OLEH :
KELOMPOK 3
KELAS B-13B
Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun makalah ini merupakan
salah satu tugas dari Keperawatan Kritis.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak
bantuan dari berbagai pihak dan sumber. Karena itu kami sangat menghargai
bantuan dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan dukungan juga
semangat, buku-buku dan beberapa sumber lainnya sehingga tugas ini bisa
terwujud. Oleh karena itu, melalui media ini kami sampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh
dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang
kami miliki. Maka itu kami dari pihak penyusun sangat mengharapkan saran dan
kritik yang dapat memotivasi saya agar dapat lebih baik lagi dimasa yang akan
datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dua cara dalam menggunakan ventilasi mekanik yaitu secara invasif dan
non invasif. Pemakaian secara invasif dengan menggunakan pipa Endo Tracheal
Tube (ETT) yang pemasangannya melalui intubasi, dimana pemasangan pada pipa
ETT akan menekan sistem pertahanan host, menyebabkan trauma dan inflamasi
lokal, sehingga meningkatkan kemungkinan aspirasi patogen nasokomial dari
oropharing disekitar cuff (Setiadi & Soemantri, 2009). Pemakaian secara non
invasif dengan menggunakan masker, penggunaan ventilator non invasif ini di ICU
jarang ditemukan, karena tidak adekuatya oksigen yang masuk kedalam paru-paru,
kecenderungan oksigen masuk kedalam abdomen, maka dari itu pemakaian
ventilator non invasif jarang sekali digunakan (Sherina & RSCM, 2010). Ventilator
Associated Pneumonia (VAP) adalah jenis infeksi paru-paru yang terjadi pada
orang-orang yang terpasang mesin pernafasan (ventilator) dirumah sakit selama
1
lebih dari 48 jam. VAP adalah infeksi yang biasa ditemui dalam situasi perawatan
kritis. Prevalensi sebelumnya dan studi kohort prosfektif telah menunjukan bahwa
VAP dikaitkan dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi berkepanjangan
di ICU serta yang tinggal dirumah sakit (Jansson, Kokko, Ylipalosaari, Syarjala, &
Kyngas, 2013). Angka kejadian VAP dilaporkan terjadi 9-27% dari semua pasien
yang terintubasi (Mohamed, 2014). Tingkat keseluruhan Ventilator Associated
Pneumonia (VAP) adalah 13,6 per 1.000 ventilator sesuai dengan International
Nasocomial Infection Control Consortium (INICC). Berdasarkan masalah tersebut,
pada pembahasan akan dibahas lebih detail mengenai konsep dasar ventilator.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai konsep dasar ventilator.
1.3.2 Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus pembuatan makalah ini, yaitu sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui definisi ventilator.
2. Untuk mengetahui setting ventilator.
3. Untuk mengetahui indikasi pemakaian ventilator.
4. Untuk mengetahui aspek fisiologis ventilasi mekanik.
5. Untuk mengetahui efek samping penggunaan ventilator mekanik.
2
1.4 Manfaat
Selain tujuan, adapun manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Hasil makalah ini secara teoretis diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keperawatan
khususnya konsep dasar ventilator.
2. Makalah ini secara praktis diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi
tenaga kesehatan dalam pengaplikasian ventilator.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.2 Setting Ventilator
Menurut SOP Penggunaan Ventilator Mekanik Universitas Nasional (2017),
untuk menentukan modus operasional ventilator terdapat beberapa parameter yang
diperlukan untuk pengaturan pada penggunaan volume cycle ventilator, yaitu :
2.2.1 Frekuensi pernafasan per menit
Frekuensi napas adalah jumlah pernapasan yang dilakukan ventilator
dalam satu menit. Setting normal pada pasien dewasa adalah 10-20 x/mnt.
Parameter alarm RR diseting diatas dan dibawah nilai RR yang diset. Misalnya set
RR sebesar 10x/menit, maka setingan alarm sebaliknya diatas 12x/menit dan
dibawah 8x/menit. Sehingga cepat mendeteksi terjadinya hiperventilasi atau
hipoventilasi.
2.2.2 Tidal volume
Volume tidal merupakan jumlah gas yang dihantarkan oleh ventilator ke
pasien setiap kali bernapas. Umumnya disetting antara 8 - 10 cc/kgBB, tergantung
dari compliance, resistance, dan jenis kelainan paru. Pasien dengan paru normal
mampu mentolerir volume tidal 10-15 cc/kgBB, sedangkan untuk pasien PPOK
cukup dengan 5-8 cc/kgBB. Parameter alarm tidal volume diseting diatas dan
dibawah nilai yang kita seting. Monitoring volume tidal sangat perlu jika pasien
menggunakan time cycled.
2.2.3 Konsentrasi oksigen (FiO2)
FiO2 adalah jumlah kandungan oksigen dalam udara inspirasi yang
diberikan oleh ventilator ke pasien. Konsentrasinya berkisar 21-100%. Settingan
FiO2 pada awal pemasangan ventilator direkomendasikan sebesar 100%. Untuk
memenuhi kebutuhan FiO2 yang sebenarnya, 15 menit pertama setelah pemasangan
ventilator dilakukan pemeriksaan analisa gas darah. Berdasarkan pemeriksaan
AGD tersebut maka dapat dilakukan penghitungan FiO2 yang tepat bagi pasien.
2.2.4 Rasio inspirasi : ekspirasi Rumus Rasio inspirasi : Ekspirasi Waktu Inspirasi
+ Waktu Istirahat Waktu Ekspirasi Keterangan :
1. Waktu inspirasi merupakan waktu yang diperlukan untuk memberikan volume
tidal atau mempertahankan tekanan.
2. Waktu istirahat merupakan periode diantara waktu inspirasi dengan ekspirasi
5
3. Waktu ekspirasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan udara
pernapasan
4. Rasio inspirasi : ekspirasi biasanya disetiing 1:2 yang merupakan nilai normal
fisiologis inspirasi dan ekspirasi. Akan tetapi terkadang diperlukan fase
inspirasi yang sama atau lebih lama dibandingkan ekspirasi untuk menaikan
PaO2.
2.2.5 Limit pressure / inspiration pressure
Pressure limit berfungsi untuk mengatur jumlah tekanan dari ventilator
volume cycled. Tekanan terlalu tinggi dapat menyebabkan barotrauma.
2.2.6 Flow rate/peak flow
Flow rate merupakan kecepatan ventilator dalam memberikan volume
tidal pernapasan yang telah disetting permenitnya.
2.2.7 Sensitifity/trigger
Sensitifity berfungsi untuk menentukan seberapa besar usaha yang
diperlukan pasien dalam memulai inspirasi dai ventilator. Pressure sensitivity
memiliki nilai sensivitas antara 2 sampai -20 cmH2O, sedangkan untuk flow
sensitivity adalah antara 2-20 L/menit. Semakin tinggi nilai pressure sentivity maka
semakin mudah seseorang melakukan pernapasan. Kondisi ini biasanya digunakan
pada pasien yang diharapkan untuk memulai bernapas spontan, dimana sensitivitas
ventilator disetting -2 cmH2O. Sebaliknya semakin rendah pressure sensitivity
maka semakin susah atau berat pasien untuk bernapas spontan. Settingan ini
biasanya diterapkan pada pasien yang tidak diharapkan untuk bernaps spontan.
2.2.8 Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu untuk
mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah
menandakan adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari pasien),
sedangkan alarm tekanan tinggi menandakan adanya peningkatan tekanan,
misalnya pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting, dan lain-lain. Alarm
volume rendah menandakan kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan tidak
dianggap dan harus dipasang dalam kondisi siap.
6
2.2.9 Positive End Respiratory Pressure (PEEP)
PEEP bekerja dengan cara mempertahankan tekanan positif pada alveoli
diakhir ekspirasi. PEEP mampu meningkatkan kapasitas residu fungsional paru dan
sangat penting untuk meningkatkan penyerapan O2 oleh kapiler paru.
Menurut SOP Penggunaan Ventilator Mekanik Universitas Nasional
(2017), mode ventilator mekanik terdiri dari :
2.2.1 Controlled Ventilation
Ventilator mengontrol volume dan frekuensi pernafasan. Pemberian
volume dan frekuensi pernapasan diambil alih oleh ventilator. Ventilator tipe ini
meningkatkan kerja pernafasan klien
2.2.2 Assist/Control
Ventilator jenis ini dapat mengontrol ventilasi, volume tidal dan
kecepatan. Bila klien gagal untuk ventilasi, maka ventilator secara otomatis.
Ventilator ini diatur berdasarkan atas frekuensi pernafasan yang spontan dari klien,
biasanya digunakan pada tahap pertama pemakaian ventilator.
2.2.3 Synchronized Intermitten Mandatory Ventilation (SIMV)
SIMV dapat digunakan untuk ventilasi dengan tekanan udara rendah, otot
tidak begitu lelah dan efek barotrauma minimal. Pemberian gas melalui nafas
spontan biasanya tergantung pada aktivasi klien. Indikasi pada pernafasan spontan
tapi tidal volume dan/atau frekuensi nafas kurang adekuat.
2.2.4 Continious Positive Airway Pressure (CPAP)
Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan
pada pasien yang sudah bisa bernafas dengan adekuat. Tujuan pemberian mode ini
adalah untuk mencegah atelektasis dan melatih otot-otot pernafasan sebelum pasien
dilepas dari ventilator
7
asam-basa pada tingkat yang dapat diterima yang menunjukkan terjadinya
kegagalan pernafasan dan hal tersebut merupakan indikasi yang umum untuk
intervensi ventilasi mekanik (Chulay & Burns, 2006).
Menurut Arifin (2020), indikasi pemakaian ventilator diantaranya gagal
napas (respiratory failure), RR > 35 atau < 5 x/m, SaO2 < 90% atau PaO2 < 60
mmHg (Hipoxemia), pCO2 > 55 mmHg (Hipercapnia), penurunan kesadaran (GCS
< 8), tidal volume < 5 mL/kg, pasca operasi mayor, pasca henti jantung.
8
2.5.2 Masalah selang endotrakeal
Bila selang diletakkan secara nasotrakeal, infeksi sinus berat dapat terjadi.
Kapanpun pasien mengeluh nyeri sinus atau telinga atau terjadi demam dengan
etiologi yang tak diketahui, sinus dan telinga harus diperiksa untuk kemungkinan
sumber infeksi (Hudak & Gallo, 2010). Beberapa derajat kerusakan trakeal
disebabkan oleh intubasi lama. Stenosis trakeal dan malasia dapat diminimalkan
bila tekanan manset diminimalkan. Sirkulasi arteri dihambat oleh tekanan manset
30 mmHg. Bila edema laring terjadi, maka ancaman kehidupan pascaekstubasi
dapat terjadi (Hudak & Gallo, 2010).
2.5.3 Masalah mekanis
Malfungsi ventilator adalah potensial masalah serius. Tiap 2 sampai 4 jam
ventilator diperiksa oleh staf keperawatan atau pernafasan. VT tidak adekuat
disebabkan oleh kebocoran dalam sirkuit atau manset, selang, atau ventilator
terlepas, atau obstruksi aliran. Selanjutnya disebabkan oleh terlipatnya selang,
tahanan sekresi, bronkospasme berat, spasme batuk, atau tergigitnya selang
endotrakeal (Hudak & Gallo, 2010).
2.5.4 Barotrauma
Ventilasi mekanik melibatkan „pemompaan” udara ke dalam dada,
menciptakan tekanan posistif selama inspirasi. Bila PEEP ditambahkan, tekanan
ditingkatkan dan dilanjutkan melalui ekspirasi. Tekanan positif ini dapat
menyebabkan robekan alveolus atau emfisema. Udara kemudian masuk ke area
pleural, menimbulkan tekanan pneumothorak-situasi darurat. Pasien dapat
mengembangkan dispnea berat tiba-tiba dan keluhan nyeri pada daerah yang sakit
(Hudak & Gallo, 2010).
2.5.5 Penurunan curah jantung
Penurunan curah ditunjukkan oleh hipotensi bila pasien pertama kali
dihubungkan ke ventilator ditandai adanya kekurangan tonus simpatis dan
menurunnya aliran balik vena. Selain hipotensi, tanda dan gejala lain meliputi
gelisah yang dapat dijelaskan, penurunan tingkat kesadaran, penurunan halauan
urin, nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambat, pucat, lemah dan nyeri dada
(Hudak & Gallo, 2010).
9
2.5.6 Keseimbangan cairan positif
Penurunan aliran balik vena ke jantung dirangsang oleh regangan reseptor
vagal pada atrium kanan. Manfaat hipovolemia ini merangsang pengeluaran
hormon antidiuretik dari hipofisis posterior. Penurunan curah jantung menimbulkan
penurunan haluaran urin melengkapi masalah dengan merangsang respon
aldosteron renin-angiotensin. Pasien yang bernafas secara mekanis, hemodinamik
tidak stabil, dan yang memellukan resusitasi cairan dalam jumlah besar dapat
mengalami edema luas, meliputi edema sakral dan fasial (Hudak & Gallo, 2010).
2.5.7 Peningkatan IAP
Peningkatan PEEP bisa membatasi pengembangan rongga abdomen ke
atas. Perubahan tekanan pada kedua sisi diafragma bisa menimbulkan gangguan
dalam hubungan antara intraabdomen atas dan bawah, tekanan intrathorak dan
intravaskuler intraabdomen (Valenza et al., 2007 dalam Jakob, Knuesel, Tenhunen,
Pradl, Takala, 2010). Hasil penelitian Morejon & Barbeito (2012), didapatkan
bahwa ventilasi mekanik diidentifikasi sebagai faktor predisposisi independen
untuk terjadinya IAH. Pasien-pasien dengan penyakit kritis, yang terpasang
ventilasi mekanik, menunjukkan nilai IAP yang tinggi ketika dirawat dan harus
dimonitor terus-menerus khususnya jika pasien mendapatkan PEEP walaupun
mereka tidak memiliki faktor risiko lain yang jelas untuk terjadinya IAH.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau
seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi. Menurut SOP
Penggunaan Ventilator Mekanik Universitas Nasional (2017), untuk menentukan
modus operasional ventilator terdapat beberapa parameter yang diperlukan untuk
pengaturan pada penggunaan volume cycle ventilator yaitu frekuensi pernafasan
per menit, tidal volume, konsentrasi oksigen (FiO2), rasio inspirasi, limit
pressure/inspiration pressure, flow rate/peak flow, sensitifity/trigger, alarm,
Positive End Respiratory Pressure (PEEP). Ventilasi mekanik diindikasikan ketika
modalitas manajemen noninvasif gagal untuk memberikan bantuan oksigenasi
dan/atau ventilasi yang adekuat. Efek samping penggunaan ventilator mekanik
yaitu komplikasi jalan nafas, masalah selang endotrakeal, masalah mekanis,
barotrauma, penurunan curah jantung, keseimbangan cairan positif, peningkatan
IAP.
3.2 Saran
3.2.1 Mahasiswa keperawatan
Diharapkan agar mahasiswa keperawatan lebih mendalami
pemahamannya tentang konsep dasar ventilator agar menjadi pedoman dalam
menjalankan tugasnya kelak sebagai seorang perawat.
3.2.2 Pembaca
Diharapkan agar pengetahuan yang terdapat pada pembahasan makalah
ini dapat menambah wawasan pembacanya, tidak hanya menjadi bahan bacaan
melainkan juga dapat memberi petunjuk serta akan lebih baik jika dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
11
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. 2020. Mode Dan Setting Dasar Ventilator. Surakarta : RSUD Dr. Moewardi.
Heru & Vitaria. 2020. Buku Ajar Keperawatan Kritis : PENDEKATAN Evidence
Base Practise Nursing. Kediri : Chakra Brahmanda Lentera.
Hudak C.M. & Gallo B.M. (2010). Critical Care Nursing: A Holistic Approach.
Philadelphia: J.B. Lippincott Company.
Urden, L. D., Stacy, K.M., Lough, M.E. et al. (2010). Critical Care Nursing. USA,
Mosby Elsevier.
12