Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN HASILPRAKTIK KERJA LAPANGAN(PKL)

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN

GANGGUAN RASA NYAMAN(NYERI) PASCA POST

OPERASI USUS BUNTU

OLEH:

PITRA ANNISA

P1813022

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

GRAHA EDUKASI MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha ESA yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Pendahuluan“ Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn.M dengan prioritas
masalah kebutuhan dasar gangguan rasa nyaman : nyeri pada keluarga Tn.M di
Keluharan Parang Loe Lata kecamatan Manuju” ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penulisan ASKEP ini masih jauh dari kesempurnaan.
Maka dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak demi kesempurnaan ASKEP ini. Harapan penulis semoga ASKEP ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Makassar,19 April 2022

PENYUSUN
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN........................................................................................ i

KATA PENGANTAR.................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................... 1

B. Tujuan ........................................................................................... 3

C. Manfaat………………………………………………………….. 4

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengelolaan Kasus......................................................................... 5

B. Konsep Dasar Nyeri....................................................................... 15

C. Konsep Usus Buntu....................................................................... 20

D. Asuhan Keperawarawatan Kasus……………………………….. 28

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………… 47

B. Analisa Data…………………………………………………….. 47

Daftar pustaka

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................ 62

B. Saran.......................................................................................................... 63

Daftar Pustaka

BAB V LAMPIRAN

LAMPIRAN DOKUMENTASI
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Apendisitis merupakan penyebab paling umum sakit perut akut yang memerlukan
intervensi bedah, Penyebab apendisitis tidak jelas dan mekanisme patogenesis
terus diperdebatkan, dikarenakan apendisitis merupakan salah satu masalah
kesehatan yang terjadi pada masyarakat secara umum, yang tatalaksananya
dengan cara apendiktomi, sehingga penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien
bedah apendisitis memerlukan perhatian khusus, karena masih tingginya
kemungkinan timbul infeksi paska bedah, yaitu 5-15% (Departemen/SMF ilmu
bedah, 2009).

Setiap pasien apendiktomi paska bedah diberikan antibiotik sebagai Profilaksis,


penanganan yang tidak tepat dan lingkungan yang tidak bersih bagi pasien paska
bedah akan beresiko besar untuk terkena infeksi, pemberian antibiotik profilaksis
yang kurang tepat pada pasien paska bedah dapat memperlama penyembuhan luka
dan memperlama hari rawatan sehingga biaya perawatan juga semakin besar,
pemberian antibiotik profilaksis yang tepat dapat mengurangi jumlah bakteri,
mencegah infeksi serta dapat mempersingkat lamanya rawatan sehingga dapat
mengefektivitaskan biaya.

Apendisitis masih menempati prevalensi tertinggi dari akut abdomen lain dibidang
bedah yang memerlukan operasi segera baik di negara berkembang maupun di
negara maju untuk mengurangi angka kematian dan angka kesakitan salah satu
upaya adalah dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan medis yaitu
dengan membuat diagnosa yang tepat (Chidmat, 2005).

Apendisitis akut timbul dalam sekitar 7% individu di negara barat, dan merupakan
sebab terlazim akut abdomen yang memerlukan intervensi bedah. Sekitar 200.000
apendiktomi dilakukan tiap tahun di Amerika Serikat. Angka mortalitas bervariasi dari
kurang dari 0,1 % dalam kasus tak berkomplikasi sampai sekitar 5% dalam kasus
dengan perforasi (Lally et al., 2001).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahmadina tahun 2009 di RSUP
Padang, hasil menunjukkan pasien apendisitis mencapai jumlah 297 pasien,
penggunaan antibiotik profilaksis terbukti dapat menurunkan resiko terjadinya infeksi
luka operasi dengan didukungnya oleh perawatan dan lingkungan rawatan yang
bersih. Penelitian lain berdasarkan register pusat cochraine controlled trials
(cochraine library edisi 1 tahun 2005), dari 45 kasus apendiktomi, sekitar 9576
pasien yang dilibatkan dalam penelitian menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik
profilaksis terbukti dapat mencegah infeksi dan abses intraabdominal luka operasi
pada pasien apendiktomi (Andersen et al., 2005).

Pada tahun 2004 di rumah sakit di Thailand, diperoleh data 2139 pasien mengalami
apendiktomi, 26 pasien diidentifikasikan mengalami infeksi luka operasi, karena tidak
mendapatkan antibiotika profilaksis, sekitar 92% dari keseluruhan kasus pasien
menerima antibiotik profilaksis yaitu: Metronidazole dan gentamisin dua agen
antibiotik yang biasa digunakan untuk profilaksis, terbukti cukup untuk mengurangi
resiko infeksi luka operasi apendisitis, meskipun diatur pre operatively atau intra
operatively (Kasatpiba et al., 2006).

