Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………….……………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN…………...………………………………………………….1
Latar Belakang………………………………………………………….........................1
1.1 Rumusan Masalah……………………………………………………..………...…1
1.2 Tujuan……………………………………………………………………………….2
Trauma
Mekanik
Tembak Tembak
Lecet Robek Iris Tusuk Masuk Keluar
Mema Bacok
r
Tabel 2.1. Perubahan warna pada luka memar (Paul & Verma, 2015).
Durasi Ciri
Baru (Fresh) Merah
Beberapa jam hingga 3 hari Biru
4-5 hari Hitam kebiruan sampai coklat
5-6 hari Hijau
Luka antemortem biasanya tidak terdapat elevasi pada kulit dan tidak memiliki perbedaan
warna. Namun pada luka postmortem memiliki gambaran berupa pembengkakan karena resapan
darah. Memar postmortem lama memiliki warna yang bervariasi, tetapi memar yang baru
biasanya memiliki warna yang lebih tegas daripada warna memar mayat disekitarnya. Beberapa
perbedaan luka antemortem dan postmortem dirangkum dalam tabel berikut (Paul & Verma,
2015):
Tabel 2.2. Perbedaan memar antemortem dan postmortem (Paul & Verma, 2015).
Gambar 2.6. Luka bakar tali (Tanda pengikat gantung — Panah) (Rao, 2010).
4. Pressure Abrasion (Friction Abrasion, Crushing Abrasion)
Ini akan disebabkan oleh benturan langsung atau tekanan linier yang kasar benda di
atas kulit disertai dengan sedikit gerakan terarah ke dalam mengakibatkan penghancuran
lapisan superfisial kutikula dengan beberapamemar di bawahnya. Jenis abrasi akan menjadi
ditemukan dalam tanda pengikat di gantung dan pencekikan, jika terkena cambuk atau
cambukan, hal ini juga diperhatikan anak kecil berkulit lembut di sepanjang area gesekan di
bawah tekanan garmen, dll. Gesekan gesekan ini saat mendapatkan kering tampak coklat dan
dikeringkan.
Gambar 2.7. Jenis lecet: Lecet tekanan (tali pengikat gantung tandai dengan bahan pengikat utuh)(Rao, 2010).
Tabel 2.4. Waktu terjadinya luka lecet (Paul & Verma, 2015).
Durasi Ciri
2-24 jam Merah terang, mengalir dari serum dan beberapa darah. Eksudasi
mengering untuk membentuk keropeng kemerahan, terdiri sel darah,
getah bening dan epitel. Polymorphonuclear sel
menginfiltrasi (pembentukan keropeng).
>12 hari Epitel menjadi lebih tipis dan atrofi. Serat kolagen baru akan
menonjol. Membran dasar hadir dan vaskularisasi dermis
berkurang (regresi).
Gambar 2.16. Luka tembak masuk yang tidak biasa (atipikal), ditandai dengan ukuran
besar dan lecet pinggir yang relatif luas. Biasanya luka seperti itu terjadi ketika peluru
telah melewati perantara sebelum mengenai korban (Prahlow & Byard, 2012)
Luka masuk bisa bervariasi secara keseluruhan dalam bentuk dan penampilan berdasarkan
seberapa jauh moncong senjatanya dari korban, yang disebut ring of fire. Salah satunya adalah
luka masuk yang terjadi di atas tengkorak, kemudian gas dan asap peledak yang keluar dari
senjata dapat membelah antara kulit dan tulang di daerah sekitar area masuk luka, menyebabkan
munculnya ''stellate'' atau ''starburst‖.
Gambar 2.17. Kontak luka masuk pada kulit kepala (dahi), menunjukkan karakteristik bentuk
seperti bintang (stellate) karena kulit pecah karena gas telah membelah antara kulit dan tulang
tengkorak yang mendasari (Prahlow & Byard, 2012).
Gambar 2.18. Luka tembak keluar yang berbentuk seperti celah (Prahlow & Byard, 2012).
Gambar 2.19. Luka keluar berbentuk tidak beraturan. Perhatikan tidak adanya lecet marjinal
(Prahlow & Byard, 2012).
Gambar 2.20. Luka keluar berkecepatan tinggi, dengan kerusakan jaringan yang luas(Prahlow & Byard, 2012).
3. Sirkulasi
Menilai sirkulasi / peredaran darah. Sementara itu nilai ulang apakah jalan nafas bebas
dan pernafasan cukup. Jika sirkulasi tidak memadai maka lakukan :
a. Hentikan perdarahan eksternal
b. Segera pasang dua jalur infus dengan jarum besar (14 – 16 G)
c. Berikan infus cairan
4. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respons terhadap nyeri atau
sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur Glasgow Coma Scale
AWAKE = A
RESPONS BICARA (verbal) = V RESPONS NYERI = P
TAK ADA RESPONS = U
Cara ini cukup jelas dan cepat.
5. Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cedera yang
mungkin ada. Jika ada kecurigaan cedera leher atau tulang belakang, maka imobilisasi in-line
harus dikerjakan.
2.3.2 . Pengelolaan Jalan Nafas
Prioritas pertama adalah membebaskan jalan nafas dan mempertahankannya agar tetap bebas.
2. Pemeriksaan leher
a. Luka tembus leher
b. Emfisema subkutan
c. Deviasi trachea
d. Vena leher yang mengembang
3. Pemeriksaan neurologis
a. Penilaian fungsi otak dengan Glasgow Coma Scale (GCS)
b. Penilaian fungsi medula spinalis dengan aktivitas motorik
c. Penilaian rasa raba / sensasi dan reflex
4. Pemeriksaan dada
a. Clavicula dan semua tulang iga
b. Suara napas dan jantung
c. Pemantauan ECG (bila tersedia)