OLEH:
OLEH : KELOMPOK 2
1
2014
PENDAHULUAN
2
Tindakan pengobatan (medis) yang dapat dilakukan kepada klien dengan
halusinasi yaitu pengobatan psikofarmaka dan terapi kejang listrik (Maramis,
2005). Penatalaksanaan klien dengan perilaku halusinasi selama ini lebih
menekankan pada medikasi antipsikotik berupa pemberian obat-obat
psikofarmaka dalam perbaikan klinis. Menurut Maramis (2005), medikasi
antipsikotik adalah inti dari pengobatan skizofrenia dengan gejala penyertanya,
penelitian Maramis (2005) menemukan bahwa intervensi psikososial dapat
memperkuat perbaikan klinis, seperti psikoterapi suportif individual atau
kelompok. Salah satu terapi keperawatan jiwa yang dapat mendukung psikoterapi
suportif pada pasien gangguan jiwa adalah Terapi Aktivitas Kelompok (TAK),
salah satunya adalah TAK Stimulasi Persepsi Halusinasi.
TAK Stimulasi Persepsi Halusinasi adalah suatu bentuk terapi yang
mengajarkan dan mempraktekkan kepada individu atau klien dengan perilaku
halusinasi agar mampu mengontrol halusinasinya. TAK Stimulasi Persepsi ini
dapat membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi, menstimuli
persepsi dalam upaya memotivasi proses berpikir dan afektif serta mengurangi
perilaku maladaptif. Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau
stimulus yang pernah dialami. Dalam kegiatan TAK ini klien diajarkan mengenali
halusinasinya (isi, waktu terjadinya, frekuensi terjadinya, situasi yang
menyebabkan halusinasi muncul dan perasaan klien saat munculnya halusinasi)
serta diajarkan bagaimana cara untuk mengontrol halusinasinya, misalnya dengan
cara menghardik halusinasi, sehingga klien dapat melawan halusinasi yang
dialaminya secara internal, cara lain yang dapat diajarkan adalah melakukan
aktivitas yang terjadwal, dimana kebanyakan halusinasi muncul akibat banyaknya
waktu luang yang tidak dimanfaatkan dengan baik. Klien dapat melakukan
berbagai kegiatan mengisi waktu luangnya, sehingga frekuensi klien mengalami
halusinasi juga berkurang. Beberapa kegiatan lainnya, yaitu melatih klien untuk
bercakap-cakap dengan orang lain, dan juga patuh minum obat. Berbagai kegiatan
yang diberikan dalam TAK Stimulasi Persepsi Halusinasi kepada klien dengan
perilaku halusinasi adalah untuk melatih klien cara-cara mengatasi gangguan
halusinasinya sehingga klien dapat mengontrol terjadinya halusinasi (Keliat dan
Akemat, 2005).
3
4
BAB II
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI:
HALUSINASI
A. TOPIK:
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi halusinasi
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang
diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya dan meningkatkan
kemampuan uji realitas (reality testing) melalui komunikasi dan umpan
balik dengan atau dari orang lain.
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengenal halusinasi.
b. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan menghardik.
c. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan.
d. Klien dapat mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap.
e. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat
C. LANDASAN TEORI
1. Konsep Dasar Halusinasi
a. Pengertian halusinasi
a. Faktor predisposisi
a) Faktor genetis
5
Secara genetis, halusinasi diturunkan melalui kromosom-kromosom
b) Faktor neurobiologis
c) Studi neurotransmitter
d) Teori virus
e) Psikologis
antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang pencemas, terlalu melindungi,
dingin, dan tidak berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan
anaknya. Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jwab mudah terjerumus
b. Faktor Presipitasi
6
3) Kondisi kesehatan
4) Lingkungan
c. Jenis halusinasi
sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-
kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai ke percakapan lengkap
antara dua orang atau lebih tentang orang yang mengalarni halusinasi. Pikiran
geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bisa
3. Halusinasi penghidu, klien membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin,
4. Halusinasi pengecapan, klien merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin
atau feses.
tanpa stimulus yang jelas, seperti rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah,
7
7. Halusinasi kinesthetic, yaitu merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa
bergerak.
