Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN OSTEOARTRITIS

DISUSUN OLEH:
KELAS B13B KELOMPOK 3

I GUSTI AYU WINTAN (203221156)


SRI ASTITI PADMA PARASHITA (203221157)
LUH AYU DWI PRAPTHI MAHARANI (203221158)
DEWI EDY TIRTAWATI (203221159)
NI WAYAN EKAYANTI (203221160)
PUTU EKA SETIAWATI (203221161)
NI WAYAN MEYA WIDIANTI (203221162)
NI KADEK RIKAYANTI (203221163)
NI MADE SRI MEIRA UTAMI (203221164)
NI LUH KETUT AYUNIATI (203221165)
A. A. MADE RIA SUARMAYANTI (203221166)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA BALI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA LANSIA DENGAN OSTEOARTRITIS

A. Konsep Dasar Teori


1. Definisi
Osteoartritis adalaha kondisi dimana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan
yang timbul karena gesekan ujung- ujung tulang penyusun sendi ( Soenarwo, 2011)
Osteoartritis didefinisikan sebagai penyakit yang diakibatkan oleh kejadian
biologis dan mekanik yang menyebabkan gangguan keseimbangan antara proses
degradasi dan sintesis dari kondrosit matriks ektraseluler tulang rawan sendi dan
tulang subkondral.
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau
osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling
sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas).
(Smeltzer, 2002)

2. Epidemiologi
Angka kejadian OA sering dijumpai pada orang dengan usia 45 tahun keatas
dengan angka kejadian pada wanita lebih banyak daripada pria. Diseluruh dunia,
diperkirakan 9,6% pria dan 18% wanita berumur 60 tahun keatas, terkena OA. Insiden
OA pada umur kurang dari 20 tahun sekitar 10% dan meningkat lebh dari 80% pada
umur lebih dari 55 tahun (Susanto,2011).

3. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor pencetus dari Osteoartritis yang banyak meyebabkan gejala,
meliputi:
1) Umur
Perubahan fisik dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya usia
dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen
yang berwarna kuning.
2) Pengausan
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi
melalui 2 mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus
dikandungnya.

3) Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan,
sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan
seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan
4) Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.
5) Keturunan
Herbeden node merupakan salah satu bentuk osteortritis yang biasa ditemukan
pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis sedangkan wanita, hanya salah
satu dari orang tuanya yang terkena.
6) Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematoid, infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi
peradangan dan pengeluaran enzim perusak matrik rawan sendi oleh membran
synovial dan sel- sel radang.
7) Joint mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormone pertumbuhan, maka rawan sendi
akan menebal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/ seimbang sehingga
memperceat proses degenerasi
8) Penyakit Endokrin
Pada hipertiroidisme terjadi produksi air dan garam- garam proteglikan yang
berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehinggga merusak sifat fisik rawan
sendi, ligament. Tendon, synovial, dan kulit pada diabetes melitus, glukosa akan
menyebabkan produksi proteaglandin menurun.
9) Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis,penyakit wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat
mengendapkan homosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal
monosodium urat/ pirofosfat dalam rawan sendi.
b. Faktor Presipitasi
Mereka yang terdiagnosis osteoartritis, sangatlah diperlukan adanya perhatian
lebih mengenai keadaan lingkungan. Ketika lingkungan sekitarnya yang tidak
mendukung. Maka kemungkinan besar klien akan merasakan gejala penyakit ini.
Banyak diantaranya ketika keadaan suhu lingkungan sekitar klien yang cukup dingin,
maka klien akan merasa ngilu, kekakuan sendi pada area – area yang biasa terpapar,
sulit untuk mobilisasi dan bahkan kelumpuhan.

4. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang,
dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi
mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada
bagian tepi sendi. Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit
yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh
stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya
polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga
mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi
yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis.
Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan.
Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan
ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut. Perubahan-perubahan
degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera
sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan
menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga
menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang
pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang
menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki
kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus.

5. Klasifikasi
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi:
a. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang
berhubungan dengan osteoartritis.
b. Tipe skunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah mengalami fraktur.

6. Gejala klinis
a. Nyeri sendi, keluhan utama
b. Hambatan gerak sendi, gangguan ini biasanya semakin berat dengan pelan- pelan
sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
c. Kaku pagi
d. Krepitasi, rasa gemeretak (kadang- kadang dapat terdengar) pada sendi yang
sakit.
e. Pembesaran sendi (deformitas)
f. Perubahan gaya berjalan
g. Tanda- tanda peradangan, tanda- tanda peradangan pada sendi (nyeri ekan,
gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan)

7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi bila osteoartritis tidak ditangani yaitu terjadi
deformitas atau kerusakan struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit.
Pergeseran ulnar atau jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal, deformitas
bautonmere dan leher angsa pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal
yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal.
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus
peptikum yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi
nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying
antirhematoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan
mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas, sehingga sukar
dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan
dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat
vaskulitis.
8. Pemeriksaan diagnostik (Penunjang)
a. Foto sinar X pada sendi- sendi yang terkena. Perubahan-perubahan yang dapat
ditemukan adalah
1) Pembengkakan jaringan lunak
2) Penyempitan rongga sendi
3) Erosi sendi
4) Osteoporosis juksta artikuler
b. Tes Serologi
1) BSE Positif
2) Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
c. Pemeriksaan radiologi
1) Periarticular osteopororsis, permulaan persendian erosi
2) Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis

d. Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya kekurangan serta proses radang aseptik,
cairan dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.

