DENGAN OSTEOARTRITIS
DISUSUN OLEH:
KELAS B13B KELOMPOK 3
2. Epidemiologi
Angka kejadian OA sering dijumpai pada orang dengan usia 45 tahun keatas
dengan angka kejadian pada wanita lebih banyak daripada pria. Diseluruh dunia,
diperkirakan 9,6% pria dan 18% wanita berumur 60 tahun keatas, terkena OA. Insiden
OA pada umur kurang dari 20 tahun sekitar 10% dan meningkat lebh dari 80% pada
umur lebih dari 55 tahun (Susanto,2011).
3. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor pencetus dari Osteoartritis yang banyak meyebabkan gejala,
meliputi:
1) Umur
Perubahan fisik dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya usia
dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen
yang berwarna kuning.
2) Pengausan
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi
melalui 2 mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus
dikandungnya.
3) Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan,
sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan
seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan
4) Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.
5) Keturunan
Herbeden node merupakan salah satu bentuk osteortritis yang biasa ditemukan
pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis sedangkan wanita, hanya salah
satu dari orang tuanya yang terkena.
6) Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematoid, infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi
peradangan dan pengeluaran enzim perusak matrik rawan sendi oleh membran
synovial dan sel- sel radang.
7) Joint mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormone pertumbuhan, maka rawan sendi
akan menebal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/ seimbang sehingga
memperceat proses degenerasi
8) Penyakit Endokrin
Pada hipertiroidisme terjadi produksi air dan garam- garam proteglikan yang
berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehinggga merusak sifat fisik rawan
sendi, ligament. Tendon, synovial, dan kulit pada diabetes melitus, glukosa akan
menyebabkan produksi proteaglandin menurun.
9) Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis,penyakit wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat
mengendapkan homosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal
monosodium urat/ pirofosfat dalam rawan sendi.
b. Faktor Presipitasi
Mereka yang terdiagnosis osteoartritis, sangatlah diperlukan adanya perhatian
lebih mengenai keadaan lingkungan. Ketika lingkungan sekitarnya yang tidak
mendukung. Maka kemungkinan besar klien akan merasakan gejala penyakit ini.
Banyak diantaranya ketika keadaan suhu lingkungan sekitar klien yang cukup dingin,
maka klien akan merasa ngilu, kekakuan sendi pada area – area yang biasa terpapar,
sulit untuk mobilisasi dan bahkan kelumpuhan.
4. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang,
dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi
mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada
bagian tepi sendi. Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit
yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh
stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya
polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga
mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi
yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis.
Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan.
Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan
ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut. Perubahan-perubahan
degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera
sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan
menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga
menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang
pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang
menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki
kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus.
5. Klasifikasi
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi:
a. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang
berhubungan dengan osteoartritis.
b. Tipe skunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah mengalami fraktur.
6. Gejala klinis
a. Nyeri sendi, keluhan utama
b. Hambatan gerak sendi, gangguan ini biasanya semakin berat dengan pelan- pelan
sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
c. Kaku pagi
d. Krepitasi, rasa gemeretak (kadang- kadang dapat terdengar) pada sendi yang
sakit.
e. Pembesaran sendi (deformitas)
f. Perubahan gaya berjalan
g. Tanda- tanda peradangan, tanda- tanda peradangan pada sendi (nyeri ekan,
gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan)
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi bila osteoartritis tidak ditangani yaitu terjadi
deformitas atau kerusakan struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit.
Pergeseran ulnar atau jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal, deformitas
bautonmere dan leher angsa pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal
yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal.
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus
peptikum yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi
nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying
antirhematoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan
mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas, sehingga sukar
dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan
dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat
vaskulitis.
8. Pemeriksaan diagnostik (Penunjang)
a. Foto sinar X pada sendi- sendi yang terkena. Perubahan-perubahan yang dapat
ditemukan adalah
1) Pembengkakan jaringan lunak
2) Penyempitan rongga sendi
3) Erosi sendi
4) Osteoporosis juksta artikuler
b. Tes Serologi
1) BSE Positif
2) Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
c. Pemeriksaan radiologi
1) Periarticular osteopororsis, permulaan persendian erosi
2) Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis
d. Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya kekurangan serta proses radang aseptik,
cairan dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.
e. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan umum yang lengkap perlu dilakukan. Disamping menilai adanya
sinovasi pada setiap sendi, perhatikan juga hal- hal berikut ini:
1) Keadaan umum: komplikasi steroid, berat badan.
