Anda di halaman 1dari 21

KONSEP DASAR ETIKA KEPERAWATAN

Disusun sebagai penugasan mata kuliah Etika Keperawatan


Dosen Pembimbing: Ns. Muh Al Amin, S.kep.M.kes.

Disusun oleh:

RINA FIBRIYANTI
NIM: 202002T062

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


PROGRAM NON REGULER
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
2020
LEMBAR PENGESAHAN

ETIKA KEPERAWATAN

Makalah ini telah diperiksa dan disetujui oleh Dosen Pembimbing pada:

Hari :
Tanggal :

Mengetahui
Dosen Pembimbing Mata Kuliah Etika Keperawatan
STIKES Banyuwangi

Ns. Muh Al Amin, S.kep.M.kes.

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT


karena telah memberikan kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Atas rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“KONSEP DASAR ETIKA KEPERAWATAN” untuk memenuhi tugas mata kuliah
Etika keperawatan. Terimakasih juga Penulis sampaikan kepada Bapak Ns. Muh Al
Amin, S.kep.M.kes. selaku dosen pembimbing mata kuliah Konsep Etika
Keperawatan.
Penulis berharap agar makalah ini mampu memberikan sudut pandang baru
bagi pembaca. Dengan kerendahan hati kami memohon maaf apabila ada kesalahan
dalam proses pembuatan makalah. Kami terbuka pada kritik dan saran sebagai
bagian dari perbaikan makalah ini.

Banyuwangi, 15 Oktober 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................iv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................2
1.3 Tujuan .............................................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN TEORI


2.1 Definisi Etika Keperawatan ..........................................................................3
2.2 Tujuan Etika Keperawatan ............................................................................6
2.3 Pendekatan dalam Etika Keperawatan .........................................................8
2.4 Tipe-tipe Etika Keperawatan ........................................................................9
2.5 Teori-teori dalam Etika Keperawatan ........................................................10
2.6 Prinsip- prinsip Etika Keperawatan ............................................................11

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................15
3.2 Saran .............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................17

iv
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perawat dalam melaksankan tugas pelayanan keperawatan kepada klien,


cakupan tanggung jawab perawat Indonesia adalah meningkatkan derajat
kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengurangi dan menghilangkan
penderitaan serta memulihkan kesehatan dilaksankan atas dasar pelayanan yang
paripurna. Dalam melaksanakan tugas profesional yang berdaya guna dan berhasil
guna, para perawat mampu serta ikhlas memberikan pelayanan yang bermutu
dengan memelihara dan meningkatakan integrasi pribadi yang luhur dengan ilmu
dan keterampilan yang memenuhi standar serta dengan keasdaran bahwa pelayanan
yang diberikan merupakan bagian dari upaya kesehatan secara menyeluruh.

Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber dari
martabat dan hak manusia (yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari
profesi. Etika adalah kode perilaku yang memperlihatkan perbuatan yang baik bagi
kelompok tertentu. Etika juga merupakan peraturan dan prinsip bagi perbuatan yang
benar. Etika berhubungan dengan hal yang baik dan hal yang tidak baik, dan dengan
kewajiban moral. Etika berhubungan dengan peraturan untuk perbuatan atau
tindakan yang mempunyai prinsip benar dan salah, serta prinsip moralitas kerena
etika mempunyai tanggung jawab moral, menyimpang dari kode etik berarti tidak
memiliki perilaku yang baik dan tidak memiliki moral yang baik. Dengan
menggunakan kode etik keperawatan, organisasi profesi keperawatan dapat
meletakkan kerangka berpikir perawat untuk mengambil keputusan dan
bertanggung jawab kepada masyarakat, anggota tim kesehatan yang lain, dan
kepada profesi (ANA, 1976)

1
1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan etika keperawatan?

2. Apakah tujuan dari etika keperawatan?

3. Bagaimana pendekatan dalam etika keperawatan?

4. Apasajakah tipe-tipe etika keperawatan?

5. Apasajakah prinsip-prinsip etika keperawatan?

1.3. Tujuan

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah etika keperawatan


2. Untuk laporan diskusi kasus
3. Agar dapat mengetahui dan memahami konsep dari etika keperawatan
4. Agar dapat mengaplikasikan etika keperawatan dalam melakukan tindakan
keperawatan.