9. Terapi/ Tindakan Penanganan


Prinsip utama pengobatan penyakit osteoartritis adalah dengan
mengistirahatkan sendi yang terserang. Karena jika sendi yang terserang terus
digunakan akan memperparah peradangan. Dengan mengistiratakan sendi secara rutin
dapat mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan. Embidaian bisa digunakan untuk
imobilisasi dan mengistiratkan satu atau beberapa sendi. Tetapi untuk mencegah
kekakuan dapat dilakukan beberapa gerakkan yang sistematis. Obat- obat yang
digunakan untuk mengobati penyakit ini adalah:
1. Obat anti peradangan non steroid, yang paling sering digunakan adalah aspirin
dan ibuprofen. Obat ini mengurangi pembengkakan sendi dan mengurangi nyeri.
2. Obat slow-acting. Obat ini ditambahkan jika terbukti obat anti peradangan non
steroid tidak efektif setelah diberikan selama 2-3 bulan atau diberikan segera jika
penyakitnya berkembang cepat.
3. Kortikosteroid, misalnya prednison merupakan obat paling efektif untuk
mengurangi peradangan dibagian tubuh manapun. Kortikosteroid efektif
digunakan pada pemakaian jangka pendek, dan kurang efektif bila digunakan
dalam jangka panjang. Obat ini tidak memperlambat perjalanan pnyakit ini dan
pemakaian jangka panjang mengakibatkan berbagai efek samping., yang
melibatkan hampir setiap orang.
4. Obat Imunosupresif (contoh metotreksat,azatioprin, dan cyclophosphamide)
efektif unuk mengatasi artritis yang berat. Obat ini menekan peradangan sehingga
pemakaian kortikosteroid bisa dihindari atau diberikan dengan dosis rendah.

Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk mencapai


tujuan- tujuan ini. Pendidikan, istirahat, latihan fisik dan termoterapi, gizi dan obat-
obatan.
a. Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah memberikan
pendidikan yang cukup tentang penyakit kepada pasien, keluarganya dan siapa
saja yang berhubungan dengan pasien. Pendidikan yang di berikan meliputi
pengertian tentang patofisiologis, penyebab, dan prognosis penyakit ini, semua
kompnen program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang kompleks,
sumber- sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini, dan metode-metode
efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan. Proses
pendidikan ini harus dilakukan secara terus menerus. Bantuan dapat diperoleh
melalui club penderita. Badan- badan kemasyarakatan dan dari orang- orang lain
yang juga pendeita artritis reumatoid serta keluarga mereka.
b. Istirahat penting karena osteartiritis biasanya disertai rasa lelah yang hebat.
Walaupun rasa lelah dan kekakuan sendi itu bisa timbul setiap hari, tetapi ada
masa- masa ketika pasien merasa lebih baik atau lebih berat. Kekakuan dan rasa
tidak nyaman dapat meningkat apabila beristirahat, hal ini berarti bahwa pasien
dapat mudah terbangun dari tidurnya pada malam hari karena nyeri.
c. Latihan- latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi.
Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit,
sedikitnya dua kali sehari. Kompres panas pada sendi- sendi yang sakit dan
bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri. Mandi parafin dengan suhu yang bisa
diatur dan mandi dengan suhu panas dan dingin dapat dilakukan di rumah.
d. Tindakan operatif dapat dilakukan apabila tindakan diatas sudah tidak dapat
menolong pasien lagi. Penggantian engsel (artoplasti) dilakukan dengan
mengganti engsel yang rusak dan diganti dengan alat lain yang terbuat dari plastik
atau metal yang disebut prostesis. Pembersihan sambungan (debridemen) dapat
dilakukan dengan mengangkat serpihan tulang rawan yang rusak yang
mengganggu pergerakan dan menyebabkan nyeri saat pergerakan tulang.
Penataan tulang dapat dipilih jika artroplasti tidak dipilih pada kondisi tertentu,
seperti osteoartritis pada anak dan remaja. Penataan ini dilakukan agar
sambungan/ engsel tidakmenerima beban saat melakukan pergerakan.

B. Konsep Teori Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
b. Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri pada persendian, bengkak, dan terasa kaku.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan sakit pada persendian, bengkak, dan terasa kaku.
d. Pola fungsi Gordon
1) Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya, saat klien sakit tindakan yang
dilakukan klien untuk menunjang kesehatannya.
2) Nutrisi/metabolic
Kaji makanan yang dikonsumsi oleh klien, porsi sehari, jenis makanan, dan volume
minuman perhari, makanan kesukaan.
3) Pola eliminasi
Kaji frekuensi BAB dan BAK, ada nyeri atau tidak saat BAB/BAK dan warna
4) Pola aktivitas dan latihan
Kaji kemampuan klien saat beraktivitas dan dapat melakukan mandiri, dibantu atau
menggunakan alat
5) Pola tidur dan istirahat
Kaji pola istirahat, kualitas dan kuantitas tidur, kalau terganggu kaji penyebabnya
6) Pola kognitif-perseptual
Status mental klien, kaji nyeri dengan Provokasi (penyebab), Qualitas nyerinya
seperti apa), Region (di daerah mana yang nyeri), Scala (skala nyeri 1-10), Time
(kapan nyeri terasa bertambah berat).
7) Pola persepsi diri
Pola persepsi diri perlu dikaji, meliputi; harga diri, ideal diri, identitas diri,
gambaran diri.
8) Pola seksual dan reproduksi
kaji manupouse, kaji aktivitas seksual

e. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan umum yang lengkap perlu dilakukan. Disamping menilai adanya
sinovasi pada setiap sendi, perhatikan juga hal- hal berikut ini:
1) Keadaan umum: komplikasi steroid, berat badan.
2) Tangan: meliputi vaskulitasi dan fungsi tangan
3) Lengan: Siku dan sendi bahu, nodul rematoid dan pembesaran kelenjar limfe aksila.
4) Wajah: periksa mata untuk sindroma sjorgen, skleritis, episkelritis, skleromalasia
perforans, katarak anemia dan tanda- tanda hiperviskositas pada fundus. Kelenjar
parotis membesar
5) Mulut: (Kring, karies dentis, ulkus) catatan: artritis rematoid tidak menyeababkan
iritasi.
6) Leher: adanya tanda- tanda terkenanya tulang servikal.
7) Toraks: Jantung (adanya perikarditis, defek konduksi, inkompetensi katup aorta
dan mitral).Paru- paru (aadanya efusi pleura, fibrosis, nodul infark, sindroma
caplan)
8) Abdomen: andanya splenomegali dan nyeri tekan epigastrik
9) Panggu dan lutut: tungkai bawah danya ulkus, pembengkakan betis (kista baker
yang ruptur) neuropati, mononeuritis multipleks dan tanda- tanda kompresi medula
spinalis.
10) Kaki: efusi lutut, maka cairan akan mengisi cekungan medial dan kantong
suprapatelar mengakibatkan pembengkakan diatas dan sekitar patela yang
berbentuk seperti ladam kuda dan efusi sendi pergelangan kaki akan terjadi
pembengkakan pada sisi anterior.
11) Urinalisis: untuk protein dan darah, serta pemeriksaan rektum untuk menentukan
adanya darah.

f. Fungsional klien
1) Indeks Katz
Pengkajian menggunakan indeks kemandirian katz untuk aktivitas kehidupan
sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau bergantung dari klien
dalam hal: makan, kontinen (BAB/BAK), berpindah, ke kamar mandi, mandi dan
berpakaian. Indeks Katz adalah pemeriksaan disimpulkan dengan system penilaian
yang didasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas
fungsionalnya. Salah satu keuntungan dari alat ini adalah kemampuan untuk
mengukur perubahan fungsi aktivitas dan latihan setiap waktu, yang diakhiri evaluasi
dan aktivitas rehabilitasi. Pengukuran pada kondisi ini meliputi:
Termasuk kategori manakah klien?
a) Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB/BAK), menggunakan pakaian, pergi
ke toilet, berpindah dan mandi
b) Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas
c) Mandiri kecuali mandi dan salah satu fungsi lain
d) Mandiri kecuali mandi, berpakaian dan salah satu fungsi diatas
e) Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan salah satu fungsi yang lain
f) Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang
lain
g) Ketergantungan untuk semua fungsi diatas
Keterangan :
Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan efektif dari
orang lain, seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak
melakukan fungsi, meskipun ia dianggap mampu.
2) Status mental dan kognitif gerontik
a) Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)
Digunakan untuk mendeteksi adanya tingkat kerusakan intelektual. Pengujian
terdiri atas 10 pertanyaan yang berkenan dengan orientasi, riwayat pribadi, memori
dalam hubungannya dengan kemampuan perawatan diri, memori jangka panjang dan
kemampuan matematis atau perhitungan (Pfeiffer, 2002).

b) MiniMental Status Exam (MMSE)


Mini mental status exam (MMSE) menguji aspek kognitif dari fungsi mental:
orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa. Nilai
kemungkinan ada 30, dengan nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan
kognitif yang memerlukan penyelidikan lanjut. Pemeriksaan memerlukan hanya
beberapa menit untuk melengkapi dan dengan mudah dinilai, tetapi tidak dapat
digunakan sendiri untuk tujuan diagnostic. karena pemeriksaan MMSE mengukur
beratnya kerusakan kognitif dan mendemonstrasikan perubahan kognitif pada waktu
dan dengan tindakan. Ini merupakan suatu alat yang berguna untuk mengkaji
kemajuan klien yang berhubungan dengan intervensi. Alat pengukur status afektif
bdigunakan untuk membedakan jenis depresi serius yang mempengaruhi fungsi-
fungsi dari suasana hati. Depresi adalah umum pada lansia dan sering dihubungkan
dengan kacau mental dan disorientasi, sehingga seorang lansia depresi sering disalah
artikan dengan dimensia. Pemeriksaan status mental tidak dengan jelas membedakan
antara depresi dengan demensia, sehingga pengkajian afektif adalah alat tambahan
yang penting.

2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan agen cedera biologis, distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.
b. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik
serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi
d. Resiko trauma berhubungan dengan keterbatasan ketahanan fisik, perubahan fungsi
sendi
e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
pemahaman/mengingat kesalahan interpretasi informasi.
f. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan deformitas sendi, perubahan bentuk
tubuh pada sendi dan tulang.

3. Intervensi
No Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri b/d Setelah diberikan 1. Kaji keluhan nyeri, 1. Membantu dalam
agen cedera asuhan keperawatan catat lokasi dan menentukan
biologis, selama ….x… intensitas nyeri kebutuhan
distensi pertemuan diharapkan (skala 0 – 10), catat managemen nyeri
jaringan oleh nyeri berkurang atau faktor-faktor yang dan keefektifan
akumulasi terkontrol dengan mempercepat dan program.
cairan, kriteria hasil : tanda-tanda rasa
destruksi a. Mampu mengontrol nyeri.
sendi nyeri (tahu penyebab 2. Berikan matras 2. Matras yang
nyeri, mampu atau kasur keras, lembut/empuk,
bantal kecil. bantal yang besar
menggunakan tehnik
Tinggikan linen akan mencegah
nonfarmakologi tempat tidur sesuai pemeliharaan
untuk mengurangi kebutuhan. kesejajaran tubuh
nyeri, mencari yang tepat,
bantuan) menempatkan
b. Melaporkan bahwa setres pada sendi
nyeri berkurang yang sakit.
Peninggian linen
dengan
tempat tidur
menggunakan menurunkan
manajemen nyeri tekanan pada
c. Mampu mengenali sendi yang
nyeri (skala, terinflamasi /
intensitas, frekuensi nyeri
dan tanda nyeri) 3. Biarkan pasien 3. Pada penyakit
mengambil posisi berat, tirah baring
d. Menyatakan rasa
yang nyaman pada mungkin
nyaman setelah nyeri waktu tidur atau diperlukan untuk
berkurang duduk di kursi. membatasi nyeri
e. Tanda vital dalam Tingkatkan atau cedera sendi.
rentang normal istirahat di tempat
tidur sesuai
indikasi.
4. Dorong untuk 4. Mencegah
sering mengubah terjadinya
posisi. Bantu kelelahan umum
pasien untuk dan kekakuan
bergerak di tempat sendi.
tidur, sokong sendi Menstabilkan
yang sakit di atas sendi,
dan di bawah, mengurangi
hindari gerakan gerakan/rasa sakit
yang menyentak. pada sendi.
5. Anjurkan pasien 5. Panas
untuk mandi air meningkatkan
hangat atau mandi relaksasi otot dan
pancuran pada mobilitas,
waktu bangun. menurunkan rasa
Sediakan waslap sakit dan
hangat untuk melepaskan
mengompres sendi- kekakuan di pagi
sendi yang sakit hari. Sensitifitas
beberapa kali pada panas dapat
sehari. Pantau suhu dihilangkan dan
air kompres, air luka dermal dapat
mandi. disembuhkan.
6. Berikan masase 6. Meningkatkan
yang lembut elaksasi/mengura
kolaborasi. ngi tegangan otot
7. Beri obat sebelum 7. Meningkatkan
aktivitas atau relaksasi,
latihan yang mengurangi
direncanakan tegangan otot,
sesuai petunjuk memudahkan
seperti asetil untuk ikut serta
salisilat. dalam terapi.
2. Gangguan/ Setelah diberikan 1. Pertahankan 1. Untuk mencegah
kerusakan asuhan keperawatan istirahat tirah kelelahan dan
mobilitas fisik selama ….x….. jam, baring/duduk jika mempertahankan
diharapkanhambatan
b/d deformitas diperlukan. kekuatan.
mobilisasi fisik dapat
skeletal, diatasi dengan kriteria : 2. Bantu bergerak 2. Meningkatkan
nyeri, a. Klien meningkat dengan bantuan fungsi sendi,
ketidaknyama dalam aktivitas fisik seminimal kekuatan otot dan
nan, b. Mengerti tujuan dari mungkin. stamina umum.
penurunan peningkatan 3. Dorong klien 3. Memaksimalkan
.kekuatan otot mobilitas mempertahankan fungsi sendi dan
postur tegak, mempertahankan
c. Memverbalisasikan
duduk tinggi,
perasaan dalam mobilitas.
berdiri dan
meningkatkan berjalan.
kekuatan dan 4. Berikan
lingkungan yang
kemampuan aman dan 4. Menghindari
berpindah menganjurkan cedera akibat
d. Memperagakan untuk kecelakaan
menggunakan alat
penggunaan alat seperti jatuh.
bantu.
Bantu untuk 5. Berikan obat-
mobilisasi (walker) obatan sesuai
indikasi seperti
steroid. 5. Untuk menekan
inflamasi
sistemik akut.

3 Defisit Setelah diberikan 1. Kaji tingkat fungsi 1. Mengidentifikasi


perawatan diri asuhan keperawatan fisik tingkat bantuan/
b/d selama ….x….. jam, dukungan yang
kelemahan, klien mampu merawat diperlukan
kerusakan diri dengan kriteria hasil 2. Pertahankan 2. Mendukung
persepsi dan : mobilitas, kontrol kemandirian
kognitif a. Klien terbebas dari terhadap nyeri dan fisik/emosional
bau badan progran latihan
b. Menyatakan 3. Kaji hambatan 3. Menyiapkan
terhadap partisipasi untuk
kenyamanan
dalam perawatan meningkatkan
terhadap diri, identifikasi kemandirian yang
kemampuan untuk untuk modifikasi akan
melakukan ADLs lingkungan meningkatkan
c. Dapat melakukan harga diri
ADLS dengan 4. Identifikasikasi 4. Memberikan
bantuan untuk perawatan kesempatan
yang diperlukan, untuk dapat
misalnya; lift, melakukan
peninggian aktivitas secara
dudukan toilet, mandiri
kursi roda

4. Resiko cedera Setelah diberikan 1. Kendalikan 1. Lingkungan yang


berhubungan asuhan keperawatan lingkungan dengan : bebas bahaya
dengan selama …. x …. jam Menyingkirkan akan mengurangi
penurunan klien dapat bahaya yang tampak resiko cedera dan
fungsi tulang mempertahankan jelas, mengurangi membebaskan
keselamatan fisik potensial cedera keluarga dari
dengan kriteria hasil : akibat jatuh ketika kekhawatiran
 Tidak terjadi cedera tidur misalnya yang konstan.
 Klien tampak menggunakan
berhati-hati dalam penyanggah tempat
melakukan aktivitas tidur, usahakan
posisi tempat tidur
rendah, gunakan
pencahayaan malam
siapkan lampu
panggil
2. Izinkan kemandirian 2. Memberikan
dan kebebasan pasien merasa
maksimum dengan otonomi, restrain
memberikan dapat
kebebasan dalam meningkatkan
lingkungan yang agitasi,mengaget
aman, hindari kan pasien akan
penggunaan restrain, meningkatkan
ketika pasien ansietas
melamun alihkan
perhatiannya
5. Kurang Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Mengidentifikasi
pengetahuan asuhan keperawatan pemahaman klien tingkat
mengenai selama ...x...jam tentang pengertian, pegetahuan
kondisi diharapkan klien penyebab, tanda tentang proses
penyakitnya menunjukkan dan gejala, penyakit
berhubungan peningkatan pencegahan, osteoartritis dan
dengan pengetahuan mengenai pengobatan, dan mempermudah
kurangnya penyakitnya, dengan akibat lanjut dalam
informasi kriteria hasil : menentukan
mengenai a. Menyatakan intervensi
penyakitnya pemahaman 2. Bantu klien dalam 2. Faktor-faktor
tentang proses mengidentifikasi resiko telah
penyakit dan faktor-faktor menunjukan
regiment resiko yang dapat hubungan dalam
pengobatan diubah menunjang
b. Mengidentifikasi osteoartritis
efek samping obat 3. Kaji kesiapan dan 3. Kesalahan
dan kemungkinan hambatan dalam konsep dan
komplikasi yang belajar termasuk menyangkal
perlu diperhatikan. orang terdekat diagnosa karena
Mempertahankan perasaan
TD dalam sejahtera yang
parameter normal. sudah lama
dinikmati
mempengaruhi
minimal
klien/orang
4. Jelaskan pada terdekat untuk
klien tentang mempelajari
proses penyakit penyakit,
osteoartritis kemajuan dan
(pengertian, prognosis
penyebab,tanda 4. Meningkatkan
dan gejala, pemahaman dan
pencegahan, pengetahuan
pengobatan, dan klien tentang
akibat lanjut) proses penyakit
melalui penkes. osteoatritis

4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan
1. Pasien mengatakan nyeri berkurang bahkan hilang
2. Nutrisi pasien terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
3. Pasien mampu melakukan aktivitas kesehariannya secara mandiri
4. Pengetahuan pasien mengenai hipertensi meningkat dan mampu
menerapkannya
5. Tidak terjadi penurunan curah jantung pada pasien
6. Pasien terhindar dari resiko terhadap cedera

5. Evaluasi
Evaluasi dilihat berdasarkan hasil dari tujuan awal yang ingin dicapai yang
telah direncanakan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Agatha, D.R., 2014, Laporan Pendahuluan Osteoatritis (online), available:


http://davvhieedreeo.blogspot.com/2014/03/laporan-pendahuluan-
osteoartritis-oa.html, (28 Maret 2021)

Anonim, 2013, Askep Gerontik Pasien dengan Rematik, (online), available:


rhizaners.blogspot.com/2013/02/askep-gerontik-pasien-dengan-
rematik.html, (28 Maret 2021)

Carpenito, L.J., 2012, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC

Price, S.A. dan Lorraine M.Wilson., 2005, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Vol.2, diterjemahkan dari: Pathophysiologi: Clinical
Concepts of Disease Processes (6th Edition), oleh H. Hartanto, Jakarta: EGC

Puspita, E.D., 2014, Asuhan Keperawatan Osteoatritis, (online), available:


http://awlianteka.blogspot.com/2014/06/asuhan-keperawatan-
osteoartritis.html, (28 Maret 2021)

Smeltzer, C.S. dan Bare, B.G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth Vol.2 Edisi 8, diterjemahkan dari: Brunner & Suddarth’s
Textbook of Medical-Surgical Nursing (8th Edition), oleh Agung Waluyo,
dkk., Jakarta: EGC.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. J DENGAN OSTEOARTRITIS
DI RUANG CERMAI RSUD KLUNGKUNG
PADA 23 – 26 MARET 2021

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
a. Nama Pasien : Ny. J
b. Tempat/Tanggal Lahir : Gunaksa, 22 Mei 1966
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Agama : Hindu
e. Pendidikan : SMA
f. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
g. Status Perkawinan : Menikah
h. Suku/bangsa : Bali / Indonesia
i. Alamat : Jl. Jempiring No. 3A
j. Diagnosa Medis : Osteoartritis Genu Dextra
k. No. RM : 210346
l. Tanggal MRS : 23 Maret 2021

2. Penanggung Jawab/Keluarga
a. Nama : An. W
b. Umur : 30 tahun
c. Pendidikan : Sarjana
d. Alamat : Jl. Jempiring No. 3A
e. Hubungan dengan pasien : Anak
f. Status perkawinan : Menikah

3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri pada lutut kanan dengan skala 7 (0-10), nyeri
setiap saat bahkan saat tidak melakukan aktivitas, tidak mampu menekuk
kaki, terasa kaku, nyeri seperti ditusuk-tusuk dan remuk.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
- Alasan MRS: Pasien mengatakan nyeri pada lutut bagian kanan, tidak
bisa ditekuk sejak 1 minggu yang lalu. Pada tanggal 22 Maret 2021 pasien
terjatuh yang menyebabkan pasien tidak bisa berjalan optimal. Sehingga
tanggal 23 Maret pasien dibawa ke IGD RSUD Klungkung dan mendapat
perawatan di Ruang Cermai.
- Riwayat Kesehatan Pasien : Pasien mengatakan sudah 1 minggu nyeri
pada lutut kanan dan tidak mampu untuk berjalan
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien memiliki riwayat operasi amandel tahun 2004 serta memiliki
penyakit komorbid yaitu hipertensi namun sudah terkontrol dengan obat.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
- Genogram

- Riwayat Kesehatan Keluarga


Terdapat riwayat penyakit hipertensi dalam keluarga.
e. Kesehatan Fungsional
1. Aspek Fisik – Biologis
a. Nutrisi
Sebelum Sakit: Pasien mengatakan makan normal 3x1 sehari, minum
sehari 1-2 liter.
Selama Sakit: Pasien mengatakan makan normal 3x1 sehari, minum
sehari 0-1 liter.
b. Pola Eliminasi
Sebelum Sakit: Pasien mengatakan BAB normal 1 sehari, BAK normal
tidak ada masalah.
Selama Sakit: Pasien mengatakan BAB terganggu dengan sakit di lutut
kanan, BAK lancar tapi harus memakai kursi roda untuk ke kamar kecil.
c. Pola Aktivitas
Sebelum Sakit
(1) Kesehatan aktivitas sehari-hari
Pasien mengatakan melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri.
(2)Kesehatan pernafasan
- Bentuk dada normal
- Pergerakan dada simetris
- Pasien mengatakan tidak ada keluhan
(3) Keadaan Kardioviskular: Pasien mengatakan tidak ada keluhan.
a) Selama Sakit
- Keadaan aktivitas sehari-sehari: Pasien mengatakan untuk aktivitas
berjalan / gerak dibantu keluarga dalam memakai kursi roda.
- Keadaan pernafasan: Bentuk dada normal, pergerakan dada simetris.
- Keadaan kardiovaskuler: Letak jantung normal
- Skala ketergantungan