d. Fase halusinasi
keparahannya. Stuart dan Laraia (dalam Stuart dan Sundeen, 2006), membagi fase
Tabel 1
Fase-Fase Halusinasi
8
Fase Karakteristik Perilaku pasien
halusinasi
ansietas dan menakutkan, otonom yang
tingkat berat, klien mulai lepas menunjukkan
secara umum, kendali dan mungkin ansietas, seperti
halusinasi mencoba untuk peningkatan nadi,
menjadi menjauhkan dirinya pernafasan, dan
menjijikkan dengan sumber yang tekanan darah;
dipersepsikan. Klien penyempitan
mungkin merasa kemampuan
malu karena konsentrasi,
pengalaman dipenuhi dengan
sensorinya dan pengalaman
menarik diri dari sensori dan
orang lain. kehilangan
(Psikotik ringan) kemampuan
membedakan
antara halusinasi
dengan realita.
Fase III: Klien berhenti Cenderung
Controlling - menghentikan mengikuti
ansietas perlawanan terhadap petunjuk yang
tingkat berat, halusinasi dan diberikan
pengalaman menyerah pada halusinasinya
sensori halusinasi tersebut. daripada
menjadi Isi halusinasi menjadi menolaknya,
berkuasa menarik, dapat kesukaran
berupa permohonan. berhubungan
Klien mungkin dengan orang
mengalarni kesepian lain, rentang
jika pengalaman perhatian hanya
sensori tersebut beberapa detik
berakhir. (Psikotik) atau menit,
adanya tanda-
tanda fisik
ansietas berat :
berkeringat,
tremor, tidak
mampu
mengikuti
petunjuk.
Fase IV: Pengalaman sensori Perilaku
Conquering menjadi mengancam menyerang-teror
Panik, dan menakutkan jika seperti panik,
umumnya klien tidak mengikuti berpotensi kuat
halusinasi perintah. Halusinasi melakukan
menjadi lebih bisa berlangsung bunuh diri atau
9
Fase Karakteristik Perilaku pasien
halusinasi
rumit, melebur dalam beberapa jam membunuh orang
dalam atau hari jika tidak lain, Aktivitas
halusinasinya ada intervensi fisik yang
terapeutik. merefleksikan isi
(Psikotik Berat) halusinasi seperti
amuk, agitasi,
menarik diri, atau
katatonia, tidak
mampu berespon
terhadap perintah
yang kompleks,
tidak mampu
berespon
terhadap lebih
dari satu orang.
e. Penatalaksanaan keperawatan
Menurut Keliat (2005), ada beberapa cara yang bisa dilatihkan kepada
a. Menghardik halusinasi.
berusaha melawan halusinasi yang dialaminya secara internal juga. Klien dilatih
untuk mengatakan, ”tidak mau dengar...., tidak mau lihat”. Ini dianjurkan untuk
eksternal jika berhubungan dengan orang lain. Dua hal ini akan mengurangi fokus
10
c. Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian.
dimanfaatkan dengan baik oleh klien. Klien akhirnya asyik dengan halusinasinya.
Untuk itu, klien perlu dilatih menyusun rencana kegiatan dari pagi sejak bangun
pagi sampai malam menjelang tidur dengan kegiatan yang bermanfaat. Perawat
d. Menggunakan obat.
klien perlu diberi penjelasan bagaimana kerja obat dapat mengatasi halusinasi,
yang benar dalam pemberian obat agar klien patuh untuk menjalankan pengobatan
klien yang mengalami halusinasi sesuai dengan kemampuan keluarga. Hal ini
penting dilakukan dengan dua alasan. Pertama keluarga adalah sistem di mana
klien berasal. Pengaruh sikap keluarga akan sangat menentukan kesehatan jiwa
klien. Klien mungkin sudah mampu mengatasi masalahnya, tetapi jika tidak
didukung secara kuat, klien bisa mengalami kegagalan, dan halusinasi bisa
kambuh lagi. Alasan kedua, halusinasi sebagai salah satu gejala psikosis bisa
11
halusinasi, diharapkan keluarga dapat menjadi terapis begitu klien kembali ke
rumah.
f. Penatalaksanaan medis
a. Psikofarmakologis
(2009) adalah terapi yang bertujuan untuk membantu klien yang mengalami
12
3. Manfaat TAK
a. Manfaat umum
2) Melakukan sosialisasi.
b. Manfaat khusus
c. Manfaat rehabilitasi
13
d. Klien yang mudah bosan.
menunjukkan gejala regresi dan halusinasi dan ilusi yang berat dan orang-
f. Klien dengan ego psiko patologik berat yang menyebabkan psikotik kronik
yang kurang.