. Dari data diatas telah dilakukan pengkajian kepada keluarga Tn.M di lingkungan
Parang Loe Lata di dapat data bahwa Tn.M merasa nyeri setelah operasi usus
buntu dan keluarga tidak mampu merawat anggota keluarga yang sakit. Maka
penulis tertarik untuk melakukan studi kasus dan membuat Laporan Penelitian
tentang “ Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.M dengan Gangguan Rasa Nyaman :
nyeri di lingkungan Parang Loe Lata Desa Moncong Loe Kecamatan Manuju
Kabupaten Gowa“.
B. TUJUAN

1. Tujuan umum

Mampu memberikan Asuhan Keperaawatan pada pasien dengan prioritas


utama gangguan rasa nyaman: nyeri pada Tn.M.

2. Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus penulis karya ilmiah adalah:

a. Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada Ny.S


dengan gangguan rasa nyaman; nyeri
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. S dengan
gangguan rasa nyaman : nyeri
c. Mampu menyusun intervensi keperawatan pada Ny.S dengan
gangguan rasa nyaman: nyeri
d. Mampu melakukan Asuhan keperawatan keperawatan pada Ny.S
dengan gangguan rasa nyaman: nyeri
e. Mampu melekukan evaluiasi Ny.S dengan gangguan rasa nyaman :

nyeri

f. Mampu melakukan Pendidikan Kesehatan pada Ny. S dengan


gangguan rasa nyaman: nyeri.
C. MANFAAT

1. Bagi pendidikan keperawatan

Menjadi bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang


asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar gangguan
rasa nyaman: nyeri sebagai acuan praktek mahasiswa keperawatan

2. Bagi pelayan kesehatan

Memberikan informasi dan membankatkan kesehatan dan membantu meningkatkan


kesehatan dalam upaya pencegahan gangguan rasa nyaman : nyeri

3. Bagi Masyarakat

Hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan untuk mengetahui cara memenuhi
kebutuhan klien khususnya kebutuhan rasa nyaman.
BAB II

A. PENGELOLAAN KASUS

1. KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA

2.1.1 Defenisi

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan dalam kebersamaan dan
kedekatan emosional serta mengidentifikasi dirinya sebagai bangian dari keluarga
(Friedman, 2010).Sedangkan menurut pakar konseling keluarga, sayekti,
(Hernilawati, 2013) menulis bahwa keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup
atas dasar perkawinan anatara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup
bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian
dengan atau tanpa anak baik anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah
rumah tangga.

Menurut Departemen Kesehatan RI (1988), keluarga adalah unit terkecil dari


masyarakat yang terdidri daari kepala keluarga dan beberapa oraang berkumpul
serta tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaaan saling
ketergantungan (Hernilawati,2013)

2.1.2 Tipe Keluarga

Menurut friedman, 2010 pembagian tipe tergantung pada konteks keilmuan dan
orang yang meneglompokkan. Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi
dua yaitu:

a. Keluarga inti (nuclear family) adalaah keluarga yang hanya terdiri dari ayah,
ibu anak yang diperoleh dari keturunaannya atau keduanya
b. Keluarga besar (axtended family) adalah keluarga inti yang ditambah anggota
keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, bibi,
paman)
c. Keluarga Adopsi sebuah cara lain untuk membentuk keluarga dengan
menyerahkan secara sah tanggung jawab sebagai orangtua seterusnya dari
orangtua kandung ke orangtua adopsi dengan menimbulkan suatu keadaan
saling menguntungkan baik bagi orang tua maupun anak.

d. Keluarga Asuh sebuahlayanan kesejahteraan anak yaitu anak ditempatkan


dirumah terpisah dari salah satu orang tua atau kedua orang tua kandung
untuk menjaminkeamanan dan kkesejahteraan fisik serta emosional mereka
e. Keluarga orangtua Tunggal keluarga dengan ibu atau ayah sebagai kepala
rumah
f. Dewasa Lajang yang tinggal sendiri
g. Keluarga dengan Orang Tua Tiri keluarga yang menikah lagi yang dapat
terbentuk atau tanpa anak dan keluarga yang terbentuk kembali
h. Keluarga binuklir keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak
merupakan anggota dari sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua rumah
inti maternal dan paternal, dengan keragaman dalam hal tingkat kerjasama
dan waktu yang dihabiskan dalam setiap rumah tangga.
i. Cohabiting Family pasangan kumpul kebo
j. Keluarga Homo Seksual dua atau lebih individu yang berbagai orientasi
seksual yang sama atau minimal ada satu orang homoseksual yang
memelihara anak

