Anda di halaman 1dari 39

APLIKASI TEORI KEPERAWATAN PADA SITUASI KLINIS I

KOLCABA’S THEORY OF COMFORT

OLEH :
KELOMPOK V (B13-B)

NI KETUT SRI ASTUTI 203221170


NI KETUT TRISNA ANDYANI 203221171
RISCHA AVIVAH ZUHROH 203221172
NI MADE DWI ARTINI 203221173
NI LUH YOSIN SUPIAWATI 203221174
I GUSTI AYU PUTU ANGGRENI FEBRIANTI 203221175
SANG AYU RISKA DWI CAHYANI 203221176
NI PUTU YENI ARMAYANTI 203221177
KADEK RIDWAN SANGGRA WIGUNA 203221178

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA BALI
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya. Adapun tujuan
dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah tentang Falsafah
Keperawatan.

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun banyak mendapatkan bantuan bimbingan serta
pengarahan dari beberapa pihak pada kesempatan ini perkenankan penyusun menyampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini
yang tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya oleh karena itu
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan
makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam bidang ilmu pengetahuan
khususnya di bidang kesehatan.

Denpasar, 05 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………. i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………… ii


BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………… 1


1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………... 1
1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………………………. 2
1.4 Manfaat Penulisan ……………………………………………………………... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Riwayat Katharine Kolcaba …………………………………………………… 3
2.2 Konsep Dasar Keperawatan Katharine Kolcaba ………………………………..4
2.3 Teori Model Keperawatan Katharine Kolcaba ………………………………… 4
2.4 Aplikasi Teori Model Keperawatan Katharine Kolcaba ……………………….. 9
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Teori Katharine Kolcaba ………………………… 12
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan ……………………………………………………………………….. 13
3.2 Saran ………………………………………………………………………….... 13

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………...... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perawat dalam melakukan pelayanan keperawatan dilakukan berdasarkan kaidah


ilmu keperawatan serta model konsep teori keperawatan yang merupakan pedoman dalam
pemberian asuhan keperawatan. Model konseptual merupakan landasan untuk
mengembangkan sebuah teori dan nilai moral bagi perawat. Model konseptual ini juga
biasa disebut dengan paradigma keperawatan. Ada empat konsep yang secara umum
menjadi titik sentral yang dipertimbangkan dalam mengembangkan model konseptual
disiplin keperawatan, yaitu manusia, lingkungan, keperawatan dan kesehatan. Pada
penerapannya, penekanan dari setiap model keperawatan sangatlah bervariasi
menyesuaikan dengan setiap konsep yang ingin dikembangkan. Namun setiap teori yang
dikembangkan akan selalu menjelaskan hubungan antara konsep-konsep sentral tersebut.

Middle range theory merupakan tingkatan teori yang memiliki kriteria, lingkup,
tingkat abstraksi, dan kestabilan penerimaan secara luas. Dalam lingkup dan tingkatan
abstrak, middle range theory cukup spesifik untuk memberikan petunjuk riset dan
praktik, cukup umum pada campuran populasi klinik dan mencakup fenomena yang
sama. Sebagai petunjuk riset dan praktek, middle range theory lebih banyak digunakan
dari pada grand theory, middle grand theory dapat diuji dalam pemikiran empiris.

Salah satu contoh Middle Range Theory yang akan dibahas disini yaitu model
teori kenyamanan (Comfort) yang dikembangkan oleh Katharine Kolcaba. Dalam
perspektif pandangan Kolcaba ini, Holistic comfort didefinisikan sebagai suatu
pengalaman yang immediate yang menjadi sebuah kekuatan melalui kebutuhan akan
pengurangan (relief), (ease), and (transcendence) yang dapat terpenuhi dalam empat
konteks pengalaman yang meliputi aspek fisik, psikospiritual, sosial dan lingkungan
(Ruddy, 2007).

Pada kesempatan kali ini, penulis akan membahas tentang teori kenyamanan
menurut Katherine Kolcaba.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang dapat dirumuskan pada makalah ini yaitu sebagai berikut :
a. Bagaimanakah riwayat Katharine Kolcaba?

1
2

b. Bagaimanakah konsep dasar keperawatan Katharine Kolcaba?


c. Bagaimanakah teori model keperawatan Katharine Kolcaba?
d. Apa sajakah aplikasi teori model keperawatan Katharine Kolcaba?
e. Apa sajakah kelebihan dan kelemahan teori Katharine Kolcaba?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk menjelaskan riwayat Katharine Kolcaba
b. Untuk menjelaskan konsep dasar keperawatan Katharine Kolcaba
c. Untuk menjelaskan teori model keperawatan Katharine Kolcaba
d. Untuk menjelaskan aplikasi teori model keperawatan Katharine Kolcaba
e. Untuk menjelaskan kelebihan dan kelemahan teori Katharine Kolcaba

1.4 Manfaat Penulisan


a. Manfaat Teoritis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak, khususnya kepada mahasiswa keperawatan untuk menambah pengetahuan
dan wawasan mengenai Kolcaba’s Theory Of Comfort.

b. Manfaat Praktis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu
pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan yang nantinya ilmu tersebut dapat dipahami
dan diaplikasikan dalam praktik keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Riwayat Katharine Kolcaba

Katharine Kolcaba terlahir sebagai Arnold Katharine pada 28 Desember 1944, di


Cleveland, Ohio. Beliau adalah pendiri program perawat lokal paroki dan sebagai anggota
Asosiasi Perawat Amerika. Saat ini, sebagai associate professor di University of Akron College
of Nursing.

Dengan riwayat pendidikan Diploma keperawatan dari St. Luke’s Hospital School of
Nursing pada tahun 1965, lulus M.S.N dari R.N di the Frances Payne Bolton School of Nursing,
Case Western Reserve University pada tahun 1987, meraih gelar PhD in nursing dan menerima
sertifikat sebagai authority clinical nursing specialist pada tahun 1997, Spesialis dalam bidang
Gerontology, Perawatan Paliatif dan Intervensi Jangka Panjang, Studi Comfort, Pengembangan
Instrumen, Teori Keperawatan, Penelitian Keperawatan.

Sebagai kepala unit dementia, berdasar pengalaman, beliau melakukan pengembangan


teori keperawatan untuk mengembangkan Teori kenyamanan dan praktik : sebuah visi untuk
perawatan dan riset kesehatan holistik

Riwayat Penghargaan dan Pengakuan

1. 1991-1992 : Pre-Doctoral Fellowship in Interdisciplinary Health, Case Western


Reserve University Internal Grant
2. 1997 : Honour a Researcher Award
3. 1997 : Invited Research Consultant, comfort studies & theory, MNRS
4. Januari 1997 : Marie Haug Student Award for excellenc in aging studies dari Case
Western Reserve University
5. 2003 : Mary Hanna Memorial Journalism Award for American Society of
Perianesthesia Nurses, artikel yang berjudul Comfort Care for Perianesthesia Nursing by
Kolcaba and Wilson
6. Maret 2003 : Advancement of Science Award from Midwest Nursing Research
Society, End of Life and Palliative Care Nursing

3
4

7. Mei 2003 : Excellence in the Utilization of Nursing Research, penghargaan dari


Sigma Theta Tau, delta Omega Chapter
8. 2006 : Researcher of the Year dengan Dr. Therese Dowd, penghargaan dari
Sigma Theta Tau, delta Omega Chapter.