4. Komponen TAK
Menurut Stuart & Laraia (dalam Keliat dan Akemat, 2005), komponen
a. Struktur kelompok
stabilitas dan membantu pengaturan pola perilaku dan interaksi. Struktur dalam
kelompok diatur dengan adanya pemimpin dan anggota, arah komunikasi dipandu
b. Besar kelompok
anggotanya berkisar antara 5-12 orang (Keliat dan Akemat, 2005). Jumlah
anggota kelompok kecil menurut Stuart dan Laraia (dalam Keliat dan Akemat,
2005) adalah 7-10 orang, sedangkan menurut Rawlins, Williams, dan Beck (1993,
dalam Keliat dan Akemat, 2005) adalah 5-10 orang. Jika anggota kelompok
14
cukup variasi informasi dan interaksi yang terjadi. Menurut Johnson (dalam
Yosep, 2009) terapi kelompok sebaiknya tidak lebih dari 8 anggota karena
interaksi dan reaksi interpersonal yang terbaik terjadi pada kelompok dengan
jumlah sebanyak itu. Apabila keanggotaanya lebih dari 10, maka akan terlalu
banyak tekanan yang dirasakan oleh anggota sehingga anggota merasa lebih
c. Lamanya sesi
Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi kelompok
yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi (Stuart & Laraia,
dalam Keliat dan Akemat, 2005). Biasanya dimulai dengan pemanasan berupa
orientasi, kemudian tahap kerja, dan finishing berupa terminasi. Banyaknya sesi
tergantung pada tujuan kelompok, dapat satu kali atau dua kali perminggu; atau
d. Komunikasi
balik untuk memberi kesadaran pada anggota kelompok terhadap dinamika yang
terjadi.
e. Peran kelompok
tiga peran dan fungsi kelompok yang ditampilkan anggota kelompok dalam kerja
kelompok (Bernes & Sheats, 1948, dalam Keliat dan Akemat, 2005), yaitu
maintenance roles, task roles, dan individual role. Maintence role, yaitu peran
serta aktif dalam proses kelompok dan fungsi kelompok. Task roles, yaitu fokus
15
pada penyelesaian tugas. Individual roles adalah self-centered dan distraksi pada
kelompok.
f. Kekuatan kelompok
anggota kelompok yang bervariasi diperlukan kajian siapa yang paling banyak
Menurut Keliat dan Akemat (2005) tujuan umum TAK stimulasi persepsi
tepat.
b. Klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami.
1) Tujuan
16
c) Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi
2) Setting
3) Alat
a) Spidol
b) Papan tulis/whiteboard/flipchart
4) Metode
b) Bermain peran/simulasi
5) Langkah kegiatan
a) Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan perubahan sensori
persepsi : halusinasi
b) Orientasi
a. Salam terapeutik.
c. Kontrak
17
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu mengenal
a) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta ijin
kepada terapis.
c) Tahap kerja
yang membuat terjadi, dan perasaan klien pada saat terjadi halusinasi. Mulai
dari klien yang sebelah kanan, secara berurutan sampai semua klien mendapat
d. Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien dari suara yang
biasa didengar.
d) Tahap terminasi
a. Evaluasi
b. Tindak lanjut
18
Terapis meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi, dan perasaannya
a) Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
pada catatan proses keperawatan setiap klien. Contoh : klien mengikuti TAK
1) Tujuan
a) Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi
halusinasi.
19
2) Setting
3) Alat
4) Metoda
b) Bermain peran/simulasi.
5) Langkah kegiatan
1. Persiapan
2. Orientasi
a. Salam terpaeutik
b. Evaluasi/validasi.
dan perasaan.
c. Kontrak.
20
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu dengan latihan satu cara mengontrol
halusinasi.
a) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta ijin
kepada terapis.
3. Tahap kerja :
a. Terapis meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada saat mengalami
giliran.
halusinasi dimulai dari klien di sebelah kiri terapis berurutan searah jarum
f. Terapis memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk tangan saat
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi.
21
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK yang berikutnya, yaitu
a) Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
formulir evaluasi.
pada catatan proses keperawatan setiap klien. Misalnya, klien mengikuti TAK
1) Tujuan
munculnya halusinasi.
