Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOARTHRITIS

Disusun Oleh :
Noni Windayanti
(NPM: 1614401120153)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2018
Laporan Pendahuluan
Asuhan Keperawatan Osteoarthritis

1. Tinjauan Teoritis Medis


1.1 Anatomi Fisiologi

Sendi merupakan suatu engsel yang membuat anggota tubuh dapat


bergerak dengan baik, juga merupakan suatu penghubung antara ruas
tulang yang satu dengan ruas tulang lainnya, sehingga kedua tulang
tersebut dapat digerakkan sesuai dengan jenis persendian yang
diperantarainya.
Sendi merupakan tempat pertemuan dua atau lebih tulang.
Sendi dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu:
1.1.1 sendi fibrosa dimana tidak terdapat lapisan kartilago, antara
tulang dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa, dan dibagi
menjadi dua subtipe yaitu sutura dan sindemosis;
1.1.2 sendi kartilaginosa dimana ujungnya dibungkus oleh kartilago
hialin, disokong oleh ligament, sedikit pergerakan, dan dibagi
menjadi subtipe yaitu sinkondrosis dan simpisis; dan
1.1.3 sendi sinovial. Sendi sinovial merupakan sendi yang dapat
mengalami pergerakkan, memiliki rongga sendi dan permukaan
sendinya dilapisi oleh kartilago hialin.

1.2 Definisi
Osteoarthiritis adalah penyakit sendi generative yang berkaitan dengan
kerusakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut, dan pergelangan kaki

1
2

paling sering terkena OA (Sudoyo Aru, dkk, 2009). Dan memiliki


gambaran yang khas yaitu sendi falang idstal dan proksimal sering
terkena.
Osteoarthritis diklasifikasikan menjadi : (Yuliana elin, 2009)
1.2.1 Tipe primer tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang
berhubungan dengan osteoarthiritis
1.2.2 Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur.
(Amin, Hardhi, 2015)

Osteoarthritis adalah penyakit tulang degeneratif yang ditandai oleh


pengeroposan kartilago artikular (sendi). Tanpa adanya kartilago sebagai
penyangga, maka tulang dibawahnya akan mengalami iritasi, yang
menyebabkan degenerasi sendi (Elizabeth J.Corwin, 2009)

1.3 Etiologi
Penyebab dari OA untuk sekarang masih belum jelas teta[I factor resiko
OA dapat diketahui dari:
1.3.1 Umur
1.3.2 Jenis kelamin
1.3.3 Ras
1.3.4 Faktor keturunan
1.3.5 Faktor metabilik endokrin
1.3.6 Faktor mekanik selainkelainan geometri sendi
1.3.7 Trauma
1.3.8 Cuaca
1.3.9 Diet
Kalainan yang dapat ditemukan pada tulang rawan sendi, tulang
membaran synovial, kapsul sendi, badan lepas, efusi, nodus (Chairuddin,
2003, dalam buku Aplikasi asuhan keperawatan NANDA NIC NOC,
2015)
3

1.4 Patofisiologi
Selama ini OA sering di pandang sebagai proses penuaan yang tidak
dapat dihindari. Ternyata OA merupakan penyakit gangguan
hemeostasis metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur
proteoglikan kartilago yang penyebabnya belum jelas diketahui.

Jelas mekanis dan kimiawi pada sinovia sendi terjadi multifokal,antara


lain faktor usia, strees mekanis, atau penggunaan sendi yang berlebihan,
defek anatomis, obesitas, genetik, humoral, dan faktor kebudayaan.
Pemeriksaan biopsi sinovial klien OA menunjukan adanya sinovitis.
Pada level seluler, terjadi peningkatan aktivitas sitokin yang
menyebabkan dikeluarkannya mediator inflamasi dan matriks
metelloproteinase (MMP). Akibatnaya, ada gangguan sintesis
proteoglikan. Selain itu ditemukan nitrogen monoksida yang
berhubungan dengan transmisi neurogenik dari mediator inflamsi yang
menyebabkan kerusakan kartilago jauh dari lokasi peradangan.

Proses OA terjadi karena adanya gangguan fungsi kondrosit. Kondrosit


merupakan satu-satunya sel hidup dalam tulang rawan sendi. Kondrosit
akan dipengaruhi oleh faktor anabolik dan katabolik dalam
mempertahankan keseimbangan sintesis dan degradasi.

