Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

UPAYA PENGENDALIAN MUTU ASUHAN DAN PELAYANAN KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 2

Ivonila K.Belseran

Norid Sandona Niak

Oktavia Wattimena

Pitra Annisa

Tirsa Rumtili

Welhelmina Feninlambir

Wendelina Kalabael

Yanti Tambipessy

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GRAHA EDUKASI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

MAKASSAR

2022

KATA PENGANTAR
i
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
dan anugerah-Nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
“Menyusun Upaya Pengendalian Mutu Asuhan dan Pelayanan Keperawatan” ini tepat
pada waktu yang telah ditentukan. Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas
bimbingan dan masukan dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan
untuk dapat menyelesaikan makalah ini baik itu secara langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik dari segi
kalimat, isi maupun dalam penyusunan. Oleh karen itu, kritik dan saran yang
membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya,
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan makalah - makalah
selanjutnya.

Makassar, 03 Januari 2022

Penulis

DAFTAR ISI
ii
SAMPUL...........................................................................................................................

KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ............................................................................................... 4


B. RUMUSAN MASALAH ......................................................................................... 6
C. TUJUAN .............................................................................................................. 6
BAB II PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENGENDALIAN........................................................................ 7


B. TUJUAN PENGENDALIAN.................................................................................... 8
C. INDIKATOR MUTU ASUHAN KEPERAWATAN...................................................... 9
D. PENGENDALIAN RUANG RAWAT........................................................................ 13
E. JENIS PENGENDALIAN RUANG RAWAT............................................................... 13
F. PROGRAM MENJAGA MUTU DI RUANG RAWAT................................................ 17
BAB III PENUTUP
A. SIMPULAN........................................................................................................... 23
B. SARAN................................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masyarakat di era modernisasi dengan keterbukaan dan arus globalisasi,
peningkatan pendapatan ekonomi, perubahan suhu politik dalam maupun luar
negeri, kemajuan informasi dan teknologi, peningkatan akses terhadap media
menyebabkan masyarakat dapat memperluas wawasan dan persepsi mereka
tentang pelayanan kesehatan. Munculnya kebijakan-kebijakan pembiayaan
kesehatan membuat kemampuan masyarakat mengakses fasilitas pelayanan
kesehatan semakin meningkat. Tenaga kesehatan merasakan tuntutan yang semakin
besar terhadap profesionalisme profesinya ketika masyarakat menggunakan dan
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Masyarakat menghendaki pelayanan
yang mereka terima adalah pelayanan kesehatan yang paripurna.
Menurut Azrul Azwar (1988) dalam upaya pelayanan yang paripurna maka
rumah sakit perlu melakukan pembenahan secara internal, antara lain: (1)
Mengembangkan struktur organisasi sesuai dengan tentutan perubahan dan
kebutuhan yang spesifik, (2) Menerapkan manejemen strategis secara konkrit, (3)
Mendayagunakan dan mengembangkan pengetahuan dan kemampuan tenaganya,
termasuk tenaga keperawatan, (4) Memanfaatkan pendapatan sendiri untuk
memperoleh kemandirian dan kesinambungan.
Menurut UU No 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, pelayanan kesehatan
paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotive, preventif, kuratif
dan rehabilitative. Pelayanan kesehatan yang paripurna bersifat komprehensif dan
holistic. Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat kompleks dan merupakan
komponen yang sangat penting dalam upaya peningkatan status kesehatan bagi
masyarakat. Salah satu fungsi rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan dan
asuhan keperawatan yang merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan
dengan tujuan memelihara kesehatan masyarakat seoptimal mungkin.
Masyarakat yang semakin teredukasi dengan baik melalui media berpotensi
memunculkan tuntutan hukum apabila pelayanan kesehatan yang mereka harapkan
tidak bisa memberikan kepuasan seperti yang menjadi harapan dan tuntutan public.

4
Menanggapi dan menyikapi perubahan wawasan, persepsi dan tuntutan masyarakat
ketika memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan maka pelayanan kesehatan
harus berbenah untuk mengantisipasi meningginya tuntutan serta harapan dari
masyarakat terkait dengan pelayanan kesehatan.
Menurut UU No 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan, pelayanan
keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun
sakit. Menurut Gilles (1994) keberadaan perawat dalam pelayanan kesehatan
merupakan posisi kunci, yang dibuktikan oleh kenyataan bahwa 40-60% pelayanan
rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan dan hampir semua pelayanan
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun tatanan
pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat. Keperawatan professional secara
umum merupakan tanggung jawab seorang perawat yang selalu mengabdi kepada
manusia dan kemanusiaan, sehingga dituntut untuk selalu melaksanakan asuhan
keperawatan dengan benar (rasional) dan baik (etikal) (Nursalam, 2008).
Pelayanan keperawatan selalu berusaha menciptakan pelayanan asuhan
keperawatan yang baik serta mampu menghadapi berbagai macam perubahan serta
tuntutan masyarakat. Tuntutan dan harapan masyarakat akan pelayanan yang
paripurna memerlukan manejemen bangsal adalah dengan adanya penambahan
tenaga keperawatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. Namun,
penambahan jumlah dari tenaga keperawatan akan berbanding lurus dengan cost
yang harus dikeluarkan rumah sakit untuk anggaran kesejahteraan dan
operasionalpelaksanaan. Keadaan seperti ini dibutuhkan upaya penjaminan mutu
berupa adanya standar pelayanan keperawatan untuk mengatur agar semua
pemberian pelayanan keperawatan tetap sesuai harapan dan tuntutan masyarakat.
Dalam menjaga mutu pelayanan kesehatan, intervensi yang diberikan
mungkin akan mempunyai perbedaan dalam pelaksanaan. Namun, sisi
profesionalisme pelayanan keperawatan harus tetap dijaga dalam setiap pemberian
pelayanan, tidak tergantung kelas pelayanan, untuk itulah diperlukan adanya suatu
standar yang menjamin perlakuan tibndakan keperawatan tetap terjaga mutunya
walaupun berbeda kelas pelayanan. Hal ini diperparah oleh kenyataan bahwa hasil

