universitas Press.

Purwaningsih, W. dan Karlina, I. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa: Dilengkapi


Terapi Modalitas dan Standard Operating Procedure (SOP). Jogyakarta:
Nuha Medika Press.

Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi. Bandung: PT Refika Aditama.

52

Anda mungkin juga menyukai