Anda di halaman 1dari 21

TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan

Dosen pengampu : Ibu Ns.Tri Widyastuti. H., M.Kep.,

KELOMPOK 4

1. Aisha Amelia (P07120221039)


2. Diana Indah Puspita Sari (P07120221049)
3. Hanum Nasrul Ma’rufah (P07120221045)
4. Jihan Fadilla Hafiz (P07120221044)
5. Keysha Alea Brilianti (P07120221036)
6. Mifta Aizza Putri (P07120221047)
7. Muhammad Nico Fachrizal (P07120221040)

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN + PROFESI NERS

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan dengan judul “Trend dan Issue Keperawatan Medikal Bedah”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan kritik dan saran sehingga makalahini dapat
terselesaikan. Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak terkait yang telah membantu
terwujudnya makalah ini. Serta kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang
telah memberikan bimbingannya yaitu: Ibu Ns.Tri Widyastuti. H., M.Kep.,

Selanjutnya kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, karena terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta kritikan yang membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan keperawatan.

Yogyakarta, 29 September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................3
BAB I...................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................................4
1.2 Tujuan....................................................................................................................................5
1.3 Manfaat..................................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN....................................................................................................................................7
2.1 Konsep Teknologi dalam Bidang Kesehatan.................................................................................7
2.2 Telenursing...................................................................................................................................9
2.3 Wound Dressing.........................................................................................................................16
BAB III...............................................................................................................................................19
PENUTUP..........................................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................19
3.2 Saran..........................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai wuj


ud kepedulian dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan prekl
inik maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka keperawatan dituntut
untuk peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya setiap saat.
Keperawatan medikal bedah sebagai cabang ilmu keperawatan juga tidak terlepas dari a
danya berbagai perubahan tersebut, seperti teknologi alat kesehatan, variasi jenis penyakit d
an teknik intervensi keperawatan. Adanya berbagai perubahan yang terjadi akan menimbul
kan berbagai trend dan issue yang menuntut peningkatan pelayanan asuhan keperawatan.
Proses keperawatan sebagai alat bagi perawat untuk melaksanakan asuhan keperawatan
yang dilakukan pada pasien memiliki arti penting bagi kedua belah pihak yaitu perawat dan
klien. Sebagai seorang perawat proses keperawatan dapat digunakan sebagai pedoman dala
m pemecahan masalah klien, dapat menunjukkan profesi yang memiliki profesionalitas yan
g tinggi, serta dapat memberikan kebebasan kepada klien untuk mendapatkan pelayanan ya
ng cukup sesuai dengan kebutuhannya, sehingga dapat dirasakan manfaatnya baik dari pera
wat maupun klien, manfaat tersebut antara lain dapat meningkatkan kemandirian pada pera
wat dalam melaksanakan tugasnya karena didalam proses keperawatan terdapat metode ilm
iah keperawatan yang berupa langkah-langkah proses keperawatan, akan dapat meningkatk
an kepercayaan diri perawat dalam melaksanakan tugas, karena klien akan merasakan kepu
asan setelah dilakukan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan, akan d
apat selalu meningkatkan kemampuan intelektual dan teknikal dalam tindakan keperawatan
karena melalui proses keperawatan dituntut mampu memecahkan masalah yang baru sesuai
dengan masalah yang dialami klien, sehingga akan timbul perasaan akan kepuasan kerja
Dengan proses keperawatan, rasa tanggung jawab dan tanggung gugat bagi perawat itu 
dapat dimiliki dan dapat digunakan dalam tindakan-tindakan yang merugikan atau menghin
dari tindakan yang legal. Semua tatanan perawatan kesehatan secara hukum perlu mencatat
observasi keperawatan, perawatan yang diberikan, dan respons pasien

1.2 Tujuan

a. Tujuan Umum
Secara umum tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan
pengetahuan dan pedoman bagi perawat dan tenaga kesehatan lainnya mengenai
trend dan issue khususnya dalam keperawatan area medical bedah.
b. Tujuan Khusus
1. Agar perawat dan tenaga kesehatan lainnya mampu mengetahui dan memiliki
pedoman mengenai keperawatan dalam area medical bedah.
2. Agar perawat mampu mengetahui trend dan issue terbaru khususnya dalam
keperawatan area medical bedah
3. Agar perawat dan tenaga kesehatan lainnya mampu memberikan asuhan
keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien
4. Menghindarkan dari kelalaian yang dapat menyebabkan malpraktik