5
penelitian yang dilakukan dalam disiplin keperawatan kurang diterapkan dalam
praktik keperawatan untuk menjamin mutu. Padahal semua menyadari bahwa hasil-
hasil penelitian yang ada dapat dijadikan sebagai suatu rujukan standar mutu
sehingga dapat menjamin kualitas pelayanan.
Dari fakta dan fenomena di atas kelompok tertarik untuk Menyusun sebuah
makalah dengan judul “Upaya Pengendalian Mutu Asuhan dan Pelayanan
Keperawatan”. Makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada
pembaca khususnya disiplin ilmu keperawatan untuk memahami mengenai konsep
pengendalian mutu pelayanan keperawatan yang lebih baik ke depannya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari konsep dasar pengendalian?
2. Apa tujuan pengendalian?
3. Apa indikator mutu asuhan keperawatan?
4. Apa pengertian pengendalian ruang rawat?
5. Apa jenis pengendalian ruang rawat?
6. Bagaimana proses menjaga mutu asuhan keperawatan di ruang rawat?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian konsep dasar pengendalian.
2. Untuk mengetahui tujuan pengendalian.
3. Untuk mengetahui indikator mutu asuhan keperawatan.
4. Untuk mengetahui jenis pengendalian ruang rawat.
5. Untuk mengetahui proses menjaga mutu asuhan keperawatan di ruang
rawat.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENGENDALIAN


Konsep dasar yang memberikan kerangka bagi perancangan dan penerapan sistem
pengendalian manajemen meliputi:
1. Komponen Operasi yang Terpasang Secara Terus Menerus
Pengendalian manejemen adalah suatu rangkaian tindakan dan
aktivitas yang terjadi pada seluruh kegiatan organisasi dan berjalan secara
terus menerus. Pengendalian manejemen bukanlah suatu sistem terpisah
dalam suatu organisasi melainkan harus dianggap sebagai bagian integral dari
setiap sistem yang dipakai manejemen untuk mengatur dan mengarahkan
kegiatannya. Pengendalian intern dapat disebut pula pengendalian
manajemenyang terpasang dalam organisasi sebagai bagian dari sarana
prasarana organisasi guna membantu manajemen menjalankan organisasi
danmencapai tujuannya. Dengan demikian perkembangan pengetahuan dan
teknologi yang menghasilkan timbulnya gagasan baru berupa
penerapanmekanisme atau metode atau cara kerja baru menuntut adanya
pemodifikasian sistem pengendaliannya yang berjalan secara terus menerus.
2. Pengendalian Manejemen Dipengaruhi Oleh Manusia
Dalam kenyataan sering dijumpai bahwa suatu organisasi memiliki
pedoman (manual) sistem pengendalian manajemen yang baik, namun tidak
dilaksanakan sebagaimana mestinya, sehingga pengendalian manajemen
yang telah dirancang tersebut tidak memberikan kontribusi positif bagi
organisasi. “A Man Behind the Gun” adalah istilah yang cocok dengan faktor
ini. Sistem pengendalian manajemen dapat berjalan efektif jika dilaksanakan
dengan sungguh-sungguh oleh manusia.
Tanggung jawab berjalannya sistem pengendalian manajemen sangat
tergantung pada manajemen. Manajemen menetapkan tujuan,
merancangdan melaksanakan mekanisme pengendalian, memantau
sertameng evaluasi pengendalian. Dengan demikian, seluruh pegawai dalam