Tabel 1 Penilaian Status Fungsional (Barthel Index)


Pasien Ny.J di Ruang Cermai RSUD Klungkung Tanggal 23 Maret 2021

No Fungsi Skor Uraian Nilai Skor


Hari Hari Hari 3
1 2
1 Mengendalikan 0 Terkendali / tak
rangsang defekasi teratur perlu
(BAB) pencahar
1 Kadang-kadang tak 1 1
terkendali
2 Mandiri
2 Mengendalikan 0 Tak
rangsang berkemih terkendali/pakai
(BAK) kateter
1 Kadang-kadang tak 1 1 1
terkendali(1x24jam)
2 Mandiri
3 Membersihkan diri ( 0 Butuh pertolongan
cuci muka,sisir oranglain
rambut,sikat
1 Mandiri 1 1 1
4 Penggunaan 0 Tergantung
jamban,masuk dan pertolongan
keluar oranglain
(melepaskan,memakai
celana dalam,
membersihkan dan
menyiram)
1 Perlu pertolongan 1 1
pada beberapa
kegiatan tetapi dapat
mengerjakan sendiri
kegiatan yang lain
2 Mandiri
5 Makan 0 Tidak mampu

1 Perlu ditolong 1
memotong makanan
2 Mandiri 2 2
6 Berrubah sikap dari 0 Tidak mampu
berbaring keduduk
1 Perlu banyak 1 1
bantuan untuk bisa
duduk (>2 orang)
2 Bantuan ( 2 orang) 2
3 Mandiri
7 Berpindah/ berjalan 0 Tidak mampu
1 Bisa (pindah) 1 1
dengan kursi roda
2 Berjalan dengan 2
bantuan 1 orang
3 Mandiri
Tidak mampu
8 Memakai baju 0 Tidak mampu
1 Sebagian 1 1 1
dibantu(misal
mengancingkan
baju)
2 Mandiri
9 Naik turun tangga 0 Tidak mampu
1 Butuh pertolongan 0
2 Mandiri 1 1
10 Mandi 0 Tergantung
oranglain
1 Mandiri 1 1 1
Total skor 7 11 13
Tingkat
ketergantungan
Paraf & nama Ns. Indah
Perawat

*Keterangan:
0-4 : Ketergantungan total 12-19 : Ketergantungan ringan
5-8 : Ketergantungan berat 20 : Mandiri
9-11 : Ketergantungan sedang
Kesimpulan Hasil :
1. Ketergantungan berat (7)
2. Ketergantungan sedang (11)
3. Ketergantungan ringan (13)

- Tabel Pengkajian Resiko Jauh Tabel 2 Pengkajian Resiko Jatuh


Pasien Ny.J di Ruang Cermai di RSUD Klungkung Tanggal 23 Maret 2021

N Resiko Skala Skoring 1 Skoring 2 Skoring


3
o tgl tgl
tgl
3/7/2018 4/7/2018
5/7/201
8
1 Riwayat jatuh, yang baru atau Tidak 0
dalam 3 bulan terakhir
Ya 25 25 25 25
2 Diagnosa modis sekunder Tidak o
Ya 15 15 15 15
3 Alat bantu jalan bed 0
rest/dibantu perawat
Penopang/ tongkat/walker 15 15 15 15
Furniture 30
Menggunakan infus Tidak 0
Ya 25 25 25 25
Cara
berjalan/berpindah/normal/be 0
drest/ imobilisasi
Lemah 15 15 15 15
Terganggu 30
Status mental:oriientasi sesuai 0 0 0 0
kemampuan diri
Lupa keterbatasan 15
Jumlah skor 95 95 95
Tingkat resiko jatuh
Paraf& nama perawat Ns. Indah
(sumber data sekunder:RM Pasien)
Tingkat resiko:
Tidak beresiko bila skor 0-24: Lakukan perawatan yang baik
Resiko rendah bila skor 25-50: Lakukan intervensi jatuh Standar(lanjutkan
formulir pencegahan)
Resiko tinggi bila skor > 51: Lakukan intervensi jatuh resiko tinggi ( lanjutkan
dengan pencegahan jatuh pasien dewasa)

- Tabel Pengkajian Resiko Luka Dekubitus


Tabel 3 Tabel Pengkajian Resiko Luka Dekubitus (skala norton) Pasien Ny.J
di Ruang Cermai RSUD Klungkung Tanggal 23 Maret 2021

Tanggal PENILAIAN 4 3 2 1
23/03/21 Kondisi fisik Baik Sedang Buruk Sangat buruk
Status mental Sadar Apatis Bingung Stupor
Aktifitas Jalan Jalan dengan Kursi roda Ditempat
sendiri bantuan tidur
Mobilitas Bebas Agak Sangat Tidak
bergerak terbatas terbatas mamou
bergerak
Inkontensia Kontinen Kadang- Selalu Inkontinesia
kadang inkontinensia urin&alvi
inkotenensia urin
Skor 4+4 3+3 2
Toral skor 16
Paraf&nama Ns. Indah
perawat

Tanggal PENILAIAN 4 3 2 1
24/03/21 Kondisi fisik Baik Sedang Buruk Sangat buruk
Status mental Sadar Apatis Bingung Stupor
Aktifitas Jalan Jalan Kurdi roda Ditempat
sendiri dengan tidur
bantuan
Mobilitas Bebas Agak Sangat Tidak
bergerak terbatas terbatas mamou
bergerak
Inkontensia Kontinen Kadang- Selalu Inkontinesia
kadang inkontinensia urin&alvi
inkotenensia urin
Skor 4+4+4 3+3
Total skor 18
Paraf&nama Ns. Indah
perawat

Tanggal PENILAIAN 4 3 2 1
25/03/21 Kondisi fisik Baik Sedang Buruk Sangat buruk
Status mental Sadar Apatis Bingung Stupor
Aktifitas Jalan Jalan Kurdi roda Ditempat
sendiri dengan tidur
bantuan
Mobilitas Bebas Agak Sangat Tidak
bergerak terbatas terbatas mamou
bergerak
Inkontensia Kontinen Kadang- Selalu Inkontinesia
kadang inkontinensia urin&alvi
inkotenensia urin
Skor 4+4+4+4 3
Toral skor 18
Paraf&nama Ns. Indah
perawat
( Sumber Data Sekunder : RM Pasien)
Keterangan :
16-20 : resiko rendah terjadi dekubitus
12-15 : resiko sedang terjadi dekubitus
<12 : resiko tinggi terjadi dekubitus
Kesimpulan Hasil
1. Hari 1: resiko rendah terjadi dekubitus ( 16)
2. Hari 2: resiko rendah terjadi dekubitus ( 18)
3. Hari 3: resiko rendah terjadi dekubitus ( 18)

4. Kebutuhan istirahat – tidur


a. Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidur 6-8 jam setiap hari,tidur siang 1-2 jam.

b. Selama sakit
Pasien mengatakan tidur 6-8 jam setiap hari,tidur siang 1-2 jam.

2. Aspek Psiko-Sosial-Spiritual

1) Pemeliharaan dan pengetahuan terhadap kesehatan S. Pasien

mengatakan sehat itu mahal harganya O. Pasein mengatakan

sakit lutut kaki kanan


2) Pola hubungan

Pasien menyatakan hubungan dengan masyarakat/ tetangga

harmonis tidak ada masalah.

3) Koping atau toleransi stress

Pasien selalu berpikir positif biar tidak stres.

4) Kognitif dan persepsi tentang penyakitnya

Pasien menyatakan tidak merasa malu dengan penyakitnya.

5) Konsep diri

a) Gambaran diri : Bagian tubuh pasien tidak terdapat

kecacatan.

b) harga diri: Hubungan pasien dengan keluarga,masyarakat

baik.

c) Ideal diri : Pasien mengharapkan sembuh dan dapat

beraktifitas seperti dahulu.

d) Identitas diri : Pasien mengatakan bahwa dirinya

perempuan harus dapat bekerja kembali untuk membantu

keluarga.

e) Seksual dan menstruasi :Pasien mengatakan sudah kurang

lebih 4 tahun tidak menstruasi, kebutuhan seksual normal.

c. Aspek lingkungan Fisik

Pasien mengatakan selama sakit tidak bisa aktifitas dan tidak bisa

bekerja.

d. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum

1) Kesadaran : Compos metis

2) Status gizi : TB = 150 cm BB = 45 Kg

3) Tanda vital : TD = 130/80 mmHg Nadi= 88x/mm Suhu =

36,50 C RR = 22 x/mm

4) Skala Nyeri : 7 (1-10)

Pemeriksaan Secara Sistematik ( Cephalo-Caudal)

1) Kulit :Turgor kulit kering


2) Kepala : Simetris, warna rambut merah ( disemir), tidak
terdapat nyeri tekan.
3) Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar limpa dan tidak ada
tiroid.
4) Tungkak : Tidak ada lesi,tidak ada benjolan/massa.
5) Dada
a) Inspeksi: Dada tampak simetris
b) Auskultasi: Dada terdengar trakheal, bronchial.
c) Perkusi : Dada terdengar samar saat diketuk.
d) Palpasi : Dada tidak ada nyeri tekan, expansi dada
simetris.
6) Payudara
a) Inspeksi: Tampak simetris
b) Palpasi : Tidak terdapat benjolan, tidak terdapat nyeri
tekan.
c) Punggung: Tidak terdapat lesi
d) Abdomen
 Inspeksi : Tidak dikaji
 Inspeksi : Tidak dikaji
 Auskultasi: Terdengar peristaltik usus dengan jelas.
 Perkusi : Terdengar timpasi.
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

7) Panggul : Bentuk panggul normal.

8) Anus dan Rectum

9) Genetalia

a) Pada wanita

Tidak ada kelainan /penyakit pada vagina.


b) Pada pria
(-)

10) Ektremitas

a) Atas : Tidak ada kelainan bentuk pada tulang dan tangan

(anggota gerak atas)

b) Bawah : Tidak ada kelainan bentuk pada tulang dan jari,

kaki, terjadi kelemahan/rasa sakit pada lutut kaki kanan.

2. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Patalogi Klinik

Tabel 4 pemeriksaan laboratorium Ny.J Tgl 23 Maret 2021

Tanggal Jenis Hasil Normal


Pemeriksaan pemeriksaan ( Satuan)
23/03/21 Hb 11,5 12-14
Hemetokrit 34,8 37-43
Leukosit 9.400 4000-10.000
trombosit 284.000 150.000-
Eritrosit 3,66 450.000
MCV 95,1 40-46
MCH 31,4 80.0-90.0
Niferensial 63,1 26,5-30,5
Segmen 27,7 40-80
Lionfosit 9,2 20-40
Tanggal Jenis Hasil Normal
Pemeriksaan pemeriksaan ( Satuan)
24/03/21 Gas Sewaktu 90 1-10
Gas Puasa 136 75-140
Fungsi ginjal 3,8 75-115
Kelost total 191 2,6-6,1
Kolest HDL 123,7 < 220
Kolest LDL 56 < 150
< 200
( Sumber data sekunder : RM Pasien)
3. Tabel 5 Pemberian Terapi Ny.J

Tanggal Obat Dosis dan Satuan Rute


23/03/21 Santagesic 3x1 ampul IV
Ranitidin 2x1 sehari/12jam IV
Methil 62,5mg IV
prednisolon 3xtiap/8jam
3x1 ampul IV
23/03/21 Santagesic 62,5 mg IV
MTP 3xtiap 8 jam
2x tiap 12 jam IV
23/03/21 Santagesic IV
Ranitidin 62,5 mg
MTP 2xtiap 12 jam IV
Oral 3x1
Gabapetin 2x100mg
Glukosamin
( Sumber data sekunder : RM Pasien)
48

ANALISA DATA

NO DATA PENYEBAB MASALAH

1. DS. Pasien menyatakan nyeri Agen injuri biologis Nyeri akut


dilutut kanan sejak 1 minggu
sebelum dirawat di RS.
DO. KU
Cm sedang
TD : 130/80
Nadi : 88x/menit
Suhu : 36,50 C
P : jatuh dari motor
Q : pegel-pegel,kemeng, nyeri
R : lutut kanan
S:6
T : setiap berjalan sakit
Therapi ; inj

Satagesic 3x tiap 8 jam

Ranitidin 2xtiap 12 jam

MTP 62,5 mg 3xtiap 8
jam Per 1.V Kelemahan otot
2. DS. Pasien mengatakan lutut Hambatan
kanan sakit untuk ditekuk atau mobilitas Fisik
digerakkan
DO. Pasien dalam berpindah
tempat menggunakan kursi roda
ADL dibantu keluarga Kurang informasi Kurang
3. DS. Pasien mengtakan tidak tentang kesehatan pengetahuan
mengerti tentang penyakitnya tentang
DO. Pasien mengatakan belum kesehatan
tahu tentang sakitnya
1. DO. Terpasang infus RL 20 tpm,
di lengan kanan, sejak 23/03/21
49

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen Injuri Biologis ditandai dengan

Problem : Hambatan mobilitas fisik

Etiologi : Keterbatasan rentang pergerakan sendi

Simtom : Lutut kanan terasa kaku , nyeri kalau ditekut terasa sakit sekali.

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Hari/ DIAGNO PERENCANAAN


tgl/jam SA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERA
WATAN
23/03/21 Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Observasi 1. Mengetahui
14.00 asuhan keperawatan TTV dan keadaanumum
selama 3x24jam tingkat nyeri pasien dan
nyeri pasien pasien tindakan
berkurang dengan 2. Ajarkan pasien selanjutnya
kriteria hasil tertarik 2. Nafas dalam dapat
1. TTV dalam batas relaksasi nafas merilekskan
normal dalam pasien dan
2. Nyeri berkurang 3. Edukasi pasien mengalihka nyeri
dari skala dan keluarga 3. Mengoptimalkan
3. wajah rileks untuk pasien untuk
membatasi istirahat
pengunjung 4. obat oral getik
4. kolaborasi dapat megurangi
dengan dokter rasa nyeri
pemberian
analgetik
52

D. IMPLEMENTASI
Diagnosa Keperawatan : Nyeri Akut

HARI/ TGL/JAM PELAKSANAAN EVALUASI

23/03/21 1. Mengukur TTV dan S.Pasien mengatakan nyeri pada lutut


Observasi tingkat nyeri kanan terasa pegel-pegel, bisa
Jam 11.30
beraktifitas jalan terasa sakit
O. KU,Cm
TTV
TD : 130/80
Nadi : 88x/menit
Suhu : 36,50 C
\RR: 22x/menit
Wajah pasien tegang menahan nyeri

S. Pasien mengtakan paham terhadap


2. Mengajarkan teknik
Teknik tersebut
Relaksasi nafas dalam
O.Pasien tampak mempraktekkan

3. Mengkolaborasikan
pemberian analgetik S: -
O: Pasien diberikan obat anti-nyeri oral
dan tidak ada gejala alergi terhadap
obat
24/03/21 1. Mengukur TTV dan S.Pasien mengatakn nyeri pada lutut
Jam 13.40 Observasi tingkat nyeri kanan mulai berkurang
TTV
TD : 120/80
Nadi : 92x/menit
Suhu : 370 C
\RR: 24x/menit
Wajah pasien sudah tidak tampak
tegang. Pasien masih beraktivitas
dengan kursi roda

2. Menyarankan untuk S.Pasien mengatakan memang


membatasi jumlah Lebih tenang jika sendiri
pengunjung O. Pasien mulai tampak rileks
53

HARI/ TGL/JAM PELAKSANAAN EVALUASI

25/03/21 1. Mengukur TTV dan S.Pasien mengatakn nyeri pada lutut


Jam 14.00 Observasi tingkat nyeri kanan berkurang
O.Pasieb dalam berjalan sudah bisa
sendiri tanpa bantuan kursi roda
TTV
TD : 120/80
Nadi : 92x/menit
Suhu : 36,50 C

2. Mengobservasi S.Pasien mengatakan lutut sudah


kondisi fisik pasien berkurang sakitnya sudah bisa ditekut
dan tidak sakit
O.Pasien dalam berjalan sudah tidak
menggunakn kursi roda, ADL dibantu

E. EVALUASI

Tanggal Evaluasi Paraf


25/03/21 S: Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang dengan Ns. Indah
skala 4 (0-10). Lokasi nyeri masih didominasi pada lutut
bagian kanan dengan nyeri seperti ditekan. Nyeri dirasakan
pada waktu-waktu tertentu

O: Pasien tampak mampu berpindah tempat dengan berjalan,


ADL pasien masih dibantu.
TTV: TD 120/80 ; Nadi 92x/mnt ; suhu 36.5oC ; RR 20 x/mnt

A: Masalah keperawatan nyeri aku teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi observasi TTV dan kondisi pasien


serta kolaborasi obat

Anda mungkin juga menyukai