22
b) Klien dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mencegah terjadinya halusinasi.
2) Setting
3) Alat
4) Metode
5) Langkah kegiatan
a) Persiapan
b) Orientasi
a. Salam terapeutik
b. Evaluasi/validasi.
23
3) Terapis menanyakan pengalaman klien menerapkan cara menghardik
halusinasi.
c. Kontrak:
a) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta ijin
kepada terapis.
c) Tahap kerja
munculnya halusinasi.
d. Terapis membimbing satu per satu klien untuk membuat jadwal kegiatan
harian, dari bangun pagi sampai tidur malam. Klien menggunakan formulir,
f. Berikan pujian dengan tepuk tangan bersama kepada klien yang sudah selesai
24
d) Tahap terminasi
a. Evaluasi.
dan memperagakannya.
1. Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
halusinasi.
25
d. Sesi 4 mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
1) Tujuan
halusinasi.
2) Setting
3) Alat
4) Metoda
b) Bermain peran/simulasi
5) Langkah kegiatan
1. Persiapan
2. Orientasi
a. Salam terpaeutik:
26
b. Evaluasi/validasi
mencegah halusinasi.
c. Kontrak
cakap.
a) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta ijin
kepada terapis.
3. Tahap kerja
b. Terapis meminta setiap klien menyebutkan orang yang biasa dan bisa diajak
bercakap-cakap.
c. Terapis meminta setiap klien menyebutkan pokok pembicaraan yang biasa dan
bisa dilakukan.
ada suara di telinga, saya mau ngobrol saja dengan suster” atau “Suster, saya
27
e. Terapis meminta klien untuk memperagakan percakapan dengan orang di
sebelahnya.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
pada catatan proses keperawatan setiap klien. Contoh : klien mengikuti TAK
28
stimulasi persepsi : halusinasi sesi 4. Klien belum mampu secara lancar
1) Tujuan
2) Setting
3) Alat
4) Metoda
5) Langkah kegiatan
1. Persiapan
2. Orientasi
29
a. Salam terpaeutik
b. Evaluasi/validasi
c. Kontrak
a) Jika klien akan meninggalkan kelompok harus meminta ijin kepada terapis.
3. Tahap kerja
kambuh.
c. Terapis meminta setiap klien menyampaikan obat yang dimakan dan waktu
30
d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu minum
obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat, benar dosis
obat.
e. Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat, secara bergiliran.
whiteboard).
i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara mencegah
halusinasi/kambuh.
halusinasi/kambuh.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
dipelajari.
31
c. Kontrak yang akan datang
2) Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai dengan indikasi klien.
1. Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Formulir
cara minum obat, manfaat minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat
D. KLIEN
1. Jumlah Klien
Jumlah anggota kelompok adalah antara 5 – 10 orang, pada kegiatan
TAK ini direncanakan klien sebanyak 6 orang.
2. Karakteristik/Kriteria
Klien yang dapat diberikan TAK Stimulasi persepsi halusinasi
adalah klien dengan gangguan sensori persepsi: halusinasi.
