Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA

“KONSEP KELUARGA SEJAHTERA”

OLEH:
KELOMPOK 4
KELAS B13-B

1. LUH GEDE ARY DARMAWATHI (20.3221.151)


2. KADEK ARYANI (20.3221.152)
3. NI PT CHYNTHIA PURNA DEWI (20.3221.154)
4. NI MADE BUDI ASTITI (20.3221.155)
5. GUSTI AYU WINTAN (20.3221.156)
6. SRI ASTITI PADMA PARASHITA (20.3221.157)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2020
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Konsep Keluarga
Sejahtera” tepat pada waktunya. Makalah ini disusun berdasarkan ruang lingkupnya
sehingga dapat menjadi pedoman dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Terimakasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi
dalam penulisan makalah ini sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik, rapi, dan
berdasarkan pada sumber yang akurat. Penulis berharap semoga makalah ini bisa
menjadi sarana untuk menambah wawasan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna sehingga penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi di penulisan berikutnya.

Om Shanti, Shanti, Shanti Om

Denpasar, 1 Desember 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................. 2
D. Sistematika Penulisan ..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3
A. Definisi Keluarga............................................................................................ 3
B. Indikator Keluarga Sejahtera .......................................................................... 4
C. Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) ............. 10
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 17
A. Simpulan ....................................................................................................... 17
B. Saran.............................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga didefinisikan sebagai sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari setiap anggota
keluarganya (Duvall dan Logan, 1986) (Andarmoyo, 2012). Keluarga juga merupakan
organisasi kecil sekaligus terdepan dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas.
Apabila setiap keluarga sehat akan tercipta komunitas keluarga yang sehat.
Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu anggota keluarga dapat
mempengaruhi anggota keluarga yang lain. Masalah kesehatan yang dialami oleh
sebuah keluarga dapat mempengaruhi sistem keluarga tersebut dan mempengaruhi
komunitas setempat, bahkan komunitas global. Sebagai contoh, apabila ada seorang
anggota keluarga yang menderita penyakit demam berdarah, nyamuk sebagai faktor
penyebab dapat menggigit keluarga tetangganya. Hal tersebut dapat mempengaruhi
komunitas tempat keluarga tersebut menetap. Sehat seharusnya dimulai dengan
membangun keluarga sehat sesuai dengan budaya keluarga.
Sesuai dengan Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 dan program
Pembangunan jangka panjang tahap II Pelita VI bahwa pembangunan ditujukan untuk
peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia seutuhnya yang maju dan
mandiri. Pembangunan manusia seutuhnya dimulai sejak saat pembuahan dan
berlangsung sepanjang masa hidupnya dan tidak dapat dilepaskan dari seluruh segi
kehidupan keluarga dimana ia dibesarkan.
Pembangunan masyarakat sangat tergantung kepada kehidupan keluarga yang
menjadi bagian inti dari masyarakat itu, sehingga keluarga memiliki nilai strategis
dalam pembangunan nasional serta menjadi tumpuan dalam pembangunan manusia
seutuhnya. Masalah yang kita hadapi saat ini masih banyaknya keluarga di Indonesia
ini yang berada dalam kondisi prasejahtera, adalah kewajiban kita semua untuk
meningkatkan mereka sehingga mencapai keluarga sejahtera. Untuk mewujudkan

1
tujuan pembangunan tersebut perlu dilakukan berbagai upaya pembinaan keluarga dari
berbagai aspek kehidupan termasuk segi kesehatannya. Perawat komunitas dengan
perannya sebagai tenaga kesehatan yang profesional yang juga berwenang dalam
kesehatan komunitas mempunyai andil yang cukup besar dan sangat diharapkan dalam
mewujudkan upaya pembinaan keluarga tersebut. Diharapkan perawat komunitas
dalam menjadi pendamping dalam upaya memandirikan keluarga sehingga terciptalah
suatu keluarga sejahtera yang pada akhirnya akan membentuk masyarakat dan Negara
yang sejahtera pula.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi keluarga?
2. Bagaimana indikator keluarga sejahtera?
3. Apa program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Penulisan makalah ini ditujukan untuk memperdalam wawasan tentang
Konsep Keluarga Sejahtera.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi keluarga.
b. Mengetahui indikator keluarga sejahtera.
c. Mengetahui program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga.