2
BAB 2 TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Etika Keperawatan

Menurut Suhaemi (2010), Kata etika berasal dari Yunani, yaitu Ethos, yang
berhubungan dengan pertimbangan pembuat keputusan, benar atau tidaknya suatu
perbuatan karena tidak ada undang-undang atau peraturan yang menegaskan hal
yang harus dilakukan. Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang
bersumber dari martabat dan hak manusia (yang memiliki sikap menerima) dan
kepercayaan dari profesi. Profesi menyusun kode etik berdasarkan penghormatan
atas nilai dan situasi individu yang dilayani. Kode etik disusun dan disahkan oleh
organisasi atau wadah yang membina profesi tertentu baik secara nasional maupun
internasional. Kode etik menerapkan konsep etis Karena profesi bertanggung jawab
pada manusia dan menghargai kepercayaan serta nilai individu. Kata seperti etika,
hak asasi, tanggung jawab, mudah didefinisikan, tetapi kadang-kadang tidak jelas
letak istilah tersebut diterapkan dalam suatu situasi. Contoh : benarkah dipandang
dari segi etis, hak asasi, dan tanggung jawab bila profesional kesehatan
menghentikan upaya penyelamatan hidup pada pasien yang mengidap penyakit
yang pasti membawa kematian?

Faktor teknologi yang meningkat, ilmu pengetahuan yang berkembang


(pemakaian mesin dan teknik memperpanjang usia, legalisasi abortus,
pencangkokan organ manusia, pengetahuan biologi dan genetika, penelitian yang
menggunakan subjek manusia) ini memerlukan pertimbangan yang menyangkut
nilai, hak-hak manusia, dan tanggung jawab profesi. Organisasi profesi diharapkan
mampu memelihara dan menghargai, mengamalkan, mengembangkan nilai
tersebut melalui kode etik yang disusunnya. Kadang-kadang perawat diharapkan
pada situasi yang memerlukan keputusan untuk mengambil tindakan. Perawat
memberi asuhan kepada klien, keluarga, dan masyarakat ; menerima tanggung
jawab untuk membuat keadaan lingkungan fisik, sosial, dan spiritual yang
memungkinkan untuk penyembuhan; dan menekankan pencegahan penyakit; serta

3
meningkatkan kesehatan dengan penyuluhan kesehatan. Pelayanan kepada umat
manusia merupakan fungsi utama perawat dan dasar adanya profesi keperawatan.
Kebutuhan pelayanan keperawatan adalah universal. Pelayanan profesional
berdasarkan kebutuhan manusia karena itu tidak membedakan kebangsaan, warna
kulit, politik, satatus sosial, dan lain-lain. Keperawatan adalah pelayanan vital
terhadap manusia yang menggunakan manusia juga, yaitu perawat. Pelayanan ini
berdasarkan kepercayaan bahwa perawat berbuat hal yang benar, hal yang
diperlukan, dan hal yang menguntungkan pasien dan kesehatannya. Oleh karena
manusia dalam interaksi bertingkah laku berbeda-beda maka diperlukan pedoman
untuk mengarahkan bagaimana harus bertindak, bagaimana perilaku manusia, dan
apakah hal dan tanggung jawabnya.

Etika memberi keputusan tentang tindakan yang diharapkan benar tepat atau
bermoral. Banyak profesi dibidang hukum, kedokteran, keperawatan, menyusun
pernyataan tentang keyakinan terhadap perilaku yang etis bagi anggotanya. Etika
profesi sebagai pedoman menumbuhkan tanggung jawab atau kewajiban bagi
angngota profesi tentang hak-hak yang diharapkan oleh orang lain. Anggota profesi
memiliki pengetahuan atau keterampilan khusus yangn dipergunakan untuk
membuat keputusan yang memengaruhi orang lain. Organisasi profesi
menggunakan hak-hak dasar manusia dan dasar hukum untuk melindungi
anggotanya dan keselamatan klien atau pasien, dengan menjamin pelayanan yang
diberikan berdasarkan standar dan pelaksana pelayanan merupakan tenaga
profesional yang berkompeten. Perawat harus membiasakan diri untuk menerapkan
kode etik yang memberi gambaran tanggung jawabnya dalam praktik keperawatan.
Perawat juga harus mengerti undang-undang dan hukum yang berhubungan dengan
kesehatan kepada umum, terutama undang-undang yang mengatur praktik
keperawatan. Perawat harus juga memperhatikan fungsi dan tanggung jawabnya,
seperti yang dijelaskan oleh hukum dan yang dikeluarkan oleh organisasi profesi
keperawatan. Etika profesi keperawatan dikenal sebagai practice discipline, yang
perwujudannya dikenal melalui asuhan atau praktik keperawatan.

