Oleh
Kelompok 3:
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun makalah ini merupakan
salah satu tugas dari Keperawatan Kritis.
Dengan rasa hormat kami penulis mohon kritik dan saran membangun
dalam rangka memperbaiki dan menyempurnakan makalah kami, sehingga dapat
memotivasi kami agar dapat lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
LAPORAN PENDAHULUAN................................................................................4
PADA DENGUE SHOCK SYNDROM....................................................................4
1.1 Definisi Dengue Shock Syndrome (DSS)..........................................................................4
1.2 Patogenisi terjadinya syok pada DBD................................................................................6
1.3 Pathway............................................................................................................................40
2.1 Asuhan Keperawatan Pada DSS (Dengue Shock Syndrom)............................................44
a. Pengkajian..............................................................................................................44
b. Analisa Data...........................................................................................................47
2.2 Diagnosa Keperawatan.....................................................................................................47
2.3 Intervensi..........................................................................................................................48
2.4 Implementasi.....................................................................................................................58
2.5 Evaluasi Keperawatan......................................................................................................58
BAB III..................................................................................................................60
PENUTUP..............................................................................................................60
3.1 Simpulan............................................................................................................................60
3.2 SARAN..............................................................................................................................61
Daftar Pustaka........................................................................................................62
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA DENGUE SHOCK SYNDROM
Syok pada penyakit DBD yang dikenal dengan Dengue Shock Syndrome
sirkulasi dan membuat penderita tidak sadar kerena hilangnya cairan plasma
sirkulasi darah karena plasma darah merembes keluar dari pembuluh darah yang
yang lemah dan cepat, disertai hipotensi dengan tanda kulit yang teraba dingin
dan lembab serta penderita tampak gelisah hingga terjadinya syok/renjatan berat
(denyut nadi menjadi tidak teraba, dan tekanan darah tidak terukur)(WHO,
DSS terjadi padapenderita DBD derajat III dan IV.Kelainan klinik yang
penderita gelisah. Pada DBD derajat III terdapat tanda-tanda terjadinya syok
(DSS), yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, gelisah, sianosis
sekitar mulut, kulit teraba dingin dan lembab, terutama pada ujung hidung, jari
tangan dan kaki, sedangkan pada DBD derajat IV pasien sedang mengalami syok,
terjadi penurunan kesadaran, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak terukur
(Setiawati, 2011).
itu, repliksi virus dengue terjadi juga dalam limfosit yang bertransformasi dengan
plasma dapat berkurang lebih dari 30% dan berlagsung selama 24-48
penurunan kadar natrium, dan terdapatnya cairan rongga serosa (efusi pleura,
asites). Syok yang tidak ditanggulangi secara adekuat, akan menyebabkan asidosis
dan anoksia, yang dapat berakhir fatal, oleh karena itu pengobatan syok sangat
binatang lain dapat mengalami perubahan genetik akibat tekanan sewaktu virus
mengadakan replikasi baik pada tubuh manusia maupun pada tubuh nyamuk.
Ekspresi fenotipik dari perubahan genetik dalam genom virus dapat menyebabkan
Kebocoran plasma
Hipovolemia
(DSS)
Dengue Shock Syndrome
Anoksia jaringan
Metabolisme anaerob
Asidosis metabolik
Kematian
Pathway
A. Tanda dan Gejala Dengue Shock Syndrome (DSS)
antara hari ke-3 dan ke-7, dimana penderita mengalami penurunan suhu
dingin dan lembab, terjadi sianosis disekitar mulut, nadi cepat, lemah dengan
memburuk secara cepat setelah periode demam 2-7 hari. Kriteria diagnosis untuk
menegakkan Dengue Shock Syndrome (DSS) yaitu kriteria untuk DBD harus ada,
sebagai berikut :
2. Manifestasi perdarahan :
untuk usia <5 tahun atau <90 mmHg jika >5 tahun)
meninggal dunia. Syok yang dapat diatasi dalam waktu 2-3 hari akan
nafas cepat, nadi teraba kecil, lembut atau tak teraba, tekanan nadi menyempit
(misalnya sistolik 90 dan diatolik 80 mmHg, tekanan nadi <20 mmHg), bibir
biru, tangan kaki dingin, tidak ada produksi urin. Tata Laksana Dengue Shock
1. Segera beri infuse kristaloid (ringer laktat atau NaCl 0,9%) 10-20 ml/kg BB
koloid. Observasi tensi dan nadi tiap 15 menit, hematokrit dan trombosit
2. Apabila dalam waktu 30 menit syok belum teratasi, tetesan ringer laktat
pemeriksaan hematokrit dan trombosit tiap 4-6 jam sampai keadaan umum
baik.
menurun, tetapi masih >40 vol% berikan darah segar dalam volume
kecil (10ml/kgBB). Apabila tampak perdarahan massif, berikan darah
dianjurkan.
cairan dan pasang kateter urin untuk mengetahui jumlah urin. Apabila
dipengaruhi oleh tiga hal yaitu bibit penyakit (agent), penjamu (host) dan
lingkungan (environment)
1. Faktor Agent
Virus(Arboviroses).
dalam penelitian ini antara lain usia anak, jenis kelamin anak, pendidikan
ibu, pekerjaan ibu pendapatan orang tua, status gizi anak, kadar
berobat.
b. Analisa Data
Data pengkajian :
1). Data subyektif
Data yang diperoleh langsung dari klien dan keluarga, mencakup hal-hal
sebagai berikut: keluarga pasien mengatakan pasien demam, nyeri kepala,
pasien, badannya lemas, merasa mual, sesak, kesadaran menurun.