Namun dengan berkembangnyaa peran individu dan meningkatnya rasa


individualisme, pengelompokan tipe keluarga selain kedua diatas berkembang
sebagai berikut:

1. Keluarga bentukan kembali (dyatic family) adalah keluarga baru yang


terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan
paasangannya
2. Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri
dari salah satu orangtua dengan anak-anaknya akibat perceraian atau
ditinggal pasaangannya
3. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother)
4. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa
pernah menikah (the single adult living alone)
5. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the nonmarital
heterosexual cohabiting family)
6. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama
(gay lesbian family)

2.1.3 Peran dan Fungsi Keluarga

Menurut Ali, Z (2010) keluarga memiliki peran formal dalam keluarga tersebut, yaitu:

1. Peran sebagai ayah. Ayah sebagai suami dari isteri dan ayah dari anak-
anaknya berperan sebagai pencari nafkah, pendidikan, pelindung, dan
pemberi rasa aman. Juga sebagai kepala keluarga, anggota kelompok sosial,
serta anggota masyarakat dan lingkungan
2. Peran sebagai ibu, ibu sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-anaknya
berperan untuk mengurus rumah tangga sebagia pengasuh dan pendidik bagi
anak-anaknya, pelindung dan salah satu anggota kelompok sosial, serta
sebagai anggota kelompok masyarakat dan lingkungan disamping dapat
berperan sebagai pencari nafkah tambahan keluarga.
3. Peran sebagai anak. Anak melaksankan peran psikososial sesuai tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

Adapun fungsi keluarga menurut Hernilawati (2013) adalah sebagai berikut:

1. Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala
sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang
lain.
2. Fungsi sosialisasi adalah fungsi menegembangkan dan tempat melatih
tempat utuk kehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain di luar rumah
3. Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga
4. Fungsi ekonomi adalah fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
meningkatkan kemampuan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan adalah fungsi untuk
mempertahankan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas yang tinggi
6. Fungsi pendidikan adalah keluarga mempunyai peran dan tanggungjawab
yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi kehidupan
biasanya.
7. Fungsi religius adalah keluarga merupakan tempat untuk belajar tentang
agama daan mengamalkan ajaran keagamaan
8. Fungsi rekreasi adalah keluarga merupakan tempat untuk melakukan
kegiatan yang dapat mengurangi ketengangan akibat berada di luar rumah.

2.1.4 Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada sistem
keluarga meliputi : pola perubahan interaksi dan hubungan antara anggotanya
sepanjang waktu. Adapun tahapan perkembangan keluarga menurut Mubarak.dkk
(2011), yaitu:

a. Tahap 1 pasangan baru atau keluarga baru

Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu yaitu suami istri
membentuk keluarga meliputi perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga
masing-masing, dalam artian secara psikologis keluarga tersebut sudah memiliki
keluarga baru. Adapun tugas perkembangan pada tahap ini :

1. Membina hubungan intim dan kepuasan bersama


2. Menetapkan tujuan bersama
3. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman atau kelompok sosial
4. Merencanakan nak-KB
5. Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri menjadi
orangtua.

a. Tahap II keluarga kelahiran anak pertama


Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dengan kelahiran sampai kelahiran
anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan (3,2 tahun).
Adapun tugas perkembangan pada tahap ini:

1. Persiapan menjadi orangtua


2. Membagi peran dan tanggungjawab
3. Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang
menyenangkan
4. Mempersiapkan biaya untuk kelahiran aanak pertama
5. Memfasilitasi role learning anggota keluarga
6. Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampaai balita
b. Tahap III keluarga dengan anak pra sekolah

Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak
berusia 5 tahun. Adapun tugas perkembangan pada tahap ini:

1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti: kebutuhan


tempat tinggal, privasi dan rasa nyaman
2. Membantu anak bersosialisasi
3. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara,
kebutuhan anak yang juga harus terpenuhi
4. Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam maupun di
luar keluarga
5. Dapat membagi waktu antara individu, pasangan dan anak
6. Pembangian tanggung jawab anggota keluarga
7. Kegiatan dan waktu untuk simulasi tumbuh dan kembang anak

c. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah

Tahap ini dimulai saat anak tertua mulai memasuki sekolah pada usia 6 tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun. Tugas perkembangan pada tahap ini:

1. Memeberikan perhatian tentang kegiatan tentang


kegiatan sosial anak, pendidikan, dan semangat belajar
2. Tetap mempertahankan keharmonisan
3. Mendorong anak untuk mencapai pengembangkan daya
intelektual
4. Menyediakan aktifitas untuk anak
5. Meneysuaikan dengan aktifitas komuniti dengan
mengikutsertakan anak

d. Tahap v keluarga dengan anak remaja

Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir pada usia
19/20 tahun. Adapun tugas perkembangan pada tahap ini:

1. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan


tanggung jawab mengingat remaja yang sudah tumbuh
dewasa
2. Mempertahankan hubungan yang intim dengan
keluarga
3. Mempertahankan komunikasi yang terbuka dengan anak
dan orang tua
4. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh
kembang

e. Tahap VI Keluarga dengan Anak Dewasa ataau Pelepasan

Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini
tergantung dari jumlah anak padaa keluarga atau jika nak belum memilki keluarga
atau tetap tinggal bersama orangtua. Tugas perkembangan pada tahap ini:

1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar


2. Mempertahankan keintiman pasangan
3. Membantu orangtua suami dan istri yang sedang sakit dan memasuki usia tua
4. Mempersiapkan anak untuk mandiri dan menerima kepergian anak
5. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga
6. Berperan suami-istri atau kakek-nenek

a. Tahap VII Keluarga Usia Pertengahan


Tahapan ini dimulai saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada
saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Tugas perkembangan pada
taahap ini:

1. Mempertahankan kesehatan
2. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam artian mengolah
minat sosial dan waktu santai
3. Memulihkan hubungan antara generasi muda tua
4. Keakraban dalam pasangan
5. Memelihara hubungan dengan anak dan keluarga
6. Persiapan masa tua atau pensiun dan meningkatkan keabraban
pasangan
b. Tahap VIII Keluarga Lanjut Usia

Tahapan ini dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut salah satu
pasangan meninggal sampai keduanya meninggal. Tugas perkembangan pada
taahap ini:

1. Mempertahankan suasana rumah yang meneynangkan.


2. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik pendapatan.
3. Memepertahankan keabraban pasangan suami-istri dan saling
merawat
4. Mempertahaankan hubungan dengan anak dan sosial
masyarakat
5. Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan
kematian

2.1.5 Struktur keluarga

Struktur keluarga menggambarkan bagaimaanaa keluarga melaksanakan fungsi


keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat. Struktur keluarga terdiri dari
bermacam-macam (Hernilawati, 2013), yaitu:

a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara yang sedarah dalam
keluarga beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun dari jalur garis keturunan
ayah.

b. Matrilineal

Adalaah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara yang sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun dari jalur garis keturunan ibu.

c. Matrilokal

Sepasang suami istri yang tinggal bersama dengan keluarga sedarah isteri.

d. Patrilokal

Sepasang suami istri yang tinggal bersama dengan keluarga sedarah suami.

e. Keluarga kawin

Adalah hubungan suami isteri sebagai dasar pembinaan keluarga dan beberapa
sanak saudara yang menjadi bangian keluarga karena adanya hubungan dengan
suami isteri.

2.1.6 Keluarga Sejahtera

Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk atas dasar perkawinan yang sah
mampu memenuhi kebutuhan hidup spritual dan materail layak. Tahapan keluarga
sejahtera (Mubarak,2011) adalah sebagai berikut:

1) Keluarga pra sejahtera

Yaitu kelauarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya


secara minimal, yaitu kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan, dan
kesehatan, atau keluarga yang belum daapat memenuhi salah satu atau lebih
indicator le;uarga sejahtera tahap I
2) Keluarga tahap I

Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya minimal tetapi
belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologinya, yaitu kebutuhan pendidikan,
keluarga berencana (KB), interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan
taransportasi.

3) Keluarga Sejahtera Tahap II

Adalah keluarga-keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kebutuhan


dasarnya secara minimal serta telah dapat memenuhi kebutuhan sosial
psikologinya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan penegembanganya, sperti
untuk kebutuhan menabung dan memperoleh informasi.

4) Keluarga Sejahtera Tahap III

Yaitu keluarga-keluarga yang telah memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial


psikologis dan pengembangan keluarganya, tetapi belum dapat
memeberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat
secara teratur (dalam waktu tertentu) dalam bentuk: material dan keuangan untuk
sosial kemasyarakatan, dan juga berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakaatan.

5) Keluarga Sejahtera Tahap III Plus.

Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial
psikologis dan pengembangannya telah terpenuhi serta memiliki kepedulian sosial
yang tinggi pada masyarakat.

2.1.7 Tugas Kesehatan Keluarga

Adapun tugas keluarga menurut ballon dan maglaya, dalam mushlisin (2012), yaitu:

1. Mengenal masalah kesehatan.

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa
kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehataanlah kadang
seluruh kekuatan sumber dayaa dan dana kesehatan habis. Orangtua perlu
menegnal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota
keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga dan orang tua.