1.3 Manfaat

a. Manfaat Teoritis
Makalah ini bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan. Khususnya
pendidikan keperawatan mengenai keperawatan medikal bedah.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi perawat
Makalah ini bermanfaat bagi perawat dalam memahami dan memberikan
pedoman tentang keperawatan medical bedah sehinnga dapat memberikan
asuhan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien
2. Bagi tenaga kesehatan lainnya
Makalah ini bermanfaat bagi tenaga kesehatan lain dalam memberi dasar ilmu
tentang keperawatan medical bedah sehingga dapat berkolaborasi untuk
memenuhi kebutuhan klien
3. Bagi progam studi sarjana terapan keperawatan
Menambahkan pustaka dan bahan kajian ilmiah, sehingga dapat menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan pembaca khususnya mahasiswa progam studi Sarjana
Terapan Keperawatan mengenai trend dan issue keperawatan medical bedah
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Teknologi dalam Bidang Kesehatan

Era Globalisasi sekarang ini kemajuan teknologi berkembang dengan begitu pesat.
Salah satu kemajuan teknologi tersebut ialah teknologi informasi (TI) yang telah merambah
ke berbagai bidang kehidupan manusia. Definisi Teknologi Informasi itu sendiri adalah
studi atau penggunaan peralatan elektronika, untuk menyimpan, menganalisa, dan
mendistribusikan informasi apa saja melalui berbagai media (seperti internet), termasuk
kata-kata, bilangan dan gambar. Salah satu kemajuan teknologi informasi merambah pada
bidang kesehatan seperti kedokteran. Kemajuan dalam bidang kesehatan ini berkembang
dengan begitu pesat, sehingga banyak temuan-temuan yang didapatkan dengan bantuan
teknologi informasi, baik dalam bidang pengorganisasian rumah sakit, pengobatan, maupun
penelitian pengembangan dari ilmu kesehatan itu sendiri. Pelayanan kesehatan berbasis
teknologi informasi tengah mendapat banyak perhatian dunia. Terutama karena hal ini
disebabkan oleh janji dan peluang bahwa teknologi mampu meningkatkan kualitas
kehidupan manusia

Dalam bidang kesehatan sendiri kemajuan teknologi informasi sudah sangat


menunjang pelayanan, apalagi di dunia medis, dengan perkembangan pengetahuan yang
begitu cepat. Beberapa penelitian terkait dengan perkembangan teknologi seperti penelitian
yang dilakukan oleh Manganello, Jennifer, et al. (2017) dalam artikelnya yang berjudul
"The relationship of health literacy with use of digital technology for health information:
implications for public health practice." (Journal of public health management and practice)
menyebutkan pelayanan kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi penggunaan teknologi
digital, penerapan intervensi kesehatan dalam pengembangan teknlogi digital sangat efektif
dalam melayani masyarakat. Hal yang serupa juga yang disampaikan oleh Moller, Arlen C.,
et al. (2017) dalam artikelnya yang berjudul "Applying and advancing behavior change
theories and techniques in the context of a digital health revolution: proposals for more
effectively realizing untapped potential." (Journal of behavioral medicine) bahwa
penerapan intervensi kesehatan berbasis teknologi digital dinilai sangat menguntungkan.
Pertama, dapat memperlancar akses pelayanan, mempermudah jangkauan pelayanan
terhadap masyarakat. Kedua, dapat memindahkan intervensi kesehatan ke platform digital
dan menghadirkan riset dengan peluang baru untuk memajukan teori dan konsep pelayanan
kesehatan.

Secara teori dan konsep, juga dikatakan bahwa pelayanan publik yang prima
merupakan sumber kemajuan yang sangat menentukan daya saing, ada baiknya jika sektor
pelayanan harus terus-menerus ditingkatkan mutunya. Penggunaan dan pemanfaatan
teknologi ini merupakan salah satu solusi tepat bagi pemecahan masalah layanan publik.
Setidaknya pemanfaatan hal itu akan mengatasi masalah-masalah geografis, waktu dan
sosial ekonomis. Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pengembangan dan
pendayagunaan teknologi juga akan membantu kinerja layanan publik secara terpadu
sehingga akan terwujud manajemen yang efektif dan efisien, transparan dan akuntabel. Itu
artinya, penggunaan teknologi digital dalam pelayanan kesehatan akan memberikan
kontribusi pada efektifitas pelayanan kesehatan. Dengan demikian untuk mengaplikasikan
teknologi tersebut dalam pelayanan, tentu banyak hambatan dan kendala yang dihadapi
misalnya: sumberdaya manusia, finansial, kebijakan, dan faktor keamanan.

Di sisi lain, ilmu kesehatan semakin hari semakin berkembang. Tenaga kesehatan
perlu menerapkan ilmu kesehatannya sebagai upaya peningkatan status kesehatan
masyarakat. Kiranya sumber daya kesehatan ini perlu diberdayakan dan didukung dalam
hal mengembangkan pelayanan kesehatan berbasis teknologi. Hal ini tentu bertujuan untuk
melibatkan peran aktif segenap subsistem yang berada dalam naungan sektor kesehatan
untuk mengupayakan perubahan sebuah sistem pelayanan kesehatan yang merata, tepat
sasaran dan terjangkau di masa yang akan datang. Teknologi memang bukan satu satunya
solusi untuk permasalahan di berbagai instansi pemberi jasa layanan kesehatan. Tetapi
perlu diperhatikan, pentingnya keseriusan dan koordinasi antara pemerintah pusat dan
daerah diharapkan mampu membuat perubahan sistem kesehatan yang lebih baik ke
depannya.

2.2 Telenursing

A. Pengertian Telenursing

Kata “Tele” berasal dari bahasa Yunani yaitu “Telos” yang berarti jarak. Telehealth
dan telemedicine pertama kali digunakan pada tahun 1960 oleh National Aeronautics and
Space Administration (NASA). Telemedicine membantu pengukuran fisiologi para astronot
yang ada di luar angkasa. Pada zaman sekarang, Telehealth telah berkembang dengan
cukup pesat. Telah banyak professional-profesional yang menggunakannya salah satunya
adalah Profesional Perawat. Sebagai care giver, perawat tentu saja bisa menggunakan fitur
ini untuk memberikan perawatan jarak jauh dengan menggunakan teknologi. Pemberian
perawatan jarak jauh ini tidak mempan dan membutuhkan lebih banyak studi berbasis bukti
tentang bagaimana cara yang paling cocok untuk diberikan, tetapi telah menjadi metode
yang inovatif dalam menyediakan perawatan di rumah. Di Amerika sendiri, sekitar 40%
layanan rumah yang menggunakan telehealth (berkunjung dari rumah ke rumah), telah
digantikan dengan metode telenursing atau dengan kata lain pemberian perawatan jarak
jauh menggunakan telepon. Hingga saat ini, telenursing masih terus dikembangkan untuk
manfaat perawatan yang lebih mendukung lagi di masa yang akan datang.

CNA (2005) telenursing merupakan suatu proses pemberian, manajemen dan


koordinasi asuhan serta pemberian layanan keperawatan melalui teknologi informasi dan
teknologi komunikasi. Telenursing adalah suatu kegiatan melakukan komunikasi melalui
telepon secara jarak jauh dengan bantuan teknologi sebagai dasar untuk melakukan aktifitas
pelayanan keperawatan (Ernesater, et al, 2009). Kawaguchi et al (2004) menyatakan
telenursing merupakan bagian dari telehealth yang terjadi ketika perawat memenuhi
kebutuhan dasar klien dengan menggunakan teknologi informasi, komunikasi dan web-
based system. Sedangkan Lancet (2000 dalam Nurhidayah, 2010), telenursing diartikan
sebagai praktek pemberian layanan keperawatan menggunakan teknologi telekomunikasi.
Berdasarkan pengertian pengertian di atas dapat disimpulkan, telenursing adalah bagian
dari telehealth yang merupakan proses pemberian, manajemen, dan koordinasi dalam
pelayanan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan dasar klien secara jarak jauh dengan
menggunakan bantuan teknologi informasi, telekomunikasi dan web based system.

Ada beberapa bukti bahwa pelatihan dalam komunikasi menggunakan telepon


diperlukan untuk para perawat, mengingat bahwa keterampilan komunikasi menggunakan
telepon ini dapat ditingkatkan untuk memenuhi keinginan pasien. Panggilan setiap
Readmissions harus mengikuti aturan SCOTCH, yaitu :

1. Started (ask whether or not the patient is prepared to talk),

2. Check the patient’s understanding of the hospitalization,

3. Raise regarding Opportunities for the medical team to improve,

4. Ask however the Transition home went,

5. Check the patient’s understanding of recommendations for current care, and

6. Provide to assist Help as needed.

Pengarahan lebih lanjut dalam komunikasi telepon diperlukan untuk praktisi


perawat. Keterampilan komunikasi tingkat lanjut, bersama dengan pemantauan yang
sistematis dan komprehensif, akan membangun hubungan yang berpengetahuan antara
pasien dan perawat, dan akan lebih mudah diterapkan. Telenursing membutuhkan sistem
yang terintegrasi untuk mendukung melalui telemonitoring dan dengan demikian, data
pasien dapat disimpan di dalam rekam medis elektronik dan dapat segera diwaspadai bila
terjadi apa-apa. Jika ada tanda-tanda unit area dekompensasi yang dapat membahayakan
pasien, maka Emergency Medical Response (EMR) akan segera bertindak.
B. Prinsip Kerja Telenursing

1) Persiapan sarana dan prasarana

Pengembangan telenursing mencakup persiapan komponen-komponen seperti:


jaringan komputer, internet, web camera, dan kesiapan sumber daya manusia dalam
mengoperasionalkannya. Pada saat menjalankan aplikasi telenursing ini, dibutuhkan paling
tidak bandwidth komunikasi yang relatif besar karena trafik data pada aplikasi ini cukup
besar. Percakapan audio visual, sebagaimana percakapan melalui keyboard, juga dapat
dilakukan antara dua pihak maupun lebih dari dua. Peralatan yang dibutuhkan untuk
pengiriman gambar dan suara adalah video camera dan audio card berikut microphone.
Untuk penerimaan, cukup dengan monitor dan penambahan speaker pada audio card.
Sebagai aplikasi yang bersifat real-time, aplikasi video/audio conference untuk telenursing
ini sangat sensitif terhadap delay. Oleh karena itu, aplikasi ini baru dapat berjalan dengan
baik jika kita memiliki infrastruktur jaringan telekomunikasi yang dapat memberikan
kecepatan dan bandwidth komunikasi yang cukup.

Sistem telenursing merupakan sistem yang berbasis internet di desain untuk


membantu pasien dengan berbagai penyakit kronis belajar cara memanage kondisi mereka.
Sistem arsitektur ditunjukkan pada figure 1. Database server yang berlokasi di regional
university health care centre, berfungsi untuk mengumpulkan, meneruskan dan memenuhi
autorisasi pasien, perawat dan dokter memasuki dan melihat informasi pada website yang
ditunjukkan pada figure 2. Subcentre kesehatan dengan staffnya adalah seorang perawat
professional yang mengetahui tentang teknik telekomunikasi. Perawat ini secara regular
mengunjungi pasien yang terdaftar dan memberikan perawatan berkelanjutan melalui
sistem telenursing.

Terdapat tiga jenis informasi yang akan terolah pada sistem ini antara lain:
(1) email dari pasien gagal jantung yang melaporkan status kesehatan ( keadaan atau
kondisi fisiknya, keluhan yang dirasakan, dll;

(2) Data vital sign: monitoring tekanan darah secara regular, nadi dan temperature;

(3) video-mail, yang berfungsi untuk meningkatkan evaluasi pasien. Pasien mengakses
informasi kesehatan pada website. Informasi yang terkumpul dipusat pelayanan kesehatan
dan perawatan akan memutuskan apakah memberikan perawatan melalui instruksi
telenursing atau mengunjungi pasien.

2) Persiapan Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan kunci yang menentukan keberhasilan pelaksanaan


kegiatan telenursing di rumah sakit. Sebelum pelaksanaan telenursing dijalankan, maka
perlu pendidikan dan pelatihan bagi semua personel yang terlibat di dalamnya.
Keterampilan masing-masing personel sangat diperlukan. Selain itu juga harus
dipersiapakan personel yang terampil dalam bidang informasi. Karena kalau ini tersedia,
dapat menjadi kendala pada saat terjadi error system.

C. Aplikasi Telenursing untuk Pasien Gagal Jantung

Telenursing dapat diaplikasikan dalam berbagai area keperawatan, antara lain


ambulatory care, pusat informasi, home visit telenursing, bagian rawat jalan dan bagian
kegawatdaruratan. Bentuk-bentuk telenursing dapat berupa triage telenursing, call-center
services, konsultasi melalui secure email messaging system, konseling melalui hotline
service, audio atau video conferencing antara klien dengan petugas kesehatan atau dengan
sesama petugas kesehatan, discharge planning telenursing, home-visit telenursing dan
pengembangan websites untuk sebagai pusat informasi dan real-time counseling pada
pasien (CNA, 2005; CNIA, 2006).
Non-Communicable Disease (NCB) atau penyakit menular seperti penyakit jantung
adalah salah satu penyakit terganas yang bisa membawa pada kematian di seluruh dunia.
Jumlah pengidap untuk penyakit Gagal Jantung sendiri diperkirakan akan meningkat 46%
yaitu dari 2.42% di tahun 2012 menjadi 2.97% di tahun 2030 mendatang, dengan jumlah
lebih dari delapan milyar penderita usia di atas 18 tahun. Karena kasus penyakit ini
dominan mengenai kaum orang dewasa atau bahkan lanjut usia, maka risikonya akan jauh
leih besar. Di Asia sendiri, peningkatan penyakit gagal jantung berada di kisaran angka
1.26% mejadi 6.7%. Tingkat rawat ulang untuk penyakit gagal jantung juga cukup tinggi.
umumnya, para penderita akan kembali datang setelah 365 hari/1 tahun pasca pengobatan
terakhir mereka. Ada banyak faktor tentunya. Mulai dari ketidakpatuhan dalam perawatan
diri, juga keluarga sebagai support berperan sangat penting.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, ada rencana tatalaksana bahwa


sepulangnya pasien dari rumah sakit, mereka bisa difollow-up via telepon dalam jangka
waktu tiga hari setelah pasien melakukan readmission. Hal ini bertujuan untuk memantau
kepatuhan pasien akan perawatan setelah rawat inap. Pedoman ESC 2016 menyebutkan
bahwa salah satu komponen program manajemen pasien gagal jantung adalah peningkatan
akses pelayanan kesehatan, termasuk tindak lanjut melalui pemantauan jarak jauh
menggunakan kontak telepon. Intervensi ini terbukti bermakna dengan implementasi
berkelanjutan dalam jangka waktu minimal selama 18 bulan, menghasilkan pengurangan
biaya rumah sakit dan penurunan angka kematian. Dukungan telepon terstruktur mencakup
kontak telepon secara teratur antara pasien dan penyedia layanan kesehatan, termasuk
diskusi tentang laporan gejala yang dirasakan pasien dan data tanda-tanda fisik, serta
pentingnya kepatuhan terhadap rekomendasi terapi dan manajemen diri yang tepat.

. Takeda et al. (2012) menemukan bahwa pemantauan dan tindak lanjut pasien jarak
jauh oleh perawat khusus gagal jantung dapat mengurangi readmission pasien gagal
jantung setelah 12 bulan tindak lanjut. Pemantauan jarak jauh oleh perawat dapat
meningkatkan kualitas hidup pasien gagal jantung selama 180 hari periode tersebut.
D. Keuntungan dan Kelemahan Telenursing

Pelaksanaan telenursing merupakan aplikasi perkembangan teknologi informasi


dengan berbagai keunggulan yang ditawarkan. Dalam pelayanan keperawatan, telenursing
mampu meminimalisir pemborosan waktu, tenaga, dan biaya. Namun di sisi lain,
telenursing ternyata mempunyai kelemahan. Antara keuntungan dan kelemahan yang
muncul tentu sudah menjadi bahan diskusi dan kajian. Jika memang ini bisa diterapkan,
berarti keuntungannya tentu lebih besar daripada kelemahannya.

1) Keuntungan Telenursing

a) Efisiensi dan efektifitas sumber daya manusia, karena dengan sumber daya yang terbatas,
kegiatan pelayanan keperawatan tetap dapat dilaksanakan dengan jangkauan yang lebih
luas dan lebih banyak (tidak dibatasi jarak, ruang dan waktu). Namun, dalam kondisi
tertentu mungkin memerlukan kontak fisik/bertemu langsung antara perawat-pasien.

b) Efisiensi dan efektifitas biaya perawatan, karena dengan telenursing waktu perawatan di
ruang rawat dapat diminimalkan untuk dialihkan perawatan di rumah.

c) Telenursing dapat digunakan sebagai media untuk berbagai pelayanan keperawatan


(pendidikan kesehatan, pemantauan status kesehatan dan vital sign, pemberian tindakan
keperawatan, mengevaluasi hasil tindakan keperawatan, bahkan dapat digunakan untuk
media kolaborasi)

d) Mengurangi lama hari rawat di ruang rawat.

e) Memandirikan pasien dan keluarga

f) Dengan telenursing privacy pasien dapat terjaga

g) Telenursing dapat digunakan untuk media pembelajaran di kampus.


2) Kendala dan Kelemahan Penggunaan Telenursing

Kendala dan kelemahan penggunaan telenursing akan banyak terjadi apabila diterapkan di
Negara yang belum maju atau Negara berkembang. Karena, penerapan telenursing
memerlukan persiapan yang cukup besar dalam hal biaya dan dana untuk kebutuhan
sumberdaya dan sarana yang diperlukan. Kendala lain adalah terkait dengan nilai budaya di
suatu wilayah atau Negara jika dilihat dari segi etis dan tidaknya model pelayanan seperti
telenursing. Selain itu permasalahan jaringan yang mungkin dapat menyebabkan pelayanan
tidak terlaksana dan terputus sebelum kontrak habis.

E. Perkembangan Telenursing

Telah diterapkan di Amerika, Yunani, Israel, Jepang, Italia, Denmark, Belanda,


Norwegia, Jordania dan India bahkan Malaysia. Dikabarkan, di Amerika Serikat 36%
peningkatan kebutuhan perawat home care, dapat ditanggulangi oleh Telenursing
Sedangkan di Inggris, 15% pasien home care dilaporkan memerlukan teknologi
telekomunikasi, sebab sejumlah besar pasien mendapatkan pelayanan telekomunikasi

Follow-up pasien selama 3-5 hari melalui telepon pasca pasien keluar dari rumah
sakit dikatakan menjadi hal yang sangat penting dari telenursing ini. Dengan melakukan
aspek protocol ini, perawat bisa mengingatkan pasien mulai dari terapi obat, diet, pola
makan, dll. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada saat pasien masih berada di
dalam bangsal RS. Perawat juga memberikan hak penuh terhadap keluarga pasien untuk
menanyakan semua hal yang masih kurang jelas sebelum mendampingi pasien menjalani
proses penyembuhan di luar RS.

Teknologi inovatif Telenursing ini membawa cahaya baru dalam teknologi


komunikasi keperawatan khususnya bagi para penderita Heart Failure. Dekompensasi bisa
dideteksi lebih dini sehingga tingkat mortalitas bisa ditekan, juga mengurangi kasus
readmissions, meningkatkan kualitas pelayanan Kesehatan oleh perawat dan tentu saja bisa
mengurangi biaya.

2.3 Wound Dressing

Pada awal kegiatan pengabdian masyarakat, tim melakukan pretest kepada


responden. Dari 22 responden yang ikut dalam kegiatan mendapat nilai antara 2 sampai
dengan 4 dan nilai rata-rata 2,95. Pertanyaan dalam kuesioner mencakup pengetahuan
responden tentang Perawatan Luka meliputi bagian tubuh, jenis luka, tujuan perawatan
luka, fungsi kulit dan perawatan luka. Pada akhir pelaksanaan kegiatan pengabdian
masyarakat, terlihat hasil postest menunjukkan peningkatan pengetahuan responden melalui
peningkatan rata-rata nilai posttest menjadi 4,86 sehingga dapat diketahui adanya
peningkatan pengetahuan siswa terkait perawatan luka.Dalam mengatasi luka infeksi
seringkali digunakan antibiotik. Antibiotik adalah kelompok obat yang digunakan untuk
mengatasi dan mencegah infeksi bakteri. Obat ini bekerja dengan cara membunuh dan
menghentikan bakteri berkembang biak di dalam tubuh. Antibiotik tidak dapat digunakan
untuk mengatasi infeksi akibat virus, seperti flu. Pada dasarnya, infeksi bakteri yang
tergolong ringan dapat pulih dengan sendirinya, sehingga pemberian antibiotik dirasa tidak
perlu. Namun, ketika infeksi bakteri yang diderita tidak kunjung membaik, dokter dapat
meresepkan antibiotik. Selainkeparahan kondisi, terdapat juga beberapa pertimbangan lain
sebelum akhirnya pasien diberikan antibiotik, yakni:

(a) Infeksi yang diderita adalah infeksi menular,

(b).terasa mengganggu dan diduga membutuhkan waktu lama untuk sembuh dengan
sendirinya dan

(c) terdapat risiko tinggi menyebabkan komplikasi. Antibiotik juga dapat diberikan sebagai
langkah pencegahan infeksi bakteri atau dalam dunia medis dikenal sebagai profilaksis.
Orang-orang yang diberikan antibiotik untuk profilaksis adalah orang yang memiliki risiko
tinggi mengalami infeksi bakteri, seperti ketika orang tersebut menjalani operasi glaukoma
atau operasi penggantian sendi. Jenis antibiotik memiliki beberapa jenis, dan masing-
masing digunakan untuk mengatasi kondisi yang berbeda. Oleh karena itu hindari
penggunaan antibiotik tanpa anjuran dokter, terutama bagi:

(a) Ibu hamil dan menyusui,

(b). bersamaan dengan pengobatan lain dan

(c) Indonesian Journal of Community Empowerment (IJCE)

Metode perawatan luka konvensional (wet-dry woundcare) telah diterapkan selama


sekitar 2000 tahun. Akan tetapi, penelitian baru-baru ini menjelaskan bahwa metode
modern wound dressing lebih efektif daripada metode konvensional. Lebih efektif karena
jaringan dapat lebih cepat tumbuh pada kelembaban dan suhu yang sesuai.

Keefektifan penambahan terapi komplementer dalam penyembuhan luka diabetik


sesuai dengan penelitian sebelumnya mengenai efektivitas madu dan NaCl pada perawatan
luka diabetik yang menunjukan bahwa perawatan luka dengan madu + NaCl lebih efektif
daripada hanya dengan NaCl (Pramana, Suryani, &Supriyono, 2012) Akan tetapi,
penelitian lain yang dilakukan oleh Riani dan Fitri Handayani menunjukkan bahwa terapi
modern wound healing saja lebih efektif daripada madu ditambah NaCL 0,9% (Riani,
2017). Hal ini dimungkinkan karena sifat NaCl 0,9% yang cepat menguap sehingga tidak
dapat memberikan suasana lembab yang cukup lama sampai luka diganti kembali
balutannya (Handayani, 2016).

Studi literatur lain menyebutkan bahwa modern dressing merupakan terapi yang
paling efektif untuk penyembuhan luka diabetik. Meskipun modern dressing membutuhkan
biaya lebih daripada metode konvensional, bukan berati penggunaan modern wound
dressing tidak efektif (Mutiudin, 2019). Studi literature lain menyebutkan bahwa terdapat
berbagai bahan alami yang dapat dijadikan sebagai CAM pada proses penyembuhan luka
diabetik yaitu lidah buaya, madu, larva belatung, dan gula pasir (Prima, Andas, & Ilyas,
2020).Dari literatur yang telah ditelaah oleh peneliti memberikan gambaran bahwa
penelitian mengenai penggunaan modern dressing untuk perawatan luka diabetes sudah
berkembang pesat. Sementara, penggunaan metode konvensional sudah tidak terbukti
efektif terlihat dari kelompok perbandingan yang digunakan. Metode modern yang
dilengkapi dengan terapi komplementer memberikan pengaruh yang lebih signifikan dalam
mempercepat penyembuhan luka diabetes.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keperawatan medikal bedah sebagai cabang ilmu keperawatan tidak terlepas dari
adanya berbagai perubahan dalam pengembangan ilmunya, dimana berbagai perubahan itu
akan menimbulkan berbagai trend dan isu yang menuntut peningkatan pelayanan asuhan
keperawatan. Dalam bidang Kesehatan kemajuan teknologi informasi sudah sangat
menunjang pelayanan, apalagi di dunia medis, dengan perkembangan pengetahuan yang
begitu cepat. Adapun saat ini yang dinamakan metode telenursing atau dengan kata lain
pemberian perawatan jarak jauh menggunakan telepon. Ada juga yang namanya modern
dressing yang merupakan terapi yang paling efektif untuk penyembuhan luka diabetik yang
sudah berkembang pesat. Masing-masing dari perubahan tersebut pasti ada dampak baik
dan buruknya, sebagai tenaga medis, kita harus mampu melihat mana dampak yang baik
atau buruk, dan berusaha untuk lebih mengembangkan perubahan tersebut kearah yang
benar agar tepat pada sasaran atau tujuan yang ingin dicapai.

3.2 Saran

Menurut pendapat dari kelompok kami, sebenarnya sah-sah saja bila ada perubahan
yang terjadi dalam dunia Keperawatan Medikal Bedah seperti teknologi alat
kesehatan,variasi jenis penyakit dan teknik intervensi keperawatan. Tetapi, hal tersebut
benar-benar harus sudah pasti keamanannya dan juga kualitasnya. Kita juga harus
menerapkan perubahan-perubahan tersebut dengan benar dan sesuai aturan. Jadi, tujuan
dari asuhan keperawatan itu akan lebih mudah dan tepat dalam pencapaiannya.
DAFTAR PUSTAKA

Asmirajanti, Mira.
http://nsa311.weblog.esaunggul.ac.id/wp-content/uploads/sites/6191/2017/08/07-
TeleNursing.pdf, diakses pada 29 September 2021 pukul 20.23 WIB

Asmuji. 2012. Efektifitas dan Efisiensi Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetes
Mellitus melalui Telenursing.

Kusumastuty, Hesti dan Nur Setiawati Dewi. 2020. Penggunaan Terapi Komplementer
dalam Modern Wound Dressing pada Pasien dengan Luka Diabetes : Literature
Review.

Piscesiana, Effita dan Tuti Afriyani. 2020. The Effect of Telenursing on Preventing Re-
Admission Among Patients with Heart Failure : A Literature Review.
Pertanyaan dan Jawaban saat presentasi

1. Tri Fitri Yani ( P07120221006) dan Zalikhah Sifa P (P07120221030)

Pertanyaan: Menurut kelompok kalian bagaimana cara mengurangi kendala dan kelemahan
penggunaan tele nursing

Jawab : Mempersiapkan jaringan, media yang akan digunakan dengan baik. Selain itu juga
bisa dengan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan SDM

2. Halimatus Sa’diyah ( P07120221014)

Pertanyaan : Apakah di negara berkembang seperti Indonesia sudah diterapkan telenursing?

Jawab: Telenursing pada dasarnya di indo itu udah ada. Karena kalau dilihat dari pengertian
umumnya telenursing itu kan perawatan jarak jauh. Nah konsultasi online itu sudah
termasuk di dalam nya. Contohnya itu seperti halodoc, ibunda, dll.

3. Ratu Felisa Balqis (P07120221017)

Pertanyaan: Bagaimana mekanisme terjadinya alergi setelah mengonsumsi pengobatan


antibiotic?

Jawab : Alergi antibiotik terjadi ketika sistem imun bereaksi melawan zat-zat yang
terkandung dalam antibiotik. Sistem imun keliru mengenali antibiotik sebagai zat yang
berbahaya, lalu mengirimkan antibodi dan berbagai zat kimia untuk menghilangkannya.

Padahal, sistem imun yang normal seharusnya hanya bereaksi terhadap bibit penyakit dan
zat asing yang merugikan kesehatan. Sistem imun seharusnya tidak menggubris zat lain
yang menguntungkan tubuh, termasuk kandungan antibiotik.

Reaksi alergi umumnya terjadi saat Anda meminum antibiotik untuk pertama kalinya.
Meski begitu, tidak menutup kemungkinan reaksi ini muncul pada orang yang sudah
berulang kali meminum obat tersebut tanpa mengalami masalah.

Anda mungkin juga menyukai