DISUSUN OLEH :
Restu Resdian
J.0105.20.065
1. DEFINISI
Dermatitis seboroik adalah peradangan superfisial pada kulit yang bersifat
kronik yang sering terdapat pada daerah tubuh berambut, seperti pada wajah (kelopak
mata, alis mata, dahi, dagu) dan kepala (kulit kepala, telinga bagian luar, kulit
dibelakang telinga). Dermatitis seboroik (DS) yang juga disebut dengan eksema
seboroik, adalah penyakit yang sering terjadi yang ditandai oleh adanya sisik diatas
dasar kulit kemerahan. Penyakit peradangan kronis superfisial ini sering mengenai
daerah kulit yang memiliki produksi sebum yang tinggi dan daerah lipatan.
Walaupun patogenesisnya belum sepenuhnya diketahui, diperkirakan terdapat
hubungan dengan produksi sebum yang berlebihan dan ragi komensal Malassezia.
2. ETIOLOGI
Etiologi dermatitis seboroik belum diketahui pasti tapi umumnya disebabkan
oleh produksi kelenjar sebasea yang berlebih1 dan dikaitkan dengan peningkatan
jumlah jamur Malassezia spp.
Penderita dermatitis seboroik akan memperlihatkan gejala seperti eritema
pada kulit, berskuama halus hingga kasar, tampak berminyak dan penderita
mengeluh gatal. Dermatitis seboroik pada bayi atau dermatitis seboroik infantil
ditandai dengan adanya eritema, berskuama yang non eksematosa pada skalp dan
biasanya tidak didapatkan pruritus atau hanya ringan saja. Prevalensi dermatitis
seboroik ditemukan pada bayi di tiga bulan pertama kelahiran dan membaik pada
usia 8-12 bulan. Pada dewasa di usia 20 sampai 50 tahun. Dermatitis seboroik lebih
sering terjadi pada laki-laki dibanding wanita, hal ini berhubungan dengan stimulasi
hormon androgen.
3. PATOFISIOLOGI (PATHWAYS)
4. MANIFESTASI KLINIS
5. KLASIFIKASI
Berdasarkan usia
a. Pada bayi
Dermatitis seboroik pada bayi, lazim disebut dengan dermatitis seboroik
infantil.1,2 Kelainan ini terjadi pada bulan pertama, biasanya pada minggu ketiga
dan keempat, tersering pada 3 bulan pertama dan akan menghilang dengan
sendirinya tanpa terapi pada usia 8-12 bulan. Tempat predileksi dermatitis
seboroik infantil terutama mengenai kulit kepala, alis, bulu mata, lipatan
nasolabial, bibir, telinga, dada, leher, lipatan paha, dan lipat bokong, dengan atau
tanpa disertai rasa gatal.
b. Pada remaja dan dewasa
Pada orang dewasa Dermatitis serobik pada umumnya berpengaruh pada
daerah kulit yang mengandung kelenjar sebasea dalam frekuensi tiggi dam aktif.
Distribusunya simetris dan melibatkan daerah berambut pada kepala meliputi
kepala, alis, kumis dan jenggot. Adapun lokasi lainya terdapat di dahi, lipatan
nasolabial, kanalis auditoris eksternal dan daerah belakang telinga, pada daerah
tubuh dapat mengenai daerah presternal dan lipatan-lipatan kulit aksila, pusar,
inguinal, infa mamae, dan anogenital. Pada masa remaja dan dewas biasanya
sebagai scaip scaling (ketombe) atau eritaema ringan pada lipatan nasolabial pada
saat stress atau kekurangan tidur.