2).Data obyektif
Data yang dilihat langsung atau melalui pengkajian fisik atau penunjang
meliputi : pasien tampak lemas, sesak, gelisah, meringis kesakitan, tampak
penurunan kesadaran, keringat dingin, sianosis, epistaksis, hematemesis,
melena, tekanan darah menurun, hasil pemeriksaan laboratorium trombosit
menurun, hematokrit meningkat sebanyak >20%, hemoglobin menurun, dan
leukosit meningkat.
Edukasi
a. Jelaskan cara
pencegahan heat
exhaustion dan heat
stroke
b. Jelaskan cara
pencegahan hipotermi
karena terpapar udara
dingin
c. Demonstrasikan
teknik perawatan
metode kangguru
(PMK) untuk bayi BBLR
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
antipiretik, jika perlu
2 Risiko Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipovolemia
(D.0034) keperawatan selama .... X .... (I.14508)
Definisi: menit diharapkan status cairan Observasi
Berisiko mengalami membaik dengan kriteria hasil: a. Periksan tanda dan
penurunan volume cairan a. Kekuatan nadi (5) gejala hipovolemia
intravascular, interstisial, b. Output urine (5) (mis. nadi meningkat,
dan/atau intraselular. c. Membrane mukosa lembab nadi teraba lemah,
(5) tekanan darah
Faktor Risiko: d. Pengisian vena (5) menurun, tekanan nadi
a. Kehilangan cairan secara e. Ortopnea (5) menyempit, turgor kulit
aktif f. Dispnea (5) menurun, membran
b. Gangguan absorbs g. Paroxysmal nocturnal mukosa kering, volume
cairan dyspnea (PND) (5) urine menurun,
c. Usia lanjut h. Edema anasarca (5) hematokrit meningkat,
d. Kelebihan berat badan i. Edema perifer (5) haus, lemah)
e. Status hipermetabolik j. Berat badan (5) b. Monitor intake dan
f. Kegagalan mekanisme k. Distensi vena jugularis (5) output cairan
regulasi l. Suara napas tambahan (5)
g. Evaporasi m. Kongesti paru (5) Terapeutik
h. Kekurangan intake n. Perasaan lemah (5) a. Hitung kebutuhan cairan
cairan o. Rasa haus (5) b. Berikan posisi
i. Efek agen farmakologis p. Konsistensi urine (5) modified Trendelenburg
q. Frekuensi nadi (5) c. Berikan asupan cairan
Kondisi KlinisTerkait: r. Tekanan darah (5) oral
a. Penyakit Addison s. Tekanan nadi (5)
b. Trauma/perdarahan t. Turgor kulit (5) Edukasi
c. Luka bakar u. Jugular Venous Pressure a. Anjurnkan
d. AIDS (JVP) (5) memperbanyak
e. Penyakit crohn v. Hemoglobin (5) asupan cairan oral
f. Muntah w. Hematokrit (5) b. Anjurkan menghindari
g. Diare x. Cental Venous Pressure (5) perubahan posisi
h. Colitis ulseratif y. Refuks hepatojugular (5) mendadak
z. Berat badan (5)
aa. Hepatomegali (5) Kolaborasi
bb. Oliguria (5) a. Kolaborasi pemberian
cc. Intake cairan (5) cairan IV isotonis (mis.
dd. Status mental (5) NaCl, RL)
ee. Suhu tubuh (5) b. Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis (mis.
Glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
c. Kolaborasi pemberian
cairan koloid (mis.
Albumin, Plasmanate)
d. Kolaborasi pemberian
produk darah.
Pemantauan Cairan
(I.03121)
Observasi
a. Monitor frekuensi
dan kekuatan nadi
b. Monitor frekuensi
napas
c. Monitor tekanan darah
d. Monitor berat badan
e. Monitor waktu
pengisian kapiler
f. Monitor elastisitas atau
turgor kulit
g. Monitor jumlah, warna,
dan berat jenis urine
h. Monitor kadar albumin
dan protein total
i. Monitor hasil
pemeriksaan serum
(mis. osmolaritas
serum, hamatokrit,
natrium, kalium, BUN)
j. Monitor intake dan
output cairan
k. Identifikasi
tanda-tanda
hipovolemia (mis.
frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah
menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit
menurun, membrane
mukosa kering, volume
urin menurun,
hematokrit meningkat,
haus, lemah,
konsentrasi urine
meningkat, berat badan
menurun dalam waktu
singkat)
l. Identifikasi tanda-tanda
hypervolemia (mis.
dispnea, edema perifer,
edema anasarca, JVP
meningkat, CVP
meningkat, refleks
hepatojugular positif,
berat
badan menurun dalam
waktu yang singkat)
m. Identifikasi faktor risiko
ketidakseimbangan
cairan (mis. prosedur
pembedahan mayor,
trauma/perdarahan,
luka bakar, apheresis,
obstruksi
intestinal, peradangan
pankreas, penyakit
ginjal, dan kelejar,
disfungsi intestinal)
Terapeutik
a. Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi
pasien
b. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
3 Defisit Nutrisi (D.0019) Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
Definisi: keperawatan selama .... X .... (I.03119) Observasi
Asupan nutrisi tidak cukup menit diharapkan status nutrisi a. Identifikasi status nutrisi
untuk memenuhi kebutuhan membaik dengan kriteria hasil: b. Identifikasi alergi
metabolisme. a. Porsi makanan yang dan intoleransi
dihabiskan (5) makanan
Penyebab: b. Kekuatan otot pengunyah c. Identifikasi kebutuhan
a. Ketidakmampuan (5) kalori dan jenis nutrien
menelan makana c. Kekuatan otot menelan (5) d. Identifikasi
b. Ketidakmampuan d. Serum albumin (5) perlunya penggunaan
mencerna e. Verbalisasi keinginan untuk sela nasogastric
makanan meningkatkan nutrisi (5) e. Monitor asupan
c. Ketidakmampuan f. Pengetahuan tentang makanan
mengabsorbsi nutrient pilihan makanan yang sehat f. Monitor berat badan
d. Peningkatan kebutuhan (5) g. Monitor hasil
metabolisme g. Pengetahuan tentang pemeriksaan
e. Faktor ekonomi (mis. pilihan minuman yang sehat laboratorium
finansial tidak (5)
mencukupi) h. Pengetahuan tentang Terapeutik
f. Faktor psikologis (mis. standar asupan nutrisi yang a. Lakukan oral hygiene
stres, keengganan untuk tepat (5) sebelum makan, jika
makan) i. Penyiapan dan perlu
penyimpanan makanan b. Fasilitasi
Gejala dan Tanda Mayor yang aman (5) menentukan pedoman
Subjektif j. Penyiapan dan diet (mis. piramida
- penyimpanan minuman makanan)
Objektif yang aman (5) c. Sajikan makanan secara
Berat badan menurun k. Sikap terhadap menarik dan suhu yang
minimal 10% di bawah makanan/minuman sesuai sesuai
rentang ideal dengan tujuan kesehatan d. Berikan makanan tinggi
Gejala dan Tanda Minor (5) serat untuk mencegah
Subjektif l. Perasaan cepat kenyang (5) konstipasi
a. Cepat kenyang setelah m. Nyeri abdomen (5) e. Berikan makanan tinggi
makan n. Sariawan (5) kalori dan tinggi protein
b. Kram/nyeri abdomen o. Rambut rontok (5) f. Berikan suplemen
c. Nafsu makan menurun p. Diare (5) makanan, jika perlu
Objektif q. Berat badan (5) g. Hentikan pemberian
a. Bising usus hiperaktif r. Indeks Massa Tubuh (IMT) makan melalui selang
b. Otot pengunyah lemah (5) nasogastric jika asupan
c. Otot menelan lemah s. Frekuensi makan (5) oral dapat ditoleransi
d. Membran mukosa pucat t. Nafsu makan (5)
e. Sariawan u. Bising usus (5) Edukasi
f. Serum albumin turun v. Tebal lipatan kulit trisep (5) a. Anjurkan posisi duduk,
g. Rambut rontok jika mampu
berlebihan b. Anjurkan diet yang
h. Diare diprogramkan
PENUTUP
3.1 Simpulan
Syok pada penyakit DBD yang dikenal dengan Dengue Shock Syndrome
sirkulasi dan membuat penderita tidak sadar kerena hilangnya cairan plasma
sirkulasi darah karena plasma darah merembes keluar dari pembuluh darah yang
yang lemah dan cepat, disertai hipotensi dengan tanda kulit yang teraba dingin
dan lembab serta penderita tampak gelisah hingga terjadinya syok/renjatan berat
(denyut nadi menjadi tidak teraba, dan tekanan darah tidak terukur)(WHO,
DSS terjadi pada penderita DBD derajat III dan IV.Kelainan klinik yang
dan penderita gelisah. Pada DBD derajat III terdapat tanda-tanda terjadinya syok
(DSS), yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, gelisah, sianosis
sekitar mulut, kulit teraba dingin dan lembab, terutama pada ujung hidung, jari
tangan dan kaki, sedangkan pada DBD derajat IV pasien sedang mengalami
syok, terjadi penurunan kesadaran, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.