Anda di halaman 1dari 15

A.

Konsep Penyakit
1. Definisi
Menurut Nur arif dan Kusuma (2016), asfiksia neonatorum adalah
suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gangguan tidak segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia dapat terjadi
selama kehamilan atau persalinan.
Asfiksia neonatarum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Sarwono, 2011).
Asfiksia neonatarum adalah suatu keadaan dimana saat bayi lahir
mengalami gangguan pertukaran gas dan kesulitan mengeluarkan
karbondioksida (Sarwono, 2010).

2. Etiologi
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan
gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi
menjadi berkurang yang mengakibatkan hipoksia bayi di dalam rahim dan
dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir. Beberapa faktor tertentu
diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir,
diantaranya adalah (Nurarif & Kusuma, 2013):
a. Faktor ibu
1) Preeklampsia dan eklampsia
2) Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
3) Partus lama atau partus macet
4) Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC,
HIV)
5) Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
b. Faktor Tali Pusat
1) Lilitan tali pusat
2) Tali pusat pendek
3) Simpul tali pusat
4) Prolapsus tali pusat
c. Faktor Bayi
1) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
2) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
3) Kelainan bawaan (kongenital)
4) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

Faktor Disebabkan Keterangan


Maternal  Hipotensi  Aliran darah menuju plasenta akan
syok dengan berkurang sehingga O2 dan nutrisi makin
sebab apapun tidak seimbang untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.
 Anemia  Kemampuan transportasi O2 turun sehingga
maternal konsumsi O2 janin tidak terpenuhi
 Penekanan  Metabolisme janin sebagian menuju
respirasi atau metabolisme anaerob sehingga terjadi
penyakit paru timbunan asam laktat dan piruvat serta
 Malnutrisi menimbulkan asidosis metabolic
 Asidosis dan  Semuanya memberikan kotribusi pada
dehidrasi pertumbuhan konsentrasi O2 dan nutrisi
 Supine makin menurun.
hipotensi
Uterus  Aktivitas  Menyebabkan aliran darah menuju plasenta
kontraksi makin menurun sehingga O2 dan nutrisi
memanjang/hi menuju janin makin berkurang
peraktivitas  Timbunan glukosanya yang menimbulkan
 Gangguan energy pertumbuhan melalui O2 dengan
Vaskuler hasil akhir CO2 atau habis karena
dikeluarkan melalui paru – paru atau
plasenta janin, tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan.
 Metabolisme beralih menuju metabolisme
anaerob yang menimbulkan asidosis
Plasenta  Degenerasi  Fungsi plasenta akan berkurang sehingga
vaskuler tidak mampu memenuhi kebutuhan O2 dan
 Solusio nutrisi metabolisme janin
plasenta  Menimbulkan metabolisme anaerob dan
 Pertumbuhan akhirnya asidosis dengan pH darah turun.
hypoplasia
primer
Tali Pusat  Kompresi tali  Aliran darah menuju janin berkurang
pusat  Tidak mampu memenuhi nutrisi O2 dan
 Simpul nutrisi
mati/lilitan tali  Metabolisme berubah menjadi metabolisme
pusat anaerob
 Hilangnya
jelly Wharton

Janin  Infeksi  Kebutuhan metabolisme nutrisi makin


tinggi, sehingga ada kemungkinan tidak
dapat dipenuhi oleh aliran darah dari
plasenta
 Anemia janin  Aliran nutrisi dan O2 tidak cukup
menyebabkan metabolisme janin menuju
metabolisme anaerob, sehingga terjadi
timbunan asam laktat dan piruvat
 Kemampuan untuk transportasi O2 tidak
cukup sehingga metabolisem janin berubah
menjadi menuju anaerob yang menyebabkan
asidosis.

