Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MORBILI (CAMPAK)

Disusun Oleh :
Noni Windayanti
(NPM: 1614401120153)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2018
Laporan Pendahuluan
Asuhan Keperawatan Morbili (Campak)

1. Tinjauan Teoritis Medis


1.1 Anatomi Fisiologi

1.1.1 Anatomi kulit.


Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar
tubuh, merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh
kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar
2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya
kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak,
umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata,
penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas.
Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki,
punggung, bahu dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda,
lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel
berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari
mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu
lapisan jaringan ikat.
1.1.2 Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler.
Terdiri dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel
melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal epidermis berbeda-
beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak

1
2

tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari


seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas
sampai yang terdalam) :
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin
D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi
(melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans).
1.1.3 Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering
dianggap sebagai “True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang
menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan
subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki
sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :
a. Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.
b. Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis
juga mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel
rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit
tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis.
Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai
nutrisi, menahan shearing forces dan respon inflamasi

1.2 Definisi
Morbili adalah penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan oleh
infeksi virus umunya menyerang anak-anak. Campak memiliki gejala
klinik khas yaitu 3 stadium; (1) stadium masa tunas berlangsung kira-kira
10-12 hari, (2) stadium prodolmal (kataral) dengan gejala pilek dan batuk
yang meningkat dan ditemukan enantem pada mukosa pipi, faring dan
perdarahan konjungtiva, (3) stadium akhir dengan keluarnya ruam mulai
dari belakang telinga menyebar ke muka, badan, lengan, dan kaki
3

(Sumarmo, 2002, dalam buku Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA


NICNOC, 2015).

Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan melalui rute


udara dari seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang rentan
(Smeltzer, 2013).

Campak atau Rubeola adalah suatu infeksi virus yang sangat


menular.Penyakit ini ditandai oleh beberapa gejala, diantaranya demam,
batuk, konjungtivis (peradangan pada selaput ikat mata/ konjungtiva)
serta terdapatnya ruam kulit. Penyakit campak adalah penyebab kematian
terbesar bayi dan anak dengan usia 1-4 tahun. Setiap tahunnya, 30.000
anak di Indonesia diperkirakan meninggal akibat komplikasi
campak.Penyakit campak juga berpotensi menyebabkan KLB (Kejadian
Luar Biasa) atau pandemik. (Cahyono, 2010).

1.3 Etiologi
Virus campak termasuk golongan paramyxovirus, penyebab ialah virus
morbili yang penular dengan droplet dan kontak. penularan secara
droplet melalui udara, sejak 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai
4 hari stelah timbul ruam dan sedikit virus sudah dapat menimbulkan
infeksi. Virus campak tidak memiliki daya tahan tinggi. Apabila diluar
tubuh manusia keberadaannya tidak kekal, pada temperature kamar akan
60 % kehilangan sifat infektivitasnya setalah 3-5 hari, pada suhu 37
celcius waktu paruh usianya 2 jam. Sebaliknya virus ini mampu bertahan
dalam keaadan dingin pada -70 celcius dengan media protein dapat hidup
selama 5,5 tahun. Virus tidak aktiv pada ph rendah (Sumarmo, 2002,
dalam buku Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NICNOC, 2015).

1.4 Patofisiologi
4

Penyebab campak adalah measles virus (MV), genus virus morbili,


familiparamyxoviridae. Virus ini menjadi tidak aktif bila terkena panas,
sinar, pH asam, ether, dan trypsin dan hanya bertahan kurang dari 2 jam
di udara terbuka. Virus campak ditularkan lewat droplet, menempel dan
berkembang biak pada epitel nasofaring. Virus ini masuk melalui saluran
pernafasan terutama bagian atas, juga kemungkinan melalui kelenjar air
mata.

Dua sampai tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut
pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus
menyebar pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul viremia
kedua setelah 5-7 hari dari infeksi awal. Adanya giant cells dan proses
peradangan merupakan dasar patologik ruam dan infiltrat peribronchial
paru. Juga terdapat udema, bendungan dan perdarahan yang tersebar
pada otak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan
batuk, pilek, mata merah (3 C : coryza, cough and conjuctivitis) dan
demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas, batuk, pilek makin
lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada hari
penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul ruam
makulopapuler warna kemerahan.