D. Tujuan Penulisan
Adapun sistematika penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan (terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,
tujuan, dan sistematika penulisan)
BAB II : Pembahasan (menjabarkan isi makalah)
BAB III : Penutup (berisi simpulan dan saran)

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Keluarga
1. Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu
sama lain (Setiadi, 2008).
2. Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat
olehhubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga
selalu berinteraksi satu sama lain. (Harmoko, 2012).
3. Menurut Duvall (1985), keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan
oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum: meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota.
4. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh perkawinan
adopsi dan lahir yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya
yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,mental dan emosional dan
sosial dan individu-individu yang ada didalamnya terlihat pada interaksi yang
saling ketergantungan untuk menciptakan tujuan bersama (Friedman, 2010).
5. Menurut Departemen Kesehatan (1998), keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
6. Bailon dan Maglaya (1978) mendefinisikan keluarga sebagai dua atau lebih
individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi.
Mereka hidup dalam rumah tangga, melakukan interaksi satu sama lain menurut
peran masing-masing, serta menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.
Menurut Friedman (1998), definisi keluarga adalah dua atau lebih individu
yang tergabung karena ikan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan
melakukan pendekatan emosional, seta mengidentifikasikan diri mereka
sebagai bagian dari keluarga.

3
7. Menurut BKKBN (1999), keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk
berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup
spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan
yang selaras dan seimbang antara anggota kelurga dan masyarakat serta
lingkungannya.
8. Menurut Departemen Kesehatan RI, 1998 keluarga adalah unit terkecildari
suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orangyang
terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalamkeadaan saling
ketergantungan.Sesuai dengan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa karakteristik keluarga adalah :
a. Terdiri atas dua atau lebih individu yang di ikat oleh hubungan darah,
perkawinan, atau adopsi
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah merekatetap
memperhatikan satu sama lain
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-
masingmempunyai peran sosial sebagai suami, isteri, anak, kakak, dan adik
d. Mempunyai tujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota

B. Indikator Keluarga Sejahtera


1. Enam indikator tahapan keluarga sejahtera I (KS I) atau kebutuhan dasar
keluarga
a. Pada umumnya keluarga makan 2 kali sehari
Pengertian makan adalah makan menurut pengertian dan kebiasaan
masyarakat setempat, seperti makan nasi bagi mereka yang biasa makan
nasi sebagai makanan pokoknya (staple food), atau seperti makan sagu bagi
mereka yang biasa makan sagu dan sebagainya.

4
b. Anggota keluarga mempunyai pakaian yang berbeda untuk di rumah, di
sekolah/ berkerja, berpergian.
Pengertian pakaian yang berbeda adalah pemilikan pakaian yang
tidak hanya satu pasang, sehingga tidak terpaksa harus memakai pakaian
yang sama dalam kegiatan hidup yang berbeda beda. Misalnya pakaian
untuk di rumah (untuk tidur atau beristirahat di rumah) lain dengan pakaian
untuk ke sekolah atau untuk bekerja (ke sawah, ke kantor, berjualan dan
sebagainya) dan lain pula dengan pakaian untuk bepergian (seperti
menghadiri undangan perkawinan, piknik, ke rumah ibadah dan
sebagainya).
c. Rumah yang ditempati mempunyai atap, lantai, dan dinding yang baik.
Pengertian Rumah yang ditempati keluarga ini adalah keadaan rumah
tinggal keluarga mempunyai atap, lantai dan dinding d alam kondisi yang
layak ditempati, baik dari segi perlindungan maupun dari segi kesehatan.
d. Bila ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke sarana pelayanan
kesehatan.
Pengertian sarana kesehatan adalah sarana kesehatan modern, seperti
Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Balai Pengobatan,
Apotek, Posyandu, Poliklinik, Bidan Desa dan sebagainya, yang
memberikan obat obatan yang diproduksi secara modern dan telah
mendapat izin peredaran dari instansi yang berwenang (Departemen
Kesehatan/Badan POM).
e. Bila PUS ingin ber KB , mereka pergi ke sarana pelayanan kesehatan.
Pengertian Sarana Pelayanan Kontrasepsi adalah sarana atau tempat
pelayanan KB, seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu,
Balai Pengobatan, Apotek, Posyandu, Poliklinik, Dokter Swasta, Bidan
Desa dan sebagainya, yang memberikan pelayanan KB dengan alat
kontrasepsi modern, seperti IUD, MOW, MOP, Kondom, Implan, Suntikan
dan Pil, kepada pasangan usia subur yang membutuhkan. (Hanya untuk
keluarga yang berstatus Pasangan Usia Subur).