4
Perawat adalah profesi yang sifat pekerjaanya selalu berada dalam situasi yang
menyangkut hubungan antar manusia, terjadi proses interaksi serta saling
memengaruhi dan dapat memberikan dampak terhadap tiap-tiap individu yang
bersangkutan. Keperawatan sebagai suatu pelayanan profesional bertujuan untuk
tercapainya kesejahteraan manusia. Sebagai suatu profesi, perawat mempunyai
kontrak sosial dengan masyarakat. Ini berarti masyarakat memberi kepercayaan
bagi perawat untuk terus menerus memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan
yang diberikan. Untuk menjamin kepercayaan ini, pelayanan keperawatan harus
dilandasi ilmu pengetahuan, metodologi, dan dilandasi pula dengan etika profesi.

Etika profesi keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung


jawab moral yang mendasari pelaksanaan praktik keperawatan. Etika profesi
keperawatan adalah milik dan dilaksanakan oleh semua anggota profesi
keperawatan, yaitu perawat. Anggota profesi keperawatan dituntut oleh sesama
perawat, profesi lain, dan masyarakat sebagai penerima pelayanan keperawatan
untuk menaati dan menentukan kode etik yang telah disepakati. Secara spesifik
etika profesi memberi tuntutan praktik bagi anggota profesi dalam melaksanakan
praktik profesinya sesuai dengan standar moral yang diyakini. Disamping itu,
seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan meningkatnya kebutuhan
masyarakat mengakibatkan ruang lingkup layanan keperawatan semakin komplek
untuk itu, perawat dituntut kemampuannya untuk dapat mengambil keputusan atas
dasar penalaran saintifik dan etis.

Dalam melaksanakan praktik keperawatan, seorang perawat harus


mengambil suatu keputusan dalam upaya pelayanan keperawatan klien. Keputusan
yang diambil berdasarkan pertimbangan dan kemampuan penalaran ilmiah dan
penalaran etika, hal yang baik bagi pelayanan keperawatan klien diukur dari sudut
keyakinannya sendiri, norma masyarakat, dan standar profesional. Dalam
melaksankan praktik keperawatan, perawat berhadapan dengan manusia atau klien.
Perawat meyakini bahwa klien mempunyai harga diri, martabat, dan otonomi; dan
integritas perawat harus dipertahankan dalam memberi pelayanan atau asuhan
keperawatan. Disamping itu, keperawatan mempunyai tanggung jawab untuk

5
memciptakan lingkungan yang kualitas pelayanannya juga ditentukan oleh
pertimbangan hak, nilai budaya, dan adat istiadat klien.

2.2 Tujuan Etika Keperawatan

Menurut Suhaemi, (2010), Etika profesi keperawatan merupakan alat untuk


mengukur perilaku moral dalam keperawatan. Dalam penyusunan alat pengukur ini,
keputusan diambil berdasarkan kode etik sebagai standar yang mengukur dan
mengevaluasi perilaku moral perawat. Dengan menggunakan kode etik
keperawatan, organisasi profesi keperawatan dapat dapat meletakkan kerangka
berpikir perawat untuk mengambil keputusan dan bertanggung jawab kepada
masyarakat, anggota tim kesehatan yang lain, dan kepada profesi (ANA, 1976
dalam buku Suhaemi, 2010). Secara umum tujuan etika profesi keperawatan adalah
menciptakan dan mempertahankan kepercayaan klien kepada perawat, kepercayaan
diantara sesama perawat, dan kepercayaan masyarakat kepada profesi keperawatan.
Sesuai dengan tujuan di atas, perawat ditantanng untuk mengembangkan etika
profesi secara terus-menerus agar dapat menampung keinginan dan masalah baru;
dan mampu menurunkan etika profesi keperawatan kepada perawat generasi muda,
secara terus-menerus juga meletakkan landasan filsafat keperawatan agar setiap
perawat tetap menyenangi profesinya. Selain itu pula, agar perawat dapat menjadi
wasit untuk anggota profesi yang bertindak kurang profesional karena melakukan
tindakan “di bawah” standar profesional atau merusak kepercayaan masyarakat
terhadap profesi keperawatan.

