Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN


DI POLI KLINIK KULIT RSUD CIMACAN

DISUSUN OLEH :
Restu Resdian
J.0105.20.065

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN


DI POLI KLINIK KULIT RSUD CIMACAN

1. DEFINISI
Dermatitis seboroik adalah peradangan superfisial pada kulit yang bersifat
kronik yang sering terdapat pada daerah tubuh berambut, seperti pada wajah (kelopak
mata, alis mata, dahi, dagu) dan kepala (kulit kepala, telinga bagian luar, kulit
dibelakang telinga). Dermatitis seboroik (DS) yang juga disebut dengan eksema
seboroik, adalah penyakit yang sering terjadi yang ditandai oleh adanya sisik diatas
dasar kulit kemerahan. Penyakit peradangan kronis superfisial ini sering mengenai
daerah kulit yang memiliki produksi sebum yang tinggi dan daerah lipatan.
Walaupun patogenesisnya belum sepenuhnya diketahui, diperkirakan terdapat
hubungan dengan produksi sebum yang berlebihan dan ragi komensal Malassezia.

2. ETIOLOGI
Etiologi dermatitis seboroik belum diketahui pasti tapi umumnya disebabkan
oleh produksi kelenjar sebasea yang berlebih1 dan dikaitkan dengan peningkatan
jumlah jamur Malassezia spp.
Penderita dermatitis seboroik akan memperlihatkan gejala seperti eritema
pada kulit, berskuama halus hingga kasar, tampak berminyak dan penderita
mengeluh gatal. Dermatitis seboroik pada bayi atau dermatitis seboroik infantil
ditandai dengan adanya eritema, berskuama yang non eksematosa pada skalp dan
biasanya tidak didapatkan pruritus atau hanya ringan saja. Prevalensi dermatitis
seboroik ditemukan pada bayi di tiga bulan pertama kelahiran dan membaik pada
usia 8-12 bulan. Pada dewasa di usia 20 sampai 50 tahun. Dermatitis seboroik lebih
sering terjadi pada laki-laki dibanding wanita, hal ini berhubungan dengan stimulasi
hormon androgen.
3. PATOFISIOLOGI (PATHWAYS)

Factor psikis : stress


Kekurangan zat Imunodefisiens Obat: metildopa,
& kelelahan
besi, niasin, i : HIV/AIDS cimetidine
pyridoxin

Status imun Aktifitas kelenjar


menurun sebasea terganggu

Jumlah jamur pityrosporum oval meningkat

Sensitisasi sel T oleh saluran limfe : sel efektor (sel mast)


mengeluarkan histamin Gangguan
integritas kulit

Proses poliferasi epidemal DEMATITIS Peradangan kulit :


SEBOROIK lesi

Skuama(sisik), krusta(berwarna kuning Gangguan citra


Nyeri
dan berbau tubuh

4. MANIFESTASI KLINIS

Dermatitis seboroik disebut juga sebagai seborrhoeic eczema atau pityriasis


Simplex, dermatitis seboroik termasuk dalam golongan chronic papulosquamous
dermatosis yang dapat dengan mudah dikenali dan dapat ditemukan pada usia bayi
dan dewasa. Dermatitis seboroik sering tampak sebagai plak eritema berbatas tegas
dengan permukaan berminyak, skuama kekuningan dengan berbagai perluasan
pada daerah yang kaya kelenjar sebasea, seperti kulit kepala, area retroaurikuler,
wajah (lipatan nasolabial, bibir atas, kelopak mata dan alis) dan dada bagian atas.
Distribusi lesi umumnya simetris dan DS tidak menular maupun fatal.
Terdapat dua macam dermatitis seroboik
a. Pityriasis sicca : tipe yang kering, biasanya berawal dari bercak yang kecil
kemudian mluas ke seluruh kulit kepala berupa deskumasi kering, dan membetuk
skuma halus (ketombe).
b. Pityriasis Stetoides : tipe yang basah, ditamdai oleh Sukuma yang berminyak
disetai eritema, dan akumulasi krusta yang tebal. Pada tipe yang sudah berat
dapat disertai erupsi psoriapsiformis, eksudat, krusta yang kotor serta bau yang
busuk, pada rambut terjadi kerontokan di bagian frontal dan vertex: penderita
akan mengeluh gatal yang hebat.