5
f. Semua anak umur 7- 15 tahun dalam keluarga bersekolah.
Pengertian Semua anak umur 7-15 tahun adalah semua anak 7-15
tahun dari keluarga (jika keluarga mempunyai anak 7-15 tahun), yang harus
mengikuti wajib belajar 9 tahun. Bersekolah diartikan anak usia 7-15 tahun
di keluarga itu terdaftar dan aktif bersekolah setingkat SD/sederajat SD
atau setingkat SLTP/sederajat SLTP.

2. Delapan indikator keluarga sejahtera II (KS II) atau indikator kebutuhan


psikologis
a. Pada umumnya keluarga melaksanankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan nya masing – masing.
Pengertian anggota keluarga melaksanakan ibadah adalah kegiatan
keluarga untuk melaksanakan ibadah, sesuai dengan ajaran
agama/kepercayaan yang dianut oleh masing masing keluarga/anggota
keluarga. Ibadah tersebut dapat dilakukan sendiri-sendiri atau bersama
sama oleh keluarga di rumah, atau di tempat tempat yang sesuai dengan
ditentukan menurut ajaran masing masing agama/kepercayaan.
b. Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota keluarga makan
daging/ikan/telur.
Pengertian makan daging/ikan/telur adalah memakan daging atau
ikan atau telur, sebagai lauk pada waktu makan untuk melengkapi
keperluan gizi protein. Indikator ini tidak berlaku untuk keluarga
vegetarian.
c. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang 1 stel pakaian baru
dalam setahun.
Pengertian pakaian baru adalah pakaian layak pakai (baru/bekas)
yang merupakan tambahan yang telah dimiliki baik dari membeli atau dari

6
pemberian pihak lain, yaitu jenis pakaian yang lazim dipakai sehari hari
oleh masyarakat setempat.
d. Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk setiap pengghuni rumah.
Luas Lantai rumah paling kurang 8 m2 adalah keseluruhan luas lantai
rumah, baik tingkat atas, maupun tingkat bawah, termasuk bagian dapur,
kamar mandi, paviliun, garasi dan gudang yang apabila dibagi dengan
jumlah penghuni rumah diperoleh luas ruang tidak kurang dari 8 m2 .
e. Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat sehingga dapat
melaksanakan tugas dan fungsi masing-masing.
Pengertian Keadaan sehat adalah kondisi kesehatan seseorang dalam
keluarga yang berada dalam batas batas normal, sehingga yang
bersangkutan tidak harus dirawat di rumah sakit, atau tidak terpaksa harus
tinggal di rumah, atau tidak terpaksa absen bekerja/ke sekolah selama
jangka waktu lebih dari 4 hari. Dengan demikian anggota keluarga tersebut
dapat melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan kedudukan masing
masing di dalam keluarga.
f. Ada seorang atau lebih anggota keluarga yang bekerja untuk memperoleh
penghasilan .
Pengertian anggota keluarga yang bekerja untuk memperoleh
penghasilan adalah keluarga yang paling kurang salah seorang anggotanya
yang sudah dewasa memperoleh penghasilan berupa uang atau barang dari
sumber penghasilan yang dipandang layak oleh masyarakat, yang dapat
memenuhi kebutuhan minimal sehari hari secara terus menerus.
g. Seluruh angota keluarga 10-60 tahun bisa baca tulisan latin.
Pengertian anggota keluarga umur 10 - 60 tahun bisa baca tulisan
latin adalah anggota keluarga yang berumur 10 - 60 tahun dalam keluarga
dapat membaca tulisan huruf latin dan sekaligus memahami arti dari
kalimat kalimat dalam tulisan tersebut. Indikator ini tidak berlaku bagi
keluarga yang tidak mempunyai anggota keluarga berumur 10-60 tahun.

7
h. PUS dengan dua anak atau lebih menggunakan alat kontrasepsi.
Pengertian Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih
menggunakan alat/obat kontrasepsi adalah keluarga yang masih berstatus
Pasangan Usia Subur dengan jumlah anak dua atau lebih ikut KB dengan
menggunakan salah satu alat kontrasepsi modern, seperti IUD, Pil,
Suntikan, Implan, Kondom, MOP dan MOW.

3. Lima indikator keluarga sejahtera III (KS III) atau indikator kebutuhan
pengembangan
a. Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama.
Pengertian keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama
adalah upaya keluarga untuk meningkatkan pengetahunan agama mereka
masing masing. Misalnya mendengarkan pengajian, mendatangkan guru
mengaji atau guru agama bagi anak anak, sekolah madrasah bagi anak anak
yang beragama Islam atau sekolah minggu bagi anak anak yang beragama
Kristen.
b. Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang dan barang.
Pengertian sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk
uang atau barang adalah sebagian penghasilan keluarga yang disisihkan
untuk ditabung baik berupa uang maupun berupa barang (misalnya
dibelikan hewan ternak, sawah, tanah, barang perhiasan, rumah sewaan dan
sebagainya). Tabungan berupa barang, apabila diuangkan minimal senilai
Rp. 500.000,-
c. Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang seminggu sekali
dimanfaatkan untuk berkomunikasi.
Pengertian kebiasaan keluarga makan bersama adalah kebiasaan
seluruh anggota keluarga untuk makan bersama sama, sehingga waktu
sebelum atau sesudah makan dapat digunakan untuk komunikasi
membahas persoalan yang dihadapi dalam satu minggu atau untuk
berkomunikasi dan bermusyawarah antar seluruh anggota keluarga.

8
d. Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat dalam lingkungan tempat
tinngal.

Pengertian Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan


tempat tinggal adalah keikutsertaan seluruh atau sebagian dari anggota
keluarga dalam kegiatan masyarakat di sekitarnya yang bersifat sosial
kemasyarakatan, seperti gotong royong, ronda malam, rapat RT, arisan,
pengajian, kegiatan PKK, kegiatan kesenian, olah raga dan sebagainya.
e. Keluarga memperoleh informasi dari surat kabar, majalah, radio,TV atau
internet.
Pengertian Keluarga memperoleh informasi dari surat kabar/
majalah/ radio/tv/internet adalah tersedianya kesempatan bagi anggota
keluarga untuk memperoleh akses informasi baik secara lokal, nasional,
regional, maupun internasional, melalui media cetak (seperti surat kabar,
majalah, bulletin) atau media elektronik (seperti radio, televisi, internet).
Media massa tersebut tidak perlu hanya yang dimiliki atau dibeli sendiri
oleh keluarga yang bersangkutan, tetapi dapat juga yang dipinjamkan atau
dimiliki oleh orang/keluarga lain, ataupun yang menjadi milik umum/milik
bersama.

4. Dua indikator keluarga sejahtera III plus atau aktualisasi diri.


a. Keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan sumbagan materi
untuk kegiatan sosial.

Pengertian Keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan


sumbangan materiil untuk kegiatan sosial adalah keluarga yang memiliki
rasa sosial yang besar dengan memberikan sumbangan materiil secara
teratur (waktu tertentu) dan sukarela, baik dalam bentuk uang maupun
barang, bagi kepentingan masyarakat (seperti untuk anak yatim piatu,
rumah ibadah, yayasan pendidikan, rumah jompo, untuk membiayai
kegiatan kegiatan di tingkat RT/RW/Dusun, Desa dan sebagainya) dalam
hal ini tidak termasuk sumbangan wajib.

9
b. Adanya anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan sosial
atau yayasan ,atau institusi masyarakat.
Pengertian ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus
perkumpulan sosial/yayasan/ institusi masyarakat adalah keluarga yang
memiliki rasa sosial yang besar dengan memberikan bantuan tenaga,
pikiran dan moral secara terus menerus untuk kepentingan sosial
kemasyarakatan dengan menjadi pengurus pada berbagai
organisasi/kepanitiaan (seperti pengurus pada yayasan, organisasi adat,
kesenian, olah raga, keagamaan, kepemudaan, institusi masyarakat,
pengurus RT/RW, LKMD/LMD dan sebagainya).

C. Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK)


1. Pengertian Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-
PK)
Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke-
5 Nawa Cita yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Program
ini didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia Pintar,
Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia Sejahtera. Program Indonesia
Sehat selanjutnya menjadi program utama Pembangunan Kesehatan yang
kemudian direncanakan pencapaiannya melalui Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri
Kesehatan R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar
utama, yaitu: a. Penerapan paradigma sehat, b. Penguatan pelayanan kesehatan,
dan c. Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Penerapan paradigma
sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam
pembangunan, penguatan upaya promotif dan preventif, serta pemberdayaan
masyarakat.
Dalam hal ini program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
yang dimaksud adalah salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan

10
jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan
di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya
menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan juga
keluar gedung dengan mengunjungi keluarga di wilayah kerjanya. Keluarga
sebagai fokus dalam pendekatan pelaksanaan program Indonesia Sehat terdapat
lima fungsi keluarga, yaitu:
a. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama
untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain.
b. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir.
c. Fungsi reproduksi (the reproduction function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care function)
adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar
tetap memiliki produktivitas yang tinggi.

Pendekatan keluarga yang dimaksud dalam pedoman umum ini


merupakan pengembangan dari kunjungan rumah oleh Puskesmas dan
perluasan dari upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), yang
meliputi kegiatan berikut.
a. Kunjungan keluarga untuk pendataan/pengumpulan data Profil Kesehatan
Keluarga dan peremajaan (updating) pangkalan datanya.
b. Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya
promotif dan preventif.

11
c. Kunjungan keluarga untuk menindaklanjuti pelayanan kesehatan dalam
gedung.
d. Pemanfaatan data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga untuk
pengorganisasian/pemberdayaan masyarakat dan manajemen Puskesmas.

2. Pelaksanaan Pendekatan Keluarga Sehat


Dalam rangka pelaksanaaan Program Indonesia Sehat telah disepakati
adanya 12 indikator utama untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga.
Kedua belas indikator utama tersebut adalah sebagai berikut.
a. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB).
b. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan.
c. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap.
d. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif.
e. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan.
f. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar.
g. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur.
h. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan.
i. Anggota keluarga tidak ada yang merokok.
j. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
k. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih.
l. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat.

Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks Keluarga


Sehat (IKS) dari setiap keluarga. Sedangkan kead aan masing-masing indikator,
mencerminkan kondisi PHBS dari keluarga yang bersangkutan. Dalam
pelaksanaan pendekatan keluarga ini tiga hal berikut harus diadakan atau
dikembangkan, yaitu : instrumen yang digunakan di tingkat keluarga, forum
komunikasi yang dikembangkan untuk kontak dengan keluarga, keterlibatan
tenaga dari masyarakat sebagai mitra Puskesmas.

12
Pelaksanaan pendekatan keluarga sehat satu keluarga adalah satu
kesatuan keluarga inti (ayah, ibu, dan anak) sebagaimana dinyatakan dalam
Kartu Keluarga. Jika dalam satu rumah tangga terdapat kakek dan atau nenek
atau individu lain, maka rumah tangga tersebut dianggap terdiri lebih dari satu
keluarga. Untuk menyatakan bahwa suatu keluarga sehat atau tidak digunakan
sejumlah penanda atau indikator. Adapun instrumen yang diperlukan di tingkat
keluarga adalah sebagai berikut.
a. Profil Kesehatan Keluarga (selanjutnya disebut Prokesga), berupa family
folder, yang merupakan sarana untuk merekam (menyimpan) data keluarga
dan data individu anggota keluarga. Data keluarga meliputi komponen
rumah sehat (akses/ ketersediaan air bersih dan akses/penggunaan jamban
sehat). Data individu anggota keluarga mencantumkan karakteristik
individu (umur, jenis kelamin, pendidikan, dan lain-lain) serta kondisi
individu yang bersangkutan: mengidap penyakit (hipertensi, tuberkulosis,
dan gangguan jiwa) serta perilakunya (merokok, ikut KB, memantau
pertumbuhan dan perkembangan balita, pemberian ASI eksklusif, dan lain-
lain).
b. Paket Informasi Keluarga (selanjutnya disebut Pinkesga), berupa flyer,
leaflet, buku saku, atau bentuk lainnya, yang diberikan kepada keluarga
sesuai masalah kesehatan yang dihadapinya. Misalnya: Flyer tentang
Kehamilan dan Persalinan untuk keluarga yang ibunya sedang hamil, Flyer
tentang Pertumbuhan Balita untuk keluarga yang mempunyai balita, Flyer
tentang Hipertensi untuk mereka yang menderita hipertensi, dan lain-lain.

Forum komunikasi yang digunakan untuk kontak dengan keluarga dapat


berupa forum-forum berikut.
a. Kunjungan rumah ke keluarga-keluarga di wilayah kerja Puskesmas.
b. Diskusi kelompok terarah (DKT) atau biasa dikenal dengan focus group
discussion (FGD) melalui Dasa

13
Sedangkan keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra dapat
diupayakan dengan menggunakan tenaga-tenaga berikut.
a. Kader-kader kesehatan, seperti kader Posyandu, kader Posbindu, kader
Poskestren, kader PKK, dan lain-lain.
b. Pengurus organisasi kemasyarakatan setempat, seperti pengurus PKK,
pengurus Karang Taruna, pengelola pengajian, dan lain-lain.

Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga di


tingkat Puskesmas dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
a. Melakukan pendataan kesehatan keluarga menggunakan Prokesga oleh
Pembina Keluarga (dapat dibantu oleh kader kesehatan).
b. Membuat dan mengelola pangkalan data Puskesmas oleh tenaga pengelola
data Puskesmas.
c. Menganalisis, merumuskan intervensi masalah kesehatan, dan menyusun
rencana Puskesmas oleh Pimpinan Puskesmas.
d. Melaksanakan penyuluhan kesehatan melalui kunjungan rumah oleh
Pembina Keluarga.
e. Melaksanakan pelayanan profesional (dalam gedung dan luar gedung) oleh
tenaga teknis/profesional Puskesmas.
f. Melaksanakan Sistem Informasi dan Pelaporan Puskesmas oleh tenaga
pengelola data Puskesmas.
Kegiatan-kegiatan tersebut harus diintegrasikan ke dalam langkah-
langkah manajemen Puskesmas yang mencakup P1 (Perencanaan), P2
(Penggerakan-Pelaksanaan), dan P3 (Pengawasan-Pengendalian-Penilaian).

3. Peran Pemangku Kepentingan


a. Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai pemilik Unit
Pelaksana Teknis/Puskesmas adalah mengupayakan dengan
sungguhsungguh agar Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014