2) Tangan: meliputi vaskulitasi dan fungsi tangan
3) Lengan: Siku dan sendi bahu, nodul rematoid dan pembesaran kelenjar limfe aksila.
4) Wajah: periksa mata untuk sindroma sjorgen, skleritis, episkelritis, skleromalasia
perforans, katarak anemia dan tanda- tanda hiperviskositas pada fundus. Kelenjar
parotis membesar
5) Mulut: (Kring, karies dentis, ulkus) catatan: artritis rematoid tidak menyeababkan
iritasi.
6) Leher: adanya tanda- tanda terkenanya tulang servikal.
7) Toraks: Jantung (adanya perikarditis, defek konduksi, inkompetensi katup aorta
dan mitral).Paru- paru (aadanya efusi pleura, fibrosis, nodul infark, sindroma
caplan)
8) Abdomen: andanya splenomegali dan nyeri tekan epigastrik
9) Panggu dan lutut: tungkai bawah danya ulkus, pembengkakan betis (kista baker
yang ruptur) neuropati, mononeuritis multipleks dan tanda- tanda kompresi medula
spinalis.
10) Kaki: efusi lutut, maka cairan akan mengisi cekungan medial dan kantong
suprapatelar mengakibatkan pembengkakan diatas dan sekitar patela yang
berbentuk seperti ladam kuda dan efusi sendi pergelangan kaki akan terjadi
pembengkakan pada sisi anterior.
11) Urinalisis: untuk protein dan darah, serta pemeriksaan rektum untuk menentukan
adanya darah.
f. Fungsional klien
1) Indeks Katz
Pengkajian menggunakan indeks kemandirian katz untuk aktivitas kehidupan
sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau bergantung dari klien
dalam hal: makan, kontinen (BAB/BAK), berpindah, ke kamar mandi, mandi dan
berpakaian. Indeks Katz adalah pemeriksaan disimpulkan dengan system penilaian
yang didasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas
fungsionalnya. Salah satu keuntungan dari alat ini adalah kemampuan untuk
mengukur perubahan fungsi aktivitas dan latihan setiap waktu, yang diakhiri evaluasi
dan aktivitas rehabilitasi. Pengukuran pada kondisi ini meliputi:
Termasuk kategori manakah klien?
a) Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB/BAK), menggunakan pakaian, pergi
ke toilet, berpindah dan mandi
b) Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas
c) Mandiri kecuali mandi dan salah satu fungsi lain
d) Mandiri kecuali mandi, berpakaian dan salah satu fungsi diatas
e) Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan salah satu fungsi yang lain
f) Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang
lain
g) Ketergantungan untuk semua fungsi diatas
Keterangan :
Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan efektif dari
orang lain, seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak
melakukan fungsi, meskipun ia dianggap mampu.
2) Status mental dan kognitif gerontik
a) Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)
Digunakan untuk mendeteksi adanya tingkat kerusakan intelektual. Pengujian
terdiri atas 10 pertanyaan yang berkenan dengan orientasi, riwayat pribadi, memori
dalam hubungannya dengan kemampuan perawatan diri, memori jangka panjang dan
kemampuan matematis atau perhitungan (Pfeiffer, 2002).
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan agen cedera biologis, distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.
b. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik
serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi
d. Resiko trauma berhubungan dengan keterbatasan ketahanan fisik, perubahan fungsi
sendi
e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
pemahaman/mengingat kesalahan interpretasi informasi.
f. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan deformitas sendi, perubahan bentuk
tubuh pada sendi dan tulang.