2.2 Konsep Dasar Keperawatan Katharine Kolcaba


1. Asumsi
a. Manusia mempunyai tanggapan/respon holistik terhadap stimulus yang kompleks.
b. Kenyamanan adalah suatu hasil holistik yang diinginkan yang mengacu pada disiplin
keperawatan
c. Manusia bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan dasar kenyamanan mereka.
d. Kenyamanan yang akan ditingkatkan pada pasien harus melibatkan health-seeking
behaviors (HSBs) pilihan mereka.
e. Pasien yang dianjurkan secara aktif untuk HSBs, merasa puas dengan pelayanan
kesehatan mereka.
f. Integritas kelembagaan berdasar pada sistem nilai yang berorientasi pada penerima
perawatan.
2. Pernyataan Teoritis
a. Perawat mengidentifikasi kebutuhan kenyamanan yang tidak terlihat dari pasien, desain
kenyamanan digunakan untuk mengukur kebutuhan, dan untuk mencari peningkatkan
kenyamanan pasien mereka, di mana hasil tersebut diinginkan dengan segera.
b. Peningkatan kenyamanan langsung dan secara positif dihubungkan dengan penerapan di
dalam HSBs, seperti hasil yang diinginkan sebelumnya.
c. Kapan seseorang mempunyai pendukung yang sesuai untuk dilibatkan secara penuh di
dalam HSBs, seperti pemulihan dan/atau program penyembuhan atau cara hidup,
integritas institusi juga sangat mendukung.
3. Format Logis
Kolcaba mengembangkan Teori Kenyamanan melalui tiga jenis pemikiran logis, yaitu :

a. Induksi
Induksi terjadi ketika penyamarataan dibangun dari suatu kejadian yang diamati secara
spesifik. Di mana perawat dengan sungguh-sungguh melakukan praktek dan dengan
5

sungguh-sungguh menerapkan keperawatan sebagai disiplin, sehingga mereka menjadi


terbiasa dengan konsep Implisit atau eksplisit, terminologi, dalil, dan asumsi pendukung
praktek mereka. Ketika perawat lulus sekolah, mereka mungkin diminta untuk
menjelaskan diagram prakteknya, yang mana tugas tersebut sangatlah mudah.
b. Deduksi
Deduksi adalah suatu format dari pemikiran logis di mana kesimpulan spesifik berasal
dari prinsip atau pendapat yang lebih umum; prosesnya dari yang umum ke yang spesifik.
Langkah mengurangi pengembangan teori mengakibatkan teori kenyamanan dapat
dihubungkan dengan konsep lain untuk menghasilkan suatu teori. Kerja dari tiga ahli teori
keperawatan diperlukan untuk mendefinisikan kenyamanan. Oleh karena itu Kolcaba
lebih dulu melihat di tempat lain untuk bekerja secara bersama untuk menyatukan
kebutuhan seperti keringanan, ketentraman dan hal yang penting. Apa yang dibutuhkan,
dia merealisir suatu yang abstrak dan kerangka konseptual umum yang sama dengan
kenyamanan dan berisi dalam jumlah banyak yang bersifat abstrak.
c. Retroduksi
Retroduksi adalah suatu format pemikiran untuk memulai ide. Bermanfaat untuk memilih
suatu fenomena yang dapat dikembangkan lebih lanjut dan diuji. Pemikiran jenis ini
diterapkan di (dalam) bidang di mana tersedia sedikit teori. Seperti pada kasus hasil riset,
di mana saat ini memusat pada pengumpulan database besar untuk mengukur hasil dan
berhubungan pada pengeluaran untuk jenis keperawatan, medis, institusi, atau protokol
masyarakat. Penambahan suatu kerangka teori keperawatan untuk riset hasil akan
meningkatkan area penelitian keperawatan karena praktek dasar teori memungkinkan
perawat untuk mendisain intervensi yang sama dan selaras dengan hasil yang diinginkan.

2.3 Teori Model Keperawatan Katharine Kolcaba


1. Konsep Utama
Teori Comfort dari Kolcaba ini menekankan pada beberapa konsep utama beserta
definisinya, antara lain:
6

Gambar 1. Model Konseptual Theory of Comfort

a. Health Care Needs


Kolcaba mendefinisikan kebutuhan pelayanan kesehatan sebagai suatu
kebutuhan akan kenyamanan, yang dihasilkan dari situasi pelayanan kesehatan yang
stressful, yang tidak dapat dipenuhi oleh penerima support system tradisional.
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan fisik, psikospiritual, sosial dan lingkungan, yang
kesemuanya membutuhkan monitoring, laporan verbal maupun non verbal, serta
kebutuhan yang berhubungan dengan parameter patofisiologis, membutuhkan edukasi
dan dukungan serta kebutuhan akan konseling financial dan intervensi.
b. Comfort
Comfort merupakan sebuah konsep yang mempunyai hubungan yang kuat
dalam keperawatan. Comfort diartikan sebagai suatu keadaan yang dialami oleh
penerima yang dapat didefinisikan sebagai suatu pengalaman yang immediate yang
menjadi sebuah kekuatan melalui kebutuhan akan keringanan (relief), ketenangan
(ease), dan (transcedence) yang dapat terpenuhi dalam empat kontex pengalaman yang
meliputi aspek fisik, psikospiritual, sosial dan lingkungan.
Beberapa tipe Comfort didefinisikan sebagai berikut:

1) Relief, suatu keadaan dimana seorang penerima (recipient) memiliki pemenuhan


kebutuhan yang spesifik
2) Ease, suatu keadaan yang tenang dan kesenangan
7

3) Transedence, suatu keadaan dimana seorang individu mencapai diatas


masalahnya.

Gambar 2. Strukrur Taksonomi Kolcaba

Kolcaba, (2003) kemudian menderivasi konteks diatas menjadi beberapa hal berikut :

1) Fisik, berkenaan dengan sensasi tubuh


2) Psikospiritual, berkenaan dengan kesadaran internal diri, yang meliputi harga diri,
konsep diri, sexualitas, makna kehidupan hingga hubungan terhadap kebutuhan
lebih tinggi.
3) Lingkungan, berkenaan dengan lingkungan, kondisi, pengaruh dari luar.
4) Sosial, berkenaan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan hubungan sosial.
c. Comfort Measures
Tindakan kenyamanan diartikan sebagai suatu intervensi keperawatan yang
didesain untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan yang spesifik dibutuhkan oleh
penerima jasa, seperti fisiologis, sosial, financial, psikologis, spiritual, lingkungan, dan
intervensi fisik. Kolcaba menyatakan bahwa perawatan untuk kenyamanan
memerlukan sekurangnya tiga tipe intervensi comfort yaitu :
1) Standart comfort intervention yaitu Teknis pengukuran kenyamanan,
merupakan intervensi yang dibuat untuk mempertahankan homeostasis dan
mengontrol nyeri yang ada, seperti memantau tanda-tanda vital, hasil kimia darah,
juga termasuk pengobatan nyeri. Tehnis tindakan ini didesain untuk membantu
mempertahankan atau mengembalikan fungsi fisik dan kenyamanan, serta
mencegah komplikasi.
2) Coaching (mengajarkan) meliputi intervensi yang didesain untuk menurunkan
kecemasan, memberikan informasi, harapan, mendengarkan dan membantu
perencanaan pemulihan (recovery) dan integrasi secara realistis atau dalam
8

menghadapi kematian dengan cara yang sesuai dengan budayanya.


