Disusun Oleh :
Agnes Arisca
190070300111027
Kelompok 1A
B. Epidemiologi
Angka kejadian OA sering dijumpai pada orang dengan usia 45 tahun
keatas atau lansia dengan angka kejadian pada wanita lebih banyak daripada
pria. Diseluruh dunia, diperkirakan 9,6% pria dan 18% wanita berumur 60 tahun
keatas, terkena OA. Insiden OA pada umur kurang dari 20 tahun sekitar 10%
dan meningkat lebh dari 80% pada umur lebih dari 55 tahun (Susanto,2011).
C. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor pencetus dari Osteoartritis yang banyak meyebabkan
gejala, meliputi:
1) Umur
Perubahan fisik dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya
usia dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya
berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
2) Pengausan
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan
sendi melalui 2 mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi
karena bahan yang harus dikandungnya.
3) Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat
badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis
mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah
kegemukan
4) Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi
tersebut.
5) Keturunan
Herbeden node merupakan salah satu bentuk osteortritis yang biasa
ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis
sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena.
6) Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematoid, infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi
peradangan dan pengeluaran enzim perusak matrik rawan sendi oleh
membran synovial dan sel- sel radang.
7) Joint mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormone pertumbuhan, maka rawan
sendi akan menebal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/
seimbang sehingga memperceat proses degenerasi
8) Penyakit Endokrin
Pada hipertiroidisme terjadi produksi air dan garam- garam proteglikan
yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehinggga merusak
sifat fisik rawan sendi, ligament. Tendon, synovial, dan kulit pada
diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglandin
menurun.
9) Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis,penyakit wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat
mengendapkan homosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis,
kristal monosodium urat/ pirofosfat dalam rawan sendi.
b. Faktor Presipitasi
Mereka yang terdiagnosis osteoartritis, sangatlah diperlukan adanya
perhatian lebih mengenai keadaan lingkungan. Ketika lingkungan
sekitarnya yang tidak mendukung. Maka kemungkinan besar klien akan
merasakan gejala penyakit ini. Banyak diantaranya ketika keadaan suhu
lingkungan sekitar klien yang cukup dingin, maka klien akan merasa ngilu,
kekakuan sendi pada area – area yang biasa terpapar, sulit untuk
mobilisasi dan bahkan kelumpuhan.
D. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak
meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses
penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan
pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi. Proses degenerasi ini
disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan unsur penting
rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik
tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida
protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga
mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena
adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan
kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya
gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau
diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi
tersebut. Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena
peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas
congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma
pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan
fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada
akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang
menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri,
kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus.
E. Klasifikasi
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi :
a. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang
berhubungan dengan osteoartritis.
b. Tipe skunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah mengalami
fraktur.
F. Gejala klinis
a. Nyeri sendi, keluhan utama
b. Hambatan gerak sendi, gangguan ini biasanya semakin berat dengan
pelan- pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
c. Kaku pagi
d. Krepitasi, rasa gemeretak (kadang- kadang dapat terdengar) pada sendi
yang sakit.
e. Pembesaran sendi (deformitas)
f. Perubahan gaya berjalan
g. Tanda- tanda peradangan, tanda- tanda peradangan pada sendi (nyeri
ekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan)
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi bila osteoartritis tidak ditangani yaitu
terjadi deformitas atau kerusakan struktur penunjang sendi dengan perjalanan
penyakit. Pergeseran ulnar atau jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal,
deformitas bautonmere dan leher angsa pada kaki terdapat protrusi (tonjolan)
kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal.
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan
ulkus peptikum yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti
inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease
modifying antirhematoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab
morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas, sehingga
sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya
berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan
neuropati iskemik akibat vaskulitis.
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan agen cedera biologis, distensi
jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.
b. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,
nyeri, ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan perubahan dan
ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit
atau terapi
d. Resiko trauma berhubungan dengan keterbatasan ketahanan fisik,
perubahan fungsi sendi
e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis
dan kebutuhan perawatan dan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya pemahaman/mengingat kesalahan interpretasi informasi.
f. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan deformitas sendi,
perubahan bentuk tubuh pada sendi dan tulang.