2. Membuat Keputusan tindakan kesehatan masyarakat

Sebelum keluarga dapat memebuat keputusan yang tepat mengenai maslah


kesehatan yang dialaminya. Perawat harus mampu mengkaji keadaan keluarga
tersebut agar dapat memfasilitasi kelurga dalam membuat keputusan.

3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Ketika memberikan perawatan pada anggota keluarganya yang sakit, keluarga harus
memperhatikan hal-hal sebagai beriku: keadaan penyakitnya, sifat dan
perkembangan perawatan yang dibutuhkan, dan sikap keluarga terhadap anggota
keluarga yang sakit

4. Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.

Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat,


keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut: sumber-sumber keluarga yang
dimiliki, keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan, upaya pencegahan
penyakit, dan kekompakan antara anggota keluarga

5. Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat

Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus menegtahui


hal-hal sebagai berikut: keberadaan fasilitas keluarga, keuntungan-keuntungan yang
dapat di peroleh dari fasilitas kesehatan, dan fasilitas kesehatan yang ada
terjangkau oleh keluarga.

2. Konsep Dasar Nyeri

2.2.1 Defenisi

Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan adalah suatu
kebutuhan individu. Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang
terkadang dialami individu.kebutuhan terbebas dari rasa nyeri itu merupakan salah
satu kebutuhan dasar yang merupakan salah satu kebutuhan dasar tujuan
diberikannya asuhan keperawatan pada seorang pasien

(Prasetyo, 2010)

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat


subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
singkatnya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya ( Alimul, 2009)

2.2.2 Berdasarkan klasifikasinya secara umum nyeri dibagi menjadi dua yakni:
nyeri akut dan nyeri kronis.

a) Nyeri akut

Nyeri akut merupakan nyeri yang timbulsecara mendadak dan cepat menghilang,
yang tidakmelebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot

Menurut prasetyo nyeri akut berdurasi singkat ( kurang dari 6 bulan) memiliki onset
yang tiba-tiba dan terlokalisir. Nyeri ini biasanya diakibatkan oleh trauma bedah atau
inflamasi. Hampir setiap individu pernah merasakan nyeri seperti ini, seperti saat
sakit kepala, sakit gigi,tertusuk jarum, terbakar,nyeri otot, nyeri saat melahirkan,
nyeri sesudah tindakan pembedahan dan yang lainnya.

b) Nyeri kronis

Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahanlahan, biasanya


berlangsung dalam waktu yang cukup lama,yaitu lebih dari 6 bulan.

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri adalah:

1) Usia

Usia merupakan variabel penting dalam mempengaruhi nyeri pada individu.


Khususnya pada anak-anak dan lansia.Dimana anak-anak sulit untuk
mengungkapkan keberadaan nyeri, dan pada lansia menganggap bahwa hal
tersebut penuaan yang tidak bisa dihindari.
2) Jenis kelamin

Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam berespon
terhadap nyeri.Dari penelitian terakhir memperlihatkan hormon seks terhadap
mamalia berpengaruh terhadap toleransi terhadap nyeri.

3) Kebudayaan

Perawat sering kali berasumsi bahwa cara berespon pada setiap individu dalam
masalah nyeri adalah sama

4) Makna nyeri

Makna nyeri pada seseorang dipengaruhi pengalaman nyeri dan cara sesesorang
beradaptasi terhadap nyeri

5) Lokasi dan Tingkat Keparahan Nyeri

Nyeri yang dirasakan bervariasi dalam intensitas dan tingkat keparahan pada
masing-masing individu. Nyeri yang dirasakan mungkin terasa ringan, atau bisa
menjadi nyeri yang berat, dan masing-masing individu melaporkan nyeri bervariasi
seperti tertusuk,terbakar,nyeri tumpul dan lainlain.

6) Perhatian

Tingkat perhatian seseorang terhadap nyeri akan memepengaruhi persepsi nyeri.


Perhatian yang meningkat taerhadap nyeri akan meningkatkan respon nyeri
sedangkan upaya pengaliahan dihubungkan dengan penurunan respon nyeri.

7) Ansietas ( kecemasan)

Hubungan dengan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas yang
dirasakan seringkali meningkatkan persepsi nyeri.

8) Keletihan

Keleleahan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan persepsi nyeridan


menurunkan kemampuan koping individu.
9) Pengalaman sebelumnya

Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri akan tetepi pengalaman nyeri yang
dirasakan bukan berarti mempermudah atau mengatasi nyeri pada masa
mendatang.

10) Dukungan keluarga dan sosial

Individu yang mengalami nyeri membutuhkan dukungan, bantuan, perlindungan dari


anggota keluarga yang lain.