Agar Coaching ini efektif, perlu dijadwalkan untuk kesiapan pasien dalam
menerima pengajaran baru.
3) Comfort food for the soul, meliputi intervensi yang menjadikan penguatan dalam
sesuatu hal yang tidak dapat dirasakan. Terapi untuk kenyamanan psikologis
meliputi pemijatan, adaptasi lingkungan yang meningkatkan kedamaian dan
ketenangan, guided imagery, terapi musik, mengenang, dan lain lain. Saat ini
perawat umumnya tidak memiliki waktu untuk memberikan comfort food untuk
jiwa (kenyamanan jiwa/psikologis), akan tetapi tipe intervensi comfort tersebut
difasilitasi oleh sebuah komitmen oleh institusi terhadap perawatan kenyamanan.
d. Enhanced Comfort
Sebuah outcome yang langsung diharapkan pada pelayanan keperawatan, mengacu
pada teori comfort ini.
e. Intervening variables
Didefinisikan sebagai variabel-variabel yang tidak dapat dimodifikasi oleh perawat.
Variabel ini meliputi pengalaman masa lalu, usia, sikap, status emosional, support
system, prognosis, financial atau ekonomi, dan keseluruhan elemen dalam
pengalaman si resipien.
f. Health Seeking Behavior (HSBs)
Merupakan sebuah kategori yang luas dari outcome berikutnya yang berhubungan
dengan pencarian kesehatan yang didefinisikan oleh resipien saat konsultasi dengan
perawat. HSBs ini dapat berasal dari eksternal (aktivitas yang terkait dengan
kesehatan), internal (penyembuhan, fungsi imun,dll.)
g. Institusional integrity
Didefinisikan sebagai nilai nilai, stabilitas financial, dan keseluruhan dari organisasi
pelayanan kesehatan pada area local, regional, dan nasional. Pada sistem rumah sakit,
definisi institusi diartikan sebagai pelayanan kesehatan umum, agensi home care, dll.
9

2.4 Aplikasi Teori Model Keperawatan Katharine Kolcaba


1. Praktik
Teori ini masih baru. Masih terus dikenalkan dan dipelajari oleh para siswa yang
memilih teori ini untuk kerangka studi mereka, seperti di dalam keperawatan kebidanan,
katheterisasi jantung, perawatan kritis, pekerja rumah sakit, ketidaksuburan /
kemandulan, terapi radiasi, keperawatan bedah tulang, keperawatan perioperatif,
keperawatan lanjut usia, dan infeksi saluran kemih. Area studi yang tak diterbitkan, tetapi
dibahas oleh Kolcaba melalui website nya, meliputi unit luka bakar, klinik keperawatan,
perawatan rumah, nyeri kronis, terapi pijatan, pediatrik, oncology, dan perioperative.
Untuk praktek klinik colkaba menanyakan skala kenyamanan pada pasien dengan skor 0
– 10 yang mana 10 adalah nilai tertinggi dari kenyamanan. Skala kenyamanan ini bisa
diterapkan untuk pengkajian nyeri atau untuk tujuan pendokumentasian, harus diterapkan
dan komunikatif.
Comfort teori telah dimasukkan oleh perawat anestesi kedalam praktek klinik
mereka untuk pedoman manajemen kenyamanan pasien. Spesifik manajemen :

a. Pengkajian kebutuhan kenyamanan pasien selama pembedahan, nyeri akut, kesakitan


b. Menciptakan kenyamanan dengan meminta persetujuan pasien sebelum dilakukan
pembedahan, intervensi yang spesifik
c. Memfasilitasi yang nyaman, temperature tubuhdan factor factor yang dihubungkan
dengan kenyamanan selama pembedahan.
d. Melanjutkan dengan manajemen kenyamanan dan pengukuran periode setelah
operasi.
2. Pendidikan
Sesuai petunjuk dalam pengajaran kenyamanan pada program sarjana
keperawatan, teori kenyamanan telah diterapkan pada keperawatan terhadap pasien yang
mendapatkan terapi radiasi yang dilaporkan oleh Cox pada tahun 1998. Teori ini sangat
mudah untuk dipahami dan diterapkan pada mahasiswa perawat yang menyajikan suatu
metode efektif untuk menilai kebutuhan kenyamanan holistik pada orang tua yang
membutuhkan perawatan akut. Teori ini tidak terbatas pada gerontologikal atau
pendidikan praktik lanjutan. Teori ini cocok digunakan mahasiswa yang praktek klinik
dan aplikasikanya dapat di vasilitasi dengan menggunakan web colcaba tentang care plan
10

kenyamanan. Teori ini juga memberikan jalan untuk mahasiswa dalam memperoleh
kemudahan mereka ( by Knowing) dan untuk memelihara ease dengan kurikulum mereka
(melalui kepercayaan anggota fakultas mereka), dan untuk mencapai trancendentce dari
stressor mereka dengan menggunakan teknik self comforting.

3. Riset
The Encyclopedia of Nursing Research menyebutkan pentingnya mengukur
kenyamanan sebagai tujuan keperawatan. Perawat dapat memberikan bukti untuk
mempengaruhi keputusan institusi, masyarakat, dan tingkatan legislatif yang hanya
sampai pada studi kenyamanan yang menunjukkan efektivitas keperawatan yang
holistik/menyeluruh. Baru-baru ini, pengukuran kenyamanan di rumah sakit besar dan
perawatan rumah datanya telah ditetapkan untuk menambah literatur untuk tujuan riset.
Penggunaan struktur taxonomi dari kenyamanan sebagai panduan yang dapat
digunakan untuk mengembangkan kuesioner kenyamanan secara umum untuk mengukur
kenyamanan secara holistic dalam sampel rumah sakit dan partisipan komunitas. Untuk
dapat melakukan hal ini item positif dan negatif harus dikembangkan secara berimbang
pada tiap sel dalam kotak yang tersedia. 24 hal positif dan 24 hal negatif sudah lengkap
dengan suatu format skala Likert yang berkisar dari sangat setuju sampai sangat tidak
setuju. Skor yang tinggi menandakan tingginya kenyamanan. Pada studi akhir
instrumentasi dengan 206 orang pada suatu waktu peserta dari semua jenis unit di dua
rumah sakit dan 50 orang dari masyarakat, dengan menggunakan kuesioner kenyamanan
umum menunjukkan hasil suatu Cronbach alfa 0,88. Pendekatan kualitatif digunakan
untuk desain penelitian dengan mendiskripsikan kenyamanan dari strategi hasil
perspektif holistic diruang emergensi, orthopedic, area post operasi, port partum,
perawatan kritis dan invertilitas. Adapun struktur dari taxonomi tersebut berikut ini :
11