Menurut American Ethics Commission Bureau on Teaching dalam buku


Suhaemi 2010, tujuan etika profesi keperawatan adalah mampu :

1. Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam praktik keperawatan


2. Membentuk strategi atau cara dan menganalisis masalah moral yang terjadi
dalam praktik keperawatan
3. Menghubungkan prinsip moral/pelajaran yang baik dan dapat di
pertanggungjawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan kepada
Tuhan, sesuai dengan kepercayaannya.

6
Perawat membutuhkan kemampuan untuk menghubungkan dan
mempertimbangkan peran prinsip moralitas, yaitu keyakinannya terhadap tindakan
yang dihubungkan dengan ajaran agama dan perintah Tuhan dalam:

1. Pelaksanaan kode perilaku yang disepakati oleh kelompok profesi, perawat


sendiri, maupun masyarakat
2. Cara mengambil keputusan yang didasari oleh sikap kebiasaan dan pandangan
(hal yang dianggap benar).
Menurut Veatch, yang mengambil keputusan tentang etika profesi
keperawatan adalah perawat sendiri, tenaga kesehatan lainnya; dan etika yang
berhubunngan dengan pelayanan keperawatan ialah masyarakat/orang awam yang
menggunakan ukuran dan nilai umum sesuai dengan tuntutan masyarakat.

Menurut National League for Nursing (NLN [Pusat pendidikan


keperawatan milik perhimpunan perawat Amerika]) dalam buku Suhaemi, 2010,
pendidikan etika keperawatan bertujuan :

1. Meningkatkan pengertian peserta didik tentang hubungan antar profesi kesehatan


lain dan mengerti tentang peran dan fungsi anggota tim kesehatan tersebut.
2. Mengembangkan potensi pengambilan keputusan yang bersifat moraliltas,
keputusan tentang baik dan buruk yang akan dipertanggungjawabkan kepada
Tuhan sesuai dengan kepercayaannya
3. Mengembangkan sifat pribadi dan sikap profesional peserta didik
4. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk dasar
praktik keperawatan profesional. Diakui bahwa pengembangan keterampilan ini
melalui dilemma etika, artinya konflik yang dialami, yang memerlukan
pengambilan keputusan yang baik dan benar dipandang dari sudut profesi,
kemanusiaan, kemasyarakatan, kesehatan dan keperawatan.
5. Memberi kesempatan kepada peserta didik menerapkan ilmu dan prinsip etika
keperawatan dalam praktik dan dalam situasi nyata.
Pendidikan etika sangat penting dalam pendidikan keparawatan yang
berfungsi untuk meningkatkan kemampuan peserta didik tentang perbedaan nilai,
norma yang timbul dalam keputusan keperawatan. Namun, etika keperawatan tidak
cukup hanya diajarkan, tetapi harus ditanamkan dan diyakini oleh peserta didik

7
melalui pembinaan, tidak saja di pendidikan, tetapi dalam lingkungan pekerjaan dan
lingkungan profesi.

2.3 Pendekatan dalam Etika Keperawatan

Sebelum membahas tentang masalah etika, perawat penting memahami


metode pendekatan yang digunakan dalam diskusi permasalahan etika. Ladd.J
(1978 dikutip oleh Frell; lih. McCloskey, 1990 dalam buku Suhaemi, 2010)
menyatakan ada empat metode utama; otoritas, consensus hominum, pendekatan
intuisi atau self-evidence, dan metode argumentasi.

Metode otoritas menyatakan bahwa dasar setiap tindakan atau keputusan


berdasarkan pada otoritas. Otoritas dapat berasal dari manusia atau kepercayaan
supernatural, kelompok manusia, atau institusi seperti majelis ulama, dewan gereja,
atau pemerintah. Penggunaan metode ini terbatas hanya pada penganut yang
percaya.

Metode consensum hominum menggunakan pendekatan berdasarkan pada


persetujuan masyarakat luas atau peda sekelompok manusia yang terlibat dalam
pengkajian suatu masalah. Segala sesuatu yang diyakini bijak, dan secara etika
dapat diterima, dimasukkan dalam keyakinan.

Metode pendekatan intuisi atau self-evidence --dinyatakan oleh para ahli filsafat--
berdasarkan pada apa yang mereka kenal sebagai konsep teknikintuisi. Metode
initerbatas hanya pada orang-orang yang mempunyaiintuisi tajam.

Metode argumentasi atau metide sokratik menggunakan pendekatan dengan


mengajukan pertanyaan atau mencari jawaban yang mempunyai alasan tepat.
Metode analitik ini digunakan untuk memahami fenomena etika.

8
2.4 Tipe - tipe Etika Keperawatan

Menurut Dalami (2010), tipe-tipe etika keperawatan terbagi menjadi tiga,


yaitu:

1. Bioetik

Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi


dalam etik,menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut, bioetik
difokuskan pada pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu
kehidupan, bioteknologi, pengobatan, politik, hukum, dan theologi.

Pada lingkup yang lebih sempit,bioetik merupakan evaluasi etik pada


moralitas treatment atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan
pada manusia. Pada lingkup yang lebih luas, bioetik mengevaluasi pada semua
tindakan moral yang mungkin membantu atau bahkan membahayakan
kemampuan organisme terhadap pengobatan dan biologi. Isu dalam bioetik
antara lain: peningkatan mutu genetik, etika lingkungan, pemberiaan pelayanan
kesehatan. Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema yang
menyangkut perawatan kesehatan,kesehatan modern,aplikasi teori etik,dan
prinsip etik terhadap masalah-masalah pelayanan kesehatan

2. Clinical Ethics/Etik Klinik

Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada
masalah etik selama pemberian pelayanan pada klien. Contoh clinical ethics:
adanya persetujuan atau penolakan,dan bagaimana seseorang sebaiknya
merespons permintaan medis yang kurang bermanfaat (sia-sia).

3. Nursing Ethics/Etik Keperawatan

Bagian dari bioetik,yang merupakan studi formal tentang isu etik dan
dikembangkan dalam tindakan serta dianalisis untuk mendapatkan keputusan etik.

9
2.5 Teori-teori dalam Etika Keperawatan

Teori dasar etika merupakan penuntun untuk membuat keputusan etis


praktik professional (Fry,1991 dalam buku Suhaemi, 2010). Teori etik digunakan
dalam pembuatan keputusan bila terjadi konflik antara prinsip dan aturan. Ahli
filsafat moral telah mengembangkan beberapa teori etik, yang secara garis besar
dapat diklasifikasikan menjadi teori teleologi dan deontology.

1. Teleologi

Teleologi (berasal dari bahasa Yunani, darin kata telos, berarti akhir).
Istilah teleologi dan utilitarianisme sering digunakkan saling bergantian.
Teleologi merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fenomena berdasarkan
akibat yang dihasilkan atau konsekuensi yang dapat terjadi. Pendekatan ini
sering disebut dengan ungkapan the end justifies the means atau makna dari
suatu tindakan ditentukan oleh hasil akhir yang terjadi. Teori ini menekankan
pada pencapaian hasil akhir yang terjadi. Pencapaian hasil akhir dengan
kebaikan yang maksimal dan ketidakbaikan sekecil mungkin bagi manusia
(Kellly, 1987 dalam buku Suhaemi, 2010).

Teori teleologi atau utilitarianisme dapat dibedakan menjadi rule


utilitarienisme dan act utilitarianisme. Rule utilitarianisme berprinsip bahwa
manfaat atau niiali suatu tindakan bergantung pada sejauh mana tindakan
tersebut memberikan kebaikan atau kebahagiaan kepada manusia. Act
utilitarianisme bersifat lebih terbatas; tidak melibatkan aturan umum, tetapi
berupaya menjelaskan pada suatu situasi tertentu dengan pertimbangan
terhadap tindakan apa yang dapat memberikan kebaikan sebanyak-banyaknya
atau ketidakbaikan sekecil-kecilnya pada individu. Contoh penerapan teori ini;
bayi yang lahir cacat lebih baik diizinkan meninggal daripada nantinya menjadi
beban masyarakat.

10
2. Deontologi

Deontologi (berasal dari bahasa Yunani, Deon, berarti tugas) berprinsip


pada aksi atau tindakan. Menurut Kant, benar atau salah bukan ditentukan oleh
hasil akhir atau konsekuensi dari suatu tindakan, melainkan oleh nilai
moralnya. Dalam konteks ini, perhatian difokuskan pada tindakann melakukan
tanggung jawab moral yang dapat memberikan penentu apakah tindakan
tersebut secara moral benar atau salah. Kant berpendapat bahwa prinsip moral
atau yang terkait dengan tugas harus bersifat universal, tidak kondisional, dan
imperative. Contoh penerapan deontologi adalah seorang perawat yang yakin
bahwa klien harus diberi tahu tentang yang sebenarnya terjadi walaupun
kenyataan tersebut sangat menyakitkan. Contoh lain: seorang perawat menolak
membantu pelaksanaan abortus karena keyakinan agamanya yang melarang
tindakan membunuh. Dalam menggunakan pendekatan teori ini, perawat tidak
menggunakan pertimbangan, misalnya tindakan abortus dilakukan untuk
menyelamatkan nyawa ibunya karena setiap tindakan yang mengakhiri hidup
(dalam hal ini calon bayi) merupakan tindakan buruk secara moral. Secara
lebih luas, teori deontologi dikembangkan menjadi lima prinsip penting, yaitu
kemurahan hati, keadilan, otonomi, kejujuran dan ketaatan (Fry, 1991 dalam
buku Suhaemi, 2010).

2.6 Prinsip- prinsip Etika Keperawatan

Prinsip bahwa dasar kode etik adalah menghargai hak dan martabat
manusia, tidak akan pernah berubah. Prinsip ini juga diterapkan baik dalam bidang
pendidikan maupun pekerjaan. Juga dalam hak-haknya memperoleh pelayanan
kesehatan (Suhami,2010).
Apabila menghadapi suatu situasi yang melibatkan keputusan yang bersifat
etis dan moralitas, perawat hendaknya bertanya kepada dirinya sendiri:
1. Bagaimana pengaruh tindakan saya kepada pasien?
2. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap atasan dan orang-orang yang
bekerja sama dengan saya?
3. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap diri saya sendiri?

11
4. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap profesi?
Bila jawaban atas pertanyaan diatas positif berdasarkan ukuran yang
seharusnya, perilaku yang ditampilkan akan berkenan dan sesuai dengan hak-hak
pasien, dan haknya sendiri untuk mempertahankan kewibawaan. Fungsi kode etik
menurut Hipocrates :
1. Menghindari ketegangan antar-manusia
2. Memperbaiki status kepribadian
3. Menopang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan
Kode etik penting dalam sistem pelayanan kesehatan dan dalam praktik
keperawatan menurut Kozier & Erb (1990) dalam Suhaemi, (2010):
1. Etika akan menunjukkan standar profesi untuk kegiatan keperawatan. Standar ini
akan melindungi perawat dan pasien
2. Kode etik menjadi alat untuk menyusun standar praktik profesional,
memperbaiki, dan memelihara standar tersebut
3. Kode etik adalah pedoman resmi untuk tindakan profesional, akan diikuti orang-
orang dalam profesi dan harus diterima sebagai nilai pribadi bagi anggota
profesional
4. Kode etik memberi kerangka pikir kepada anggota profesi untuk membuat
keputusan dalam situasi keperawatan.

Menurut Dalami (2010), prinsip-prinsip etika keperawatan adalah sebagai


berikut:

1. Otonomy (Autonomy)

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu


berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri.Orang dewasa dianggap
kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri,memilih dan memiliki
berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain.Prinsip
otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang,atau dipandang sebagai
persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan
hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktik
profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam
membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

12
2. Berbuat Baik (Beneficience)

Beneficience berarti,hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,


memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan
atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang
dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan
otonomi.

3. Keadilan (Justice)

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapainya sesuatu yang sama dan adil
terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral,legal,dan
kemanusiaan.Nilai ini Direfleksikan dalam praktik profesional ketika perawat
bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum,standar praktik dan keyakinan yang
benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

4. Tidak Merugikan (Non Maleficienci)

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis


selama perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien dan keluarga.

5. Kejujuran (Veracity)

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran.Nilai diperlukan oleh


pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien
dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan
kebenaran.Informasi harus ada agar menjadi akurat,komprehensif,dan objektif
untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada,dan
mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan.Walaupun
demikian,terdapat beberapa argumen mengatakan adanya batasan untuk kejujuran
seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau
adanya hubungan paternalistik bahwa “doctors know best” sebab individu
memiliki otonomi,mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh

13
tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan
saling percaya.

6. Menepati Janji (Fidelity)

Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan


komitmennya terhadap orang lain.Perawat setia pada komitmennya dan menepati
janji serta menyimpan rahasia klien.Ketaatan,kesetiaan,adalah kewajiban
seseorang untuk mempertahankan komitmennya yang dibuatnya.
Kesetiaan,menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang
menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk
meningkatkan kesehatan,mencegah penyakit,memulihkan kesehatan,dan
meminimalkan penderitaan.

7. Kerahasian (Confidentiality)

Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus


dijaga privasi klien.Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan
kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada
seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien
diluar area pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien
dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari.

8. Akuntabilitas (Accountability)

Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang


profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

14
BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Etika profesi keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung jawab


moral yang mendasari pelaksanaan praktik keperawatan. Etika profesi keperawatan
adalah milik dan dilaksanakan oleh semua anggota profesi keperawatan, yaitu
perawat.

Secara umum tujuan etika profesi keperawatan adalah menciptakan dan


mempertahankan kepercayaan klien kepada perawat, kepercayaan diantara sesama
perawat, dan kepercayaan masyarakat kepada profesi keperawatan.

Sebelum membahas tentang masalah etika, perawat penting memahami


metode pendekatan yang digunakan dalam diskusi permasalahan etika. Ladd.J
(1978 dikutip oleh Frell; lih. McCloskey, 1990 dalam buku Suhaemi, 2010)
menyatakan ada empat metode utama; otoritas, consensus hominum, pendekatan
intuisi atau self-evidence, dan metode argumentasi.

Ada beberapa etika keperawatan, yaitu bioetik, clinical ethics/etik klinik,


nursing ethics/etik keperawatan.

Teori dasar etika merupakan penuntun untuk membuat keputusan etis praktik
professional (Fry,1991 dalam buku Suhaemi, 2010). Teori etik digunakan dalam
pembuatan keputusan bila terjadi konflik antara prinsip dan aturan. Ahli filsafat
moral telah mengembangkan beberapa teori etik, yang secara garis besar dapat
diklasifikasikan menjadi teori teleologi dan deontology.

Teleologi, teori ini menekankan pada pencapaian hasil akhir yang terjadi.
Pencapaian hasil akhir dengan kebaikan yang maksimal dan ketidakbaikan sekecil
mungkin bagi manusia (Kellly, 1987 dalam buku Suhaemi, 2010).

15
Deontologi berprinsip pada aksi atau tindakan. Menurut Kant, benar atau salah
bukan ditentukan oleh hasil akhir atau konsekuensi dari suatu tindakan, melainkan
oleh nilai moralnya.

Prinsip-prinsip dalam etika keperawatan yaitu: Otonomy (Autonomy) dimana


prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis
dan mampu membuat keputusan sendiri; Berbuat Baik (Beneficience); Keadilan
(Justice) dibutuhkan untuk tercapainya sesuatu yang sama dan adil terhadap orang
lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal, dan kemanusiaan; Tidak
Merugikan (Non Maleficienci), berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan
psikologis selama perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien dan
keluarga; Kejujuran (Veracity), diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan
untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa
klien sangat mengerti; Menepati Janji (Fidelity); Karahasian (Confidentiality), yaitu
informasi tentang klien harus dijaga privasi klien; serta Akuntabilitas
(Accountability) merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional
dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

3.2 Saran

Sebagai seorang calon perawat, hendaknya dapat memahami konsep dari etika
keperawatan agar dapat mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari
pelaksanaan praktik keperawatan nantinya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, E, dkk. 2010. Etika Keperawatan. Jakarta: TIM


Nisya, R. 2013. Prinsip-prinsip Dasar Keperawatan. Jakarta: Dunia Cerdas
Suhaemi, M. 2010. Etika Keperawatan Aplikasi pada Praktik. Jakarta: EGC
Wulan,K. 2011. Pengantar Etika Keperawatan. Jakarta: PT Prestasi Pustaka Raya
Hendrik. 2013. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta:EGC

17

Anda mungkin juga menyukai