14
terpenuhi untuk semua Puskesmas di wilayah kerjanya. Dalam rangka
pelaksanaan pendekatan keluarga oleh Puskesmas, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota memiliki tiga peran utama, yakni: pengembangan sumber
daya, koordinasi dan bimbingan, serta pemantauan dan pengendalian.
b. Peran Dinas Kesehatan Provinsi
Peran Dinas Kesehatan Provinsi dalam penyelenggaraan Puskesmas
secara umum adalah memfasilitasi dan mengoordinasikan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota di wilayah kerjanya untuk berupaya dengan sungguh-
sungguh agar Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014
terpenuhi di semua Puskesmas. Dalam rangka pelaksanaan pendekatan
keluarga, Dinas Kesehatan Provinsi juga memiliki tiga peran utama, yakni:
pengembangan sumber daya, koordinasi dan bimbingan, serta pemantauan
dan pengendalian.
c. Peran Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan sebagai Pemerintah Pusat dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan konkuren sebagaimana UU No. 23
Tentang Pemerintahan Daerah berwenang untuk: 1). Menetapkan norma,
standar, prosedur, dan kriteria dalam rangka penyelenggaraan urusan
pemerintahan; 2). Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah,
selain juga pengembangan sumber daya, koordinasi dan bimbingan, serta
pemantauan dan evaluasi.
d. Peran dan Tanggung Jawab Lintas Sektor
Keberhasilan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga diukur dengan Indeks Keluarga Sehat, yang merupakan komposit
dari 12 indikator. Semakin banyak indikator yang dapat dipenuhi oleh suatu
keluarga, maka status keluarga tersebut akan mengarah kepada Keluarga
Sehat. Sementara itu, semakin banyak keluarga yang mencapai status
Keluarga Sehat, maka akan semakin dekat tercapainya Indonesia Sehat.

15
Sehubungan dengan hal tersebut, disadari bahwa keberhasilan Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga juga sangat ditentukan oleh peran
dan tanggung jawab sektor-sektor lain di luar sektor kesehatan (lintas sektor).
Kementerian dan lembaga yang dapat ikut berperan dalam program ini
misalnya Kementerian PDT, Kemendikbud, Kemenristekdikti, Kemenpan &
RB, Kemenkominfo, Kemendagri/Pemda, Kemenperindag, Kemenaker,
Kemenag, BKKBN, TNI dan POLRI.

16
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang
layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara
anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungan. Kesejahteraan keluarga tidak hanya
diukur dari segi ekonomi, sosial, dan budaya, namun juga mencakup kesehatan fisik
dan mental keluarga dan masing-masing anggota keluarganya.
Keluarga sejahtera dibagi menjadi 7 tahap yaitu keluarga pra sejahtera, keluarga
sejahtera I, keluarga sejahtera II, keluarga sejahtera III, keluarga sejahtera III plus,
keluarga miskin, dan keluarga miskin sekali. Tahapan tersebut dibedakan menjadi
kriteria dan ciri masing masing.
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS PK) merupakan
upaya yang dilakukan pemerintah untuk menunjang terbentuknya keluarga sehat.
Beberapa program yang dicanangkan adalah keterlibatan keluarga dalam program KB,
ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan, pemberian imunisasi lengkap kepada
bayi, bayi mendapatkan ASI secara eksklusif, dan masih banyak lagi. Sehingga melalui
PIS PK tersebut pemerintah dan tenaga kesehatan memiliki target dan rencana tindakan
untuk mensejahterakan keluarga.

B. Saran
Dalam membentuk keluarga yang sehat diperlukan kerjasama antara
pemerintah, tenaga kesehatan, dan keluarga. Untuk itu diharapkan setiap pihak mampu
menjalankan perannya masing masing. Terutama bagi perawat khususnya perawat
komunitas diharapkan mampu untuk menjadi penghubung antara program pemerintah
dan keluarga untuk mengimplementasikan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga (PIS PK) demi menciptakan keluarga sejahtera.

17
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. 2012. Keperawatan Keluarga; Konsep Teori, Proses , dan Praktik


Keperawatn. 1st edn. Yogyakarta: Graha Ilmu. doi: 9789797568337.

BKKBN. 2011. Batasan dan Pengertian MDK. Jakarta diakses pada


www.aplikasi.bkkbn.go.id tanggal 1 Desember 2020.

Kemenkes RI. 2017. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga


https://www.kemkes.go.id/article/view/17070700004/program-indonesia-
sehat-dengan-pendekatan-keluarga.html. Diakses tanggal 1 Desember 2020.

Sutarjo, Untung Suseno. 2016. Pedoman Umum Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

18

Anda mungkin juga menyukai