7
organisasi memegang peranan penting untuk mencapai dilaksanakannya
sistem pengendalian manajemen secara efektif. Karakter dan motivasi
manusia memegang peranan penting dalam membangun suatu sistem
pengendalian manajemen yang efektif.
3. Memberi Keyakinan yang Memadai Bukan Keyakinan yang Mutlak
Perancangan suatu sistem pengendalian manajemen didasarkan pada
pertimbangan biaya manfaat. Tidak peduli betapa baiknya perancangan dan
pengoperasian suatu pengendalian manajemen dalam suatu organisasi,
sistem itu tidak dapat memberikan jaminan keyakinan yang mutlak agar
tujuan organisasi dapat tercapai. Faktor-faktor dari luar yang mempengaruhi
manajemen dapat mempengaruhi kemampuan organisasidalam mencapai
tujuannya.
Kesalahan manusia, pertimbangan yang keliru, dan adanya kolusi
adalah contoh faktor-faktor yang dapat menghalangi pencapaian tujuan
organisasi sebagaimana yang diinginkan. Dengan demikian, pengendalian
manajemen dapat memberikan keyakinan yang memadai,tidak mutlak dalam
mencapai tujuan organisasi.
B. TUJUAN PENGENDALIAN
Fungsi pengendalian bertujuan untuk mengidentifikasi terjadinya deviasi atau
penyimpangan atas pelaksanaan kegiatan dibandingkan dengan perencanaan
sebagai umpan balik untuk melakukan tindakan koreksi atau perbaikan bagi
pimpinan dalam mencapai tujuan organisasi. Secara luas fungsi pengendalian juga
mencakup usaha pencegahan kemungkinan terjadinya suatu deviasi atau
penyimpangan sistem pengendalian. Manejemen mencakup pengendalian yang
bersifat preventif berupa perancangan suatu sistem pengendalian maupun
pengendalian yang bersifat pendeteksian.
1. Diperolehnya Keterandalan dan Integritas Informasi
Di era globalisasi ini, sistem informasi menjadi begitu penting bagiorganisasi
dalam rangka mensikapi perubahan yang serba cepat atas perubahan kondisi
dan lingkungan yang ada dan meningkatnya kecanggihan sarana teknologi
informasi. Tujuan dari pengendalian manajemen adalah untuk

8
mempertahankan keterandalan dan integritas sistem informasi yang penting
dalam suatu sistem pengendalian.
2. Kepatuhan pada Kebijakan, Rencana, Prosedur, Peraturan dan Ketentuan
yang Berlaku
Kepatuhan pada kebijakan, rencana, prosedur, peraturan dan ketentuan yang
berlaku dapat dicapai melalui sistem pengendalian manajemen.Kegagalan
ketaatan pada kebijakan dan ketentuan yang berlaku dapat membahayakan
usaha koordinasi yang di rancang dalam suatu sistem pengendalian.
3. Melindungi Aset Organisasi
Pada umumnya pengendalian dirancang dan diimplementasikan untuk
melindungi aset organisasi. Contoh pengendalian tersebut adalah dikuncinya
pintu gudang penyimpanan barang, direkrutnya satpam,digunakannya
password komputer, dibangunnya pagar, ditempatkannya aset berharga pada
tempat yang tidak mudah diakses orang yang tidak berhak atau berwenang.
4. Pencapaian Kegiatan yang Ekonomis dan Efisien
Realita bahwa sumber daya bersifat terbatas mendorong organisasi
menerapkan prinsip ekonomis dan efisiensi. Prinsip yang diterapkan bagi
manajemen organisasi adalah memperoleh keluaran atau hasil yang
maksimal dengan pengeluaran tertentu atau mencapai hasil tertentu dengan
biaya yang minimal. Standar operasi seharusnya memberikan kriteria
pengukuran untuk menilai tingkat ke ekonomisan dan efisiensi. Tujuan
pengendalian dapat dikategorikan bagi kepentingan pihak menejemen dan
pegawai organisasi. oleh karena menajemen organisasi berusaha mencapai
visi dan misi organisasinya dan memberikan akuntabilitas atas kegiatan yang
telah dilaksanakannya, makamanajemen perlu secara terus menerus menilai
dan mengevaluasi sistem pengendalian manajemen untuk memastikan
bahwa sistem pengendalian telah dirancang dan beroperasi secara baik,
dimutakhirkansecara tepat untuk mengantisipasi perubahan kondisi dan
lingkungan dan pada akhirnya untuk memastikan pencapaian tujuan
organisasi.

9
C. INDIKATOR MUTU ASUHAN KEPERAWATAN
Azwar (1996) menjelaskan bahwa mutu adalah tingkat kesempurnaan dari
penampilan sesuatu yang sedang diamati dan juga merupakan kepatuhan terhadap
standar yang telah ditetapkan, sedangkan Tappen (1995) menjelaskan bahwa mutu
adalah penyesuaian terhadap keinginan pelanggan dan sesuai dengan standar yang
berlaku serta tercapainya tujuan yang diharapkan. Berdasarkan uraian di atas, maka
mutu dapat dikatakan sebagai kondisi dimana hasil dari produk sesuai dengan
kebutuhan pelanggan, standar yang berlaku dan tercapainya tujuan. Mutu tidak
hanya terbatas pada produk yang menghasilkan barang tetapi juga untuk produk
yang menghasilkan jasa atau pelayanan termasuk pelayanan keperawatan.
Setiap instansi kesehatan akan lebih mengedepankan mutu pelayanan
dibandingkan dengan hal lainnya. Mutu pelayanan itu sendiri dapat terwujud apabila
didalam setiap instasi memiliki peranan dan tugas sesuai dengan profesi. Setiap
profesi kesehatan juga harus mengedepankan mutu dengan memberikan pelayanan
yang optimal kepada semua pasien.
Suatu asuhan keperawatan dapat dikatakan baik apabila dalam pemenuhan
kebutuhan pasien berjalan dengan sesuai. Dari asuhan yang baik tersebut maka akan
menimbulkan budaya penanganan yang baik kepada semua pasien. Dan akan
tercapainya tingkat kepuasan pasien pada standar yang setinggi-tingginya.
Mutu asuhan keperawatan sebagai alat ukur dari kualitas pelayanan
kesehatan dan mejadi salah satu faktor penentu citra instansi pelayanan kesehatan
di masyarakat. Di karenakan keperawatan merupakan salah satu profesi dengan
jumlah terbanyak dan yang paling dekat dengan pasien. Mutu pelayanan
keperawatannya sendiri dilihat dari kepuasan pasien terhadap pelayanan yang
diberikan puas atau tidak puas (Nursalam, 2011).
Fedoroff (2006, Servqual - Zeithmal, Parasuraman, Berry dan Irawan (2006)
merumuskan lima dimensi mutu yang menjadi dasar untuk mengukur kepuasan,
yaitu:
a. Tangible (Bukti Langsung)
Meliputi fasilitas fisik, peralatan, personil, dan media komunikasi yang dapat
dirasakan langsung oleh pelanggan. Dan untuk mengukur dimensi mutu ini perlu
menggunakan indera penglihatan.

10
b. Reliability (Keandalan)
Yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang tepat dan terpercaya.
Pelayanan yang terpercaya artinya adalah konsisten. Sehingga reliability
mempunyai dua aspek penting yaitu kemampuan memberikan pelayanan seperti
yang dijanjikan dan seberapa jauh mampu memberikan pelayanan yang tepat
atau akurat.
c. Responsiveness (Ketanggapan)
Yaitu kesediaan/kemauan untuk membantu pelanggan dan memberikan
pelayanan yang cepat. Dengan kata lain bahwa pemberi pelayanan harus
responsif terhadap kebutuhan pelanggan. Responsiveness juga didasarkan pada
persepsi pelanggan sehingga faktor komunikasi dan situasi fisik disekitar
pelanggan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan.
d. Assurance (Jaminan Kepastian)
Yaitu pengetahuan dan kesopanan karyawan dan kemampuannya untuk
memberikan rasa percaya dan keyakinan atas pelayanan yang diberikan kepada
pelanggan. Dan komponen dari dimensi ini yaitu keramahan, kompetensi, dan
keamanan.
e. Emphaty (Empati)
Yaitu membina hubungan dan memberikan pelayanan serta perhatian secara
individual pada pelanggannya.
Indikator keperawatan dapat mengambarkan keselamatan, efektifitas dan
perhatian dalam pelayanan keperawatan, yaitu:
1. Safety
Kegagalan penyelamatan (kematian pada pasien dengan komplikasi
pengobatan), seperti: jatuh, hospital acquired infections, hospital acquired
pneumonia, dan dekubitus.
2. Effectiveness
Pola dan level perawat, sepert: kepuasan perawat, dan persepsi perawat
terhadap lingkungan kerja.
3. Compassion
Pengalaman pasien selama dirawat, dan pengalaman pasien dalam
komunikasi.

11
Menurut Nursalam (2013) suatu asuhan keperawatan harus memiliki mutu
yang baik dalam pelaksanaanya. Diantaranya adalah:

1. Caring
Caring adalah sikap perduli yang ditunjukkan oleh perawat kepada pasiennya.
Perawat akan senantiasa memberikan asuhan dengan sikap yang siap
tanggap dan perawat mudah dihubungi pada saat pasien membutuhkan
perawatan.
2. Collaboration
Kolaborasi adalah tindakan kerja sama antara perawat dengan anggota medis
lainnya, pasien, keluarga pasien, dan tim sejawat keperawatan dalam
menyelesaikan prioritas perencanaan pasien. Di sini perawat juga
bertanggung jawab penuh dalam kesembuhan dan memotivasi pasien.
3. Kecepatan
Suatu sikap perawat yang cepat dan tepat dalam memberikan asuhan
keperawatan. Di mana perawat menunjukkan sikap yang tidak acuh tak acuh,
tetapi akan memberikan sikap baik kepada pasien.
4. Empati
Empati adalah sikap yang harus ada pada semua perawat. Perawat akan
selalu memperhatikan dan mendengarkan keluh kesah yang dialami pasien.
Tetapi perawat tidak bersikap simpati, sehingga perawat dapat membimbing
kepercayaan pasien.
5. Courtesy
Courtesy adalah sopan santun yang ada pada diri perawat sendiri. Perawat
tidak akan cenderung membela satu pihak, tetapi perawat akan bersikap
netral kepada siapapun pasien mereka. Perawat juga akan menghargai
pendapat pasien, keluarga pasien, dan tim medis lain dalam hal kebaikan dan
kemajuan pasien.
6. Sincerity
Sincerity adalah kejujuran dalam diri perawat. Jujur juga merupkan salah satu
kunci keberhasilan perawat dalam hal perawatan kepada pasien. Perawat
akan bertanggung jawab atas kesembuhan dan keluhan yang dialami pasien.

12
7. Komunikasi Teraupetik
Komunikasi terapeutik merupakan salah satu cara yang paling mudah untuk
dilakukan perawat dalam memberikan asuhan. Karena komunikasi teraupetik
sendiri merupakan cara efektif agar pasien merasa nyaman dan lebih terbuka
dengan perawat.

Mutu asuhan keperawatan yang baik merupakan ujung tombak pelayanan di


rumah sakit. Agar terwujudnya pelayanan keperawatan yang berkualitas perawat
professional harus memiliki kemampuan intelektual yang cukup, teknikal dan
interpersonal, melaksanakan asuhan berdasarkan standar praktik dan berdasarkan
etik legal (Syahrudin et al, 2014).

D. PENGENDALIAN RUANG RAWAT


Pengendalian adalah fungsi yang terus menerus dari manajemen
keperawatan yang terjadi selama perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan,
pengarahan (Swanburg, 2000). Pengendalian adalah pemantauan dan penyesuaian
rencana, proses, dan sumber daya yang secara efektif mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Huber, 2006).
Selama fase pengendalian, kinerja diukur menggunakan standar yang telah
ditentukan dan tindakan diambil untuk mengoreksi ketidakcocokan antara standar
dan kinerja (Marquis dan Huston, 2010). Fungsi pengawasan bertujuan agar
penggunaan sunber daya lebih efisien dan staf dapat lebih efektif untuk mencapai
tujuan program (Muninjaya, 2004).
Prinsip pengawasan yang harus diperhatikan manager keperawatan dalam
menjalankan fungsi pengendalian (Muninjaya, 2004) adalah:
1. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya mudah
diukur
2. Pengawasan merupakan kegiatan penting dalam upaya mencapai tujuan
organisasi
3. Standar untuk kerja harus dijelaskan kepada semua staf.

Pengendalian adalah penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah


dibuat dengan mengukur dan mengkaji struktur, proses, dan hasil pelayanan asuhan
keperawatan sesuai standar dan keadaan institusi untuk mencapai dan

13
mempertahankan kualitas. pengendalian sebagai pemeriksaan mengenai apakah
segala sesuatunya berjalan sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi
yang dikeluarkan, dan prinsip yang telah ditentukan yang bertujuan menunjukkan
kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi.

E. JENIS PENGENDALIAN RUANG RAWAT


Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengendalian meliputi penetapan standar
dan metode pengukuran prestasi kerja, melakukan pengukuran prestasi kerja,
menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar serta mengambil tindakan
korektif. Indikator kualitas asuhan keperawatan yaitu nlai dokumentasi
keperawatan, tingkat kepuasan pasien, tingkat kepuasan perawat.

Untuk kegiatan mutu yang perlu dilakukan oleh kepala ruangan yaitu audit
dokumentasi proses keperawatan setiap dua bulan sekali, survey kepuasan pasien,
survey kepuasan perawat setiap enam bulan sekali, perhitungan lama hari rawat
serta melakukan langkah-langkah perbaikan dengan memperhitungkan standar yang
telah ditetapkan.

1. Penetapan Standar Pelayanan Keperawatan


Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, melalui SK Direktur Jenderal Pelayanan
Medik, No.YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993 telah menetapkan "Standar Asuhan
Keperawatan di Rumah Sakit". Standar Asuhan Keperawatan menurut
Departemen Kesehatan meliputi enam standar yaitu: (1) Pengkajian
Keperawatan, (2) Diagnosa Keperawatan, (3) Perencanaan Keperawatan, (4)
Intervensi Keperawatan, (5) Evaluasi Keperawatan, dan (6) Catatan Asuhan
Keperawatan.
Standar Nasional American Nurses Association (ANA) dalam mengukur mutu
perawatan, sebagai berikut:

14
2. Pengukuran Kinerja Perawat
a. Definisi Kinerja
Penilaian kinerja perawat dilakukan untuk mengetahui kualitas kinerja
perawat dalam rangka upaya mengoptimalkan kinerja perawat. Penilaian
kinerja adalah evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai
secara sistematis yang bertujuan untuk pengenbangan kinerja pegawai
tersebut (Hasibuan, 2007). Sedangkan menurut Sitohang (2007) penilaian
kinerja adalah suatu proses dimana organisasi menilai prestasi kerja dari para
pegawainya.
b. Faktor yang Memengaruhi Kinerja Perawat
Kinerja pegawai dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Wolo
(2015) kinerja pegawai sangat tergantung pada motivasi, kepuasan kerja,
tingkat stress, kondsi fisik pekerjaan, sistem kompensasi, desain pekerjaan
dan aspek-aspek ekonomis, teknis serta perilaku lainnya.
Sedangkan menurut Mangkunegara (2005) kinerja dipengaruhi oleh
tiga faktor yaitu:
- Faktor individu, yang terdiri dari kemampuan, latar belakang dan
demografi
- Faktor psikologis, terdiri dari persepsi, sikap, personaliti, pembelajaran
dan motivasi