3. Intervensi
No Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri b/d Setelah diberikan 1. Kaji keluhan nyeri, 1. Membantu dalam
agen cedera asuhan keperawatan catat lokasi dan menentukan
biologis, selama ….x… intensitas nyeri kebutuhan
distensi pertemuan diharapkan (skala 0 – 10), catat managemen nyeri
jaringan oleh nyeri berkurang atau faktor-faktor yang dan keefektifan
akumulasi terkontrol dengan mempercepat dan program.
cairan, kriteria hasil : tanda-tanda rasa
destruksi a. Mampu mengontrol nyeri.
sendi nyeri (tahu penyebab 2. Berikan matras 2. Matras yang
nyeri, mampu atau kasur keras, lembut/empuk,
bantal kecil. bantal yang besar
menggunakan tehnik
Tinggikan linen akan mencegah
nonfarmakologi tempat tidur sesuai pemeliharaan
untuk mengurangi kebutuhan. kesejajaran tubuh
nyeri, mencari yang tepat,
bantuan) menempatkan
b. Melaporkan bahwa setres pada sendi
nyeri berkurang yang sakit.
Peninggian linen
dengan
tempat tidur
menggunakan menurunkan
manajemen nyeri tekanan pada
c. Mampu mengenali sendi yang
nyeri (skala, terinflamasi /
intensitas, frekuensi nyeri
dan tanda nyeri) 3. Biarkan pasien 3. Pada penyakit
mengambil posisi berat, tirah baring
d. Menyatakan rasa
yang nyaman pada mungkin
nyaman setelah nyeri waktu tidur atau diperlukan untuk
berkurang duduk di kursi. membatasi nyeri
e. Tanda vital dalam Tingkatkan atau cedera sendi.
rentang normal istirahat di tempat
tidur sesuai
indikasi.
4. Dorong untuk 4. Mencegah
sering mengubah terjadinya
posisi. Bantu kelelahan umum
pasien untuk dan kekakuan
bergerak di tempat sendi.
tidur, sokong sendi Menstabilkan
yang sakit di atas sendi,
dan di bawah, mengurangi
hindari gerakan gerakan/rasa sakit
yang menyentak. pada sendi.
5. Anjurkan pasien 5. Panas
untuk mandi air meningkatkan
hangat atau mandi relaksasi otot dan
pancuran pada mobilitas,
waktu bangun. menurunkan rasa
Sediakan waslap sakit dan
hangat untuk melepaskan
mengompres sendi- kekakuan di pagi
sendi yang sakit hari. Sensitifitas
beberapa kali pada panas dapat
sehari. Pantau suhu dihilangkan dan
air kompres, air luka dermal dapat
mandi. disembuhkan.
6. Berikan masase 6. Meningkatkan
yang lembut elaksasi/mengura
kolaborasi. ngi tegangan otot
7. Beri obat sebelum 7. Meningkatkan
aktivitas atau relaksasi,
latihan yang mengurangi
direncanakan tegangan otot,
sesuai petunjuk memudahkan
seperti asetil untuk ikut serta
salisilat. dalam terapi.
2. Gangguan/ Setelah diberikan 1. Pertahankan 1. Untuk mencegah
kerusakan asuhan keperawatan istirahat tirah kelelahan dan
mobilitas fisik selama ….x….. jam, baring/duduk jika mempertahankan
diharapkanhambatan
b/d deformitas diperlukan. kekuatan.
mobilisasi fisik dapat
skeletal, diatasi dengan kriteria : 2. Bantu bergerak 2. Meningkatkan
nyeri, a. Klien meningkat dengan bantuan fungsi sendi,
ketidaknyama dalam aktivitas fisik seminimal kekuatan otot dan
nan, b. Mengerti tujuan dari mungkin. stamina umum.
penurunan peningkatan 3. Dorong klien 3. Memaksimalkan
.kekuatan otot mobilitas mempertahankan fungsi sendi dan
postur tegak, mempertahankan
c. Memverbalisasikan
duduk tinggi,
perasaan dalam mobilitas.
berdiri dan
meningkatkan berjalan.
kekuatan dan 4. Berikan
lingkungan yang
kemampuan aman dan 4. Menghindari
berpindah menganjurkan cedera akibat
d. Memperagakan untuk kecelakaan
menggunakan alat
penggunaan alat seperti jatuh.
bantu.