Virus dapat berkembang biak juga pada susunan saraf pusat dan
menimbulkan gejala klinik encefalitis. Setelah masa konvelesen pada
turun dan hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi
makin gelap, berubah menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses
ini disebabkan karena pada awalnya terdapat perdarahan perivaskuler
dan infiltrasi limfosit
5

Pathway Morbiliti
(Setyan, A. 2015)

1.5 Manifestasi Klinis


Stadium campak
1.5.1 Stadium ktaral (prodolmal)
a. 4-5 hari
b. Panas
c. Malaise
6

d. Batuk
e. Fotopobia
f. Konjungtivitis
g. Koriza
h. Akhir stadium (24 jam) timbul bercak koplikberwarna putih
kelabu, dikelilingi oleh eritema
i. Lokasi dimukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah
1.5.2 Staduim erupsi
a. Koriza dan batuk bertambah
b. Timbul titik merah di palatum durum dan mole
c. Muncul eritema
d. Gatal
e. Muka bengkak
f. Pembesaran kelenjar getah bening
g. Diare
h. Muntah
i. Perdarahan pada kulit
1.5.3 Stadium konvalensi
a. Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih
tua yang lama kelamaan akan hilang sendiri
b. Kulit bersisi
c. Suhu turun sampai menjadi normal
(Amin, Hardhi. 2015)

1.6 Pemeriksaan Penunjang


1.6.1 Pemeriksaan darah tepi hanya di temukan adanya leukopeni
1.6.2 Dalam sputum, sekresi nasal, sediment urine dapat ditemukan
adanya multinucleated giant sel yang khas
1.6.3 Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemagglutination
inhibition test dan complement fiksatior test akan ditemukan
7

adanya antibody yang spesifik dalam 1-3 hari setalah timbulnya


ras dan mencapai puncaknya 2-4 minggu kemudian.
(Amin, Hardhi. 2015)

1.7 Penatalaksanaan
Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat,
pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibody diberika apa
bila terjadi infeksi sekunder, anti konvulsi apabila terjadi kejang,
antipiretik bila demam, dan vitamin A 100.000 unit untuk anak usia 6
bulan sampai 1 tahun dan 200.000 unit untk anak usia >1 tahun, vit A
diberikan untuk membantu pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak,
menurunkan morbiditas campak yang berguna untuk meningkatkan titer
IgG dan jumlah limposit total.
Indikasi rawata inap bila hipertermi (> 39,5 celcius), dehidrasi, kejang,
asupan oral sulit atau adanya penyulir. Pengopbatan dengan penyulit
disesuaikan dengan penyulit yang timbul (Amin, Hardhi. 2015).

2. Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan


2.1 Pengkajian
2.1.1 Identitas penderita
Biasanya Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur
1-14 th dengan status gizi yang kurang dan sering mengalami
penyakit infeksi, jenis kelamin (L dan P pervalensinya sama),
suku bangsa, no register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa
medis DLL.
2.1.2 Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien dengan morbili yaitu demam terus-
menerus berlangsung 2 – 4 hari. (Pusponegoro, 2004 : 96). Anak
masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema
dibelakang telinga, di bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang
8

rambut dan bagian belakang bawah, badan panas, enantema ( titik


merah ) dipalatum durum dan palatum mole.
2.1.3 Riwayat kesehatan dahulu
Anamnesa pada pengkajian apakah klien pernah dirawat di
Rumah Sakit atau pernah mengalami operasi. Anamnesa riwayat
penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, riwayat imunisasi
campak. Anamnesa riwayat kontak dengan orang yang terinfeksi
campak. Biasanya Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi
campak dan pernah kontak dengan pasien campak.
2.1.4 Riwayat kesehatan sekarang
Anamnesa adanya demam terus-menerus berlangsung 2 – 4 hari,
batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah, silau bila kena cahaya
(fotofobia), diare, ruam kulit. (Pusponegoro, 2004 : 96). Adanya
nafsu makan menurun, lemah, lesu.
Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada
orang tua atau anak tentang kapan timbulnya panas, batuk,
konjungtivitis, koriza, bercak koplik dan enantema serta upaya
yang telah dilakukan untuk mengatasinya.
2.1.5 Riwayat kesehatan keluarga
Dapatkan data tentang hubungan kekeluargaan dan hubungan
darah, apakah klien beresiko terhadap penyakit yang bersifat
genetik atau familial.
2.1.6 Riwayat imunisasi
Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO
I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.
2.1.7 Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan
kalori untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk
pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.