2.2.4 Pengkajian Nyeri

Tindakan perawat yang perlu dilakukan dalam mengkaji pasien selama nyeri akutv
adalah :

a) Mengkaji perasaan klien (respon fisiologis yang muncul)


b) Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri
c) Mengki tingkat keparahan dan kualitas nyeri

Pengkajian selama episode nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat klien dalam
keadaan waspada ( perhatian penuh pada nyeri), sebaiknya perawat berusahauntuk
mengurangi kecemasan klien terlebih dahulu sebelum mencoba mengkaji kuantitas
persepsi klien terhadap nyeri.

Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan seorang perawat di dalam


memulai mengkaji respon nyeri yang dialami oleh klien. (Girton 1984 dalam
Prasetyo,2010 dalam konsep dan proses keperawatan nyeri) komponen-komponen
tersebut sebagaiberikut:

1. Penentuan ada tidaknya nyeri

Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai ketika


pasien melaporkan adanya nyeri.Walaupun dalam observasi perawat tidak
menemukan adanya cedera atau luka.Setiap nyeri yang dilaporkan oleh klien adalah
nyata.Sebaliknya, ada beberapa pasien yang terkadang justru menyembunyikan
rasa nyerinya untuk menghindari prngobatan.
2. Karateristik nyeri ( Metode P,Q,R,S,T)
a) Faktor pencetus ( p: provocate)

Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulusstimulus pada klien.Dalam hal ini
perawat juga dapat melakukan observasi bangian- bangian tubuh yang mengalami
cedera. Apabila perawat mencurigai adanya nyeri psikogenik maka perawat harus
mengesksplor perasaan klien dan menanyakan perasaan-perasaan apa yang dapat
mencetuskan nyeri.

b) Kualitas (Q: Quality)

Kualitas nyeri merupakan suatu yang subjektif yang diungkapkan oleh klien, sering
kali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-kalimat: tajam, tumpul,berdenyut,
berpindah-pindah, seperti tertindih, perih, tertusuk dan lain-lain, dimana tiap-tiap
klien mungkin berbeda-beda dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan.

c) Lokasi (R: Region)

Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk menunjukkan semua
bangian/daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh klien.Untuk mealokasi nyeri lebih
spesifik, maka perawat dapatmelacak dari titik yang paling nyeri.

d) Keparahan ( S: Severe)

Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karateristik yang paling subjektif.
Klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan,
nyeri sedang atau berat. Hal ini juga bisa disebabkan karena memang pengalaman
nyeri pada masing-masing individu berbeda-beda.

Skala neuromatik digunakan sebagai pengganti alat pendiskripsian kata. Dalam hal
ini pasien menilai nyeri dengan skala 0-10 dimana angka 0 kondisi pasien tidak
merasakan nyeri, dan angka 10 mengindikasikan nyeri paling berat yang dirasakan
klien.
e) DurSasi (T: Time)

Perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan, durasi, dan rangkain
nyeri.Seperti menyakan kapan mulai nyeri dan berapa lama nyeri itu muncul.

f) Faktor yang memperberat/memperingan nyeri Perawat


perlumengkaji faktor-faktor yang dapat memperberat
nyerin pasien, misalnya meningkatkan aktivitas, perubahan
suhu,stressdan lainya sehingga perawat dapat memberikan tindakan
yang tepat untuk menghindari peningkatan respon nyeri pada klien.
Dan perawat mengkaji pasien untuk mempunyai cara-car
menghilangkan nyeri secara tersendiri misalnya mengubah posisi,
mengosok yang sakit atau dengan mengkompres nyeri dengan
menggunakan kompres dingi atau kompres hangat.

3. Konsep Usus Buntu

3.3.1 Defenisi

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
( apendiks). Ususu buntu sebenarnya adalah sekum ( cecum ). Infeksi ini bisa
mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera
untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya.

klasifikasi apendisitis terbagi 3 yakni :

1.Apendisitis akut radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda


setempat , disertai maupun tidak disertai rangsangan perineum local

2.Apendisitis rekurens
3.Apendisitis kronis

3.3.2 Etiologi

Apendisitis merupakan organ yang belum diketahui fungsinya tetapi


menghasilkan lender 1-2 ml/ hari yang normalnya dicurahkan kedalam lumen dan
selanjutnya mengalir kesekum.Hambatan aliran lendir dimuara apendiks tampaknya
berperan dalam pathogenesis apendiks.