3. Intervensi
N Diagnosa Rencana Keperawatan
o Keperawata Tujuan Intervensi Rasional
n
1. Nyeri b/d Setelah diberikan 1. Kaji keluhan 1. Membantu
agen cedera asuhan keperawatan nyeri, catat lokasi dalam
biologis, selama ….x… dan intensitas menentukan
distensi pertemuan nyeri (skala 0 – kebutuhan
jaringan oleh diharapkan nyeri 10), catat faktor- managemen
akumulasi berkurang atau faktor yang nyeri dan
cairan, terkontrol dengan mempercepat keefektifan
destruksi kriteria hasil : dan tanda-tanda program.
sendi a. Mampu rasa nyeri. 2. Matras yang
mengontrol nyeri 2. Berikan matras lembut/empuk,
(tahu penyebab atau kasur keras, bantal yang
nyeri, mampu bantal kecil. besar akan
menggunakan Tinggikan linen mencegah
tehnik tempat tidur pemeliharaan
nonfarmakologi sesuai kesejajaran
untuk mengurangi kebutuhan. tubuh yang
nyeri, mencari 3. Biarkan pasien tepat,
bantuan) mengambil posisi menempatkan
b. Melaporkan yang nyaman setres pada
bahwa nyeri pada waktu tidur sendi yang
berkurang dengan atau duduk di sakit.
menggunakan kursi. Tingkatkan Peninggian
manajemen nyeri istirahat di linen tempat
c. Mampu mengenali tempat tidur tidur
nyeri (skala, sesuai indikasi. menurunkan
intensitas, 4. Dorong untuk tekanan pada
frekuensi dan sering mengubah sendi yang
tanda nyeri) posisi. Bantu terinflamasi /
d. Menyatakan rasa pasien untuk nyeri
nyaman setelah bergerak di 3. Pada penyakit
nyeri berkurang tempat tidur, berat, tirah
e. Tanda vital dalam sokong sendi baring mungkin
rentang normal yang sakit di atas diperlukan
dan di bawah, untuk
hindari gerakan membatasi
yang menyentak. nyeri atau
cedera sendi.
5. Anjurkan pasien 4. Mencegah
untuk mandi air terjadinya
hangat atau kelelahan
mandi pancuran umum dan
pada waktu kekakuan sendi.
bangun. Menstabilkan
Sediakan waslap sendi,
hangat untuk mengurangi
mengompres gerakan/rasa
sendi-sendi yang sakit pada
sakit beberapa sendi.
kali sehari. 5. Panas
Pantau suhu air meningkatkan
kompres, air relaksasi otot
mandi. dan mobilitas,
6. Berikan masase menurunkan
yang lembut rasa sakit dan
kolaborasi. melepaskan
7. Beri obat kekakuan di
sebelum aktivitas pagi hari.
atau latihan yang Sensitifitas
direncanakan pada panas
sesuai petunjuk dapat
seperti asetil dihilangkan dan
salisilat. luka dermal
dapat
disembuhkan.
6. Meningkatkan
elaksasi/mengu
rangi tegangan
otot
7. Meningkatkan
relaksasi,
mengurangi
tegangan otot,
memudahkan
untuk ikut serta
dalam terapi.
2. Gangguan/ Setelah diberikan 1. Pertahankan 1. Untuk
kerusakan asuhan keperawatan istirahat tirah mencegah
mobilitas selama ….x….. jam, baring/duduk kelelahan dan
fisik b/d diharapkanhambatan jika diperlukan. mempertahanka
deformitas mobilisasi fisik dapat 2. Bantu bergerak n kekuatan.
skeletal, diatasi dengan dengan bantuan 2. Meningkatkan
nyeri, kriteria : seminimal fungsi sendi,
ketidaknyam a. Klien meningkat mungkin. kekuatan otot
anan, dalam aktivitas 3. Dorong klien dan stamina
penurunan . fisik mempertahankan umum.
kekuatan b. Mengerti tujuan postur tegak, 3. Memaksimalkan
otot dari peningkatan duduk tinggi, fungsi sendi
mobilitas berdiri dan dan
c. Memverbalisasika berjalan. mempertahanka
n perasaan dalam 4. Berikan n mobilitas.
meningkatkan lingkungan yang 4. Menghindari
kekuatan dan aman dan cedera akibat
kemampuan menganjurkan kecelakaan
berpindah untuk seperti jatuh.
d. Memperagakan menggunakan 5. Untuk menekan
penggunaan alat alat bantu. inflamasi
Bantu untuk 5. Berikan obat- sistemik akut.
mobilisasi (walker) obatan sesuai
indikasi seperti
steroid.
4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan
1. Pasien mengatakan nyeri berkurang bahkan hilang
2. Nutrisi pasien terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
3. Pasien mampu melakukan aktivitas kesehariannya secara mandiri
4. Pengetahuan pasien mengenai hipertensi meningkat dan mampu
menerapkannya
5. Tidak terjadi penurunan curah jantung pada pasien
6. Pasien terhindar dari resiko terhadap cedera
5. Evaluasi
Evaluasi dilihat berdasarkan hasil dari tujuan awal yang ingin dicapai yang
telah direncanakan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Price, S.A. dan Lorraine M.Wilson., 2005, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Edisi 6 Vol.2, diterjemahkan dari: Pathophysiologi:
Clinical Concepts of Disease Processes (6 th Edition), oleh H. Hartanto,
Jakarta: EGC
Smeltzer, C.S. dan Bare, B.G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Vol.2 Edisi 8, diterjemahkan dari: Brunner &
Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical Nursing (8 th Edition), oleh
Agung Waluyo, dkk., Jakarta: EGC.