DISUSUN OLEH :
Kelompok 3
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur hanya milik Allah SWT yang telah memberi taufik dan hidayah-Nya
kepada kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya,
para sahabatnya dan mudah-mudahn sampai kepada kita selaku umatnya. Amiin
Makalah ini menyajikan pembahasan mengenai Hukum Dan Etik Keperawatan Di Ruang
Icu Dan Evidence Based Practice dimana laporan ini disusun sebagai salah satu pemenuhan
tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis. Tim penyusun menyadari masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu Tim Penyusun berharap adanya kritik dan saran
yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Seiring dengan berakhirnya penyusunan makalah ini, Tim Penyusun mengucapkan terima
kasih kepada Dosen Mata Kuliah Keperawatan Kritis, berbagai pihak yang telah turut membantu
dalam penyusunan makalah ini. Tim Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
khususnya dan umumnya bagi masyarakat luas.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Hukum dan etik...............................................................................................................................6
B. Evidence Based Practice................................................................................................................10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................................................15
B. Saran..............................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika merupakan pedoman untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan
merupakan kesepakatan dari nilai-nilai positif untuk menghasilkan kebaikan guna
perkembangan individu dan masyarakat, dan aturan apa saja yang kita butuhkan untuk
mencegah manusia berbuat jahat (Suhaemi, 2003). Etika keperawatan adalah nilai-nilai
dan prinsip-prinsip yang diyakini oleh profesi keperawatan dalam melaksanakan
tugasnya yang berhubungan dengan pasien, masyarakat, teman sejawat maupun dengan
organisasi profesi, dan juga dalam pengaturan praktik keperawatan itu sendiri. Prinsip-
prinsip etika ini oleh profesi keperawatan secara formal dituangkan dalam suatu kode etik
yang merupakan komitmen profesi keperawatan akan tanggung jawab dan kepercayaan
yang diberika oleh masyarakat (Berger & Williams, 1999).
` Pasien yang dirawat diruang ICU (Intencive Care Unit) mengalami keadaan gawat
yang mengancam kehidupan. Untuk itu perawat diruang ICU cenderung cepat dan cermat
serta kegiatannya dilakukan secara terus menerus dalarn 24 jam. Perawatan diruang ICU
sering menggunakan alat-alat canggih yang asing bagi pasien maupun keluarga. Keadaan
tersebut dapat menimbulkan krisis dalam keluarga, terutama jika sumber krisis
merupakan stimulus yang belum pernah dihadapi oleh keluarga sebelumnya. Selain itu
peraturan di ICU cenderung ketat, keluarga tidak boleh menunggu pasien secara terus
menerus sehingga hal ini akan menimbulkan kecemasan bagi keluarga pasien yang
dirawat di ICU mengingat keluarga adalah suatu system terbuka dimana setiap ada
perubahan atau gangguan pada salah satu system dapat mengakibatkan perubahan atau
gangguan pada salah satu system dapat mengakibatkan perubahan atau gangguan bagi
seluruh system tersebut. Keluarga yang mengerti di ICU pun mengalami kecemasan
apalagi keluarga yang tidak mengerti perawatan di ICU akan semakin memperberat
kecemasan. Oleh karena itu kecemasan yang dialami oleh salah satu keluarga
mempengaruhi seluruh keluarga lain. (Kusuma, 2007).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hukum dan etik keperawatan intensif?
2. Apa yang dimaksud dengan evidence based practice?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui hukun dan etik keperawatan intensif.
2. Mengetahui evidence based practice.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hukum dan etik
Pelayanan intensif merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan
untuk menangani kondisi kritis pasien. Di Indonesia, pelayanan ini sebagian besar
dilakukan oleh dokter spesialis anestesi dan diberikan di instalasi Intensive Care
Unit (ICU). Pelayanan intensif ditujukan untuk memberikan terapi dan perawatan
intensif. Biaya pelayanan yang sangat tinggi membutuhkan rasionalisasi pelayanan agar
dapat memenuhi hak setiap orang yang membutuhkan.
Hak atas kesehatan adalah hak intrinsik dari setiap manusia untuk memperoleh
akses serta layanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas. Bukan semata-mata hak
setiap manusia untuk menjadi sehat. Kondisi sumber daya kesehatan adalah terbatas,
sedangkan kebutuhan akan kesehatan adalah tidak terbatas. Dalam menghadapi kondisi
yang demikian, dibutuhkan rasionalisasi kesehatan agar dapat memenuhi hak atas
kesehatan bagi seluruh masyarakat.
Secara umum, tujuan Kode Etik Keperawatan adalah sebagai berikut (Kozier. Erb.
1990)
a. Sebagai aturan dasar terhadap hubungan perawat dengan perawat, pasien dan
anggota tenaga kesehatan lainnya.
b. Sebagai standar dasar untuk mengeluarkan perawat jika terdapat perawat
yang melakukan pelanggaran berkaitan kode etik dan untuk membantu
perawat yang tertuduh suatu permasalahan secara tidak adil.
c. Sebagai dasar pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan dan untuk
mengorientasi lulusan keperawatan dalam memasuki jajaran praktik
keperawatan professional
d. Membantu masyarakat dalam memahami perilaku keperawatan professional.
c. Eutanasia
Kematian pada umumnya disepakati sebagai berhentinya kehidupan,
meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran
yang berwenang bahwa fungsi otak, pernafasan dan atau denyut jantung
seseorang telah berhenti.
Ketika pasien belum dapat dinyatakan mati, dokter melakukan
tindakan secara aktif menghentikan kehidupannya, maka ia dapat dinyatakan
sebagai melakukan pembunuhan. Sebaliknya apabila pasien sudah dapat
dinyatakan mati, tetapi dokter masih melakukan tindakan terapeutik maka ia
dapat di nyatakan melanggar profesi karena melakukan tindakan medik pada
mayat.
b. Tujuan EBP
Tujuan utama di implementasikannya evidance based practice di dalam
praktek keperawatan adalah untuk meningkatkan kualitas perawatan dan
memberikan hasil yang terbaik dari asuhan keperawatan yang diberikan. Selain
itu juga, dengan dimaksimalkannya kualitas perawatan tingkat kesembuhan
pasien bisa lebih 20 cepat dan lama perawatan bisa lebih pendek serta biaya
perawatan bisa ditekan (Madarshahian et al., 2012).
Dalam rutinititas sehari-hari para tenaga kesehatan profesional tidak hanya
perawat namun juga ahli farmasi, dokter, dan tenaga kesehatan profesional
lainnya sering kali mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul
ketika memilih atau membandingkan treatment terbaik yang akan diberikan
kepada pasien/klien, misalnya saja pada pasien post operasi bedah akan muncul
pertanyaan apakah teknik pernapasan relaksasi itu lebih baik untuk menurunkan
kecemasan dibandingkan dengan cognitive behaviour theraphy, apakah teknik
relaksasi lebih efektif jika dibandingkan dengan teknik distraksi untuk
mengurangi nyeri pasien ibu partum kala 1 (Mooney, 2012).
a. Komponen kunci EBP
Evidence atau bukti adalah kumpulan fakta yang diyakini kebenarannya.
Evidence atau bukti dibagi menjadi 2 yaitu eksternal evidence dan 24 internal
evidence. Bukti eksternal didapatkan dari penelitian yang sangat ketat dan dengan
proses atau metode penelitian ilmiah. Pertanyaan yang sangat penting dalam
mengimplementasikan bukti eksternal yang didapatkan dari penelitian adalah
apakah temuan atau hasil yang didapatkan didalam penelitian tersebut dapat
diimplementasikan kedalam dunia nyata atau dunia praktek dan apakah seorang
dokter atau klinisi akan mampu mencapai hasil yang sama dengan yang
dihasilkan dalam penelitian tersebut. Berbeda dengan bukti eksternal bukti
internal merupakan hasil dari insiatif praktek seperti manajemen hasil dan proyek
perbaikan kualitas (Melnyk & Fineout, 2011).
Dalam (Grove et al., 2012) EBP dijelaskan bahwa clinical expertise yang
merupakan komponen dari bukti internal adalah merupakan pengetahuan dan skill
tenaga kesehatan yang 25 profesional dan ahli dalam memberikan pelayanan. Hal
atau kriteria yang paling menunjukkan seorang perawat ahli klinis atau clinical
expertise adalah pengalaman kerja yang sudah cukup lama, tingkat pendidikan,
literatur klinis yang dimiliki serta pemahamannnya terhadap research. Sedangkan
patient preference adalah pilihan pasien, kebutuhan pasien harapan, nilai,
hubungan atau ikatan, dan tingkat keyakinannya terhadap budaya. Melalui proses
EBP, pasien dan keluarganya akan ikut aktif berperan dalam mengatur dan
memilih pelayanan kesehatan yang akan diberikan. Kebutuhan pasien bisa
dilakukan dalam bentuk tindakan pencegahan, health promotion, pengobatan
penyakit kronis ataupun akut, serta proses rehabilitasi.
b. Model-model EBP
Dalam memindahkan evidence kedalam praktek guna meningkatkan
kualitas kesehatan dan keselamatan (patient safety) dibutuhkan langkahlangkah
yang sistematis dan berbagai model EBP dapat membantu perawat atau tenaga
kesehatan lainnya dalam mengembangkan konsep melalui pendekatan yang
sistematis dan jelas, alokasi waktu dan sumber yang jelas, sumber daya yang 28
terlibat, serta mencegah impelementasi yang tidak runut dan lengkap dalam
sebuah organisasi (Gawlinski & Rutledge, 2008).
Namun demikian, beberapa model memiliki keunggulannya
masingmasing sehingga setiap institusi dapat memilih model yang sesuai dengan
kondisi organisasi. Beberapa model yang sering digunakan dalam
mengimplementasikan evidence based practiceadalah Iowa model (2001), stetler
model (2001), ACE STAR model (2004), john hopkinsevidence-based practice
model(2007), rosswurm dan larrabee’s model, serta evidence based practice
model for stuff nurse (2008). Beberapa karakteristik tiap-tiap model yang dapat
dijadikan landasan dalam menerapkan EBP yang sering digunakan yaitu IOWA
model dalam EBP digunakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan,
digunakan dalam berbagai akademik dan setting klinis. Ciri khas dari model ini
adalah adanya konsep “triggers” dalam pelaksanaan EBP. Trigers adalah masalah
klinis ataupun informasi yang berasal dari luar organisasi.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi EBP
Dalam (Ashktorab et all., 2015) menyatakan bahwa ada beberapa faktor
yang akan mendukung penerapan evidence based practice oleh mahasiswa
kepearawatan, diantaranya adalah intention (niat), pengetahuan, sikap, dan
perilaku mahasiswa keperawatan. Dari ketiga faktor tersebut sikap mahasiswa
dalam menerapkan EBP merupakan faktor yang sangat menunjang penerapan
EBP. Untuk mewujudkan hal tersebut pendidikan tentang EBP merupakan upaya
yang harus dilakukan dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswa ataupun sikap
mahasiswa yang akan menjadi penunjang dalam penerapannya pada praktik
klinis. Sedangkan didalam (Ryan, 2016) dijelaskan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi penerapan EBP dalam mahasiswa keperawatan berkaitan dengan
faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik terkait erat dengan intention
atau sikap serta pengetahuan mahasiswa sedangkan faktor ekstrinsik erat
kaitannya dengan organizational atau institutional support seperti kemampuan
fasilitator atau mentorship dalam memberikan arahan guna mentransformasi
evidence kedalam praktek, ketersedian fasilitias yang mendukung serta dukungan
lingkungan.
d. Langkah-langkah dalam proses EBP
Berdasarkan (Melnyk et al., 2014) ada beberapa tahapan atau langkah
dalam proses EBP. Tujuh langkah dalam evidence based practice (EBP) dimulai
dengan semangat untuk melakukan penyelidikan atau pencarian (inquiry)
personal. Budaya EBP dan lingkungan merupakan faktor yang sangat penting
untuk tetap mempertahankan timbulnya pertanyaan-pertanyaan klinis yang kritis
dalam praktek keseharian. Langkah-langkah dalam proses evidance based practice
adalah sebagai berikut:
a) Menumbuhkan semangat penyelidikan (inquiry)
b) Mengajukan pertanyaan PICO(T) question
c) Mencari bukti-bukti terbaik
d) Melakukan penilaian (appraisal) terhadap bukti-bukti yang ditemukan
e) Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan pilihan pasien untuk
membuat keputusan klinis terbaik
f) Evaluasi hasil dari perubahan praktek setelah penerapan EBP
g) Menyebarluaskan hasil (disseminate outcome).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelayanan intensif merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang
ditujukan untuk menangani kondisi kritis pasien. Di Indonesia, pelayanan ini
sebagian besar dilakukan oleh dokter spesialis anestesi dan diberikan di
instalasi Intensive Care Unit (ICU). Pelayanan intensif ditujukan untuk
memberikan terapi dan perawatan intensif. Biaya pelayanan yang sangat tinggi
membutuhkan rasionalisasi pelayanan agar dapat memenuhi hak setiap orang
yang membutuhkan.
B. Saran
Beberapa kesimpulan yang telah diuraikan di atas, dapatlah diajukan saran
sebagai berikut:
Hendrik, 2011. Etika dan hukum kesehatan, penerbit buku kedokteran, EGC.
Hudak dan Galo, 1997, Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik Vol I.
PPNI, 2010. Pedoman Etika Keperawatan.
Modul Pelatihan, 2014. Keperawatan Intensif Dasar, Penerbit In Media, Cetakan ke-3, Bogor.