Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI

I. Kasus
Halusinasi
II. Proses Terjadinya Masalah
a. Definisi
Halusinasi adalah gejala gangguan jiwa berupa respon panca-
indera, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan
pengecapan terhadap sumber yang tidak nyata ( Keliat, dkk. 2019)
Halusinasi adalah perubahan dalam jumlah atau pola stimulus yang
datang disertai gangguan respon yang kurang, atau distorsi terhadap
stimulus tersebut (Nanda-I, 2012).
Halusinasi pendengaran adalah suatu persepsi klien yang
mendengar suara yang membicarakan, mengejek, menertawakan,
mengancam, memerintahkan untuk melakukan sesuatu (kadang hal-hal
yang membahayakan). (Trimelia, 2012)
b. Faktor Predisposisi
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu
mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilangnya kepercayaan diri dan
lebih rentan terhadap stress.
2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang tidak diterima oleh lingkungannya sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada lingkungannya.
3) Faktor Biokimia
Stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh
akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytranferse (DMP). Akibat
stress berkepanjangan menyebabkan terakitvasinya neurotrasmitter
otak. Misalnya tejadi ketidakseimbangan acetylcholin dan dopamin.
4) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang  tepat demi
masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari
alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor genetik dan pola asuh
Anak sehat yang di asuh oleh orang tua yang mengalami gangguan
jiwa cenderung mangalami gangguan jiwa dan faktor keluarga
menunjukan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
c. Factor Presipitasi
1) Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan dalam waktu lama.
2) Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi terjadi. Isi dari
halusinai dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan.
3) Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu
dengan halusinasi akan memperlihatkan penurunan fungsi ego
seseorang yang pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego itu
sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan
suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil
seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua
perilaku klien
4) Dimensi Social
Dalam dimensi sosial ini klien mengalami gangguan interaksi
sosial dan menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata
sangat membahayakan.
5) Dimensi Spiritual
Secara spiritual klien dengan halusinasi dimulai dengan
kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya keinginan
untuk beribadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk
menyucikan diri. Klien sering memaki takdir tetapi lemah dalam
upaya menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain
yang menyebabkan memburuk.
d. Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala Halusinasi menurut Keliat Budi Ana (2019) yaitu :
1) Subjektif
 Mayor
- Mendengar suara orang bicara tanpa ada orangnya
- Melihat benda, orang atau sinar tanpa ada objeknya
- Menghidu bau-bauan yang tidak sedap seperti bau badan
padahal tidak
- Merasakan pengecapan yang tidak enak
- Merasakan rabaan atau gerakan badan
 Minor
- Sulit tidur
- Khawatir
- Takut
2) Objektif
 Mayor
- Bicara sendiri
- Tertawa sendiri
- Melihat ke satu arah
- Mengarahkan telinga ke arah tertentu
- Tidak dapat memfokuskan pikiran
- Diam sambal menikmati halusinasi
 Minor
- Konsentrasi buruk
- Disorientasi waktu, tepat, orng atau situasi
- Afek datar
- Curiga menyendiri, melamun
- Mondar-mandir
- Kurang mampu merawat diri
e. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada halusinasi di bagi menjadi dua yaitu
penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan keperawatan, yaitu :
1) Penatalaksanaan Medis
 Psikofarmakoterapi
Gejala halusinasi sebagai salah satu gejala psikotik/
skizofrenia biasanya diatasi dengan menggunakan obat-obatan anti
psikotik antara lain :
- Golongan butirefenon : Haldol, Serenace, Ludomer. Pada
kondisi
akut biasanya diberikan dalam bentuk injeksi 3x5 mg, im.
Pemberian injeksi biasanya cukup 3x24 jam. Setelahnya klien
bisa diberikan obat per oral 3x1,5 mg atau 3x5 mg.
- Golongan Fenotiazine :Chlorpramizine/ Largactile/ Promactile.
Biasanya diberikan per oral. Kondisi akut biasanya diberikan 3x
100mg. Apabila kondisi sudah stabil dosis dapat dikurangi
1x100 mg pada malam hari saja (Yosep, 2011).
 Psikoterapi
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk
menimbulkan kejang grandmall secara artificial dengan
melewatkan aliran listrik melalui electrode yang dipasang pada
satu atau dua temples, terapi kejang listrik dapat diberikan pada
skizoprenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral
atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
 Rehabilitasi
Terapi kerja baik untuk mendorong penderita bergaul lagi
dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya
supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila menarik diri dia
dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan
penderita untuk mengadakan permainan atau pelatihan bersama
(Maramis, 2005).
2) Penatalaksanaan Keperawatan
Terapi Aktivitas Kelompok yang diberikan pada pasien dengan
Halusinasi yaitu ( Keliat, 2010):
 Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif/Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan
atau stimulus yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien
dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sessi. Dengan proses ini,
diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam
kehidupan menjadi adatif. Aktivitas berupa stimulus dan persepsi.
Stimulus yang disediakan : baca artikel/majalah/buku/puisi,
menonton acara TV (ini merupakan stimulus yang disediakan),
stimulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses
persepsi klien yang maladaptive atau distruktif, misalnya
kemarahan, kebencian, putus hubungan, pandangan negative pada
orang lain dan halusinasi. Kemudian dilatih persepsi klien terhadap
stimulus.
 Terapi Aktivitas Kelompok Stimulus Sensori
Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensori klien.
Kemudian diobservasi reaksi sensori klien terhadap stimulus yang
disediakan, berupa ekspresi perasaan secara nonverbal (ekspresi
wajah, gerakan tubuh). Biasanya klien yang tidak mau
mengungkapkan komunikasi verbal akan testimulasi emosi dan
perasaannya, serta menampilkan respons. Aktivitas yang
digunakan sebagai stimulus adalah : musik, seni menyanyi, menari.
Jika hobby klien diketahui sebelumnya, dapat dipakai sebagai
stimulus, misalnya lagu kesukaan klien, dapat digunakan sebagai
stimulus.

III. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Klien yang mengalami halusinasi sukar mengontrol diri dan susah
berhubungan dengan orang lain. Untuk itu, perawat harus mempunyai
kesadaran yang tinggi agar dapat mengenal, menerima dan mengevaluasi
perasaan sensitif sehingga dapat memakai dirinya secara terapeutik dalam
merawat klien. Dalam memberikan asuhan keperawatan pasien, perawat
harus jujur, empati, terbuka dan penuh penghargaan, tidak larut dalam
halusinasi klien dan tidak menyangkal.
a. Pengkajian
Untuk dapat menjaring data yang diperlukan umumnya, dikembangkan
formulir pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan
dalam pengkajian. Isi pengkajian meliputi:
 Identitas klien
 Keluhan utama atau alasan masuk
 Faktor predisposisi
 Aspek fisik atau biologis
 Aspek psikososial
 Status mental
 Kebutuhan persiapan pulang
 Mekanisme koping
 Masalah psikososial dan lingkungan
 Pengetahuan
 Aspek medik
Kemudian data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua
macam sebagai berikut:
1) Data objektif ialah data yang ditemukan secara nyata. Data ini
didapatkan melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh
perawat.
2) Data subjektif ialah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan
keluarga. Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien
dan keluarga. Data yang langsung didapat oleh perawat disebut
sebagai data perimer, dan data yang diambil dari hasil catatan tim
kesehatan lain sebagai data sekunder.
b. Pohon Masalah

Risiko perilaku kekerasan (diri sendiri,


orang lain, lingkungan)
Effect
verbal

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi

Core Problem

Isolasi sosial
Causa

c. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


1) Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif
Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka
membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal
atau marah. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya

Data Objektif
Mata merah, wajah agak merah. Nada suara tinggi dan keras, bicara
menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.
Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. Merusak
dan melempar barang barang.
2) Perubahan sensori perseptual : halusinasi
Data Subjektif
 Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata
 Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
 Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
 Klien merasa makan sesuatu
 Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
 Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
 Klien ingin memukul/melempar barang-barang
Data Objektif
 Klien berbicara dan tertawa sendiri
 Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
 Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
 Disorientasi
3) Isolasi sosial : menarik diri
Data Subyektif
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab
dengan singkat ”tidak”, ”ya”.
Data Obyektif
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri/menghindari orang
lain, berdiam diri di kamar, komunikasi kurang atau tidak ada (banyak
diam), kontak mata kurang, menolak berhubungan dengan orang lain,
perawatan diri kurang, posisi tidur seperti janin (menekur).

Format fokus pengkajian pada klien dengan Gangguan Persepsi Sensori:


Halusinasi (Keliat & Akemat, 2009)

Persepsi:
Halusinasi: (Pendengaran, Pengelihatan, Perabaan, Pengecapan, dan Penghidu)
Jelaskan:
Jenis Halusinasi :.............................................................................................................
Isi Halusinasi :.............................................................................................................
Waktu Halusinasi :.............................................................................................................
Frekuensi Halusinasi :.............................................................................................................
Situasi Halusinasi :.............................................................................................................
Respon Klien :.............................................................................................................
Masalah Keperawatan klien: Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi

d. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan persepsi sensori: halusinasi
2) Isolasi sosial
3) Resiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan
verbal)
e. Rencana Keperawatan Klien Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
dalam bentuk Strategi Pelaksanaan

STRATEGI PELAKSANAAN
SP1P SP1K
1) Mengidentifikasi jenis halusinasi 1) Mendiskusikan masalah yang
kliem dirasakan keluarga dalam
2) Mengidentifikasi isi halusinasi perawatan klien
klien 2) Mmemberikan pendidikan
3) Mengidentifikasin waktu halusinasi kesehatan tentang pengertian
klien halusinasi, jenis halusinasi yang
4) Mengidentifikasi frekuensi dalam klien, tanda dan gejala
halusinasi klien halusinasi
5) Mengidentifikasi situasi yang dapat 3) Menjelaskan cara merawat klien
menimbulkan halusinasi klien dengan halusinasi
6) Mengidentifikasi respon klien
terhadap halusinasi klien
7) Mengajarkan klien menghardik
halusinasi
8) Menganjurkan klien memasukan
cara menghardik ke dalam kegiatan
harian.
SP2P SP2K
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan 1) Melatih keluarga memperaktikkan
harian klien cara merawat klien dengan
2) Melatih klien mengendalikan halusinasi
halusinasi dengan cara bercakap- 2) Melatih keluarga memperaktikkan
cakap dengan orang lain cara merawat klien dengan
3) Menganjurkan klien memasukan halusinasi
kedalam jadwal kegiatan harian
SP3P SP3K
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan 1) Membantu keluarga membuat
harian klien jadwal aktivitas dirumah termasuk
2) Melatih klien mengendalikan minum obat (discharge planning)
halusinasi dengan cara melakukan 2) Menjelaskan pollow up klien
kegiatan setelah pulang
3) Menganjurkan klien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian
SP4P
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien
2) Memasukan penkes tentang
penggunakan obat secara teratur
3) Menganjurkan klien memasukan
kedalam jadwal kegiatan harian.
Intervensi Keperawatan klien Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi

Nama Klien : Diagnosa Medis :

Ruang : No CM :

Tg No Dx Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
l Dx Keperawatan
Gangguan TUM :
Persepsi Sensori Klien tidak 1. Ekspresi wajah bersahabat 1. Bina hubungan saling percaya dengan
: halusinasi mencederai orang menunjukan rasa senang ada kontak mengungkapkan prinsip komunikasi
lain mata. Mau berjabat tangan, mau terapentik.
menyebutkan nama, mau menjawab a. Sapa klien dengan ramah baik verbal
TUK 1 salam, klien mau duduk maupun non verbal
Klien dapat berdampingan dengan perawat, mau b. Perkenalkan diri dengan sopan
membina hubungan mengungkapkan masalah yang c. Tanyakan nama lengkap klien dan
saling percaya dihadapi. nama panggilan yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukan sikp simpati dan
menerima apa adanya
g. Beri perhatian pada kebutuhan dasar
klien
TUK 2 Klien dapat menyebutkan waktu, isi, 2. Adakan kontak sering dan singkat
Klien dapat frekunsi dan situasi yang menimbulkan secara bertahap.
mengenal halusinasi Observasi tingkah laku klien terkait
halusinasinya dengan halusinsinya; bicara dan
tertawa tanpa stimulus memandang
kekiri/ke kanan/ ke depan seolah-olah
ada teman bicara
Bantu klien mengenal halusinasinya :
a. Jika menemukan klien yang sedang
halusinasi, Tanyakan apakah ada
suara yang didengar
b. Jika klien menjawab ada, lanjutkan
: apa apa yang dikatakan
c. Katakan bahwa perawat percaya
klien mendengar suara itu, namun
perawat sendiri tidak
mendengarnya (dengan nada
bersahabat tanpa menuduh atau
menghakimi)
d. Katakan bahwa klien lain juga ada
seperti klien
e. Katakan bahwa perawat akan
membantu klien.
f. Jika Klien tidak sedang
berhalusinasi klari fikasi tentang
adanya pengalaman halusinasi.
 Diskusikan dengan klien :
a. Situasi yang menimbulkan/tidak
menimbulkan halusinasi ( jika
sendiri, jengkel / sedih)
b. Waktu dan frekuensi terjadinya
halusinasi (pagi, siang sore, dan
malam atau sering dan kadang-
kadang)
Klien dapat mengungkapkan perasaan Diskusikan dengan klien bagaimana
terhadap halusinasi nya perasaannya jika terjadi halusinasi
(marah/takut, sedih, senang) dan beri
kesempatan untuk mengungkapkan
perasaannya.

TUK 3  Klien dapat menyebutkan tindakan  Identifikasi bersama klien cara atau
Klien dapat yang biasanya dilakukan untuk tindakan yang dilakukan jika terjadi
mengontrol mengendali-kan halusinasinya halusinasi (tidur, marah, menyibukan
halusinasinya  Klien dapat menyebutkan cara baru diri dll)
 Diskusikan manfaat dan cara yang
digunakan klien, jika bermanfaat beri
pujian
 Diskusikan cara baru untuk memutus/
mengontrol timbulnya halusinasi :
Katakan : “saya tidak mau dengar/lihat
kamu” (pada saat halusinasi terjadi)
 Menemui orang lain
(perawat/teman/anggota keluarga)
untuk bercakap cakap atau
mengatakan halusinasi yang didengar /
dilihat
 Membuat jadwal kegiatan sehari hari
agar halusinasi tidak sempat muncul

 Meminta keluarga/teman/ perawat


menyapa jika tampak bicara sendiri
 Klien dapat memilih cara mengatasi  Bantu Klien memilih dan melatih cara
halusinasi seperti yang telah memutus halusinasi secara bertahap
didiskusikan dengan klien  Beri kesempatan untuk melakukan
 Klien dapat melaksanakan cara yang cara yang dilatih. Evaluasi hasilnya
telah dipilih untuk mengendalikan dan beri pujian jika berhasil
halusinasinya
 Anjurkan klien mengikuti terapi
aktivitas kelompok, orientasi realita,
stimulasi persepsi

 Klien dapat mengikuti terapi


aktivitas kelompok
TUK 4  Keluarga dapat membina hubungan  Anjurkan Klien untuk memberitahu
Kilen dapat saling percaya dengan perawat keluarga jika mengalami halusinasi
dukungan dari  Keluarga dapat menyebutkan  Diskusikan dengan keluarga (pada saat
keluarga dalam pengertian, tanda dan tindakan keluarga berkunjung/pada saat
mengontrol untuk mengendali kan halusinasi kunjungan rumah) Gejala halusinasi
halusinasinya yang di alami klien
 Cara yang dapat dilakukan klien dan
keluarga untuk memutus halusinasi
 Cara merawat anggota keluarga yang
halusinasi di rumah : beri kegiatan,
jangan biarkan sendiri, makan
bersama, berpergian bersama
 Beri informasi waktu follow up atau
kapan perlu mendapat bantuan
halusinasi tidak terkontrol, dan resiko
mencederai orang lain

TUK 5  Klien dan keluarga dapat  Diskusikan dengan klien dan keluarga
Klien dapat menyebutkan manfaat, dosis dan tentang dosis,efek samping dan
memanfaatkan obat efek samping obat manfaat obat
dengan baik  Anjurkan Klien minta sendiri obat pada
perawat dan merasakan manfaatnya
 Klien dapat mendemontrasi kan  Anjurkan klien bicara dengan dokter
penggunaan obat dengan benar tentang manfaat dan efek samping obat
 Klien dapat informasi tentang yang dirasakan
manfaat dan efek samping obat  Diskusikan akibat berhenti minum obat
tanpa konsultasi
 Klien memahami akibat berhenti  Bantu klien menggunakan obat dengan
minum obat tanpa konsultasi prinsip 5 (lima) benar
 Klien dapat menyebutkan prinsip 5
benar penggunaan obat

Anda mungkin juga menyukai