Bantu untuk 5. Berikan obat-
mobilisasi (walker) obatan sesuai
indikasi seperti
steroid. 5. Untuk menekan
inflamasi
sistemik akut.
4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan
1. Pasien mengatakan nyeri berkurang bahkan hilang
2. Nutrisi pasien terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
3. Pasien mampu melakukan aktivitas kesehariannya secara mandiri
4. Pengetahuan pasien mengenai hipertensi meningkat dan mampu
menerapkannya
5. Tidak terjadi penurunan curah jantung pada pasien
6. Pasien terhindar dari resiko terhadap cedera
5. Evaluasi
Evaluasi dilihat berdasarkan hasil dari tujuan awal yang ingin dicapai yang
telah direncanakan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Price, S.A. dan Lorraine M.Wilson., 2005, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Vol.2, diterjemahkan dari: Pathophysiologi: Clinical
Concepts of Disease Processes (6th Edition), oleh H. Hartanto, Jakarta: EGC
Smeltzer, C.S. dan Bare, B.G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth Vol.2 Edisi 8, diterjemahkan dari: Brunner & Suddarth’s
Textbook of Medical-Surgical Nursing (8th Edition), oleh Agung Waluyo,
dkk., Jakarta: EGC.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. J DENGAN OSTEOARTRITIS
DI RUANG CERMAI RSUD KLUNGKUNG
PADA 23 – 26 MARET 2021
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
a. Nama Pasien : Ny. J
b. Tempat/Tanggal Lahir : Gunaksa, 22 Mei 1966
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Agama : Hindu
e. Pendidikan : SMA
f. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
g. Status Perkawinan : Menikah
h. Suku/bangsa : Bali / Indonesia
i. Alamat : Jl. Jempiring No. 3A
j. Diagnosa Medis : Osteoartritis Genu Dextra
k. No. RM : 210346
l. Tanggal MRS : 23 Maret 2021
2. Penanggung Jawab/Keluarga
a. Nama : An. W
b. Umur : 30 tahun
c. Pendidikan : Sarjana
d. Alamat : Jl. Jempiring No. 3A
e. Hubungan dengan pasien : Anak
f. Status perkawinan : Menikah
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri pada lutut kanan dengan skala 7 (0-10), nyeri
setiap saat bahkan saat tidak melakukan aktivitas, tidak mampu menekuk
kaki, terasa kaku, nyeri seperti ditusuk-tusuk dan remuk.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
- Alasan MRS: Pasien mengatakan nyeri pada lutut bagian kanan, tidak
bisa ditekuk sejak 1 minggu yang lalu. Pada tanggal 22 Maret 2021 pasien
terjatuh yang menyebabkan pasien tidak bisa berjalan optimal. Sehingga
tanggal 23 Maret pasien dibawa ke IGD RSUD Klungkung dan mendapat
perawatan di Ruang Cermai.
- Riwayat Kesehatan Pasien : Pasien mengatakan sudah 1 minggu nyeri
pada lutut kanan dan tidak mampu untuk berjalan
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien memiliki riwayat operasi amandel tahun 2004 serta memiliki
penyakit komorbid yaitu hipertensi namun sudah terkontrol dengan obat.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
- Genogram
1 Perlu ditolong 1
memotong makanan
2 Mandiri 2 2
6 Berrubah sikap dari 0 Tidak mampu
berbaring keduduk
1 Perlu banyak 1 1
bantuan untuk bisa
duduk (>2 orang)
2 Bantuan ( 2 orang) 2
3 Mandiri
7 Berpindah/ berjalan 0 Tidak mampu
1 Bisa (pindah) 1 1
dengan kursi roda
2 Berjalan dengan 2