Comfort Care Plan

Tipe Comfort Relief Ease Transcendence

Fisik kondisi pasien yang Bagaimana kondisi pernyataan tentang


membutuhkan tindakan ketentraman dan bagaimana
perawatan fisik segera kepuasan hati kondisi pasien dalam
terkait dengan pasien yang mengatasi masalah
kenyamanan pasien berkaitan dengan yang terkait dengan
kenyamanan fisik kenyamanan

Psikospritual kondisi pasien yang Bagaimana kondisi pernyataan tentang


membutuhkan tindakan ketentraman dan bagaimana
perawatan Psikospiritual kepuasan hati kondisi pasien dalam
segera terkait dengan pasien yang mengatasi masalah
kenyamanan pasien berkaitan dengan yang terkait dengan
kenyamanan kenyamanan
Psikospiritual

Lingkungan kondisi pasien yang Bagaimana pernyataan tentang


membutuhkan tindakan kondisi bagaimana
perawatan lingkungan ketentraman dan kondisi pasien dalam
segera terkait dengan kepuasan hati mengatasi masalah
kenyamanan pasien pasien yang yang terkait dengan
berkaitan dengan kenyamanan
kenyamanan
berdasarkan
lingkungan

Sosiokultural kondisi pasien yang Bagaimana pernyataan tentang


membutuhkan tindakan kondisi bagaimana
perawatan social segera ketentraman dan kondisi pasien dalam
terkait dengan kepuasan hati mengatasi masalah
12

kenyamanan pasien pasien yang yang terkait dengan


berkaitan dengan kenyamanan
kenyamanan
berdasarkan sosial

2.5 Kelebihan dan Kekurangan Teori Katharine Kolcaba


Kelebihan Teori kenyamanan yang dikembangkan dalam artikel oleh Kolcaba mudah
dimengerti dan dipahami, selain itu teori ini kembali kepada keperawatan dasar dan
misi/tujuan keperawatan tradisional yaitu kenyamanan.

Sedangkan kekurangan dari Teori ini melibatkan semua aspek (holistik) yang
meliputi fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial kultural. Namun untuk menilai semua
aspek tersebut dibutuhkan komitmen tinggi dan kemampuan perawat yang trampil dalam hal
melakukan asuhan keperawatan berfokus kenyamanan (pengkajian hingga evaluasi), yang di
dalamnya dibutuhkan teknik problem solving yang tepat.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Kolcaba mengembangkan teori kenyamanan melalui tiga jenis pemikiran logis, yaitu
induksi, deduksi dan retroduksi. Menurut Kolcaba kebutuhan keperawatan kesehatan adalah
kebutuhan tentang kenyamanan dan peningkatandari kondisi penuh tekanan dalam situasi
perawatan kesehatan.

Teori kenyamanan Kolcaba memudahkan perawat untuk mengidentifikasi semua


kebutuhan kenyamanan baik yang dikeluhkan klien maupun yang perawat analisa. Teori
kenyamanan Kolcaba membagi tipe kenyaman menjadi tiga, yaitu relief, ease,
dan transcendence.

Teori kenyamanan Kolcaba mempunyai tujuan akhir untuk mengantarkan klien


menuju kenyamanan yang utuh dan menyeluruh. Kenyamanan ututh yang dimaksud adalah
tercapainya tingkat kenyamanan tertinggi yaitu transcendence di keempat area yaitu fisik,
psikospiritual, lingkungan, dan sosiokultural.

3.2 Saran
Mengingat ilmu keperawatan merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti
perkmbangan zaman, pelayanan kesehatan di Indonesia ke depan harus mampu memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara profesional sesuai dengan tuntutan kebutuhan
masyarakat serta teknologi bidang kesehatan yang senantiasa berkembang. Dimana
pelaksanaan asuhan keperawatan di sebagian besar rumah sakit Indonesia umumnya telah
menerapkan pendekatan ilmiah melalui proses keperawatan yang berdasarkan teori-teori
keperawatan tertentu.

Berdasarkan hal itu, penting bagi perawat untuk memahami berbagai teori
keperawatan termasuk teori kenyamanan yang dikemukakan oleh Katherine Kolcaba.
Melalui teori ini, perawat dapat memiliki pengetahuan mengenai pentingnya penerapan
proses keperawatan yang disertai dengan pemberian kenyamanan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, Tomey. (2010). Nursing Theorist and Their Work, sixth edition. Toronto: The CV
Mosby Company St. Louis

Ann, Marriner. (2001). alih bahasa Ekawijaya : Teori keperawatan para Ahli dan berbagai
Pandangannya.

De Laune dan Ladner. 2002. Fundamentals of Nursing: standard and Practice 2nd edition. USA:
Thompsons Learning Inc

Manitoba Health (2003). Emergency Treatment Guidelines General. Journal of Emergency


Nursing, 1-2

McEwen,Melanie; Wills Evelin M. 2011. Theoritical Basis For Nursing. Lippincott Willians &
Wilkins

Ruddy. (2007). Models and theorist of Nursing. http. www.library stritch.edu, diperoleh tanggal
05 Oktober 2020

14
APLIKASI TEORI KEPERAWATAN PADA SITUASI KLINIS I
“ROY’S ADAPTATION MODEL OF NURSING”

OLEH :
KELOMPOK V (B13- B)

➢ NI KETUT SRI ASTUTI (203221170)


➢ NI KETUT TRISNA ANDYANI (203221171)
➢ RISCHA AVIVAH ZUHROH (203221172)
➢ NI MADE DWI ARTINI (203221173)
➢ NI LUH YOSIN SUPIAWATI (203221174)
➢ I GUSTI AYU PUTU ANGGRENI FEBRIANTI (203221175)
➢ SANG AYU RISKA DWI CAHYADI (203221176)
➢ NI PUTU YENI ARMAYANTI (203221177)
➢ KADEK RIDWAN SANGGRA WIGUNA (203221178)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat
pada waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah tentang Falsafah Keperawatan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Penulis sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai
perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua
pihak.

Denpasar, 05 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN................................................................................................i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................ 2

1.4 Manfaat Penulisan .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3

2.1 Riwayat Callista Roy ................................................................................... 3

2.2 Konsep Dasar Keperawatan Callista Roy..................................................... 4

2.3 Teori Model Keperawatan Callista Roy ....................................................... 6

2.4 Aplikasi Teori Model Keperawatan Callista Roy ....................................... 10

2.5 Kelebihan dan Kelemahan Teori Callista Roy ........................................... 17

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 18

3.1 Simpulan ...................................................................................................... 18

3.2 Saran............................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan sebagai salah satu profesi yang sampai saat ini masih
dianggaop profesi yang kurang eksis, kurang profesional, bahkan kurang
menjanjkan dalam hal finansial. Oleh karena itu keperawatan harus bekerja keras
untuk menunjukkan pada dunia luar, di luar dunia keperawatan bahwa
keperawatan juga bisa sejajar dengan profesi-profesi lain. Keperawatan sebagai
profesi memenuhi syarat sebagai profesi keilmuan karena mempunyai body of
knowledge yang jelas. Paradigma keperawatan dijadikan dasar pembentukkan
model konseptual akhirnya memunculkan teori-teori keperawatan (Alimul, 2002).
Teori keperawatan berkembang dan diterapkan dalam praktek klinik keperawatan,
penelitian, dan pendidikan. Salah satu konseptual model keperawatan yang
dimaksud adalah konseptual model dari Sister Callista Roy Model konseptual
mengacu pada ide-ide global mengenai individu, kelompok situasi atau kejadian
tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang spesifik.