3. Klasifikasi
Penilaian 0 1 2
Appearance Pucat atau biru Tubuh kemerahan, Seluruh tubuh
(warna kulit) ekstremitas biru kemerahan
Pulse Rate (nadi) Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100
x/menit x/menit
Grimance (reaksi Tidak ada Sedikit gerakan Gerakan kuat
rangsang) atau melawan
Activity (tonus Lumpuh Ekstremitas sedikit Gerakan aktif
otot) fleksi
Respiratory Tidak ada Lambat, tidak teratur Menangis kuat
(pernafasan)

Keterangan:
a. Nilai Apgar 0-3 asfiksia berat
b. Nilai Apgar 4-6 asfiksia sedang
c. Nilai Apgar 7-10 normal atau bayi sehat
(Rahayu, 2012)

4. Manifestasi Klinis
Asfiksia neonatarum biasanya akibat dari hipoksia janin yang
menimbulkan tanda-tanda sebagai berikut (Nurarif & Kusuma, 2013) :
a. DJJ irreguler dan frekuensi >160 x/menit atau <100 x/menit. Pada
keadaan umum normal denyut janin berkisar antar 120-160 x/menit
dan selama his frekuensi ini bisa turun namun akan kembali normal
setelah tidak ada his.
b. Terdapat mekonium pada air ketuban pada letak kepala. Kekurangan
O2 merangsang usus sehingga mekonium keluar sebagai tanda janin
asfiksia.
c. Pada pemeriksaan dengan amnioskopi didapatkan pH janin turun
sampai <7,2 karena asidosis menyebabkan turunnya pH.

5. Komplikasi
Komplikasi ini meliputi beberapa organ:
a. Edema otak dan Perdarahan otak
Pada penderita asfksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah
berlarut sehingga terjadi aliran darah ke otak yang menurun. Keadaaan
ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat
terjadinya edema otak. Hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan
otak.
b. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfksia.
Keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya
yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah
jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan
ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada
pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkan
pengeluaran urine sedikit.
c. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfksia akan mengalami gangguan
pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan
persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2. Hal ini dapat
menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak
efektif.
d. Koma
Apabila pada pasien asfksia berat segera tidak ditangani akan
menyebabkan koma karena beberapa hal, diantaranya : hipoksemia
dan perdarahan pada otak. Sedangkan akibat tindakan dari pemakaian
bag and mask yang berlebihan dapat menyebabkan pneumotoraks,
dimana pada pengembangan paru yang berlebihan dapat menyebabkan
alveolus pecah atau robekan pada mediastinum sehinga udara akan
mengisi rongga pleura / mediastinum.

6. Patofisiologi dan Pathway


a. Patofisiologi
Pada awal proses kelahiran setiap bayi akan mengalami
hipoksia relatif dan akan terjadi adaptasi akibat aktivitas bernapas dan
menangis. Apabila proses adaptasi terganggu, maka bayi bisa
dikatakan mengalami asfiksia yang akan berefek pada gangguan
sistem organ vital seperti jantung, paru-paru, ginjal dan otak yang
mengakibatkan kematian (Manuaba, 2008).
Asfiksia terjadi karena janin kekurangan O2 dan kadar CO2
bertambah, timbul rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ
(denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus
berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Maka
timbul rangsangan dari nervus sispatikus sehingga DJJ menjadi lebih
cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan
pernafasan intrauteri dan bila kita periksa kemudian banyak air
ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan dapat
terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang
(Manuaba, 2008).
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti dan
denyut jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler
berkembang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode
apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukan pernafasan yang
dalam, denyut jantung menurun terus menerus, tekanan darah bayi
juga mulai menurun, dan bayi akan terlihat lemas. Pernafasan makin
lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekuner.
Selama apneu sekunder denyut jantung, tekanan darang dan kadar O2
dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi
terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukan upaya pernafasan
secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan
pernafasan buatan tidak di mulai segera (Manuaba, 2008).
b. Pathway
Tali pusat
Plasenta (degenerasi (kompresi, lilitan
Maternal (hipotensi syok, anemia Uterus (aktivitas vaskuler, solusio tali pusat, Janin
maternal, penekanan plasenta, pertumbuhan hilangnya jelly (infeksi,anemia
kontraksi, hypoplasia primer) janin,
respirasi,malnutrisi, asidosis, gangguan vaskuler) wharton)
supine hipotensi) sungsang)