6. PENGKAJIAN
a. Keluhan
Pasien sering mengeluh adanya kemerahan, peningkatan suhu tubuh, nyeri
pada kasus tertentu, kulit kering agak kekuningan, ketombedengan rasa gatal,
rambut rontok dibagian verteks dan frontal kepala,kelopak mata merah.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Adanya lesi berupa eritema, dengan sisik-sisik yang berminyak agak
kekuningan dengan rasa gatal yang ringan,ketombe, yang hanya mengenai kulit
kepala berupa skuama "alus dan kasar.
c. riwayat kesehatan dahulu
Kaji adanya Riwayat penayakit yang disebabkan mikroorganisme
phytyrosparum ovale.
d. riwayat kesehatan keluarga
kaji adanya keluarga yang mempunyai dermatitis seroboik,
e. riwayat psikologis
kaji adanya stress emosional.
7. PEMERIKSAAN FISIK
System intrgumen
Adanya pruritus, eritrema, turgor kulit buruk dan pitiriatis.
a. Inpeksi
ketombe yang hanya mengenai kulit kepala lesi berupa eritema, skuama,
krusta tebal yang sering meluaske dahi, glabela, telingaposaurikular, dan leher
pada bayi, skuama yang kekuningan dan kumpulan debrisepitel yang lekat pada
kulit (cradle cap) pada daerah supraorbital skuama halus dapat terlihat di
alismata, skuama kekuningan. Dapat pula pinggiran kelopak mata merah disertai
skuama halus,
b. Palpasi
Kulit teraba hangat dan kasar.
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Kultur jamur dan kerokan kulit amat bermanfaat untuk menyingkirkantinea
kapitis maupun infeksi yang disebabkan kuman lainnya. pemeriksaaan yang dapat
dilakukan pada pasien dermatitis seboroik adalah
pemeriksaan Histopatologi. Gambaran Histopatologi bergantung padastadium
penyakit akut, subakut, atau kronis. pemeriksaan serologis untuk menyingkirkan
dermatitis atopi.
9. PENATALAKSANAAN KLINIS
A. MEDIS
N Nama Obat Nama Dosis Rut Dos Indikasi Efek
o Generik Sedia e is samping
an Am
an
1 Hydrocortisone Kortikoster Sal Menghamba
oid ep t
pertumbuha
n jamur
2 Desonide
3 Mometasone
siklopiraksolamin Menghamba
t ambilan
dan
penggunaan
subtansi
yang di
pelukan
subtansi
membrane
sel jamur
dengan
mengubar
permabilitas
nya
Piroctone octopirox Meredakan
inflamasi
pada kulit
kepala dan
menurunkan
pembentuka
n skuma
pada kulit
Shea buuter Anti
inflamasi
dan anti
jamur
diberikan
secara mono
terapi dan di
kombinasika
n Bersama
obat lain
Salep takrolimus
DO :
- tampak meringis
Imun menurun
- bersikap protektif
- gelisah
- frekuensi nadi meningkat Aktifitas kelanjar
- TD meningkat sebasea terganggu
- Sulit tidur
- Pola nafas berubah Peningkatan jumlah
- Nafsu makan berubah jamur pityrosporum
- Proses berfikir terganggu oval
Nyeri
3 DS : Factor fisikis, Gangguan citra tubuh
- mengungkapkan / tidak mau kecacatan farmakologi,
bagian tubuh
- focus berlebihan pada bagian tubuh
Sensitisasi sel
- respon nonverbal pada perubahan dan
persepsi tubuh
- focus pada penampilan dan kekuatan
Kelenjar limfe
masa lalu mengeluarka
- hubungan social berubah n histamin
proses poliferasi
epidermal
Skuama(sisik),
krusta(berwarna kuning
dan berbau
Gangguan citra
tubuh
4 DS : Factor fisikis, Gangguan integritas
farmakologi, kulit
DO : imunologi
- Nyeri
- Perdarahan
Imun menurun
- Kmerahan
- Hematoma
- Kerusakan jaringan atau kerusakan Aktifitas kelanjar
kulit. sebasea terganggu
Peningkatan jumlah
jamur pityrosporum
oval
Sensitisasi sel
Kelenjar limfe
mengeluarka
n histamin
Gangguan integritas
kulit
Intervensi pendukung
Tindakan
Observasi
Terapeutik