Secara anatomi fisiologi, sel tulang terdiri atas osteoblas, osteosit, dan
osteoklas yang dalam aktivitasnya mengatur hemeostasis kalsium yang
tidak berdiri sendiri, melainkan saling berinteraksi. Homeostasis kalsium
pada tingkat seluler didahului penyerapan tulang oleh osteoklas yang
memerlukan waktu 40 hari, disusul fase istiraahat, dan kemudian disusul
fase pembentukkan tulang kembali oleh osteoblas yang memerlukan
waktu 120 hari. Dalam penyerapannya, osteoklas melepaskan
transforming growth factor yang merangsang aktivitas awal osteoklas.
Dalam keadaan normal, kuantitas dan kualitas pembentukan tulang baru
4

osteoblas. Pada osteoporosis, penyerapan tulang lebih banyak dari pada


pembentukkan baru.

Pathway
Reaksi factor R dg antibody, infeksi dg kecendrungan virus

Reaksi peradangan

Nyeri Kurngan info tentang Synovial menebal


proses penyakit

Defisiensi pengetahuan Deformitas sendi >


gangguan citra tubuh

Hambatan nutrisi pd Infiltrasi kedlm os


kartilagoartikularis subcondria

Kerusakan kartilago & tulang Kartilago nekrosis

Tendon dan ligament melemah Erosi kartilago

Hilangnya kekuatan otot Mudah luksasi & Adhesi pd permukaan


subluksasi sendi

Resiko cedera Ankilosis fibrosa ankilosis tulang

Kekakuan sendi

Hambatan mobilitas fisik Terbatasnya gerakan sendi

Defisit Perawatan diri

Pathway Osteoarthritis
(Amin, Hardhi. 2015)
5

1.5 Manifestasi Klinis


1.5.1 Nyeri sendi; keluahan utama dan cenderung memiliki onset yang
perlahan
1.5.2 Hambatan gerak sendi
1.5.3 Nyeri bertambah dengan aktivitas
1.5.4 Kekakuan paling ringan pada pagi hari
1.5.5 Krepitasi
1.5.6 Pembesaran sendi
1.5.7 Perubahan gaya berjalan
1.5.8 Tanda-tanda peradangan (Amin, Hardhi, 2015)

1.6 Pemeriksaan Penunjang


1.6.1 Pemeriksaan serologi (untuk indikasi inflamasi) dan cara synovial
dalam batas normal, pemeriksaan mikroskopis
1.6.2 Foto rontgen polos menunjukkan penurunan progresis massa
kartilago sendi sebagai penyempitan rongga sendi
1.6.3 Pemeriksaan zat besi kalsium (Amin, Hardhi, 2015).

1.7 Penatalaksanaan
Pengelolaan OA berdasarakan atas sendi yang terkena dan berat
ringannya OA yang diderita. Penatalaksanaan OA terbagi atas 3 hal :
1.7.1 Terapi non farmakologi
a. Edukasi
b. Terapi fisik dan rehabilisasi
c. Penurunan BB
1.7.2 Terapi farmakologis
a. Obat antiinflamasi nonsteroid (AINS), inhibitor
siklooksigenese-2 (COK 2), dan asetaminofen
b. Chondroprotective agent
c. Terapi pembedahan (Amin, Hardhi, 2015).
6

2. Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan


2.1 Pengkajian
2.1.1 Aktivitas/Istirahat
Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress
pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara
bilateral dan simetris limitimasi fungsional yang berpengaruh
pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan, malaise.
Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan
pada sendi dan otot.
2.1.2 Kardiovaskuler
Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten,
sianosis kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali
normal.
2.1.3 Integritas Ego
a. Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya finansial
pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
b. Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi
ketidakmampuan).
c. Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas
pribadi, misalnya ketergantungan pada orang lain.
2.1.4 Makanan / Cairan
a. Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi
makanan atau cairan adekuat mual, anoreksia.
b. - Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan,
kekeringan pada membran mukosa.
2.1.5 Hygiene
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri,
ketergantungan pada orang lain.
2.1.6 Neurosensori
Kesemutan pada tangan dan kaki, pembengkakan sendi
7