ASFIKSIA (sedang, berat)

Janin kekurangan O2 Paru-paru terisi cairan ( misal : aspirasi


& kadar CO2 meningkat mekonium, air ketuban)

Gangguan metabolism &


perubahan asam basa

Napas cepat Suplai O2 dalam darah ↓ Suplai O2 ke paru ↓ Asidosis respiratorik

Apneu Hipoksia organ (jantung, Gangguan perfusi-ventilasi


otak paru)
Kerusakan otak
DJJ & TD ↓
Napas cuping hidung,
Resiko Cidera sianosis, hipoksia
Ketidakefektifan (00035)
Ketidakefektifan
pola napas perfusi jaringan
(00032) perifer Hambatan
(00204) pertukaran gas
(00030)

Hambatan
ventelasi spontan
(00033)
7. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan menurut Hidayat (2008) dalam Rahayu (2012),
antara lain:
a. Asfiksia ringan APGAR Skore 7-10
1) Bayi dibungkus dengan kain hangat
2) Bersihkan jalan nafas dengan mengisap lendir dari hidung kemudian
dari mulut
3) Bersihkan badan dan tali pusat
4) Lakukan observasi tanda vital, pantau APGAR Skore, dan masukkan
kedalam incubator.
b. Asfiksia sedang APGAR Skore 6-4
1) Bersihkan jalan nafas
2) Berikan oksigen 2 liter permenit
3) Rangsang pernafasan dengan menepuk telapak kaki. Apabila belum
ada reaksi, bantu pernafasan dengan masker (ambubag)
4) Bila bayi sudah mulai bernafas tetapi masih sianosis, berikan natrium
bikarbonat 7,5% sebanyak 6 cc. dekstrosa 40% sebanyak 4 cc
disuntikkan melalui vena umbilicus secara perlahan-lahan untuk
mencegah tekanan intracranial meningkat.
c. Asfiksia berat APGAR Skore 3-0
1) Bersihkan jalan nafas sambil pompa melalui ambubag
2) Berikan oksigen 4-5 liter permenit
3) Bila tidak berhasil, lakukan pemasangan ETT (endotracheal tube)
4) Apabila bayi sudah mulai bernafas tetapi masih sianosis berikan
natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6 cc. dekstrosa 40% sebanyak 4 cc.

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Hb (15-19 gr%) biasanya pada bayi dengan asfiksia cenderung turun
karena O2 dalam darah sedikit.
b. pH (7.36-7.44), kadar pH cencerung turun karena terjadi asidosis
metabolik.
c. PCO2 (35-45 mmhg), kadar PCO2 cenderung naik karena sering terjadi
hiperapnea.
d. PO2 (70-100 mmhg), kadar PO2 cenderung turun karena terjadi hipoksia.
9. Tanda-tanda vital berdasarkan usia
Usia Nadi Pernapasan Tekanan darah sistolik
Anak-anak
70-120 18-30 80-110
( >5-12 tahun)
Prasekolah
80-140 22-34 80-100
(4-5 tahun)
Bawah tiga tahun
90-150 24-40 80-100
(1-3 tahun)
Bayi
100-160 30-60 70-95
(1 bulan-1 tahun)
Baru lahir
120-160 40-60 50-70
(0-1 bulan)

10. Indikasi pemberian epinefrin


a. HR >60 ≠nafas : ventilasi dan pijat jantung
b. HR <60 ≠nafas : ventilasi, pijat jantung, dan adrenalin