Menurut Klasifikasi

1.Apendisitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri.Dan faktor


pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks.Selain itu hyperplasia
jaringan limfe, fikalit, tumor apendisk, dan cacing askaris mukosa apendiks karena
parasit

2.Apendisiti rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut kanan bawah yang
mendorong dilakukanya apemdiktomi.Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis
akut pertama kali sembuh spontan.Namun apendisitis tidak pernah kembali
kebentuk aslinya karena terjadi fibrosis dan jaringan parut

3.Apendiditis Kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah lebih
dari 2 minggu ,radang kronik apendiks secara makroskopik ( fibrosis menyeluruh
didinding apendiks , sumbatan parsial atau lumen apendiks, adanya jaringan parut
dan ulkus lama dimukosa dan infiltasi sel inflamasi kronik ), dan keluhan
menghilang.

3.3.3.Manifestasi klinis

Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah nyeri
samar ( nyeri tumpul ) didaerah epigastrium di ekitar umbilikus atau periumbilikus.
Keluhuan ini biasanya disertai rasa mual , bahkan terkadang muntah , dan pada
umunya nafsu makan menurun.Kemudian dalam beberapa jam , nyeri akan beralih
ke kuadran kanan bawah , ke titik Mc Burney.Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan
jelas letaknya. sehingga merupakan nyeri somatik setempat namun terkadang , tidak
dirasakan adanya nyeri di daerah epigastrium , tetapi terdapat konstipasi sehingga
penderita merasa memerlukan obat pencahan.Tindakan ini dianggap berbahaya
karena bisa mempermudah terjadinya perforasi.Terkadang apendiditis juga disertai
dengan deman derajat rendah sekitar 37.5 – 38,5 derajat celcius.

3.3.4.Patosiologi

Dimulai dengan terjadinya obstruksi total atau infeksi dalam lumen apendiks yang
menyebabkan peningkatan tekanan sehingga akan terjadi sekresi cairan dan mukus
yang terus menurus dari mukosa apendik dan stagnasi material yang menyebabkan
obstrusk tersebut.Bersamaan dengan itu bakteri intestinal dalam apendiks akan
berkembangbiak menjadi banyak , dan mengundang leukosit, sehingga terbentuklah
pus , mengakibatkan tekanan intraluminal apendiks menjadi semakin tinggi.

Obstruksi yang berkelanjutan terus akan meningkatkan tekanan intraluminal diatas


kapasitas yang dapat ditahan oleh vena – vena apendiks , sehingga aliran darah
dalam pembuluh darah ini ikut terobtruksi.Sebagai konsekuensinya , terjadi iskemial
pada dinding apendiks , lalu kekuatan epitelial akan menurun , dan mengundang
invasi bakteri kedalam dinding apendiks.

Dalam beberapa jam , situasi terlokalisir ini dapat memburuk , karena bisa terjadi
trombosit arteri vena , memungkinkan terjadinya perforasi dan gangren.Apabila
proses ini berlanjut , dapat terjadi abses, atau peritonitis periapendikular.Apendicitis
dapat menjadi kronis , apabila obstruksi hanya parsial , transien , atau
intermiten.Karenanya penderita akan mengalami apendisitis abdomen kuadran
kanan bawah yang hilang timbul.

Kemungkinan apendisitis dapat diyakinkan menggunakan skor Alvarado

The Modified Alvarado Score Skor

Perpindahan nyeri dari ulu hati ke perut kanan bawah

Mual muntah 1

Anoreksia 1

Tanda
Nyeri di perut kanan bawah 2

Nyeri lepas 1

Demam diatas 37,5 1

Pemeriksaan lab Leukositosis 2

Hitung jenis leukosit shif to the left 1

Total 10

Interpretasi dari Modified Alvarado Score

1-4 : sangat mungkin bukan apendisitis akut

5-7 : sangat mungkin apendisitis akut

8-10 : pasti apendisitis akut

Sistem skor dibuat untuk meningkatkan cara mendiagnosis apendisitis.Selain gejala


klasik,ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibat dari
apendisitis.Timbulnya gejala bergantung pada pada letak apendiks ketika
meradang.Berikut gejala yang timbul tersebut.

1.Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal , yaitu dibelakang sekum ( terlindungi


oleh sekum ) , tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda
rangsangan peritoneal.Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada
saat melakukan gerakan seperti berjalan , bernapas dalam , batuk , dan
mengedan.Nyeri timbul karena adanya kontraksi m.psoas mayor yang menengang
dari dorsal.

2.Bila apendiks terletak di rongga pelvis


Bila apendiks terletak didekat atau penempel pada rektum akan timbul gejala dan
rangsangan sigmoid atau rektum ,sehingga peristaltik meningkat , pengosongan
rektum akan menjadai lebih cepat dan berulang – ulang ( diare )

3.Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih , dapat terjadi
peningkatan frekuensi kmih karena rasangannya dindingnya.