2.1.7 Nyeri/kenyamanan
Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan
pembengkakan jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan
kekakuan (terutama pagi hari).
2.1.8 Keamanan
a. Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus
b. Lesi kulit, ulkas kaki
c. - Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah
tangga
d. Demam ringan menetap
e. Kekeringan pada mata dan membran mukosa
2.1.9 Interaksi Sosial
Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain,
perubahan peran: isolasi.
2.1.10 Penyuluhan/Pembelajaran
a. Riwayat rematik pada keluarga
b. Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan
penyakit tanpa pengujian
c. Riwayat perikarditis, lesi tepi katup. Fibrosis pulmonal,
pkeuritis.
2.1.11 Pemeriksaan Diagnostik
a. Reaksi aglutinasi: positif
b. LED meningkat pesat
c. protein C reaktif : positif pada masa inkubasi.
d. SDP: meningkat pada proses inflamasi
e. JDL: Menunjukkan ancaman sedang
f. Ig (Igm & Ig G) peningkatan besar menunjukkan proses
autoimun
g. - RO: menunjukkan pembengkakan jaringan lunak, erosi
sendi, osteoporosis pada tulang yang berdekatan, formasi
kista tulang, penyempitan ruang sendi
8

2.2 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


2.2.1 Intoleransi Aktivitas b/d tirah baring dan imobilitas, kelemahan
umum, gaya hidup kurang gerak
Intervensi :
a. Kaji tingkat kemampuan klien berpindah dari tempat tidur,
berdiri, ambulasi.
b. Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan
aktivitas
c. Tentukan penyebab keletihan
d. Pantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber-sumber
energi yang adekuat
2.2.2 Ansietas b/d ancaman atau perubahan pada kesehatan, kebutuhan
yang tidak terpenuhi
Intervensi :
a. Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien
b. Gali bersama pasien tentang teknik yang berhasil dan tidak
berhasil menurunkan ansietas
c. Bantu pengalihan ansietas melalui radio, TV, permainan
untuk menurunkan ansietas dan memperluas fokus
d. Kolaborasi pemberian obat untuk menurunkan ansietas
2.2.3 Gangguan citra tubuh b/d penyakit, ditandai dengan deformitas
sendi
Intervensi :
a. Kaji dan dokumentasikan respons verbal dan nonverbal
pasien terhadap tubuh klien
b. Identifikasi mekanisme koping yang biasa digunakan klien
c. Tentukan harapan klien tentang citra tubuh berdasarkan
tahap perkembangan
2.2.4 Resiko jatuh b/d penurunan kekuatan ekstremitas bawah,
kelemahan umum
Intervensi :
9

a. Lakukan pengkajian resiko jatuh pada pasien


b. Identifikasi karakteristik lingkungan yang dapat
meningkatkan potensi jatuh
c. Ajarkan klien bagaimana posisi terjatuh yang dapat
meminimalkan cedera
d. Bantu pasien saat ambulasi
e. Sediakan alat bantu berjalan
2.2.5 Defisiensi pengetahuan tentang proses penyakit b/d keterbatasan
kognitif, kurang familier dengan sumber-sumber informasi
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan klien saat ini dan pemahaman
terhdapa materi
b. Tetapkan tujuan pembelajaran bersama yang realistis dengan
klien
c. Pilih metode dan strategi penyuluhan yang sesuai
d. Beri waktu pada klien untuk mengajukan pertanyaan dan
mendiskusikan permasalahannya
2.2.6 Nyeri b/d penyempitan rongga sendi
Intevensi :
a. Kaji tingkat nyeri
b. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologis pengendalian
nyeri setelah atau selama aktivitas yang menimbulkan nyeri
c. Kolaborasi pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri
(berat)
d. Kendalikan faktor lingkungan yang memengaruhi respon
pasien terhadap ketidaknyamanan
2.2.7 Defisit perawatan diri b/d gangguan muskuloskeletal, kelemahan
Intervensi :
a. Kaji kemampuan personal hygiene
b. Pantau adanya perubahan kemampuan fungsi
10

c. Dukung kemandirian klien dalam personal hygiene, bantu


klien hanya jika diperlukan
d. Libatkan keluarga dalam pemberian asuhan
e. Akomodasi pilihan dan kebutuhan klien seoptimal mungkin
11

Daftar Pustaka

Amin, Hardhi 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC NOC.


Yogyakarta. Media Action.

Antonius, A. 2015. http://www.the-rheumatologist.org/article/new-therapeutics-


for-osteoarthritis-may-be-in-sight/2/ diambil pada 10 februari 2018.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku edisi 3. Jakarta : EGC

Sudoyo Aru, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1,2,3, Edisi Ke
Empat. Jakarta: Internal Publishing.

Yuliana, Elin, dkk. 2011. ISO Farmakoterapi 2. Jakarta: ISFI

Anda mungkin juga menyukai