Teori-teori yang terbentuk dari penggabungan konsep dan pernyataan yang


berfokus lebih khusus pasa suatu kejadian dan fenomena dari suatu disiplin ilmu.
Model konseptual keperawatan dikembangkan atas pengetahuan para ahli
keperawatan tentang keperawatan yang bertolak dari paradigma keperawatan.
Model konseptual dalam keperawatan dapat memungkinkan perawat untuk
menerapkan cara perawat bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang
perawat. Perawat perlu memahami konsep ini sebagai kerangka konsep dalam
memberikan asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan atau sebagai filosofi
dalam dunia pendidikan dan kerangka kerja dalam riset keperawatan (Hidayat,
2004). Roy dalam teorinya menjelaskan empat macam elemen esensial dalam
adaptasi keperawatan, yaitu : manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan.
Model ini menguraikan bahwa bagaimana individu mampu meningkatkan
kesehatannya dengan cara memepertahankan perilaku secara adaptif karena
menurut Roy, manusia adalah makhluk holistic yang memiliki sistem adaptif yang
selalu beradaptsi.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat dirumuskan pada makalah ini yaitu
sebagai berikut :
a. Bagaimanakah riwayat Callista Roy?
b. Bagaimanakah konsep dasar keperawatan Callista Roy?
c. Bagaimanakah teori model keperawatan Callista Roy?
d. Apa sajakah aplikasi teori model keperawatan Callista Roy?
e. Apa sajakah kelebihan dan kelemahan teori Callista Roy?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk menjelaskan riwayat Callista Roy
b. Untuk menjelaskan konsep dasar keperawatan Callista Roy
c. Untuk menjelaskan teori model keperawatan Callista Roy
d. Untuk menjelaskan aplikasi teori model keperawatan Callista Roy
e. Untuk menjelaskan kelebihan dan kelemahan teori Callista Roy

1.4 Manfaat Penulisan


a. Manfaat Teoritis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan
manfaat kepada semua pihak, khususnya kepada mahasiswa keperawatan
untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Roy’s Adaptation
Model Of Nursing.

b. Manfaat Praktis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
suatu pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan yang nantinya ilmu
tersebut dapat dipahami dan diaplikasikan dalam praktik keperawatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Riwayat Callista Roy

Callista Roy adalah seorang perawat dari Saint Joseph of Carondelet. Roy
dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy
menerima Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys
College dan Magister Saint in Pediatric Nursing pada tahun 1966 di University of
California Los Angeles.

Roy memulai pekerjaan dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun


1964 ketika dia lulus dari University of California Los Angeles. Dalam Sebuah
seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan
sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam
kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan. Dimulai dengan
pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964),
seorang ahli fisiologis – psikologis. Untuk memulai membangun pengertian
konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya
stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan individu.
Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal
stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan
pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-
konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai “ Humanisme” dalam model
konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinan
dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah
keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat
kesehatan.
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-
ahli lain dari ahli-ahli lain di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus
(1966), Mechanic ( 1970) dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model ini
berkembang menjadi sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan,
praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan

3
diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di
Mount Saint Mary’s College. Sejak saat it lebih dari 1500 staf pengajar dan
mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring, dan
memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang peranan
penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.

Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada
tahun 1976-1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model
adaptasi. Perkembangan model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar
belakang Roy dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai
kemampuan bawaan, tujuan,, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya
telah membantu perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari
tubuh manausia dan spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya
yang baru pada model adaptasi keperawatan.

2.2 Konsep Dasar Keperawatan Callista Roy

Contoh dari falsafah keperawatan menurut Roy (Mc Quiston, 1995): Roy
memiliki delapan falsafah yang kemudian dibagi menjadi dua yaitu empat
berdasarkan falsafah humanisme dan empat yang lainnya berdasarkan falsafah
veritivity.
Falsafah humanisme / kemanusiaan berarti bahwa manusia itu memiliki rasa
ingin tahu dan menghargai, jadi seorang individu akan memiliki rasa saling
berbagi dengan sesama dalam kemampuannya memecahkan suatu persoalan atau
untuk mencari solusi, bertingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu, memiliki
holism intrinsik dan selalu berjuang untuk mempertahankan integritas agar
senantiasa bisa berhubungan dengan orang lain.
Falsafah veritivity yaitu kebenaran, yang dimaksud adalah bahwa ada hal
yang bersifat absolut. Empat falsafah tersebut adalah :
a. Tujuan eksistensi manusia
b. Gabungan dari beberapa tujuan peradaban manusia
c. Aktifitas dan kreatifitas untuk kebaikan umum.
d. Nilai dan arti kehidupan.

4
Roy kemudian mengemukakan mengenai konsep mayor, berikut beberapa
definisi dari konsep mayor Callista Roy.
a. Sistem adalah kesatuan dari beberapa komponen atau elemen yang
saling berhubungan sehingga membentuk suatu kesatuan yang meliputi
adanya input, control, proses, output dan umpan balik.
b. Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus
fokal, konsektual dan residual.
c. Problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak sesuai dengan
kebutuhan.
d. Stimulus fokal adalah stimulus yang mengharuskan manusia berespon
adaptif.
e. Stimulus konsektual adalah seluruh stimulus yang memberikan
kontribusi perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh stimulus fokal.
f. Stimulus residual adalah seluruh faktor yang memberikan kontribusi
terhadap perubaha tingkah laku tetapi belum dapat di validasi.
g. Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon
otomatik melalui neural, cemikal dan proses endokrin.
h. Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon
melalui proses yang komplek dari persepsi informasi, mengambil
keputusan dan belajar.
i. Model efektor adaptif adalah kognator yaitu fisiological, fungsi peran,
interdependensi dan konsep diri.
j. Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan integritas manusia
dalam mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan.
k. Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan
bagaimana proses adaptasi dilakukan
l. Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan
m. Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran dalam hubungannya
di dalam hubungannya di lingkungan sosial.
n. Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain sebagai
support sistem.

5
2.3 Teori Model Keperawatan Callista Roy

Dimulai dengan pendekatan teori sistem Roy menambahkan kerja adaptasi


dari Harry Helson (1964), seorang ahli fisiologis-psikologis. Untuk memulai
membangun pengertian konsepnya Harry Helson mengartikan respon adaptif
sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang
dibutuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus
yaitu :
a. Focal stimuli : Individu segera menghadap
b. Konsektual stimuli : semua kehadiran stimuli yang menyumbangkan
efek Dari focal stimuli.
c. Residual stimuli : faktor lingkungan mengakibatkan tercemarnya
keadaan.
Empat elemen penting yang termasuk dalam model adaptasi keperawatan
adalah : (1) manusia; (2) Lingkungan; (3) kesehatan; (4) keperawatan. Dimana
antara keempat elemen tersebut saling mempengaruhi satu sama lain karena
merupakan suatu sistem.
a. Manusia
Manusia merupakan fokus utama yang perlu diperhatikan karena
manusialah yang menjadi penerima asuhan keperawatan, baik itu individu,
keluarga, kelompok maupun masyarakat, yang dipandang sebagai “Holistic
Adaptif System”. Dimana “Holistic Adaptif Sistem, adalah suatu set dari
beberapa bagian yang berhubungan dengan keseluruhan fungsi untuk
beberapa tujuan dan demikian juga keterkaitan dari beberapa bagiannya.
Dengan kata lain bahwa untuk memeliki keseluruhan bagian-bagian yang
saling berhubungan, sistem juga memiliki input, out put, dan control, serta
proses feedback. Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem
yang dapat menyesuaikan diri (adaptive system). Sebagai sistem yang dapat
menyesuaikan diri manusia dapat digambarkan secara holistik (bio, psicho,
Sosial) sebagai satu kesatuan yang mempunyai Inputs (masukan), Control
dan Feedback Processes dan Output (keluaran/hasil). Proses kontrol adalah
Mekanisme Koping yang dimanifestasikan dengan cara-cara penyesuaian
diri. Lebih spesifik manusia didefinisikan sebagai sebuah sistim yang dapat

6
menyesuaikan diri dengan activifitas kognator dan Regulator untuk
mempertahankan adaptasi dalam empat cara-cara penyesuaian yaitu :
Fungsi Fisiologis, Konsep diri, Fungsi peran, dan Interdependensi.
Dalam model adaptasi keperawatan menurut Roy manusia dijelaskan
sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka dapat menyesuaikan diri dari
perubahan suatu unsur, zat, materi yang ada dilingkungan. Sebagai sistim
yang dapat menyesuaikan diri manusia dapat digambarkan dalam
karakteristik sistem, manusia dilihat sebagai suatu kesatuan yang saling
berhubungan antara unit unit fungsionil atau beberapa unit fungsionil yang
mempunyai tujuan yang sama. Sebagai suatu sistim manusia dapat juga
dijelaskan dalam istilah Input, Control, Proses Feedback, dan Output
(Tomey, 2006).
1) Input (Stimulus)
Pada manusia sebagai suatu sistem yang dapat menyesuaikan diri:
yaitu dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan
dalam diri individu itu sendiri (Faz Patrick & Wall; 1989). Input atau
stimulus yang masuk, dimana feedbacknya dapat berlawanan atau
responnya yang berubah ubah dari suatu stimulus. Hal ini menunjukkan
bahwa manusia mempunyai tingkat adaptasi yang berbeda dan sesuai
dari besarnya stimulus yang dapat ditoleransi oleh manusia.
2) Mekanisme Koping
Adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme
pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri (stuart, sundeen;
1995). Manusia sebagai suatu sistim yang dapat menyesuaikan diri
disebut mekanisme koping, yang dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu
Mekanisme koping bawaan dan dipelajari. Mekanisme koping bawaan,
ditentukan oleh sifat genetic yang dimiliki, umumnya dipandang
sebagai proses yang terjadi secara otomatis tanpa dipikirkan
sebelumnya oleh manusia. Sedangkan mekanisme koping yang
dipelajari, dikembangkan melalui strategi seperti melaui pembelajaran
atau pengalaman-pengalaman yang ditemui selama menjalani

7
kehidupan berkontribusi terhadap respon yang biasanya dipergunakan
terhadap stimulus yang dihadapi. Respon adaptif, adalah keseluruhan
yang meningkatkan itegritas dalam batasan yang sesuai dengan tujuan
“human system”.
Respon maladaptif, yaitu segala sesuatu yang tidak memberikan
kontribusi yang sesuai dengan tujuan “human system. Dua Mekanisme
Coping yang telah diidentifikasikan yaitu: Susbsistim Regulator dan
Susbsistim Kognator. Regulator dan Kognator adalah digambarkan
sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat effektor atau cara
penyesuaian diri yaitu: Fungsi Phisiologis, konsep diri, fungsi peran,
dan Interdependensi
3) Output
Faz Patrick & Wall (1989), manusia sebagai suatu sistim adaptive
adalah espon adaptive (dapat menyesuaikan diri) dan respon maldaptive
(tidak dapat menyesuaikan diri). Respon-respon yang adaptive itu
mempertahankan atau meningkatkan intergritas, sedangkan respon
maladaptive dapat mengganggu integritas. Melalui proses feedback,
respon-respon itu selanjutnya akan menjadi Input (masukan) kembali
pada manusia sebagai suatu sistim.
Perilaku adaptasi yang muncul bervariasi, perilaku seseorang
berhubungan dengan metode adaptasi. Koping yang tidak konstruktif
atau tidak efektif berdampak terhadap respon sakit (maladaptif). Jika
pasien masuk pada zona maladaptive maka pasien mempunyai masalah
keperawatan adaptasi (Nursalam; 2003).
4) Subsistem Regulator dan Kognator
Adalah mekanisme penyesuaian atau Koping yang berhubungan
dengan perubahan lingkungan, diperlihatkan melalui perubahan
Biologis, Psikhologis dan social. Subsistim Regulator adalah gambaran
respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistim saraf, kimia
tubuh, dan organ endokrin. Subsistim regulator merupakan mekanisme
kerja utama yang berespon dan beradaptasi terhadap stimulus
lingkungan. Subsistim Kognator adalah gambaran respon yang

8
kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnnya
persepsi, proses informasi, pembelajaran, membuat alasan dan
emosional.
Dapat dijelaskan bahwa Semua input stimulus yang masuk diproses
oleh subsistim Regulator dan Cognator. Respon-respon susbsistem
tersebut semua diperlihatkan pada empat perubahan yang ada pada
manusia sebagai sistim adaptive yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri,
fungsi peran dan Interdependensi (Kozier, 2010). Berikut ini pengertian
empat perubahan dan contohnya:
a. Perubahan Fungsi Fisiologis yaitu Adanya perubahan fisik
akan menimbulkan adaptasi fisiologis untuk mempertahankan
keseimbangan.
b. Perubahan konsep diri adalah keyakinan perasaan akan diri
sendiri yang mencakup persepsi, perilaku dan respon danya
perubahan fisik akan mempengaruhi pandangan dan persepsi
terhadap dirinya.
c. Perubahan fungsi peran yaitu ketidakseimbangan akan
mempengaruhi fungsi dan peran seseorang.
d. Perubahan Interdependensi adalah ketidakmampuan seseorang
untuk mengintergrasikan masing-masing komponen menjadi
satu kesatuan yang utuh.
Cara penyesuaian diri diatas ditentukan dengan menganalisa dan
mengkatagorikan perilaku manusia, dimana perilaku tersebut merupakan
hasil dari aktivitas Kognator dan Regulator yang diobservasi. Kebutuhan
dasar untuk intergritas yang mencakup : Intergritas Fisik, Psikhologis dan
Sosial. Proses persepsi ditemukan baik dalam subsistim regulator
maupun dalam subsistem kognator dan digambarkan sebagai proses yang
menghubungkan dua subsistem tersebut. Input-input untuk regulator
diubah menjadi persepsi. Persepsi adalah proses dari kognator dan
respon-respon yang mengikuti sebuah persepsi adalah Feedback baik
untuk kognator maupun Regulator.

9
b. Lingkungan
Stimulus yang berasal dari individu dan sekitar individu merupakan
elemen dari lingkungan, menurut Roy. Lingkungan didefinisikan oleh Roy
adalah“Semua kondisi, keadaan dan pengaruh-pengaruh disekitar individu
yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu dan
kelompok”. Dalam hal ini Roy menekankan agar lingkungan dapat didesign
untuk meningkatkan kemampuan adaptasi individu atau meminimalkan
resiko yang akan terjadi pada individu terhadap adanya perubahan.
c. Kesehatan
Roy mengidentifikasikan sebagai status dan proses keadaan yang
digabungkan dari manusia yang diekspresikan sebagai kemampuan untuk
menentukan tujuan, hidup, berkembang, tumbuh, memproduksi dan
memimpin.
d. Keperawatan
Roy mengidentifikasikan tujuan dari keperawatan sebagai
peningkatan dari proses adaptasi. Tingkat adaptasi ditentukan oleh
besarnya rangsang baik fokal, konstektual maupun residual. Aktivitas
perawatan direncanakan model sebagai peningkatan respon adaptasi atas
situasi sehat atau sakit. Sebagai batasan adalah pendekatan yang
merupakan aksi perawat untuk memanipulasi stimuli fokal, konstektual
dan residual yang menyimpang pada manusia. Rangsang fokal dapat
diubah dan perawat dapat meningkatkan respon adaptasi dengan
memanipulasi rangsangan konstektual dan residual. Perawat dapat
mengantisipasi kemungkinan respon sekunder yang tidak efektif pada
rangsang yang sama pada keadaan tertentu. Perawat juga dapat
menyiapkan manusia untuk diantisipasi dengan memperkuat regulator
kognator dan mekanisme koping.

2.4 Aplikasi Teori Model Keperawatan Callista Roy

Teori Model adaptasi Roy menuntun perawat mengaplikasikan Proses


keperawatan. Element Proses keperawatan menurut Roy meliputi: Pengkajian

10
Perilaku, Pengkajian stimulus, Diagnosa keperawatan, Rumusan Tujuan,
Intervensi dan Evaluasi.
a. Pengkajian Perilaku
Pengkajian perilaku (Behavior Assessment) merupakan tuntunan bagi
perawat untuk mengatahui respon pada manusia sebagai sistim adaptive.
Data spesifik dikumpulkan oleh perawat melalui proses Observasi,
pemeriksaan dan keahlian wawancara. “Faktor yang yang mempengaruhi
respon adaptif meliputi: genetik, jenis kelamin, tahap perkembangan, obat-
obatan, alkohol, merokok, konsep diri, fungsi peran, ketergantungan, pola
interaksi sosial, mekanisme koping dan gaya hidup, stress fisik dan emosi,
budaya, lingkungan fisik” (Martinez yang dikutip oleh Nursalam, 2003).
Sistem adaptasi memiliki 4 mode adaptasi:
1. Pengkajian fisiologis
Pengkajian fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan
fungsinya. Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis
yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas, yang dibagi
menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri
dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks
terdiri dari 4 bagian yaitu :

a. Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya,


yaitu ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984
dalam Roy 1991).
b. Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk
mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan
mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy
1991).
c. Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal
dan ginjal. ( Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
d. Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik
dan istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi
fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua
komponen-komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).

11
e. Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk
proses imunitas dan struktur integumen ( kulit, rambut dan
kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari
infeksi, trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy
1991).
f. The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa
dan bau memungkinkan seseorang berinteraksi dengan
lingkungan . Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam
pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).
g. Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di
dalamnya termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler,
ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem
fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit.
(Parly, 1984, dalam Roy 1991).
h. Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis
merupakan bagian integral dari regulator koping mekanisme
seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan
mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi
kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh
(Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
i. Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman
sesuai dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan dan
mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai
peran yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dari
regulator koping mekanisme (Howard & Valentine dalam
Roy,1991).
2. Pengkajian Konsep diri
Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan
penekanan spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia.
Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan integritas psikis
antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri

12
menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan the
personal self.
− The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya
berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya.
Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan,
seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan
seksualitas.
− The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri,
moral-etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas,
hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam
area ini.
3. Pengkajian Fungsi peran
Mode fungsi peran mengenal pola – pola interaksi sosial seseorang
dalam hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran
primer, sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat
memerankan dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya.
4. Pengkajian Interdependent
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang
dijabarkan oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi
dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling menghargai.
a. Pengkajian Stimulus
Setelah pengkajian perilaku, perawat menganalisis data-data
yang muncul ke dalam pola perilaku pasien (empat model respon
perilaku) untuk mengidentifikasi respon-respon inefektif atau
respon-respon adaptif yang perlu didukung oleh perawat untuk
dipertahankan. Ketika perilaku inefektif atau perilaku adaptif yang
memerlukan dukungan perawat, perawat membuat pengkajian
tentang stimulus internal dan ekternal yang mungkin
mempengaruhi perilaku. Dalam fase pengkajian ini perawat
mengumpulkan data tentang stimulus fokal, kontektual dan residual
yang dimiliki pasien. Proses ini mengklarifikasi penyebab dari
masalah dan mengidentifikasi factor-faktor kontektual (faktor

13
presipitasi) dan residual (factor Predisposisi) yang berhubungan
erat dengan penyebab.
− Identifikasi stimulus fokal
Stimuli fokal merupakan perubahan perilaku yang dapat
diobservasi. Perawat dapat melakukan pengkajian dengan
menggunakan pengkajian perilaku, yaitu: keterampilan
melakukan observasi, pengukuran dan wawancara.
− Identifikasi stimulus kontekstual
Stimulus kontekstual ini berkontribusi terhadap penyebab
terjadinya perilaku atau presipitasi oleh stimulus fokal.
Stimulus kontekstual dapat diidentifikasi oleh perawat melalui
observasi, pengukuran, wawancara dan validasi. Faktor
kontekstual yang mempengaruhi mode adaptif adalah genetik,
seks, tahap perkembangan, obat, alkohol, tembakau, konsep
diri, peran fungsi, interdependensi, pola interaksi sosial,
koping mekanisme, stress emosi dan fisik religi dan
lingkungan fisik.
− Identifikasi stimulus residual
Pada tahap ini yang mempengaruhi adalah pengalaman masa
lalu. Beberapa faktor dalam pengalaman masa lalu relevan
dalam menjelaskan bagaimana keadaan saat ini. Sikap, budaya,
karakter adalah faktor residual yang sulit diukur dan
memberikan efek pada situasi sekarang.
b. Diagnosa Keperawatan
Rumusan Diagnosa Keperawatan adalah problem (P), Etiologi
(E), Sinthom/karakteristik data (S). Roy menjelaskan ada tiga
metode merumuskan diagnosa keperawatan.
1. Metode Pertama
Menggunakan satu tipologi diagnosa yang berhubungan
dengan 4 (empat) cara penyesuaian diri (adaptasi). Penerapan
metode ini ialah dengan cara mengidentifikasi perilaku empat
model adaptasi, perilaku adaptasi yang ditemukan

14
disimpulkan menjadi respon adaptasi. Respon tersebut
digunakan sebagai pernyataan Masalah keperawatan.
Misalnya: inadekuat pertukuran gas.(masalah fisiologis)
datanya ialah; sesak kalau beraktivitas, bingung/agitasi,
bernafas dengan bibir dimoncongkan, sianosis. Konstipasi
(masalah fisiplogis eliminasi) datanya: sakit perut, nyeri
waktu defikasi, perubahan pola BAB, Kehilangan (masalah
konsep diri) datanya: diam, kadang-kadang menangis,
kegagalan peran (masalah fungsi peran).
2. Metode Kedua
Membuat diagnosa keperawatan berdasarkan hasil
observasi respon dalam satu cara penyesuaian diri dengan
memperhatikan stimulus yang sangat berpengaruh. Metode
ini caranya ialah menilai perilaku respon dari satu cara
penyesuaian diri, respon perilaku tersebut dinyatakan sebagai
statemen masalah. Sedangkan penyebab adalah hasil
pengkajian tentang stimulus. Stimulus tersebut dinyakatan
sebagai penyebab masalah. Misalnya: Nyeri dada yang
disebabkan oleh kurangnya suplai oksigen ke otot jantung.
3. Metode Ketiga
Merupakan kumpulan respon-respon dari satu atau lebih
cara (mode Adaptive) berhubungan dengan beberapa
stimulus yang sama. Misalnya pasien mengeluh nyeri dada
saat beraktivitas (olah raga) sedangkan pasien adalah atlit
senam. Sebagai pesenam pasien tidak mampu melakukan
senam. Keadaan ini disimpulkan diagnosa keperawatan yang
sesuai adalah Kegagalan peran berkaitan dengan keterbatan
fisik. Pasien tidak mampu untuk bekerja melaksanakan
perannya.
c. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan ialah perencanaan yang bertujuan
untuk mengatasi/memanipulasi stimulus fokal kontektual dan

15
residual, Pelaksanaan juga difokus pada besarnya ketidakmampuan
koping manusia atau tingkat adaptasi, begitu juga hilangnya
seluruh stimulus dan manusia dalam kemampuan untuk
beradaptasi. Perawat merencanakan tindakan keperawatan spesifik
terhadap gangguan atau stimulus yang dialami. Tujuan intervensi
keperawatan adalah pencapaian kondisi yang optimal, dengan
menggunakan koping yang konstruktif. Intervensi ditujukan pada
peningkatan kemampuan koping secara luas. Tindakan diarahkan
pada subsistim regulator (proses fisiologis/biologis) dan kognator
(proses pikir. Misalnya: persepesi, pengetahuan, pembelajaran).

d. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaannya juga ditujukan kepada kemampuan klien
dalam menggunakan koping secara luas, supaya stimulasi secara
keseluruhan dapat terjadi pada klien. Tujuan adalah harapan
perilaku akhir dari manusia yang dicapai. Itu dicatat merupakan
indikasi perilaku dari perkembangan adaptasi masalah pasien.
Pernyataan masalah meliputi perilaku. Pernyataan tujuan meliputi:
perilaku, perubahan yang diharapkan dan waktu. Tujuan jangka
panjang menggambarkan perkembangan individu, dan proses
adaptasi terhadap masalah danm tersedianya energi untuk tujuan
lain (kelangsungan hidup, tumbuh, dan reproduksi). Tujuan jangka
pendek mengidentifikasi hasil perilaku pasien setelah manajemen
stimulus fokal dan kontektual. Juga keadaan perilaku pasien itu
indikasi koping dari sub sistim regulator dan kognator.

e. Evaluasi
Proses keperawatan diselesaikan/dilengkapi dengan fase
evaluasi. Perilaku tujuan dibandingkan dengan respon-respon
perilaku yang dihasilkan, dan bagaimana pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan
didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang
ditetapkan. Perawat memperbaiki tujuan dan intervensi setelah
hasil evaluasi ditetapkan.
16
2.5 Kelebihan dan Kelemahan Teori Callista Roy

a. Kelebihan
Kelebihan dari teori dan model konseptualnya adalah terletak pada teori
praktek. Dengan model adaptasi yang dikemukakan oleh Roy perawat bisa
mengkaji respon perilaku pasien terhadap stimulus yaitu mode fungsi
fisiologis, konsep diri, mode fungsi peran dan mode interdependensi. selain
itu perawat juga bisa mengkaji stressor yang dihadapi oleh pasien yaitu
stimulus fokal, konektual dan residual, sehingga diagnosis yang dilakukan
oleh perawat bisa lebih lengkap dan akurat (Potter & Perry, 2010).
Dengan penerapan dari teory adaptasi Roy perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan dapat mengetahui dan lebih memahami individu,
tentang hal-hal yang menyebabkan stress pada individu, proses mekanisme
koping dan effektor sebagai upaya individu untuk mengatasi stress (Potter &
Perry, 2010).
b. Kelemahan
Kelemahan dari model adaptasi Roy ini adalah terletak pada
sasarannya. Model adaptasi Roy ini hanya berfokus pada proses adaptasi
pasien dan bagaimana pemecahan masalah pasien dengan menggunakan
proses keperawatan dan tidak menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku
cara merawat (caring) pada pasien. Sehingga seorang perawat yang tidak
mempunyai perilaku caring ini akan menjadi sterssor bagi para pasiennya.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
a. Roy memulai pekerjaan dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun
1964 ketika dia lulus dari University of California Los Angeles. Dalam
Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk
mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi
mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan
keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem.
b. Roy memiliki delapan falsafah yang kemudian dibagi menjadi dua yaitu
empat berdasarkan falsafah humanisme dan empat yang lainnya
berdasarkan falsafah veritivity.
c. Empat elemen penting yang termasuk dalam model adaptasi
keperawatan adalah : manusia, lingkungan, kesehatan, keperawatan.
Dimana antara keempat elemen tersebut saling mempengaruhi satu
sama lain karena merupakan suatu sistem.
d. Teori Model adaptasi Roy menuntun perawat mengaplikasikan Proses
keperawatan. Element Proses keperawatan menurut Roy meliputi:
Pengkajian Perilaku, Pengkajian stimulus, Diagnosa keperawatan,
Rumusan Tujuan, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi.
e. Kelebihan dari teori dan model konseptualnya adalah terletak pada teori
praktek. Sedangkan kelemahan dari model adaptasi Roy ini adalah
terletak pada sasarannya.

3.2 Saran

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca terutama mahasiswa


keperawatan diharapkan dapat menggunakan makalah ini sebagai referensi untuk
menambah pengetahuan tentang falsafah keperawatan dan diharapkan para
pembaca bisa memberikan kritik dan saran untuk dapat menjadikan kami lebih
baik lagi dalam penulisan makalah kami selanjutnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. (2002) . Pengantar Pendidikan Keperawatan. Jakarta: CV Sagung


Seto

Hidayat, AA.2004. Pengantar Konsep Keperawatan. Jakart : Salemba Medika

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S., J. (2010). Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC

Nursalam (2003), Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam praktik


Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC

Potter, P, A,. Perry, A., G. (2010). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses


dan Praktik. Jakarta:EGC

Roy S.C-Andrews H.A. The Roy Adaptation Model: The Definitive Statement,
California: Appleton & Large. 1991.

Tomey Ann Marriner and Alligood M.R. (2006). Nursing Theorists and Their
work. 6 Ed. USA : Mosby Inc.

19

Anda mungkin juga menyukai