3. Proses Seleksi
Proses seleksi akan dilakukan pada semua klien, hal ini ditujukan
untuk mengetahui kondisi klien yang memerlukan proses terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi, dimana semua klien sebelumnya akan
32
dilakukan seleksi sesuai dengan kriteria yang diperlukan yaitu klien dengan
halusinasi. Adapun pasien yang digunakan pada TAK ini adalah:
a. Bara Ferari
b. Ni Ketut Suparti
c. Luh Putu Kresni
d. Ketut Sutiani
e. Nengah Kunyit
f. Nyoman Kerti
E. Pengorganisasian
1. Waktu
Pelaksanaan TAK Stimulasi Persepsi: Halusinasi akan dilakukan
dalam 5 sessi yang dilakukan pada satu hari, yaitu akan dimulai pada:
Sesi I
Hari : Jumat
Tanggal : 23 Mei 2014
Jam : 10.00 – 10.30 Wita
Tempat : Ruang Kunti RSJ Provinsi Bali di Bangli
Sesi II
Hari : Jumat
Tanggal : 23 Mei 2014
Jam : 10.30 – 11.00 Wita
Tempat : Ruang Kunti RSJ Provinsi Bali di Bangli
Sesi III
Hari : Jumat
Tanggal : 23 Mei 2014
Jam : 11.00 – 11.30 Wita
Tempat : Ruang Kunti RSJ Provinsi Bali di Bangli
Sesi IV
Hari : Sabtu
Tanggal : 24 Mei 2014
Jam : 10.00 – 10.30 Wita
Tempat : Ruang Kunti RSJ Provinsi Bali di Bangli
33
Sesi V
Hari : Sabtu
Tanggal : 24 Mei 2014
Jam : 10.30 – 11.00 Wita
Tempat : Ruang Kunti RSJ Provinsi Bali di Bangli
2. Tim terapis
Tim terapi pada pelaksanaan TAK stimulasi persepsi: halusinasi
terdiri dari :
Leader :
Sesi I: Desak Putu Seriasa
Sesi II: Komang Purniasari
Sesi III: Putu Erawati
Sesi IV: Putu Eka Ernawati
Sesi V: I Nengah Wirata
Tugas: a. Menyusun proposal TAK
b. Menjelaskan tujuan pelaksanaan dan peraturan-peraturan
TAK sebelum kegiatan dimulai
c. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok
d. Mampu memimpin TAK dengan baik
Co Leader :
Sesi I: Komang Barga Wisada Penida
Sesi II: Putu A. Permana Adi Putra
Sesi III: I Nengah Wirata
Sesi IV: Putu Erawati
Sesi V: Putu Eka Ernawati
Tugas: a. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang
aktivitas klien.
b. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang.
c. Mengingatkan leader tentang waktu.
34
Fasilitator :
Sesi I: 1. Komang Purniasari
2. Putu A. Permana Adi Putra
3. Kadek Ary Yusiadewi
4. Putu Erawati
5. Putu Eka Ernawati
35
Tugas: a. Memfasilitasi klien yang kurang aktif
b. Berperan sebagai role model bagi klien selama kegaitan
berlangsung.
c. Mempertahankan kehadiran peserta.
Observer :
Sesi I: I Nengah Wirata
Sesi II: Kadek Ary Yusiadewi
Sesi III: Komang Barga Wisada Penida
Sesi IV: Desak Putu Seriasa
Sesi V: Komang Purniasari
Tugas: a. Mengobservasi proses atau jalannya kegiatan.
b. Mencatat perilaku verbal dan nonverbal klien selama
kegiatan berlangsung
3. Metode dan Media
a) Metoda
TAK stimulasi persepsi: halusinasi dilakukan dengan menggunakan
metoda
2) Diskusi dan tanya jawab
3) Bermain peran/stimulasi
b) Media
Media yang digunakan dalam TAK stimulasi persepsi: halusinasi:
1) Spidol
2) Papan tulis/whitboard/flipchat
3) Jadwal kegiatan harian
4) Pulpen
5) Tape Recorder
6) Kaset
36
4. Setting tempat
Keterangan:
: Klien
: Fasilitator
: Observer
F. Proses Pelaksanaan
Proses pelaksanaan TAK Stimulasi Persepsi: Halusinasi yaitu sebagai
berikut:
SESI I: Mengenal Halusinasi
a) Persiapan
d. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan ganggaun
sensori persepsi : halusinasi
e. Membuat kontrak dengan klien
f. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b) Orientasi
d. Salam terapeutik.
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
37
3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama).
e. Evaluasi/validasi : Menanyakan perasaan klien saat ini
f. Kontrak
3) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu
mengenal suara-suara yang didengar.
4) Terapis menjelaskan aturan main berikut :
d) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta
ijin kepada terapis.
e) Lama kegiatan 30 menit.
f) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
c) Tahap kerja
e. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu mengenal
suara-suara yang didengar (halusinasi) tentang isinya, waktu terjadinya,
situasi terjadinya, dan perasaan klien pada saat terjadi.
f. Terapis meminta klien menceritakan isi halusinasi, kapan terjadinya,
situasi yang membuat terjadi, dan perasaan klien pada saat terjadi
halusinasi. Mulai dari klien yang sebelah kanan, secara berurutan sampai
semua klien mendapat giliran. Hasilnya ditulis di whiteboard.
g. Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik.
h. Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien dari suara
yang biasa didengar.
d) Tahap terminasi
d. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
e. Tindak lanjut
Terapis meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi, dan
perasaannya jika terjadi halusinasi.
f. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol
halusinasi.