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata atau identitas pasien
1) Bayi: nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, tanggal masuk
dan alamat.
2) Orangtua : nama ayah dan ibu, umur,suku, pendidikan, pekerjaan
dan alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat
antennal pada kasus asfiksia:
a) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi
buruk, merokok, ketergantungan obat-obatan atau dengan
penyakit diabetes militus, kardiovaskuler dan paru.
b) Kehamilan dengan risiko persalinan preterm misalnya
kehamilan multiple, kelainan kongenetal dan riwayat
persalinan preterm.
c) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinuitas atau tidak
teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan,
d) Gerakan janin selama kehamilan aktif atau semakin menurun.
c. Riwayat intranatal komplikasi persalinan yang perlu dikaji:
1) Kala 1 : ketuban keruh, berbau, mekonial, perdarahan, antepartum
baik solusio plasenta atau plasenta previa.
2) Kala 2 : persalinan lama, partus kasep, ibu kelelahan atau persalinan
dengan tindakan (vacum ekstraksi).
3) Adanya trauma lahir yang dapat menggangu sistem pernafasan.
4) Persalinan dengan tindakan bedah sesar.
d. Riwayat post natal yang perlu dikaji:
1) Afgar score bayi baru lahir 30-60 detik pertama dan 5 menit kedua.
2) Berat badan bayi lahir: kurang atau lebih dari 2500-4000 gram,
preterm atau BBLR kurang dari 2500 gram, aterm lebih dari sama
dengan 2500 gram. Lingkar kepala 34-36 cm.
3) Adanya kelainan kongenetal: hydrocephalus.
e. Keadaan umum
Pada asfiksia neonatus keadaan lemah dan hanya merintih.keadaan akan
membaik bila menunjukkan gerakan aktif dan menagis dengan keras.
Kesadaran neonatus dapat dilihat dari respon terhadap rangsangan.
f. Tanda-tanda vital
Pada neonatus pernafasan normal 40-60 x/menit, pada bayi dengan
asfiksia pernafasan belum teratur. berisiko terjadi hipotermi bila suhu
tubuh kurang dari 36.5oC dan berisiko hipertermi bila suhu lebih dari
37.5oC. nadi normal 120-140 x/menit.
g. Sirkulasi
1) Bunyi jantung: lokasi di mediasternum dengan titik intensitas
maksimal tepat di kiri dari mediasternum pada ruang intercoste
III/IV.
2) Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
3) Tali pusat putih dan bergelatin.
h. Eliminasi
Dapat berkemih saat lahir.
i. Makanan atau cairan
1) Berat badan: 2500-4000 gram
2) Panjang 44-45 cm
3) Turgor kulit elastic (bervariasi sesuai gertasi)
j. Neurosensori
1) Tonus otot: fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
2) Pada neonatus post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah.
k. Pernafasan
1) Skor APGAR
2) Kulit: warna kulit tubuh kemerahan, sedangkan pada ekstremitas
berwarna kebiruan atau pucat.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran
darah ke alveoli, alveolar edema, alveoli-perfusi.
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi.
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
hipoksia organ.
d. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan
sianosis.
e. Resiko cedera berhubungan dengan hipoksia jaringan.

3. Intervensi Keperawatan
Dx Tujuan dan
No. Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1 Hambatan NOC : NIC :
Respiratory status : Gas 1. Respiratory Monitoring (3350)
pertukaran gas
Exchange a. Monitor rata-rata
berhubungan Respiratory status : kedalaman, irama dan usaha
ventilation respirasi.
dengan gangguan
Vital sign status b. Catat pergerakan dada,
aliran darah ke Setelah dilakukan tindakan amati kesimetrisan,
keperawatan selama 3 x 45 penggunana otot tambahan,
alveoli, alveolar
menit gangguan pertukaran retraksi otot subklavikular
edema, alveoli- gas klien dapat teratasi dan interkostal.
dengan kriteria hasil : c. Monitor suara napas seperti
perfusi (00030)
1. Klien mampu dengkur
menunjukkan d. Monitor otot diafragma
peningkatan ventilasi (gerakan paradoksis)
dan oksigenasi yang e. Auskultasi suara napas,
adekuat catat area penurunan/ tidak
2. Memelihara adanya ventilasi dan suara
kebersihan paru-paru tambahan.
dan bebas dari tanda- f. Auskultasi suara paru untuk
tanda distress mengetashui hasil tindakan
pernapasan g. Kolaborasi pemberian O2
3. Tanda-tanda vital
dalam rentang normal
2. Ketidakefektifan NOC : NIC :
Respiratory status : Gas 1. Oxygen Therapy (3320)
pola napas
Exchange a. Monitor aliran oksigen
(00032) Respiratory status : b. Observasi adanya tanda-
ventilation tanda hipoventilasi
Vital sign status Pertahankan jalan napas
Setelah dilakukan tindakan yang paten
keperawatan selama 3 x 45 c. Atur peralatan oksigenasi
menit ketidakefektifan pola d. Pertahankan posisi pasien.
nafas klien dapat berkurang
dengan kriteria hasil :
1. Klien mampu
menunjukkan
peningkatan ventilasi
dan oksigenasi yang
adekuat
2. Memelihara
kebersihan paru-paru
dan bebas dari tanda-
tanda distress
pernapasan
3. Tanda-tanda vital
dalam rentang normal
3. Ketidakefektifan NOC : NIC :
Tissue perfusion : cerebral Peripheral Sensation management
perfusi jaringan
Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor adanya daerah tertentu
perifer keperawatan selama 3x24 yang hanya peka terhadap
jam ketidkefektifan perfusi panas/dingin
berhubungan
jaringan perifer dapat 2. Monitor adanya paratese
dengan hipoksia teratasi dengan kriteria 3. Monitor adanya tromboplebitis
hasil : 4. Kolaborasi dengan dokter
organ (00204)
1. menunjukkan fungsi
sensori motorik cranial
yang utuh : tingkat
kesadaran membaik, tidak
ada gerakan-gerakan
involunteer.
4. Hambatan NOC NIC
a. Respiratory status : Mechanical Ventilation
ventelasi spontan
airway patency management : Invasive
berhubungan b. Mechanical ventilation
weaningresponse a. Pastikan alarm ventilator aktif
dengan Faktor
c. Respiratory status : Gas b. Konsultasikan dengan tenaga
metabolic, Exchange kesehatan lainnya dalam
d. Breathing pattern, pemilihan jenis ventilator
Keletihan otot
ineffective c. Berikan agens pelumpuh otot,
pernafasan sedative, dan analgesic
Kriteria Hasil : narkotik, jika diperlukan
(00033)
a. Respon alergi sistemik d. Pantau adanya kegagalan
: tingkat keparahan pernafasanyang akan terjadi
respons e. Pantau adanya penurunan
hipersensitivitas imun volume ekshalasi dan
sistemik terhadap peningkatan tekanan inspirasi
antigen lingkungan pada pasien
(eksogen) f. Pantau keefektifan ventilasi
b. Respons ventilasi mekanik pada kondisi
mekanis : pertukaran fisiologis dan
alveolar dan perfusi psikologispasien
jaringan di dukung oleh g. Pantau adanya efek yang
ventilasi mekanik merugikan dari ventilasi
c. Status pernafasan mekanik : infeksi,
Pertukaran Gas: barotraumas, dan penurunan
pertukaran CO2 atau curah jantung
O2 di alveolus untuk h. Pantau efek perubahan
mempertahankan ventilator terhadap oksigenasi
konsentrasi gas darah : GDA, SaO2, SvO2, CO2,
arteri dalam rentang akhir-tidal, Qsp/Qt serta
norma respons subjektif pasien
d. Status pernafasan i. Auskultasi suara napas, catat
ventilasi : pergerakan area penurunan atau ketiadaan
udara keluar masuk ventilasi dan adanya suara
paruadekuat napas tambahan
e. Tanda vital : tingkat j. Tentukan kebutuhan
suhu tubuh, nadi, pengisapan dengan
pernafasan, tekanan mengauskultasi suara ronki
darahdalam rentang basah halus dan ronki basah
normal kasar di jalan nafas
f. Menerima nutrisi k. Lakukan higine mulut secara
adekuat sebelum, rutin
selama, dan setelah
proses penyapihan dari Oxygen Therapy
ventilator a. Bersihkan mulut, hidung, dan
trakea sekresi, sesuai
b. Menjaga patensi jalan napas
c. Mengatur peralatan oksigen
dan mengelola melalui sistem,
dipanaskan dilembabkan
d. Administer oksigen tambahan
seperti yang diperintahkan
e. Memantau aliran liter oksigen
f. Memantau posisi perangkat
pengiriman oksigen
g. Secara berkala memeriksa
perangkat pengiriman oksigen
untuk memastikan bahwa
konsentrasi yang ditentukan
sedang disampaikan
h. Memantau efektivitas terapi
oksigen (misalnya, nadi
oksimetri, ABGs)
i. Mengubah perangkat
pengiriman oksigen dari
masker untuk hidung garpu
saat makan, sebagai
ditoleransi
j. Amati tanda-tanda oksigen
diinduksi hipoventilasi
k. Memantau tanda-tanda
toksisitas oksigen dan
penyerapan atelektasis
l. Menyediakan oksigen ketika
pasien diangkut
m. Atur untuk penggunaan
perangkat oksigen yang
memudahkan mobilitas dan
mengajarkan pasien sesuai
5. Resiko cedera NOC : NIC :
berhubungan Risk Control Environmental Management
dengan hipoksia Setelah dilakukan tindakan (6480)
jaringan (00035) keperawatan selama 2 x 24 a. Sediakan lingkungan yang
jam tidak ada resiko cedera aman untuk pasien
pada klien dengan kriteria b. Identifikasikan kebutuhan
hasil : keamanan pasien sesuai
1. Klien terbebas dari dengan kondisi fisik dan
cedera fungsi kognitif pasien serta
2. Keluarga mampu riwayat penyakit terdahulu
menjelaskan pasien
cara/metode untuk c. Menghindarkan lingkungan
mencegah cedera yang berbahaya
3. Keluarga mampu d. Memasang side rail tempat
menjelaskan faktor tidur
resiko lingkungan/ e. Menyediakan tempat tidur
perilaku personal yang bersih dan nyaman
4. Keluarga mampu f. Membatasi pengunjung
memodifikasi gaya g. Menganjurkan keluarga
hidup untuk untuk menemani pasien
mencegah cedera h. Mengontrol lingkungan dari
5. Keluarga dapat kebisingan
menggunakan i. Memindahkan barang –
fasilitas kesehatan barang yang dapat
yang ada untuk klien membahayakan
6. Keluarga mampu j. Berikan penjelasan kepada
mengenali perubahan keluarga tentang adanya
status kesehatan klien status kesehatan dan
penyebab penyakit
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarka


Penerapan Diagnosa NIC,NOC dalam Berbagai Kasus Jilid 2.
Jogjakarta: Mediaction.
Nurarif, Amir Huda & Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 1&2.Yogyakarta :
Mediaction Publishing.
Rahayu, D. S. (2012). Asuhan Keperawatan Anak dan Neonatus. Jakarta: Salemba
Medika.
Sarwono, Wiknjosastro Hanifa. 2010. Pengantar Ilmu Kebidanan. Ed 3. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sarwono, Wiknjosastro Hanifa. 2011. Pengantar Ilmu Kandungan. Ed 4. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Banjarmasin, 15 Januari 2020


Preseptor Klinik Ners Muda,

(Siti Rusmalina,S.Kep.,Ns) (Saidah,S.Kep)

Anda mungkin juga menyukai