5. KLASIFIKASI
Berdasarkan usia
a. Pada bayi
Dermatitis seboroik pada bayi, lazim disebut dengan dermatitis seboroik
infantil.1,2 Kelainan ini terjadi pada bulan pertama, biasanya pada minggu ketiga
dan keempat, tersering pada 3 bulan pertama dan akan menghilang dengan
sendirinya tanpa terapi pada usia 8-12 bulan. Tempat predileksi dermatitis
seboroik infantil terutama mengenai kulit kepala, alis, bulu mata, lipatan
nasolabial, bibir, telinga, dada, leher, lipatan paha, dan lipat bokong, dengan atau
tanpa disertai rasa gatal.
b. Pada remaja dan dewasa
Pada orang dewasa Dermatitis serobik pada umumnya berpengaruh pada
daerah kulit yang mengandung kelenjar sebasea dalam frekuensi tiggi dam aktif.
Distribusunya simetris dan melibatkan daerah berambut pada kepala meliputi
kepala, alis, kumis dan jenggot. Adapun lokasi lainya terdapat di dahi, lipatan
nasolabial, kanalis auditoris eksternal dan daerah belakang telinga, pada daerah
tubuh dapat mengenai daerah presternal dan lipatan-lipatan kulit aksila, pusar,
inguinal, infa mamae, dan anogenital. Pada masa remaja dan dewas biasanya
sebagai scaip scaling (ketombe) atau eritaema ringan pada lipatan nasolabial pada
saat stress atau kekurangan tidur.

6. PENGKAJIAN
a. Keluhan
Pasien sering mengeluh adanya kemerahan, peningkatan suhu tubuh, nyeri
pada kasus tertentu, kulit kering agak kekuningan, ketombedengan rasa gatal,
rambut rontok dibagian verteks dan frontal kepala,kelopak mata merah.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Adanya lesi berupa eritema, dengan sisik-sisik yang berminyak agak
kekuningan dengan rasa gatal yang ringan,ketombe, yang hanya mengenai kulit
kepala berupa skuama "alus dan kasar.
c. riwayat kesehatan dahulu
Kaji adanya Riwayat penayakit yang disebabkan mikroorganisme
phytyrosparum ovale.
d. riwayat kesehatan keluarga
kaji adanya keluarga yang mempunyai dermatitis seroboik,
e. riwayat psikologis
kaji adanya stress emosional.

7. PEMERIKSAAN FISIK
System intrgumen
Adanya pruritus, eritrema, turgor kulit buruk dan pitiriatis.
a. Inpeksi
ketombe yang hanya mengenai kulit kepala lesi berupa eritema, skuama,
krusta tebal yang sering meluaske dahi, glabela, telingaposaurikular, dan leher
pada bayi, skuama yang kekuningan dan kumpulan debrisepitel yang lekat pada
kulit (cradle cap) pada daerah supraorbital skuama halus dapat terlihat di
alismata, skuama kekuningan. Dapat pula pinggiran kelopak mata merah disertai
skuama halus,
b. Palpasi
Kulit teraba hangat dan kasar.

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Kultur jamur dan kerokan kulit amat bermanfaat untuk menyingkirkantinea
kapitis maupun infeksi yang disebabkan kuman lainnya. pemeriksaaan yang dapat
dilakukan pada pasien dermatitis seboroik adalah
pemeriksaan Histopatologi. Gambaran Histopatologi bergantung padastadium
penyakit akut, subakut, atau kronis. pemeriksaan serologis untuk menyingkirkan
dermatitis atopi.
9. PENATALAKSANAAN KLINIS
A. MEDIS
N Nama Obat Nama Dosis Rut Dos Indikasi Efek
o Generik Sedia e is samping
an Am
an
1 Hydrocortisone Kortikoster Sal Menghamba
oid ep t
pertumbuha
n jamur
2 Desonide

3 Mometasone

4 Ketoconazole 2% Anti sale


fungian p
topikal
5 Petrolatum putih Emolien sale
p

siklopiraksolamin Menghamba
t ambilan
dan
penggunaan
subtansi
yang di
pelukan
subtansi
membrane
sel jamur
dengan
mengubar
permabilitas
nya
Piroctone octopirox Meredakan
inflamasi
pada kulit
kepala dan
menurunkan
pembentuka
n skuma
pada kulit
Shea buuter Anti
inflamasi
dan anti
jamur
diberikan
secara mono
terapi dan di
kombinasika
n Bersama
obat lain
Salep takrolimus

10. ANALISA DATA


Masalah
NO Data Etiologi
Keperawatan
1 DS : Factor fisikis, Nyeri Akut
- mengeluh nyeri farmakologi,
imunologi

DO :
- tampak meringis
Imun menurun
- bersikap protektif
- gelisah
- frekuensi nadi meningkat Aktifitas kelanjar
- TD meningkat sebasea terganggu
- Sulit tidur
- Pola nafas berubah Peningkatan jumlah
- Nafsu makan berubah jamur pityrosporum
- Proses berfikir terganggu oval

- Menarik diri berfokus pada diri sendiri


- diaforesia
Sensitisasi sel
Kelenjar limfe
mengeluarka
n histamin

Peradangan kulit /lesi

Nyeri
3 DS : Factor fisikis, Gangguan citra tubuh
- mengungkapkan / tidak mau kecacatan farmakologi,

- mengungkapkan perasaan negative imunologi

tentang perubahan tubuh


- mengungkapkan kehawatiran pada
Imun menurun
penolokan/reaksi orang lain
- mengungkapkan perubahan gaya hidup
DO : Aktifitas kelanjar
- kehilangan bagian tubuh sebasea terganggu
- fungsi/struktur tubuh berubah/hilang
- menyembunyikan/menunjukan bagian Peningkatan jumlah
tubuh yang berlebih jamur pityrosporum
- mwnghindari/melihat dan menyentuh oval

bagian tubuh
- focus berlebihan pada bagian tubuh
Sensitisasi sel
- respon nonverbal pada perubahan dan
persepsi tubuh
- focus pada penampilan dan kekuatan
Kelenjar limfe
masa lalu mengeluarka
- hubungan social berubah n histamin

proses poliferasi
epidermal

Skuama(sisik),
krusta(berwarna kuning
dan berbau

Gangguan citra
tubuh
4 DS : Factor fisikis, Gangguan integritas
farmakologi, kulit
DO : imunologi

- Nyeri
- Perdarahan
Imun menurun
- Kmerahan
- Hematoma
- Kerusakan jaringan atau kerusakan Aktifitas kelanjar
kulit. sebasea terganggu

Peningkatan jumlah
jamur pityrosporum
oval

Sensitisasi sel

Kelenjar limfe
mengeluarka
n histamin

Peradangan kulit /lesi

Gangguan integritas
kulit

11. DIAGNOSIS KEPERAWATAN PRIORITAS

1. Nyeri Akut b.d Lesi d.d DS/DO


2. Gangguan integritas kulit b.d pruiritis, eritrema DS/DO
3. Gangguan citra tubuh b.d Skuama(sisik), krusta(berwarna kuning dan berbau
d.d DS/DO
12. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSIS TUJUAN DAN KRITERIA


NO INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN HASIL
1 NYERI Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama Observasi
keperawatan selama 1x24 jam, Dukungan nyeri: 1. Untuk
maka diharapkan tingkat nyeri Pemberian alagesik mengidentifikasi
menurun dan kontrol nyeri Observasi kebutuhan intervensi
meningkat dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi karakteristi nyeri (mis, dan juga
1. Tidak mengeluh nyeri pencetus, pereda, kualitas, lokasi, perkembangan atau
2. Tidak meringis intensiats,frekuensi, durasi). resiko komplikasi
3. Tidak bersikap protektif 2. Identifikasi riwayat alergi obat.
2. Membantu dalam
4. Tidak mengalami kesulitan 3. Identifikasi kesesuain jenis
mengidentifikasi
tidur analgesic (mis,narkotika,non-
derajat nyeri untuk
5. Frekuensi nadi membaik narkotika, atau NSAID) dengan
kebutuhan
6. Tidak gelisah tingkat keparahan nyeri.
pemberian analgetik
7. Tekanan darah membaik 4. Monitor tanda-tanda vital sebelum
yang tepat
8. Melaporkan nyeri terkontrol dan sesudah pemberian analgesic.
9. Kemampuan mengenali 5. Monitor efektifitas analgesic. 3. Respon non verbal

onset nyeri meningkat Terapeutik membantu


10. Kemampuan mengenali 1. Diskusikan jenis analgesic yang mengevaluasi derajat
penyebab nyei meningkat disukai untuk mencapai analgesia nyeri dan
- Kemampuan menggunakan optimal perubahannya
teknik no-farmakologi 2. Pertimbangkan penggunaan infus
4. Untuk menghindari
kontinu, atau bolus oploid untuk
factor yang
mempertahankan kadar dalam
memperberat nyeri
serum.
3. Tetapkan targetefektifitas 5. Untuk mengetahui
analgesic untuk mengoptimalkan kemampuan

respon pasien mengatasi nyeri

4. Dokumentasikan respons terhadap 6. Untuk mengetahui


efek analgesic dan efek yang tidak perkembangan terapi
diinginkan yang diberikan
Edukasi
7. Untuk membantu
1. Jelaskan efek terapi dan efek
mengurangi
samping obat
komplikasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemebrian dosis dan
jenis analgsik, sesuai indikasi Terapeutik
Dukungan Nyeri 1. Lingkungan bisa
Managemen nyeri menjadi pemicu
Observasi meningkatnya
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, derajat nyeri
durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
2. Membantu
2. Indetifikasi skala nyeri
memberikan
3. Identifikasi respon nyeri non
kenyaman untuk
verbal
klien
4. Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan 3. Untuk membantu

nyeri. mengatasi nyeri

5. Identifikasi pengetahuan dan


keyakinan tentang nyeri.
6. Identifikasi pengeruh budaya
terhadap respon nyeri.
7. Identifikasi pengaruh nyei pada
kualitas hidup.
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah Edukasi
diberikan.
9. Monitor efek samping 1. Membantu
penggunaan analgesic. mengurangi factor
Terapeutik pemicu munculnya
1. Berikan teknik nonfarmakologis nyeri
untuk mengurangi rasa nyeri (mis,
2. Untuk mengontrol
TENS,hypnosis,akupresur,terapi
mengatasi nyeri
music, biofeedback, terapi pijat,
ketika nyeri muncul
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres 3. Penggunaan
hangat/dingin,, terapi bermain). analgetik yang tepat

2. Konrol lingkungan yang dapat membantu

memperberat rasa nyeri mengurangi nyeri

(mis,sushu ruangan, pencahayaan, 4. Untuk menghindari


kebisingan). peningkatan nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur.
4. Pertimbangkan jenis dan sumber
Kolaborasi
nyeri dalam pemilihan strategi
1. Untuk membantu
meredakan nyeri.
mengurangi nyeri
Edukasi
sehingga dapat
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri. meningkatkan
2. Jelaskan stategi meredakan nyeri. kenyamanan
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri.
4. Anjurkan menggunakan analgesic
secara tepat.
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangai rasa nyeri.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgesic
Intervensi pendukung
2 GANGGUAN Setelah dilakukan intrvensi selama Perawatan Integritas Kulit
INTEGRITAS KULIT 3x24 jam maka Integritas kulit Tindakan Observasi

dan jaringan menigkat dengan Observasi 1. Mengetahui faktor


- Identifikasi penyebab gangguan penyebab
kriteria hasil:
integritas kulit (Mis, perubahan terjadinya
- Elastisitas meningkat sirkulasi, perubahan stastus nutrisi, kerusakan
- Hidrasi meningkat penurunan kelembaban, suhu integritas kulit
- Perfusi jaringan lingkungan ekstrem, penurunan Terapetik
meningkat mobilitas) 2. Menurunkan

- Kerusakan jaringan komplikasi tirah


menurun Terapeutik baring
- Kerusakan lapisan kulit - Ubah posisi 2 jam jika tirah baring 3. Mencegah terjadi

menurun - Lakukan pemijatan pada area infeksi


penonjolan tulang, jika perlu 4. Mengurangi
- Nyeri menurun
- Bersihkan perineal dengan air hangat, terjadinya
- Perdarahan,
terutama selama periode diare perlukaan
kemerahan, hematoma
- Gunakan produk berbahan petrolin Edukasi
menurun
atau minyak pada kulit kering 1. Kulit yang kering
- Suhu kulit membaik - Gunakan produk berbahan ringan/ lebih rentan
alami dan hipoalergik pada kulit mengalami
sensitive perlukaan
- Hindari produk berbahan dasar 2. Asupan nutrisi
alcohol pada kulit kering yang baik dapat
membantu
Edukasi
meningkatkan
- Anjurkan menggunakan pelembab
kinerja sel dan
(mis,lotion,serum)
jaringan kulit
- Anjurkan minum air yang cukup
3. Penggunaan sabun
- Anjurkan meningkatakn asupan
yang berlebih dapat
nutrisi
menyebabkan kulit
- Anjurnakan meningkatkan buah dan
kering
sayur
- Anjurkan menghindari terpapar suhu
ekstrem
- Anjurkan mandi dan menggunakan
sabun secukupnya

Intervensi pendukung

Pemberian obat kulit

Tindakan

Observasi

- Identifikasi kemungkinan alergi


- Verifikasi order obat sesuai indikaso
- Periksa tanggal kadaluarsa obat
- Monitor efek terapeutik obat

Terapeutik

- Lakuakn prinsif enam benar


- Cuci tangan dan pakai sarung tangan
- Bersihkan kulit
- Oleskan agen topical pada kulit
- Hindari terpapar sinar UV
Edukasi

- Jelaskan jenis obat, alsam pemberian,


Tindakan yang diharapkan, dan efek
samping pemberian
- Jelaskan factor yang meningkatkan
dan menurunkan efektifitas obat
- Ajarkan Teknik pemberian obat
secaramandiri

3 GANGGUAN CITRA Setelah dilakukan intrvensi selama promosi koping Observasi


TUBUH 3x24 jam maka citra tubuh Tindakan koping - Untuk
meningkat dengan kriteria hasil: Observasi : mengetahui
- Identifikasi kemampuan yang kemampuan
- Melihat bagian tubuh
dimiliki - Untk mengetahui
membaik
- Identifikasi pemahaman proses seberapa besar
- Menyentuh bagian tubuh
penyakit pemahaman
membaik
- Identifikasi kebutuhan dan pasien terhadap
- Verbalisasi kecacatan
keinginan terhadap dukungan penyakit
bagian tubuh membaik
social - Mningkatkan
- Vebalisasi kehawatiran
Terapeutik interaksi social
penolakan orang lain - Gunakan pendekatan yang tenang
membaik dan menyenangkan Terapeutik
- Menyembunyikan bagian - Diskusikan alasan mengkritik diri - Agar pasien
tubuh membaik sendiri tenang selama
- Focus pada bagoian tubuh - Fasilitasi dalam memperoleh Tindakan
membaik infoemasi yang di butuhkan - agar menambah
- Hubungan social membaik - Motivasi terlibat kegiatan social informasi tentang
- Kurangi rangsangan yang penyakit
mengancam - agar pasien
Edukasi nyaman
- Anjurkan mengungapkan perasaan
persepsi
- Anjurkan keterlibatan keluarga Edukasi
- Latih menilaian yang objektif - untuk mengetahui
Intervensi pendukung sitatus emosional
Edukasi perawatan diri - menambah
Observasi dukungan
- Identifikasi pengetahuan - mengurangi
perawatan diri gangguan citra
Teraputik tubuh
- Ciptakan edukasi interaktif untuk
memicu partisipasi aktif selama
edukasi
- Berikan penguatan positif
terhadap kemampuan yang
didapat
Edukasi :
- Ajarkan perawatan diri, praktikan
keperawatan diri,
- Anjurkan mengulangi Kembali
edukasi.
DAFTAR PUSTAKA
PPNI , T.P;. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Definisi dan
Indikator Diagnosa . Jakarta : DPP PPNI.
PPNI , T.P;. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) : Definisi dan
Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1ed). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T.P;. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Definisi dan
Tindakan Keperawatan ((cetakan II)1ed). Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai