Anda di halaman 1dari 39

PANDUAN PRAKTIK KEPERAWATAN ANAK

PROGRAM PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI


TAHUN AJARAN 2020-2021

Disusun oleh :
MUHAMAD RHEYNALDI LUTFHI ZEIN
J.0105.20.060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR
CIMAHI 2020
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Peritonitis adalah peradangan pada lapisan dinding perut atau peritoneum. Peritonitis adalah
inflamasi peritoneum- lapisan membrane serosa rongga abdomen dan meliputi visera merupakan
penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis/kumpulan tanda dan gejala,
diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans muscular, dan tanda-tanda umum
inflamasi. Pasien dengan peritonitis dapat mengalami gejala akut, penyakit ringan dan terbatas, atau
penyakit berat dan sistemik dengan syok sepsis. Infeksi peritonitis terbagi atas penyebab perimer
(peritonitis spontan), sekunder (berkaitan dengan proses patologis pada organ visceral), atau
penyebab tersier (infeksi rekuren atau persisten sesudah terapi awal yang adekuat). Infeksi pada
abdomen dikelompokkan menjadi pertitonitis infeksi (umum) dan abses abdomen (local infeksi
peritonitis relative sulit ditegakkan dan sangat bergantung dari penyakit yang mendasarinya.
1. Peritonitis primer/ spontan : spontaneous bacterial peritonitis (SBP)
- Biasa terjadi pada masa anak – anak dengan sindrom nefrotik atau sirosis hati
- Tidak ada sumber infeksi pada intra peritoneal
- Lebih banyak diderita perempuan daripada laki – laki
- Kuman masuk melalui aliran darah atau alat genital
- Rasa sakit dan lemas
- Dehidrasi dan nyeri tekan
- Otot abdomen tegang
- Kembung
- Bunyi peristaltic usus sulit ditemukan
2. Peritonitis sekunder
- Kuman yang masuk banyak, biasa dari GIT dan imun klien
- Kuman campuran aerob dan aerob
- Adanya sumber infeksi intraperitoneal, apendiksitis, salpingitis, kolesistitis, pancreatitis,
perforasi apendisitis, perforasi ulkus peptikum dan duodenum, perforasi kolon akibat
diverdikulitis, volvulus dan kanker, dan strangulasi kolon asendens, dsg.
- Dapat dari trauma yang menyebabkan rupture pada GIT atau perporasi setelah endoskopi,
biopsy, atau polipektomi endoskopik
- Dapat terjadi keganasan GIT
- Tertelannya benda asing dan tajam
- Sangat nyeri
- Tidak berani bergerak saat tidur
- Napas pendek
- Awalnya tensi turun sedikit dan nadi lebih cepat, kemudian masuk dalam renjatan dengan nadi
kecil dan lebih cepat
- Hivopolemia
- Abdomen tegang
3. Peritonitis tersier
Peritonitis yang disebabkan oleh pemasangan alat
Penyebab iatrogenic umumnya berasal dari trauma saluran cerna bagian atas termasuk pancreas,
saluran empedu dan kolon kadang juga dapat terjadi dari trauma endoskopi. Jahitan oprasi yang bocor
(dehisensi) merupakan penyebab tersering terjadinya peritonitis. Sesudah operasi, abdomen efektif
untuk etiologi noninfeksi, insiden peritonitis sekunder (akibat pecahnya jahitan operasi seharusnya
kurang dari 2%. Operasi untuk penyakit inflamasi (misalnya apendisitis, divetikulitis, kolesistitis) tanpa
perforasi berisiko kurang dari 10% terjadinya peritonitis sekunder dan abses peritoneal. Risiko
terjadinya peritonitis sekunder dan abses makin tinggi dengan adanya keterlibatan duodenum,
pancreas perforasi kolon, kontaminasi peritoneal, syok perioperatif, dan transfuse yang pasif.

B. Tanda dan Gejala


Diagnosis peritonitis ditegakkan secara klinis dengan adanya nyeri abdomen (akut abdomen)
dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya (peritoneum visceral) yang makin lama
makin jelas lokasinya (peritoneum parietal). Tanda-tanda peritonitis relative sama dengan infeksi berat
yaitu demam tinggi atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, takikardi, dehidrasi hingga
menjadi hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum ditempat tertentu
sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang karena mekanisme antisipasi penderita
secara tidak sadar untuk menghindari palpasinya yang menyakinkan atau tegang karena iritasi
peritoneum.
Pada wanita dilakukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri akibat pelvic
inflammatoru disease. Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa jadi positif palsu pada penderita dalam
keadaan imunosupresi (misalnya diabetes berat, penggunaan steroid, pascatransplantasi, atau HIV),
penderita dengan penurunan kesadaran (misalnya trauma cranial, ensefalopati toksik, syok sepsis,
atau penggunaan analgesic), penderita dengan paraplegia dan penderita geriatric.

C. Etiologi
Bentuk peritonitis yang paling sering ialah Spontaneous bacterial Peritonitis (SBP) dan peritonitis
sekunder. SBP terjadi bukan karena infeksi intraabdomen, tetapi biasanya terjadi pada pasien yang
asites terjadi kontaminasi hingga kerongga peritoneal sehinggan menjadi translokasi bakteri munuju
dinding perut atau pembuluh limfe mesenterium, kadang terjadi penyebaran hematogen jika terjadi
bakterimia dan akibat penyakit hati yang kronik. Semakin rendah kadar protein cairan asites, semakin
tinggi risiko terjadinya peritonitis dan abses. Ini terjadi karena ikatan opsonisasi yang rendah antar
molekul komponen asites pathogen. Yang paling sering menyebabkan infeksi adalah bakteri gram
negative E. Coli 40%, Klebsiella pneumoniae 7%, spesies Pseudomonas, Proteus dan gram lainnya
20% dan bakteri gram positif yaitu Streptococcus pnemuminae 15%, jenis Streptococcus lain 15%, dan
golongan Staphylococcus 3%, selain itu juga terdapat anaerob dan infeksi campur bakteri.
Peritonitis sekunder yang paling sering terjadi disebabkan oleh perforasi atau nekrosis (infeksi
transmural) organ-organ dalam dengan inokulasi bakteri rongga peritoneal terutama disebabkan
bakteri gram positif yang berasal dari saluran cerna bagian atas.
Peritonitis tersier terjadi karena infeksi peritoneal berulang setelah mendapatkan terapi SBP atau
peritonitis sekunder yang adekuat, bukan berasal dari kelainan organ, pada pasien peritonisis tersier
biasanya timbul abses atau flagmon dengan atau tanpa fistula. Selain itu juga terdapat peritonitis TB,
peritonitis steril atau kimiawi terjadi karena iritasi bahan-bahan kimia, misalnya cairan empedu, barium,
dan substansi kimia lain atau proses inflamasi transmural dari organ-organ dalam (Misalnya penyakit
Crohn).

D. Patofisiologi
Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi dari organ abdomen ke dalam rongga abdomen sebagai
akibat dari inflamasi, infeksi, iskemia, trauma atau perforasi tumor. Terjadinya proliferasi bacterial,
terjadinya edema jaringan dan dalam waktu singkat terjadi eksudasi cairan. Cairan dalam rongga
peritoneal menjadi keruh dengan peningkatan jumlah protein, sel darah putih, debris seluler dan darah.
Respons segera dari saluran usus adalah hipermotilitas, diikuti oleh ileus paralitik disertai akumulasi
udara dan cairan dalam usus.
Pathway
Factor primer Factor sekunder Factor tersier

spontaneous bacterial peritonitis (SBP) infeksi meluas pemasangan alat

aliran darah perkembangan bakteri

hipertermi PERADANGAN PERITONEUM

nyeri abdomen tegang penurunan kontraksi usus

mual, muntah kekurangan volume cairan konstipasi

anoreksia syok hivopolemia

perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh kelemahan

intoleran aktivitas
E. Pemeriksaan Diagnositik
- Drainase panduan CT-Scan
- USG

F. Penatalaksanaan
Penggantian cairan, koloid dan elektrolit adalah focus utama. Analegesik diberikan untuk
mengatasi nyeri antiemetik dapat diberikan sebagai terapi untuk mual dan muntah. Terapi oksigen
dengan kanula nasal atau masker akan meningkatkan oksigenasi secara adekuat, tetapi kadang-
kadang inkubasi jalan napas dan bentuk ventilasi diperlukan. Tetapi medikamentosa nonoperatif
dengan terapi antibiotic, terapi hemodinamik untuk paru dan ginjal, terapi nutrisi dan metabolic dan
terapi modulasi respon peradangan.
Penatalaksanaan pasien trauma tembus dengan hemodinamik stabil di dada bagian bawah atau
abdomen berbeda-beda namun semua ahli bedah sepakat pasien dengan tanda peritonitis atau
hipovolemia harus menjalani explorasi bedah, tetapi hal ini tidak pasti bagi pasien tanpa-tanda sepsis
dengan hemodinamik stabil. Semua luka tusuk di dada bawah dan abdomen harus dieksplorasi
terlebih dahulu. Bila luka menembus peritoniummaka tindakan laparotomi diperlukan. Prolaps visera,
tanda-tanda peritonitis, syok, hilangnya bising usus, terdapat darah dalam lambung, buli-buli dan
rectum, adanya udara bebas intraperitoneal dan lavase peritoneal yang positif juga merupakan indikasi
melakukan laparotomi. Bila tidak ada, pasien harus diobservasi selama 24-48 jam. Sedangkan pada
pasien luka tembak dianjurkan agar dilakukan laparotomi.

G. Askep Teoritis
a. Pengkajian
- Identitas Pasien : nama, umur, agama, pekerjaan, suku/bangsa, jenis kelamin, alamat
- Identitas Penanggung Jawab: nama, umur, pekerjaan, alamat, hub. dengan pasien,
- No registrasi, tgl. masuk RS, tanggal pengkajian, jam dilakukan pengkajian, metode pengkajian
- Data Umum
 keluhan utama : keluhan yang sangat mengganggu aktivitas klien, pasien peritonitis
biasanya mengalami nyeri di bagian abdomen
 riwayat penyakit sekarang: dikaji perjalanan penyakit klien
 riwayat kesehatan dahulu: yang diakaji penyakit yang pernah diderita klien sebelum
penyakit yang diderita saai ini.
 riwayat kesehatan keluarga: apakah ada anggota keluarga yang pernah mengalami
penyakit atau keluhan seperti yang dialami klien
 kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual
- Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : kebersihan anak, keadaan kulit, kesadaran
 Pengukuran lain: BB sebelum dan saat pengkajian, tinggi badan
 Vital Sign: suhu, nadi, respirasi, tekanan darah
 Keadaan Fisik:
 Kepala : bentuk, warna rambut, ada tidaknya lesi
 Mata : warna, penglihatan
 Mulut : perhatikan mukosa bibir, kelembaban, perdarahan, kebersihan, jumlah gigi
 Hidung : perhatikan ada tidaknya epistaksis, nyeri tekan, pernafasan cuping hidung,
kebersihan
 Telinga : perhatikan ada tidaknya nyeri tekan, kebersihan
 Thorax : perhatikan bentuk dada, kesimetrisan, suara paru dan jantung
 Abdomen : perhatiakan apakah ada nyeri tekan, asites, peristaltic
 Ekstremitas: perhatikan apakah ada edema, cianosis, pergerakan sendi
 Genetalia : perhatikan kebersihan, ada tidaknya kelainan
 Anus : perhatikan kebersihan, dan ada tidaknya perdarahan

b. Diagnose keperawatan yang mungkin muncul


1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
2. Nyeri akut berhubungan dengan inflamsi peritonium
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
anoreksia, penurunan penyerapan nutrient sekunder
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat mual, muntah
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan yang memburuk
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan yang didapat
7. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan medikasi

c. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan bertujuan setelah dilakukan asuhan keperawatan:
1. Hipertherni teratasi dengan criteria hasil klien tidak melapor panas, badan klien tidak panas
2. Nyeri berkurang atau hilang dengan kriteria hasil tidak adanya nyeri tekan, klien tidak
melaporkan adanya nyeri
3. Nutrisi terpenuhi dengan criteria hasil klien menunjukkan peningkatan nafsu makan, BB normal
4. Kebutuhan cairan terpenuhi
5. Ansietas teratasi dengan criteria hasil klien tidak tampak gelisah
6. Pengetahuan klien meningkat dengan criteria hasil klien dapat menjelaskan tentang
penyakitnya
7. Integritas kulit baik
N0 Data Senjang Etiologi Masalah
1
1. Diagnosa Keperawatan
2. Rencana Keperawatan

HARI/ DX.KEP/NO PERENCANAAN


TGL DX KEP
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
F. Daftar Pustaka
Inayah, Iin. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Pencernaan.
Salemba Medika. Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta.
Santosa, Budi.2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Prima Medika. Jakarta

Sumber lain:
http://penyakitperitonitis.blogspot.com/2008/05/penyakit-peritonitis.html
Laporan Kasus :
Ruang Anak

Asuhan Keperawatan Pada An.R UsiA 15 Tahun Tahap Sekolah Dengan


Gangguan Sistem Akibat Asma Peritonitis TB di Ruang
Mawar RSUD Cimacan

Tanggal masuk RS : 12/01/2021 Ruang Rawat : mawar


Tanggal pengkajian : 14/01/2021 No. Register : 18.26.44
Perawat yang mengkaji : M.Rheynaldi Diagnosis Medis : Peritonitis TB

I. DATA DASAR
A. IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGA
Nama pasien : An.H
Tanggal lahir/umur : 18/08/2010
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Geduk

Nama ayah : Tn Z
Umur : 49 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : D3

Nama ibu : Ny M
Umur : 43
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama:
Nyeri
2. Riwayat Penyakit Sekarang (PQRST) :
Keluarga klien mengatakan klien sering mengeluh nyeri di seluruh perutnya. Nyeri dirasakan
semakin lama semakin berat. Keluarga klien juga mengatakan klien sering mengeluh mual,
muntah , dan nafsu makan menurun. Karena klien pingsan, keluarga klien membawanya ke rumah
sakit. _
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu :
Sebelumnya klien mengalami ependiksitis yang diobati sendiri dengan antibiotic dari salinan resep
dokter 3 bulan terakhir.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Keluarga klien belum pernah ada menderita peritonitis.

Genogram (bila diperlukan)

5. Riwayat kehamilan dan kelahiran


a. Selama kehamilan ( Pre Natal Care )
Ibu mengaku selalu memeriksakan kandungan rutin ke bidan sampai usia 9 bulan

b. Saat kelahiran (Natal)


ketika usia 9 bulan ibu memeriksakan kandung selama 2x hingga akhir, ibu tidak mengalami
sakit apapun selama hamil, tidak meminum obat-obatan selain vitamin ibu hamil.

c. Setelah kelahiran ( Post Natal)


anak perempuan dari ibu hamil 38 minggu, lahir secara spontan oleh bidan, anak lahir
langsung nangis, warna kulit kemerahan, berat lahir 2600 grm, panjang 50cm.
6. Riwayat imunisasi
NO JENIS IMUNISASI USIA REAKSI SETELAH
PEMBERIAN PEMBERIAN
1 BCG USIA 1 HAR
2 DPT ( I, II, III ) USIA 2 BULAN
3 POLIO ( I,II,III,IV ) USIA 3 BULAN
4 Campak USIA 9 BULAN
5 Hepatitis ( I,II,III )
6
7

7. Riwayat Perkembangan
Pengukuran perkembangan sesuai usia saat dikaji
a). Refleks primitif (pada bayi < 12 bulan) :
▪ Moro : ..................................................................................
▪ Startle :..................................................................................
▪ Glabellar : .................................................................................
▪ Sucking : .................................................................................
▪ Rooting : ................................... .............................................
▪ Extrusion : ..................................................................................
▪ Grasp ; .................................................................................
▪ Miring : usia...............bulan
▪ Tengkurap : usia ... bulan
▪ Merangkak : usia ... bulan
▪ Tumbuh gigi pertama : usia ... bulan
▪ Berdiri : usia ... bulan
▪ Bicara : usia ... bulan
▪ Berjalan : usia ... bulan

b). Usia 0-6 Tahun


Dengan Menggunakan DDST ( Bila memungkinkan )
▪ Motorik halus :
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
▪ Motorik kasar :
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
▪ Bahasa :
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
▪ Personal Sosial :
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
c). Usia 6 Tahun Keatas
▪ Perkembangan Kognitif :
Baik
▪ Perkembangan psikosexual :
Baik
▪ Perkembangan Psikososial :
baik

C. POLA KEBIASAAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI (SEBELUM


DAN SAAT SAKIT)

NO KEBUTUHAN SEHARI-HARI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT


1 Pola Nutrisi
 Pola makan :3 x/hari :3 x/hari
(pagi/siang/sore) (pagi/siang/sore)
Nasi Bubur
 Makanan pokok

 Makanan yang disukai Mie


dan tidak disukai Normal Sedikit
 Porsi
3 3
 Lauk pauk
3 1
 Sayuran dan buah
Baik Berkurang
 Nafsu makan

Masalah : Nafsu makan


berkurang
2 Pola Istirahat dan Tidur
Siang 1 jam 1 jam
Malam 8 jam 7 jam
Masalah :

3 Pola Eliminasi
a. BAK
Berapa kali 7x/hari 5x/hari
Warna Kuning bening Kuning bening
Jumlah ±1000 cc ±1500 cc
Masalah :
b. BAB
Berapa kali 1 x/hari 1 x/hari
Warna Kuning Kuning
Konsistensi Lembek Lembek
Bau Khas Khas
Jumlah - -
Masalah : Tidak ada Tidak ada

4 Pola Hyegiene Tubuh


a. Mandi 2 x/hari 1 x/hari
Dengan cara langsung Dengan Cara di lap
b. Gosok Gigi 2 x/hari - x/hari
c. Keramas 3 x/mg - x/mg
Dengan Dengan
Menggunakan sampo menggunakan
d. Potong kuku 2 x/mg - x/mg
e. Keadaan - -
Masalah : Tidak ada Tidak ada

5 Pola Aktifitas
Bermain Ya/Tidak Ya/Tidak
Jenis Permainan...... Jenis Permainan .......
Sekolah Ya/Tidak Ya/Tidak
Waktu...................... Waktu .......................
Kegiatan Kegiatan Tambahan
Tambahan............... ..................................

D. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
tidak ada

E. REAKSI HOSPITALISASI
1. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
hawatir berpisah dengan anggota keluarga lain dan merasa tidak aman
adanya perubuhan peran

2. Pemahaman Anak tentang sakit dan rawat Inap :


adanya peran lingkungan asing , kebiasaaan sehari-hari berubah
II. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum : Baik :- Lemah :√ Sakit Berat :


Kesadaran : E 4M 5 V 6

Penampilan Anak:4
B. Penilaian Resiko Jatuh pada anak dengan skala Humpty Dumpty :
PARAMETER KRITERIA SKOR HASIL
PEMERIKSAAN
USIA Dibawah 3 Tahun 4
3-<7 Tahun 3
7-<13 Tahun 2
>13 Tahun 1 1
JENIS KELAMIN Laki-Laki 2
Perempuan 1 1
DIAGNOSIS Diagnosis terkait neurologis 4
Peruubahan dalam oksigenasi 3
(masalah sal nafad, dehidrasi,
anemia, anoreksia,sinkop/ sakit
kepala dll)
Gangguan Tingkah Laku dan 2
kejiwaan
Diagnosis Lain 1
GANGGUAN KOGNITIF Tidak sadar terhadap 3
keterbatasan
Lupa keterbatasan 2
Mengetahui Kemampuan diri 1
FAKTOR LINGKUNGAN Riwayat jatuh dari tempat tidur 4
saat bayi/ anak
Bayi (<1 bulan) atau balita (<3
tahun yang menggunakan
tempat tidur biasa
Pasien menggunakan alat
bantu
Bayi (<1 bulan atau balita (< 3
tahun ) yang menggunakan
tempat tidur biasa
Pasien menggunakan alat 3
bantu
Bayi (<1 bulan atau balita (< 3
tahun ) yang menggunakan
tempat tidur box
Funiture atau pencahayaan
uang kurang baik
Pasien berada di tempat tidur 2
Area rawat jalan 1
RESPON TUBUH Dalam 24 jam
TERHADAP
SEDASI,ANASTESI,
BEDAH
Dalam 48 Jam 2
>48 Jam 1
PENGGUNAAN OBAT Bermacam macam obat yang 3
digunakan obat sedative
(kecuali pasien ICU, yang
menggunakan sedasi dan
paralisis)hipnotik, barbiturate,
fenotiazin, antidepresan,
laksans/ diuretika, narkotik
Salah satu dari pengobatan 2
diatas
Pengobatan lain 1

Interpretasi :
O Resiko Rendah O Resiko Tinggi

Tingkat Resiko :
Skor 7-11 : Resiko endah Untuk Jatuh
Skor > 12 : Resiko Tinggi untuk Jatuh
C. Tanda-tanda Vital : Suhu Tubuh 36.7 0 C
Respirasi 96 x/mnt
Nadi 16 x/mnt
Tekanan Darah 90/ 60MmHg

D. Pengukuran pertumbuhan/
Antropometri Tinggi badan145 cm
BB sebelum sakit 40 kg
BB saat ini 40 kg
Lingkar kepala.....................cm
Lingkar perut........................cm
Lingkar dada........................cm
LLA......................................cm

E. Kulit

Tidak sianosis, Ikterus(-), Petechie(-), Turgor baik

F. Rambut

Hitam, tidak mudah dicabut.


G. Mata
sclera putih, konjungtiva anemis, pupil isokor

H. Telinga
kebersihan cukup

I. Hidung
epistaksis tidak ada, nyeri tekan tidak ada, kebersihan cukup, nafas cuping hidung
tidak ada

J. Mulut
mukosa bibir kering, pecah – pecah, perdarahan gusi tidak ada, caries ada 2 pada
graham, kebersihan cukup, lidah anemis di pinggir dan di tengah putih (kotor)

K. Leher
pembesaran atau bendungan vena jugularis dan parotis tidak ada. Tidak ada nyeri saat

menean

L. Dada
 Paru : tidak ada retraksi otot dada, whezzing, ronchi
 Jantung : suara S1 S2 reguler, murmur dan gallop tidak ada

M. Ketiak

N. Abdomen
terdapat nyeri tekan saat dipalpasi, distensi ada, lesi tidak ada, acites tidak ada, turgor kulit
elastic, benjolan tiak ada

O. Ekstremitas
• Atas: terpasang infuse di tangan kanan, edema dan cyanosis tidak Ada
• Bawah : edema dan cyanosis tidak ada
P. Genitalia

Q. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Tanggal : ........
No Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal

2. Radiologi

3. ...........................................................

R. Pengobatan/Therapi
Tanggal : .......
No Nama Obat Waktu Cara Jenis Fungsi Obat
Pemberian Pemberian Obat
Indikasi Kontra
Indikasi
III. ANALISIS DATA

N DATA ETIOLOGI MASALAH


O
1 Ds: Faktor sekunder Nyeri
- Keluarga klien (appendicitis)
mengatakan klien
nyeri di seluruh Inflamasi/peradangan meluas
perutnya
Peradangan peritoneum
Do:
- Terdapat nyeri tekan inflamasi
pada abdomen
2 Ds: Peradangan peritoneum Perubahan nutrisi
- Keluarga klien kurang dari
mengatakan klien Abdomen tegang kebutuhan tubuh
mengeluh mual,
sering muntah dan Mual, muntah
nafsu makan
menurun anoreksia
Do:
- Klien tampak lemah
3 Ds: Peradangan peritoneum Kekurangan
- Keluarga klien volume cairan
mengatakan klien Abdomen tegang
mual dan sering
muntah Mual, muntah
Do:
- Klien pingsan Kehilangan cairan
- Mukosa bibir kering,
pecah – pecah
- TD : 90/60 mmHg
- N : 96 x / menit
4 Ds Peradangan peritoneum konstipasi
- Keluarga klien
mengatakan klien Abdomen tegang
sulit buang air besar
Do Kontraksi usus
- Feses keras dan
berbentuk Feses lama diusus

Feses keras
5 Ds: Peradangan peritoneum intoleran aktivitas
- Klien mengeluh lemas
Do: Abdomen tegang
- Klien tidak banyak
bergerak Mual, muntah

Kehilangan cairan, anoreksia

Kelemahan

IV. PRIORITAS MASALAH/DIAGNOSIS KEPERAWATAN


1. Perubahan kenyamanan: nyeri berhubungan dengan inflamasi
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual,
muntah
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder, mual, muntah
akibat peritonitis
4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan
5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltic sekunder

V. ASUHAN KEPERAWATAN
Dx.Kep/No. PERENCANAAN
Hari/Tgl Tujuan Intervensi Rasional
Dx Kep
14/01/2021 1 Setelah dilakukan - Kaji tingkat, lokasi, - Untuk
asuhan frekuensi nyeri memperoleh data
keperawatan yang akurat
selama 2 x 24 jam sehingga dapat
nyeri berkurang memberikan
sampai hilang asuhan
dengan criteria - Bantu klien mengatur keperawatan
hasil: posisi senyaman yang tepat
- Klien mungkin - Posisi yang tepat
melaporkan dan nyaman
nyeri berkurang - Ajarkan teknik distrakasi dapat
atau hilang menurunkan nyeri
- Tidak ada nyeri - Pengalihan
tekan perhatian dapt
amenurunkan
nyeri karena klien
- Ajarkan teknik nafas
terfokus pada hal
dalam
lain
- Nafas dalam
dapat
meningkatkan
input oksigen
- Kolaborasi dengan
sehingga otot –
dokter dalam pemberian
otot tidak tegang
analgesic
sehingga nyeri
- Kolaborasi dengan
berkurang
dokter untuk tindakan
- Analgesic dapat
pembedahan
menurunkan nyeri
- Mencegah
peradangan yang
lebih luas
2 Setelah dilakukan - Berikan makan dalam - Makanan hangat
asuhan keadaan hangat dapat
keperawatan 3 x 24 meningkatkan
jam nutrisi - Berikan klien makan nafsu makan
terpenuhi dengan dalam porsi kecil tapi - Meningkatkan
criteria hasil: sering intake makanan
- Klien - Berikan informasi yang - Pengetahuan
menunjukan akurat tentang yang adekuat
peningkatan pentingnya nutrisi dapat
nafsu makan meningkatkan
- Berat badan kepatuhan klien
klien normal - Motivasi klien untuk terhadap
menghabiskan intervensi
makanannya - Dukungan dari
orang lain akan
membuat klien
- Timbang berat badan merasa dihargai
setiap hari - Untuk mengetahui
- Pertahankan perkembangan
kebersihan mulut yang klien
baik sebelum dan - Meningkatkan
sesudah makan kesejahteraan
klien sehingga
- Hindarkan klien dari nafsu makan
rangsangan yang meningkat
membuat klien mual - Mencegah
dan muntah kekurangan
- Kolaborasi dengan nutrisi lebih parah
dokter untuk pemberian - Meningkatkan
multivitamin penambah nafsu makan
nafsu makan
3 Setelah dilakukan - Pantau berat badan, - Mengetahui
asuhan suhu tubuh, perkembangan
keperawatan 2 x 24 kelembaban pada kondisi klien
jam cairan terpenuhi rongga oral, volume dan
dengan criteria konsentrasi urine - Meningkatkan
hasil: - Kaji yang disukai dan intake cairan
- Mukosa bibir yang tidak disukai,
lembab berikan cairan yang
- Mencegah
- Memperlihatkan disukai dalam batasan dehidrasi
tidak adanya diet
tanda dan - Pantau masukan,
gejala dehidrasi pastikan sedikitnya - Untuk
1500 mL cairan per menentukan
oral setiap 24 jam metode
- Kaji pengertian individu pemenuhan
tentang alasan cairan
mempertahankan
hidrasi yang adekuat
dan metode – metode
untuk mencapai tujuan
masukan cairan
4 Setelah dilakukan - Periksa TTV - Untuk memantau
asuhan kondisi klien
keperawatan 2 x 2 - Berikan bantuan dalam - Untuk
jam pasien dapat aktivitas perawatan diri meningkatkan
mentoleransi sesuai indikasi aktivitas klien
aktivitas dengan - Tingkatkan tirah baring secara bertahap
criteria hasil: dan beri lingkungan - Menyediakan
- Pasien yang nyaman ketenangan dan
melaporkan energy untuk
badannya tidak aktivitas dan
lemah lagi penyembuhan
- Makan, minum, - Evaluasi peningkatan - Untuk
ganti baju toleran aktifitas menentukan
pasien intervensi
terpenuhi selanjutnya
5 Setelah dilakukan - Anjurkan klien untuk - Dapat
asuhan diet makanan yang meningkatkan
keperawatan lembek dan berserat produksi feses
selama 2 x 24 jam - Monitor perkembangan
konstipasi teratasi frekuensi, jumlah dan - Data yang akurat
dengan criteria warna feses dapat
hasil: menentukan
- Klien BAB 1 x - Tekankan kebutuhan intervensi yang
sehari terhadap latihan regular tepat dan benar
Konsistensi lembek, - Latihan regular
warna kuning, bau dapat
normal meningkatkan
peristaltic usus
sehingga feses
yang terbentuk
tiak keras

VI. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO HARI/ NO DX KEP IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


TANGGAL
VII. CATATAN PERKEMBANGAN

NO DX KEP HARI/ CATATAN PERKEMBANGAN PARAF


TANGGAL

Anda mungkin juga menyukai