15
- Faktor organisasi, yaitu sumber daya, kepemimpinan, penghargaan,
struktur dan desain pekerjaan.
c. Penilaian Kinerja Perawat
Penilaian kinerja perlu dilakukan secara formal berdasarkan kriteria
yang sudah ditetapkan secara rasional dan objektif. pentingnya penilaian
kinerja ini sangat bermanfaat baik untuk kepentingan pegawai dan
kepentingan organisasi. Bagi pegawai penilaian ini berperan sebagai umpan
balik dari kemampuan, ketelitian, kekurangan dan potensi serta
pengembangan karirnya. Sedangkan bagi organisasi hasil penilaian ini sangat
berperan dalam pengambilan keputusan tentang berbagai hal seperti
identifikasi kebutuhan program pendidikan dan pelatihan, rekrutman,
penempatan, sistem imbalan dan berbagai aspek lainnya (Siagian, 2008).
Depkes RI (2005) dalam penilaian kinerja perawat didasarkan pada
standar praktik keperawatan profesional dalam pemberian asuhan
keperawatan yang terdiri dari:
- Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses asuhan keperawatan yang
dibagi menjadi dua proses yaitu pengkajian primer dan pengkajian
sekunder. Pengkajian primer adalah pengkajian cepat untuk
mengidentifikasi massalah aktual atau resiko tinggi ynag berdampak pada
kemampuan pasien unuk mempertahankan hidup. Pengkajian sekunder
dilakukan setelah masalah primer terpenuhi, yang mencakup pengkajian
menyeluruh dari kepala sampai ujung kaki (head to toe) yang bertujuan
mengenali masalah yang belum teridentifikasi pada pengkajian primer,
dapat berupa riwayat penyakit sekaramg, Riwayat penyakit dahulu,
riwayat pengobatan dahulu dan riwayat penyakit keluarga.
- Diagnosa
Diagnosis keperawatan ditegakkan berdasarkan hasil analisi data yang
ditemukan pada pengkajian yang penulisannya berdasarkan kaidah yang
terdiri dari problem, etiology, symptoms (PES).
- Intervensi

16
Disusun berdasarkan diagnosa keperawatan, komponennya berdasarkan
prioritas masalah, tujuan asuhan keperawatan dan rencana tindakan yang
meliputi rencana tindakan mandiri dan kolaborasi yang disusun oleh
perawat berdasarkan ilmu keperawatan.
- Implementasi
Pelaksanaan tindakan yang ditentukan agar kebutuhan pasien terpenuhi
secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan,
pemeliharaan, serta pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan
keluarga pasien dan berorientasi pada 14 komponen keperawatan.
- Evaluasi
Merupakan tindakan untuk menilai hasil implementasi keperawatan, bila
tindakan belum teratasi maka perlu dilakukan pengkajian ulang yang
kemudian dilakukan analisis kenapa belum teratasi, kemudian dilakukan
rencana ulang, implementasi dan evaluasi kembali yang terdokumentasi
dengan baik.
3. Pengambilan Tindakan Korektif
F. PROGRAM MENJAGA MUTU DI RUANG RAWAT
1. Pengertian Program Menjaga Mutu
Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu dalam menetapkan masalah
dan penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan berdasarkan standar yang
telah ditetapkan; menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah
sesuai dengan kemampuan yang tersedia; serta menilai hasil yang dicapai dan
menyusun saran-saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan.
Beberapa istilah yang sama penggunaannya tentang program menjaga mutu
atau program jaminan mutu (PJM) yang sudah dikenal banyak pakar adalah
sebagai berikut:
a. Program pengawasan mutu (PPM) atau quality control program
b. Program peningkatan mutu (PPM) atau quality improvement program
c. Manajemen mutu terpadu (MMT) atau total quality management
d. Peningkatan mutu berkesinambungan (PMB) atau continuous quality
improvement (Sataloff et al., 2016)

17
2. Tujuan Program Menjaga Mutu
a. Tujuan Antara
Tujuan antara yang ingin dicapai oleh program menjaga mutu ialah
diketahuinya mutu pelayanan. Jika dikaitkan dengan kegiatan program
menjaga mutu, tujuan ini dapat dicapai apabila masalah mutu berhasil
ditetapkan.
b. Tujuan Akhir
Tujuan akhir yang ingin dicapai oleh program menjaga mutu ialah makin
meningkatnya mutu pelayanan. Sesuai dengan kegiatan program menjaga
mutu, peningkatan mutu yang dimaksudkan di sini akan dapat dicapai
apabila program penyelesaian masalah berhasil dilaksanakan.
3. Sasaran Program Menjaga Mutu
Sasaran program menjaga mutu adalah pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan. Setiap pelayanan kesehatan terdapat empat unsur yang bersifat
pokok yakni unsur masukan (input), unsur proses (process), unsur lingkungan
(environment) serta unsur keluaran (output), maka mudah dipahami dalam
praktek sehari-hari jika menyebut sasaran program menjaga mutu. Uraian dari
masing-masing unsur atau sasaran tersebut adalah sebagai berikut:
a. Unsur Masukan
Yang dimaksud dengan unsur masukan ialah semua hal yang
diperlukan untuk terselenggaranya pelayanan kesehatan. Unsur masukan
ini banyak macamnya dan yang terpenting adalah tenaga (man), dana
(money), dan sarana (material).
Secara umum disebutkan apabila tenaga dan sarana (kuantitas dan
kualitasnya) tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (standard
of personnels and fasilities), serta jika dana yang tersedia tidak sesuai
dengan kebutuhan, maka sulit diharapkan akan tercapainya mutu
pelayanan yang baik.
b. Unsur Lingkungan
Yang dimaksud dengan unsur lingkungan adalah keadaan sekitar yang
mempengaruhi pelayanan kesehatan. Untuk suatu institusi kesehatan,

18
keadaan sekitar yang terpenting adalah kebijakan (policy), organisasi
(organization) dan manajemen (management).
Secara umum disebutkan apabila kebijakan, organisasi, dan
manajemen tersebut tidak sesuai dengan standar atau tidak bersifat
mendukung maka sulit diharapkan baiknya mutu pelayanan kesehatan.
c. Unsur Proses
Yang dimaksud dengan unsur proses adalah semua tindakan yang
dilakukan pada pelayanan kesehatan. Tindakan tersebut secara umum
dapat dibedakan atas dua macam yakni tindakan medis (medical
procedures) dan tindakan non medis (non-medical procedures). Secara
umum disebutkan, apabila kedua tindakan ini tidak sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan (standard of conduct) maka sulit diharapkan
baiknya mutu pelayanan.
Proses adalah semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional
oleh tenaga kesehatan dan interaksinya dengan pasien. Dalam pengertian
proses ini mencakup diagnosa, rencana pengobatan, indikasi, tindakan,
sarana kegiatan dokter, kegiatan perawatan, dan penanganan kasus. Baik
tidaknya proses dapat diukur dari:
- Relevan tidaknya proses itu bagi pasien
- Fleksibel dan efektif
- Mutu proses sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan.
- Kewajaran (tidak kurang dan tidak berlebihan)
d. Unsur Keluaran
Yang dimaksud dengan unsur keluaran adalah sesuatu yang menunjuk
pada penampilan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
(performance). Penampilan yang dimaksud di sini banyak macamnya dan
secara umum dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu penampilan
aspek medis (medical performance) dan penampilan aspek non medis
(nonmedical performance). Secara umum disebutkan, apabila kedua
penampilan ini tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
(standard of performance) maka berarti pelayanan kesehatan yang

19
diselenggarakan bukan pelayanan yang bermutu. Kedua unsur pelayanan
ini saling terkait dan mempengaruhi.
Keluaran sering juga disebut dengan istilah outcome. Outcome adalah
hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap
pasien. Penilaian terhadap outcome adalah hasil akhir dari pelayanan
kesehatan atau kepuasan. Outcome jangka pendek contohnya adalah
sembuh dari sakit, cacat dan lain-lain. Sedangkan outcome jangka
panjang contohnya adalah kemungkinan-kemungkinan kambuh
penyakitnya atau kemungkinan sembuh di masa datang.
e. Manfaat Program Menjaga Mutu
Apabila program menjaga mutu dapat dilaksanakan, banyak manfaat
yang akan diperoleh. Secara umum manfaat yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
- Dapat meningkatkan efektivitas pelayanan kesehatan.
Peningkatan efektivitas yang dimaksud berhubungan erat dengan
kemampuan mengatasi masalah kesehatan secara tepat dan
benar. Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan benar-benar
sesuai dengan masalah yang ditemukan.
- Dapat meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan. Peningkatan
efisiensi yang dimaksud berhubungan erat dengan kemampuan
mencegah tindakan/penyelenggaraan pelayanan yang berlebihan
dan/atau yang di bawah standar. Biaya tambahan yang
disebabkan pelayanan yang berlebihan atau karena efek samping
akibat pelayanan yang di bawah standar akan dapat dicegah.
- Dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan. Peningkatan penerimaan berhubungan erat dengan
kesesuaian antara pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dan
tuntutan pemakai jasa pelayanan kesehatan. Apabila peningkatan
penerimaan ini dapat diwujudkan, pada gilirannya pasti akan
berperan besar dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat
secara keseluruhan.

20
- Dapat melindungi pelaksana pelayanan dari kemungkinan
munculnya gugatan hukum. Pada saat ini, sebagai akibat dari
meningkatnya tingkat pendidikan dan keadaan sosial ekonomi
penduduk, kesadaran hukum masyarakat juga tampak semakin
meningkat. Untuk melindungi kemungkinan munculnya gugatan
hukum dari masyarakat yang tidak puas terhadap pelayanan
kesehatan, tidak ada pilihan lain yang dapat dilakukan kecuali
berupa menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang terjamin
mutunya.
4. Penerapan Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan
Strategi Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan Strategi program menjaga
mutu pelayanan kesehatan dapat dirinci sebagai berikut:
a. Memastikan indikator mutu yang dipakai, baik indikator input, indikator
proses, maupun indikator output ataupun indikator outcome.
b. Program jaminan mutu yang dipilih harus bersifat dinamik dan fleksibel,
dikembangkan sesuai masalah spesifik pada masing-masing bidang
pelayanan kesehatan.
c. Peningkatan motivasi pelaksana pelayanan kesehatan.
d. Program difokuskan pada aspek mutu bukan pada kuantitas.
e. Pengukuran mutu lebih ditekankan pada kontak layanan kesehatan
antara pemberi layanan kesehatan dengan pasien
5. Mutu Asuhan Keperawatan Ruang Rawat Inap
Asuhan keperawatan menggunakan metodee proses keperawatan. Proses
keperawatan merupakan proses pemecahan masalah yang dinamis dalam usaha
memperbaiki atau memelihara pasien sampai taraf optimum melalui suatu
pendekatan yang sistematis untuk mengenal dan membantu memenuhi
kebutuhan khusus pasien. Sementara itu, Yura dan Walsh menyatakan bahwa
proses keperawatan adalah suatu tahapan desain tindakan yang ditujukan untuk
memenuhi tujuan keperawatan yang meliputi: mempertahankan keadaan
kesehatan pasien yang optimal, apabila kondisinya berubah kualitas Tindakan
keperawatan ditujukan untuk mengembalikan ke keadaan normal (Nursalam,
2006).

21
Mutu asuhan keperawatan merujuk kepada penampilan (Performance) dari
pelayanan asuhan keperawatan. Secara umum disebutkan bahwa makin
sempurna penampilan pelayanan, makin sempurna juga mutu/kualitasnya (Bacal,
2007).
Schroder menyatakan bahwa saat mendefinisikan kualitas asuhan
keperawatan, perlu dipertimbangkan nilai-nilai dasar dan keyakinan para
perawatan, serta cara mereka mengorganisasikan asuhan keperawatan tersebut.
Menurut Muninjaya (2007), ciri-cirinasuhan keperawatan yang berkualitas
antara lain:
- Memenuhi standar profesinyang di tetapkan
- Sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawataan dimanfaatkan
secara wajar, efisien, dan efektif
- Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan
- Memperhatikan aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata
nilai masyarakat (Kemenkes RI, 2010)
6. Kendali Mutu Sebagai Proses
Pengukuran mutu asuhan Kesehatan merupakan hal yang kompleks, dan
pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif mengharuskan penggunaan proses
yang spesifik dan sistematis. Proses ini jika dilihat secara sederhana, dapat dibagi
menjadi:
- Menetapkan kriteria control
- Mengidentifikasi informasi yang relevan dengan kriteria
- Menentukan cara mengumpulkan informasi
- Mengumpulkan dan menganalisis informasi
- Membandingkan informasi tersebut dengan kriteri yang telah ditetapkan
- Membuat penilaian tentang kualitas
- Menyediakan informasi dan jika perlu, membuat perbaikan tentang temuan
ke sumber-sumber yang tepat
- Menetapkan langkah untuk mengumpulkan informasi (Marquis & Huston,
2013)

22
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN
Pengendalian merupakan proses akhir dari proses manajemen, dimana
sangat berkaitan dengan masing-masing proses manajemen lainnya, karena pada
prosesnya dilakukan evaluasi yang terus menerus untuk meningkatkan kualitas
pelayanan keperawatan. Dengan demikian pengendalian dalam prosesnya
mencakup penilaian kinerja staf keperawatan, proses manajemen mutu. Dimana
untuk mencapai kualitas pelayanan yang baik, perlu diupayakan peningkatan kualitas
yang terus menerus dan mempertahankan segala sesuatu yang baik berjalan dengan
baik.
B. SARAN
Demikianlah yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahan, karena terbatasnya pengetahuan da kurangnya rujukan atau referensi
yang ada.
Kami banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini berguna, bagi penulis khususnya dan juga para pembaca yang budiman
pada umumnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. KEMENKES RI. 2010. Mutu Pelayanan Keperawatan. Journal of Chemical


Information and Modeling, 53 (9), 1689-1699
2. Marquis, B. L., &Huston, C. J. 203. Kepemimpinan dan Manejemen Keperawatan:
Teori & Aplikasi (4th ed.). Penerbit Buku Kedokteran EGC
3. Nursalam, (2009). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
profesional Edisi kedua, Jakarta: Salemba Medika
4. Sataloff, R. T., Johns, M. M., & Kost, K. M. 2016. Mutu Layanan Kebidanan dan
Kebijakan Kesehatan. Kemenkes RI
5. Swanburg. C. Russell. Alih Bahasa Samba.Suharyati, 2000, Pengantar
kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Untuk Perawat Klinis, EGC, Jakarta.
6. Swanburg. C. Russell. Alih Bahasa Waluyo. Agung & Asih. Yasmin, 2001,
Pengembangan Staf Keperawatan, Suatu Komponen Pengembangan SDM, EGC,
Jakarta.
7. Tappen, R.M. 1995. Nursing Leadership and management Concepts and Practice.
Philadelphia: F.A. Davis Company

24
25

Anda mungkin juga menyukai