bantuan 1 orang
3 Mandiri
Tidak mampu
8 Memakai baju 0 Tidak mampu
1 Sebagian 1 1 1
dibantu(misal
mengancingkan
baju)
2 Mandiri
9 Naik turun tangga 0 Tidak mampu
1 Butuh pertolongan 0
2 Mandiri 1 1
10 Mandi 0 Tergantung
oranglain
1 Mandiri 1 1 1
Total skor 7 11 13
Tingkat
ketergantungan
Paraf & nama Ns. Indah
Perawat
*Keterangan:
0-4 : Ketergantungan total 12-19 : Ketergantungan ringan
5-8 : Ketergantungan berat 20 : Mandiri
9-11 : Ketergantungan sedang
Kesimpulan Hasil :
1. Ketergantungan berat (7)
2. Ketergantungan sedang (11)
3. Ketergantungan ringan (13)
Tanggal PENILAIAN 4 3 2 1
23/03/21 Kondisi fisik Baik Sedang Buruk Sangat buruk
Status mental Sadar Apatis Bingung Stupor
Aktifitas Jalan Jalan dengan Kursi roda Ditempat
sendiri bantuan tidur
Mobilitas Bebas Agak Sangat Tidak
bergerak terbatas terbatas mamou
bergerak
Inkontensia Kontinen Kadang- Selalu Inkontinesia
kadang inkontinensia urin&alvi
inkotenensia urin
Skor 4+4 3+3 2
Toral skor 16
Paraf&nama Ns. Indah
perawat
Tanggal PENILAIAN 4 3 2 1
24/03/21 Kondisi fisik Baik Sedang Buruk Sangat buruk
Status mental Sadar Apatis Bingung Stupor
Aktifitas Jalan Jalan Kurdi roda Ditempat
sendiri dengan tidur
bantuan
Mobilitas Bebas Agak Sangat Tidak
bergerak terbatas terbatas mamou
bergerak
Inkontensia Kontinen Kadang- Selalu Inkontinesia
kadang inkontinensia urin&alvi
inkotenensia urin
Skor 4+4+4 3+3
Total skor 18
Paraf&nama Ns. Indah
perawat
Tanggal PENILAIAN 4 3 2 1
25/03/21 Kondisi fisik Baik Sedang Buruk Sangat buruk
Status mental Sadar Apatis Bingung Stupor
Aktifitas Jalan Jalan Kurdi roda Ditempat
sendiri dengan tidur
bantuan
Mobilitas Bebas Agak Sangat Tidak
bergerak terbatas terbatas mamou
bergerak
Inkontensia Kontinen Kadang- Selalu Inkontinesia
kadang inkontinensia urin&alvi
inkotenensia urin
Skor 4+4+4+4 3
Toral skor 18
Paraf&nama Ns. Indah
perawat
( Sumber Data Sekunder : RM Pasien)
Keterangan :
16-20 : resiko rendah terjadi dekubitus
12-15 : resiko sedang terjadi dekubitus
<12 : resiko tinggi terjadi dekubitus
Kesimpulan Hasil
1. Hari 1: resiko rendah terjadi dekubitus ( 16)
2. Hari 2: resiko rendah terjadi dekubitus ( 18)
3. Hari 3: resiko rendah terjadi dekubitus ( 18)
b. Selama sakit
Pasien mengatakan tidur 6-8 jam setiap hari,tidur siang 1-2 jam.
2. Aspek Psiko-Sosial-Spiritual
5) Konsep diri
kecacatan.
baik.
keluarga.
Pasien mengatakan selama sakit tidak bisa aktifitas dan tidak bisa
bekerja.
d. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
36,50 C RR = 22 x/mm
9) Genetalia
a) Pada wanita
10) Ektremitas
2. Pemeriksaan Penunjang
ANALISA DATA
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Simtom : Lutut kanan terasa kaku , nyeri kalau ditekut terasa sakit sekali.
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
D. IMPLEMENTASI
Diagnosa Keperawatan : Nyeri Akut
3. Mengkolaborasikan
pemberian analgetik S: -
O: Pasien diberikan obat anti-nyeri oral
dan tidak ada gejala alergi terhadap
obat
24/03/21 1. Mengukur TTV dan S.Pasien mengatakn nyeri pada lutut
Jam 13.40 Observasi tingkat nyeri kanan mulai berkurang
TTV
TD : 120/80
Nadi : 92x/menit
Suhu : 370 C
\RR: 24x/menit
Wajah pasien sudah tidak tampak
tegang. Pasien masih beraktivitas
dengan kursi roda
E. EVALUASI