2) Menyepakati waktu dan tempat
38
Evaluasi dan dokumentasi
1. Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK Stimulasi Persepsi : Halusinasi sesi 1, kemampuan
yang diharapkan adalah mengenal isi halusinasi, waktu terjadinya
halusinasi, situasi terjadinya halusinasi, dan perasaan saat terjadi halusinasi.
Formulir evaluasi tersedia pada lampiran berikutnya.
Nama Klien
1 3
No Aspek yang dinilai 2 4 5 6
…… ……
……. ……. ……. ……..
. .
Menyebutkan isi
1
halusinasi
Menyebutkan waktu
2
terjadi halusinasi
Menyebutkan situasi
3
terjadi halusinasi
Menyebutkan perasaan
4
saat halusinasi
Petujuk:
a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
b. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi: isi,
waktu, situasi, dan perasaan. Beri tanda √ jika klien mampu dan X jika
klien tidak mampu.
2. Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika melakukan TAK
pada catatan proses keperawatan setiap klien. Contoh : klien mengikuti
TAK stimulasi persepsi : halusinasi Sesi 1. Klien mampu menyebutkan isi
halusinasi (menyuruh memukul), waktu (pukul 9 malam), situasi (jika
sedang sendiri), perasaan (kesal dan geram). Anjurkan klien
mengidentifikasi halusinasi yang timbul dan menyampaikan kepada
perawat.
39
Sesi II: Mengontrol Halusinasi dengan Menghardik
1. Persiapan
c. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok yang telah mengikuti
TAK stimulasi persepsi: halusinasi sesi 1.
d. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
d. Salam terpaeutik
3) Salam dari terapis kepada klien.
4) Klien dan terapis memakai papan nama.
e. Evaluasi/validasi.
3) Terapis menanyakan perasaan klien saat ini.
4) Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi : isi, waktu,
situasi, dan perasaan.
f. Kontrak.
3) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu dengan latihan satu cara mengontrol
halusinasi.
4) Menjelaskan aturan main berikut :
a) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta ijin
kepada terapis.
b) Lama kegiatan 30 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja :
g. Terapis meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada saat
mengalami halusinasi, dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai semua klien
mendapat giliran.
h. Berikan pujian setiap klien selesai bercerita.
i. Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik
halusinasi saat halusinasi muncul.
j. Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi, yaitu : “Pergi, jangan
ganggu saya”, “Saya mau bercakap-cakap dengan…”.
40
k. Terapis meminta masing-masing klien memperagakan cara menghardik
halusinasi dimulai dari klien di sebelah kiri terapis berurutan searah jarum
jam sampai semua peserta mendapatkan giliran.
l. Terapis memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk tangan saat
setiap klien selesai memperagakan menghardik halusinasi.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi.
3) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
4) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Rencana tindak lanjut.
3) Terapis menganjurkan setiap anggota kelompok untuk menerapkan cara
yang telah dipelajari jika halusinasi muncul.
4) Memasukkan kegiatan menghardik pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang.
3) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK yang berikutnya,
yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan.
4) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya.
41
halusinasi
Petujuk:
a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
b. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan menyebutkan: cara yang biasa
digunakan untuk mengatasi halusinasi, keefektifannya, cara menghardik
halusinasi, dan memperagakannya. Beri tanda √ jika klien mampu dan X
jika klien tidak mampu.
2. Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika melaksanakan TAK
pada catatan proses keperawatan setiap klien. Misalnya, klien mengikuti TAK
stimulasi persepsi : halusinasi Sesi 2. Klien mampu memperagakan cara
menghardik halusinasi. Anjurkan klien menggunakannya jika halusinasi
muncul, khusus pada malam hari (buat jadwal).
42
SESI III: Mengontrol Halusinasi dengan Melakukan Kegiatan
1. Persiapan
c. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok yang telah mengikuti
TAK stimulasi persepsi : halusinasi sesi 2.
d. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
b. Salam terapeutik
3) Salam dari terapis kepada klien.
4) Peserta dan terapis memakai papan nama.
d. Evaluasi/validasi.
4) Terapis menanyakan perasaan klien saat ini.
5) Terapis menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah dipelajari.
6) Terapis menanyakan pengalaman klien menerapkan cara menghardik
halusinasi.
e. Kontrak:
2) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mencegah terjadinya
halusinasi dengan melakukan kegiatan.
3) Menjelaskan aturan main berikut :
a) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta ijin
kepada terapis.
b) Lama kegiatan 30 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Terapis menjelaskan cara kedua, yaitu melakukan kegiatan sehari-hari.
Jelaskan bahwa dengan melakukan kegiatan yang teratur akan mencegah
munculnya halusinasi.
b. Terapis meminta setiap klien menyampaikan kegiatan yang biasa dilakukan
sehari-hari, dan ditulis di whiteboard.
c. Terapis membagikan formulir jadwal kegiatan harian. Terapis menulis
formulir yang sama di whiteboard.
43
d. Terapis membimbing satu per satu klien untuk membuat jadwal kegiatan
harian, dari bangun pagi sampai tidur malam. Klien menggunakan formulir,
terapis menggunakan whiteboard.
e. Terapis melatih klien memperagakan kegiatan yang telah disusun.
f. Berikan pujian dengan tepuk tangan bersama kepada klien yang sudah
selesai membuat jadwal dan memperagakan kegiatan.
4. Tahap terminasi
d. Evaluasi.
3) Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai menyusun jadwal
kegiatan dan memperagakannya.
4) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
d. Rencana tindak lanjut.
Terapis menganjurkan klien melaksanakan dua cara mengontrol halusinasi,
yaitu menghardik dan melakukan kegiatan.
e. Kontrak yang akan datang.
3) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya, yaitu
belajar cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
4) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat.
Evaluasi dan dokumentasi
1. Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi halusinasi sesi 3 dievaluasi kemampuan
klien mencegah timbulnya halusinasi dengan melakukan kegiatan harian,
dengan menggunakan formulir evaluasi.
Nama Klien
2 5
No Aspek yang dinilai 1 3 4 6
… ….
….. ……. …… ……
… .
Menyebutkan kegiatan yang
1
biasa dilakukan
Memperagakan kegiatan yang
2
biasa dilakukan
Menyusun jadwal kegiatan
3
harian
Menyebutkan dua cara
4
mengontrol halusinasi
44
Petujuk:
c. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
d. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan menyebutkan kegiatan harian
yang biasa dilakukan, memperagakan salah satu kegiatan, menyusun
jadwal kegiatan harian, dan menyebutkan dua cara mencegah halusinasi.
Beri tanda √ jika klien mampu dan X jika klien tidak mampu.
2. Dokumentasikan kemampuan yang klien miliki ketika TAK pada catatan
proses keperawatan setiap klien. Contoh : klien mengikuti TAK stimulasi
persepsi : halusinasi sesi 3. Klien mampu memperagakan kegiatan harian dan
menyusun jadwal. Anjurkan klien melakukan kegiatan untuk mencegah
halusinasi.
45
SESI IV: Mencegah Halusinasi dengan Becakap-Cakap
3. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok yang telah mengikuti
TAK stimulasi persepsi : halusinasi sesi 3.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
4. Orientasi
a. Salam terpaeutik:
3) Salam dari terapis kepada klien.
4) Peserta dan terapis memakai papan nama.
b. Evaluasi/validasi
3) Menanyakan perasaan klien saat ini.
4) Menanyakan pengalaman klien setelah menerapkan dua cara yang telah
dipelajari (menghardik, menyibukkan diri dengan kegiatan terarah) untuk
mencegah halusinasi.
c. Kontrak
3) Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap.
4) Terapis menjelaskan aturan main berikut :
a) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta ijin
kepada terapis.
b) Lama kegiatan 30 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal samapai selesai.
5. Tahap kerja
h. Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk
mengontrol dan mencegah halusinasi.
i. Terapis meminta setiap klien menyebutkan orang yang biasa dan bisa diajak
bercakap-cakap.
j. Terapis meminta setiap klien menyebutkan pokok pembicaraan yang biasa
dan bisa dilakukan.
46
k. Terapis memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi muncul,
“Suster, ada suara di telinga, saya mau ngobrol saja dengan suster” atau
“Suster, saya mau ngobrol tentang kapan saya boleh pulang”.
l. Terapis meminta klien untuk memperagakan percakapan dengan orang di
sebelahnya.
m. Berikan pujian atas keberhasilan klien.
n. Ulangi kegiatan no. 5 dan 6 sampai semua klien mendapat giliran.