2.2 Pemeriksaan Fisik


9

Pemeriksaan fisik adalah mengukur tanda-tanda vital dan pengukuran


lainnya serta pemeriksaan semua bagian tubuh dengan menggunakan
teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. (Potter, 2005 : 159)
2.2.1 Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan,
dan tanda-tanda vital.
2.2.2 Kepala dan leher
a. Inspeksi :
Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala,
konjungtivitis, fotofobia, adakah eritema dibelakang telinga,
di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian
belakang bawah.
b. Palpasi :
Adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut
mandibula dan didaerah leher belakang,
2.2.3 Mulut
Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan
molar bawah, enantema di palatum durum dan palatum mole,
perdarahan pada mulut dan traktus digestivus.
2.2.4 Toraks
a. Inspeksi :
Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring,
perdarahan pada hidung. Pada penyakit campak, gambaran
penyakit secara klinis menyerupai influenza.
b. Auskultasi :
Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.
2.2.5 Abdomen
a. Inspeksi :
Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit.
b. Auskultasi
Bising usus.
10

c. Perkusi
Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda
abnormal, misalnya masa atau pembengkakan.
2.2.6 Kulit
a. Inspeksi :Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.
b. Palpasi : Turgor kulit menurun

2.3 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


2.3.1 Diagnosa I
Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.
Intervensi
No Intervensi
1 Monitor perubahan suhu tubuh, denyut nadi.
2 Lakukan tindakan yang dapat menurunkan suhu tubuh
sperti lakukan kompres, berikan pakaian tipis dalam
memudahkan proses penguapan.
3 Libatkan keluarga dalam perawatan serta ajari cara
menurunkan suhu dan mengevaluasi perubahan suhu
tubuh.
4 Kaji sejauh mana pengetahuan keluarga dan anak
tentang hypertermia

5 Kolaborasi dengan dokter dengan memberikan


antipiretik dan antibiotic sesuai dengan ketentuan.
2.3.2 Diagnose II
Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan
secret b/d penumpukan secret pada nasofaring.
Intervensi
No Intervensi
11

1 Kaji fungsi pernapasan, contoh bunyi napas,


kecepatan, irama dan kedalaman dan penggunaan otot
aksesori.
2 Catat kemampuan untuk batuk efektif.
3 Berikan posisi semi fowler tinggi. Bantu klien untuk
batuk dan latihan napas dalam.
4 Bersihkan secret dari mulut dan trakea ; pengisapan
sesuai keperluan.
5 Pertahankan masukan cairan
6 Berikan lingkungan yang aman
2.3.3 Diagnose III
Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.
Intervensi
No Intervensi
1 Pantau kulit dari adanya: ruam dan lecet, warna dan
suhu, kelembaban dan kekeringan yang berlebih, area
kemerahan dan rusak.
2 Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
3 Dorong klien untuk menghindari menggaruk dan
menepuk kulit.
4 Balikkan atau ubah posisi dengan sering
5 Ajarkan anggota keluarga / memberi asuhan tentang
tanda kerusakan kulit, jika diperlukan.
6 Konsultasi pada ahli gizi tentang makanan tinggi
protein, mineral, kalori dan vitamin.
2.3.4 Diagnosa keperawatan IV
Gangguan rasa aman : Resiko injuri s/d........
Rencana tindakan :
No Intervensi
12

1 Monitor keadaan mata: warna konjungtiva, produksi


sekret & air mata, fotofobi.
2 Lakukan perawatan mata secara teratur.
3 Hindari rangsangan cahaya yang berlebihan.
4 Jauhkan klien dari benda – benda tajam dan mudah
pecah.
5 Beri papan pengaman tempat tidur.
6 Berikan vitamin A sesuai program tim medis.
2.3.5 Nyeri berhubungan dengan lesi kulit, malaise
Intervensi :
No Intervensi
1 Gunakan vaporiser embun dingin, kumur-kumur, dan
tablet isap.
2 Bersihkan mata dengan larutan salin fisiologis
3 Jaga agar anak tetap dingin.
4 Berikan mandi air dingin dan berikan lotion seperti
kalamin
5 Berikan analgesik, antipiretik, dan antipruritus sesuai
kebutuhan dan ketentuan.
13

Daftar Pustaka

Amin, Hardhi 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC NOC.


Yogyakarta. Media Action.

Cahyono, J.B Suharjo B, dkk. 2010.Vaksinasi; Cara Ampuh Cegah


Infeksi. Yogyakarta:Kanisius

Smeltzer & Bar 2013. Bku ajar keperawatan medical bedah brunner & Suddarth
edisi 8. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai