Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)


DI RUANG GATOTKACA
RSJD dr. ARIF ZAINUDIN SURAKARTA

DISUSUN OLEH :
NAMA NIM
SRI SETYANI P1337420418115
SINTIA NURFANICA SARI P1337420418117
PUTRI AYU P1337420418118
BELA YUNINGTYAS P1337420418119
INTAN SARI P1337420418120
EVINA DIAN R P1337420418121

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


D III KEPERAWATAN BLORA
2020/2021
PROPOSAL
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
DI RUANG GATOTKACA
RSJD dr. ARIF ZAINUDIN SURAKARTA

I. TOPIK
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi : halusinasi sesi 1-2.

II. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Setelah diberikan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi
persepsi, pasien dapat meningkatkan kemampuan mengontrol halusinasi
secara bertahap sesuai dengan prosedur yang disampaikan di sesi 1, sesi 2.
B. Tujuan Khusus
a. Pasien mampu mengontrol halusinasinya.
b. Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan menghardik.

III. LANDASAN TEORI


Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi diberikan dengan
memberikan stimulus pada pasien halusinasi sehingga pasien bisa mengontrol
halusinasinya.
A. Model Konseptual
A. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indera
tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem
penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan
baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat
menerima rangsangan dari luar dan dari dalam diri individu. Dengan
kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang
hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan (Nasution, 2003).
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan.
Klien merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa
kecap meskipun tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima
indera tersebut (Izzudin, 2005).
Halusinasi adalah pengalaman paska indra tanpa adanya rangsangan
(stimulus) misalnya penderita mendengar suara – suara, bisikan dari
telinga padahal tidak ada sumber dari suara bisikan itu. ( Hawari, 2001 )
Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indra
tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem
pengindraan dimana terjadi pada saat kesadaran individu penuh atau
baik ( Nasutiaon, 2003)
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah.
(Stuart, 2007 )
Kesimpulannya halusinasi adalah presepsi klien melalui panca indra
terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.

B. Macam – Macam Halusinasi


a. Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang.
Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang
jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan
lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang
terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh
untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
b. Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,
gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias
menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
c. Penghidu
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses
umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi
penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
d. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
e. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang
jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau
orang lain.
f. Cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makan atau pembentukan urine
g. Kinisthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

C. Penyebab
a. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan
setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi,
perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian
individu terhadap stressor dan masalah koping dapat
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan
halusinasi adalah:
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh
otak untuk diinterpretasikan.
2) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
3) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stressor.

b. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor predisposisi terjadinya halusinasi
adalah:
1) Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan
dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai
dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang
berikut :
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan
otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi
pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan
perilaku psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter
yang berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor
dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal
menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak
manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis,
ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian
depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan
anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu
sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi
realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang
hidup klien.
3) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi
realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang,
kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai
stress.

D. Tanda dan Gejala


a. Pertama / comforting / menyenangkan
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan
gelisah, kesepian. Klien mungkin melamun atau memfokukan pikiran
pada hal yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan
stress. Cara ini menolong untuk sementara. Klien masih mampu
mengotrol kesadarannya dan mengenal pikirannya, namun intensitas
persepsi meningkat. Klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan bibir tanpa bersuara, pergerakan mata cepat, respon
verbal yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya dan suka
menyendiri.
b. Fase Kedua / comdemming
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman
internal dan eksternal, klien berada pada tingkat “listening” pada
halusinasi. Pemikiran internal menjadi menonjol, gambaran suara dan
sensasi halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas klien takut
apabila orang lain mendengar dan klien merasa tak mampu
mengontrolnya. Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasi
dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang
lain. Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom
seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asik
dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan dengan realitas.
c. Fase Ketiga / controlling
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien
menjadi terbiasa dan tak berdaya pada halusinasinya. Termasuk
dalam gangguan psikotik. Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi
semakin menonjol, menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi
terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya. Perilaku klien :
kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa
menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor
dan tidak mampu mematuhi perintah.
d. Fase Keempat / conquering/ panik
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari
kontrol halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan
berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarahi klien tidak
dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan
halusinasinya klien berada dalam dunia yang menakutkan dalam
waktu singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses ini menjadi
kronik jika tidak dilakukan intervensi. Perilaku klien : perilaku teror
akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik
diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah
kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.

B. Metode Yang Digunakan Dalam TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)


1. Pengertian TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)
Terapi kelompok merupakan psikoterapi yang dilakukan
sekelompok pasien bersama – sama dengan jalan diskusi satu sama lain
yang di pimpin atau di arahkan oleh seorang terapis atau petugas
kesehatan jiwa yang terlatih ( Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental
Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam Yosep, 2007 ). Terapi kelompok
adalah teraapi psikologi yang dilakukan secara untuk memberikan
stimulasi bagi pasien dengan gangguan interpersonal ( Yosep, 2008 ).
Terapi aktivitas kelompok ( TAK ) dibagi empat yaitu terapi
aktivitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi, terapi aktivitas
stimulasi sensori, terapi aktivitas orientasi relita, dan terapi aktivitas
kelompok sosialisasi ( keliat, 2004).
Terapi Aktivitas Kelompok ( TAK ) stimulasi persepsi adalah terapi
yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus terkait dengan
pengalaman dan atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok
( keliat, 2004 ).

2. Aktivitas TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)


a. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : Mengontrol halusinasi
dengan melakukan kegiatan yaitu menyanyi.

IV. KRITERIA KLIEN


A. Pasien dengan diagnosa halusinasi yang telah berhasil Strategi
Pelaksanaan/SP.
B. Pasien yang sudah rehabilitasi dan kooperatif.
C. Mencari pasien minimal 4 orang
D. Memastikan pasien kooperatif

V. PROSES SELEKSI
Kegiatan terapi kelompok ini akan diikuti oleh :
A. Klien yang tenang dan kooperatif.
B. Klien yang tidak mengalami proses fikir.
C. Klien yang mempunyai emosi yang terkontrol.
D. Klien yang tidak mengalami gangguan kesehatan fisik.
VI. URAIAN STRUKTUR KELOMPOK
1. Tempat
Bangsal gatotkaca RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta.

2. Hari/Tanggal
Jum’at, 12 Maret 2021

3. Waktu
15.00 - 15.30 WIB
Waktu yang dibutuhkan untuk terapi yaitu 30 menit.

4. Pengorganisasian
a. Jumlah dan Nama Klien
Ada 4 orang, yang bernama :
1) Rahmad
2) Nur wicahyono
3) Ivan
4) Amirrudin

b. Leader dan Uraian Tugas


1) Leader
Evina Dian R
2) Tugas
a) Memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok
b) Merencanakan, mengatur, mengontrol, dan mengembangkan
jalannya terapi aktivitas kelompok
c) Membuka acara Terapi Aktivitas Kelompok/TAK
d) Menjelaskan aturan main
e) Memimpin diskusi kelompok
f) Memberikan informasi
g) Menutup acara

c. Co-Leader dan Uraian Tugas


1) Co-Leader
⁃ Sintia Nurfanica Sari
2) Tugas
a) Mendampingi leader
b) Mengambil posisi leader jika pasif
c) Mengarahkan kembali posisi peminpin kepada leader
d) Menjadi motivator
d. Fasilitator dan Uraian Tugas
1) Fasilitator :
⁃ Sri setyani
⁃ Bela Yuningtyas
⁃ Putri ayu
2) Tugas :
a) Membantu dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan klien
sebagai anggota kelompok
b) Membantu mempersiapkan klien dan sarana yang menunjang
ketika kegiatan kelompok berlangsung
c) Memberikan motivasi kepada klien untuk tetap aktif dalam
melaksanakan terapi aktivitas kelompok
e. Observer dan Uraian Tugas
1) Observer :
Intan sari
2) Tugas :
a) Mengawasi jalannya kegiatan sesuai rencana

F. Langkah Langkah
Mengontrol halusinasi dengan menghardik.
a. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak kepada pasien yang telah mengikuti sesi 1
2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b. Orientasi
1) Salam Terapeutik
a) Salam dari perawat kepada pasien.
b) Pasien dan perawat memakai name tag.
2) Evaluasi validasi
a) Menanyakan perasaan pasien saat ini
b) Menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi : isi, waktu,
frekuensi, respon.
3) Kontrak
a) Perawat menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu dengan latihan satu
cara mengontrol halusinanya.
b) Perawat menjelaskan aturan main berikut :
 Jika ada pasien yang meninggalkan kelompok harus minta
izin kepada perawat
 Waktu kegiatan 15 menit
 Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
 Menentukan urutan kegiatan terapi aktivitas kelompok
menggunakan dadu origami

c. Tahap kerja (Waktu 7 menit)


1) Meminta pasien menceritakan apa yang dilakukan pada saat
mengalami halusinasi dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai
semua pasien mendapat giliran.
2) Memberi pujian pada pasien yang melakukan dengan baik.
3) Menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik
halusinasi saat halusinasinya muncul.
4) Memperagakan cara menghardik halusinasinya, yaitu “pergi-pergi
jangan ganggu saya, kamu tidak nyata”.
5) Meminta masing-masing pasien memperagakan cara menghardik
halusinasi di mulai dari pasien kiri, berurutan, ataupun acak
sampai semua pasien mendapat giliran.
6) Memberikan pujian dan mengajak semua pasien bertepuk tangan
saat setiap pasien selesai memperagakan menghardik halusinasi.
d. Tahap terminasi ( waktu 3 menit )
1) Evaluasi
a) Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK (Terapi
Aktivitas Kelompok)
b) Memberikan pujian atas keberhasilan terapi
2) Tindak lanjut
a) Menerapkan pasien untuk menerapkan cara yang telah
dipelajari jika halusinasinya muncul.
b) Memasukkan kegiatan menghardik dalam jadwal kegiatan
harian pasien.

G. Perilaku Yang Diharapkan


a. Persiapan :
1) Terapis/Perawat
Kesiapan perawat sebelum melakukan kegiatan TAK.
2) Klien
Kesiapan klien sebelum melakukan kegiatan TAK.
b. Proses
1) Pasien kooperatif.
2) Pasien mampu menghardik.
3) Pasien mampu menyanyi.
c. Hasil
1) Pasien mampu mengenal halusinanya.
2) Pasien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik.
VII. ATURAN MAIN
1. Jika ada pasien yang ingin meninggalkan kelompok harus minta izin
kepada perawat.
2. Lama kegiatan 15 menit.
3. Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

VIII. PROGRAM ANTISIPASI


1. Jika saat terapi berlangsung pasien ingin BAK/BAB maka pasien ingin
BAK/BAB.
2. Jika saat terapi berlangsung pasien diam saja maka fasilitator memberikan
motivasi.
3. Peserta bersedia mengikuti terapi aktivitas kelompok
4. Peserta berpakaian rapi dan bersih
5. Peserta tidak diperbolehkan makan, minum, merokok selama mengikuti
terapi aktivitas kelompok
6. Peserta harus hadir 5 menit sebelum acara berlangsung
7. Peserta tidak boleh meninggalkan ruangan selama terapi aktivitas
kelompok berlangsung
8. Jika ada pertanyaan peserta mengangkat tangan terlebih dahulu dan
berbicara setelah dipersilahkan oleh leader
9. Anggota harus berperan aktif dalam terapi aktivitas kelompok

IX. ALAT BANTU


a.Gelas Plastik
b.Sound musik
c.Buku catatan dan pulpen
X. SETTING TEMPAT
Kursi panjang belakang pintu kaca

Keterangan :
: Meja : Co-Leader : Fasilitator
: Kursi
: Leader : Observer
: Klien
XI. Format Evaluasi
a. Kemampuan Verbal

Nama Klien
No Aspek yang Dinilai

1 Menyebutkancara yang
selama ini digunakan
untuk mengatasi
halusinasi
2 Menyebutkan
efektivitas cara yang
digunakan
3 Menyebutkan cara
mengatasi halusinasi
dengan menghardik
4 Memperagakan cara
menghardik halusinasi
Jumlah
b. Kemampuan Nonverbal

Nama Klien
No. Aspek yang Dinilai
1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3. Menggunakan bahasa
tubuh yang sesuai
4. Mengikuti kegiatan
dari awal sampai akhir
Jumlah

Petunjuk :
1. Di bawah judul nama klien tulis nama panggilan klien yang mengikuti
kegiatan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: halusinasi
2. Untuk setiap klien semua aspek dinilai dengan memberi tanda v untuk
yang ditemukan dengan tanda bila tidak ditemukan berikan tanda x.
3. Jumlah kemampuan yang ditemukan, bernilai 3 atau 4 klien mampu dan
nilai 0, 1 atau 2 klien belum mampu.

XII. PENUTUP
Kegiatan terapi aktivitas ini diharapkan mampu mencapai tujuan, hasil
yang diharapkan yaitu adanya interaksi dan sosialisasi antar klien-klien juga
diharapkan mampu mengekspresikan perasaan yang sedang dihadapinya secara
adaptif.

Mengetahui

Kepala Ruang CI Pembimbing

Irwan Heru Priyanto. Skep., Ns

Anda mungkin juga menyukai