6. Tahap terminasi
d. Evaluasi
4) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
5) Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah dilatih.
6) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
e. Rencana tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan tiga cara mengontrol halusinasi, yaitu
menghardik, melakukan kegiatan harian, dan bercakap-cakap.
f. Kontrak yang akan datang
3) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya, yaitu
belajar cara mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
4) Terapis menyepakati waktu dan tempat
Evaluasi dan dokumentasi
1. Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAK Stimulasi persepsi halusinasi sesi 4, dievaluasi
kemampuan mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap, yaitu dengan
menggunakan formulir evaluasi.
Nama Klien
No Aspek yang dinilai 1 2 3 4 5 6
…… …… …… ….. ….. ……
1 Menyebutkan orang yang biasa
diajak bicara
2 Memperagakan percakapan
3 Menyusun jadwal percakapan
4 Menyebutkan tiga cara
mengontrol dan mencegah
halusinasi
47
Petujuk:
a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
b. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan menyebutkan orang yang
biasa diajak bicara, memperagakan percakapan, menyusun jadwal
percakapan, menyebutkan tiga cara mencegah halusinasi. Beri tanda √ jika
klien mampu dan X jika klien tidak mampu.
48
Sesi V: Mengontrol Halusinasi dengan Patuh Minum Obat
1. Persiapan
c. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok yang telah mengikuti
TAK stimulasi persepsi : halusinasi sesi 4.
d. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
d. Salam terpaeutik
1)Salam dari terapis kepada klien.
2)Peserta dan terapis memakai papan nama
e. Evaluasi/validasi
3) Menanyakan perasaan klien saat ini
4) Terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi setelah
menggunakan tiga cara yang telah dipelajari (menghardik, menyibukkan
diri dengan kegiatan dan bercakap-cakap).
f. Kontrak
1)Terapis menjelaskan tujuan kegiatan dengan anggota kelompok, yaitu
mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
2)Menjelaskan aturan main berikut :
a) Jika klien akan meninggalkan kelompok harus meminta ijin kepada
terapis.
b) Lama kegiatan 30 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
m. Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu mencegah
kambuh, karena obat member perasaan tenang, dan memperlambat kambuh.
n. Terapis menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat, yaitu penyebab
kambuh.
o. Terapis meminta setiap klien menyampaikan obat yang dimakan dan waktu
memakannya. Buat daftar di whiteboard.
49
p. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu minum
obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat, benar dosis
obat.
q. Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat, secara bergiliran.
r. Berikan pujian pada klien yang benar.
s. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di whiteboard).
t. Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat di
whiteboard).
u. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara mencegah
halusinasi/kambuh.
v. Menjelaskan akibat/kerugian tidak patuh minum obat, yaitu kejadian
halusinasi/kambuh.
w. Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan
kerugian tidak patuh minum obat.
x. Memberi pujian setiap kali klien benar.
4. Tahap terminasi
b. Evaluasi
4) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
5) Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi yang sudah
dipelajari.
6) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
e. Rencana tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan empat cara mengontrol halusinasi, yaitu
menghardik, melakukan kegiatan, bercakap-cakap, dan patuh minum obat.
f.Kontrak yang akan datang
3) Terapis mengakhiri sesi TAK stimulasi persepsi untuk mengontrol
halusinasi.
4) Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai dengan indikasi
klien.
50
Evaluasi dan dokumentasi
3. Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi : halusinasi sesi 5, kemampuan klien
yang diharapkan adalah menyebutkan lima benar cara minum obat,
keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Formulir
evaluasi terdapat pada lampiran berikutnya.
Nama Klien
No Aspek yang dinilai 1 2 3 4 5 6
…… ….. …... …… …… ……
1 Menyebutkan 5 benar cara
minum obat
2 Menyebutkan keuntungan
minum obat
3 Menyebutkan akibat tidak
patuh minum obat
Petujuk:
a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
b. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan menyebutkan 5 benar cara
minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat.
Beri tanda √ jika klien mampu dan X jika klien tidak mampu.
51
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B.A. dan Akemat. 2005. Keperawatan Jiwa: Terapi Akitivitas Kelompok.
Jakarta: EGC.
Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta: EGC.
52