E.Gejala Apendisitis

Nyeri dekat pusar atau perut bagian atas yang menjadi semakin tajam ketika
bergerak ke perut kanan bawah. Ini biasanya merupakan tanda pertama.

Kehilangan selera makan

Mual atau muntah segera setelah sakit perut dimulai

Pembengkakan perut

Demam

Ketidakmampuan untuk kentut (flatus)

F.Pemeriksaan fisik

1.Inspeksi : akan tamppak adanya pembengkakan ( sweling ) rongga perut


dimana dinding perut tampak mengencang ( dintensi )

2.Palpasi : di daerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa nyeri dan bila
tekanan dilepas juga akan terasa nyeri ( Blumberg sign ) yang mana merupakan
kunci dari diagnosis apendisitis akut

3.Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat / tungkai diangkat tinggi –
tinggi , maka rasa nyeri dipeut semakin parah ( psoas sign )

4.Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila pemriksaan


dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga
5.Suhu dubur ( rectal ) yang lebih tinggi dari suhu ketiak ( axilla ), lebih menunjang
lagu adanya radang usus buntu

3.3.5.Pemeriksaan Penunjang

1.Pemeriksaan labolatorium

a.Hitung jenis leukosit dengan hasil leukositosis.

b.Pemeriksaan urin dengan hasil sedimen dapat normal atau terdapat leukosit dan
eritrosit lebih dari normal bila apendiks yang meradang menempel pada ureter atau
vesika. Pemeriksaan leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi
tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang. Pada apendisitis akut dan
perforasi akan terjadi leukositosis yang lebih tinggi lagi. Hb (hemoglobin) nampak
normal. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat. Urin
rutin penting untuk melihat apakah terdapat infeksi pada ginjal.

2.Pemriksaan Radiologi

a.foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit ( jarang mebantu )

b.USG dapat membantu mendeteksi adanya kantong nanah. Abses subdiafragma


harus dibedakan dengan abses hati, pneumonia basal, atau efusi pleura

c.Apendikogram Apendikogram dilakukan dengan cara pemberian kontras BaS04


serbuk halus yang diencerkan dengan perbandingan 1:3 secara peroral dan
diminum sebelum pemeriksaan kurang lebih 8-10 jam untuk anak-anak atau 10-12
jam untuk dewasa, hasil apendikogram dibaca oleh dokter spesialis radiologi

3.3.6.Diagnosis Banding

Banyak masalah yang dihadapi saat menegakkan diagnosis apendisitis karena


penyakit lain yang memberikan gambaran klinis yang hampir sama dengan
apendisitis, diantaranya :
1Gastroenteritis, ditandai dengan terjadi mual, muntah, dan diare mendahului rasa
sakit. Sakit perut lebih ringan, panas dan leukositosis kurang menonjol
dibandingkan, apendisitis akut.

2Limfadenitis Mesenterika, biasanya didahului oleh enteritis atau gastroenteritis.


Ditandai dengan nyeri perut kanan disertai dengan perasaan mual dan nyeri tekan
perut.

3Demam dengue, dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis dan diperoleh hasil
positif untuk Rumple Leede, trombositopeni, dan hematokrit yang meningkat.

4Infeksi Panggul dan salpingitis akut kanan sulit dibedakan dengan apendisitis akut.
Suhu biasanya lebih tinggi dari pada apendisitis dan nyeri perut bagian bawah lebih
difus. Infeksi panggul pada wanita biasanya disertai keputihan dan infeksi urin.

5Gangguan alat reproduksi wanita, folikel ovarium yang pecah dapat memberikan
nyeri perut kanan bawah pada pertengahan siklusmenstruasi. Tidak ada tanda
radang dan nyeri biasa hilang dalam waktu 24 jam.

3.3.7.Penatalaksanaan

Tatalaksana apendisitis pada kebanyakan kasus adalah apendektomi.Keterlambatan


dalam tatalaksana dapat meningkatkan kejadian perforasi.Teknik laporoskopik ,
apendektomi laporoskopiksudah terbukti menghasilkan nyeri pasca bedah yang
lebih sedikit, pemulihan yang lebih cepat dan angka kejadain infeksi luka yang lebih
rendah.Akan tetapi terdapat peningkatan kejadian abses intra abdomen dan
pemanjangan waktu operasi.Laparoskopi itu dikerjakan untuk diagnosa dan terapi
pada pasien dengan akut abdomen , terutama pada wanita
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

The Family in Health and Illness


Dosen Pengampu: Sri Resky Mustafa, S.Kep., Ners., M.Kep

FORMAT PENGKAJIAN KELUARGA & PETUNJUK PENGISIAN PENGKAJIAN


KELUARGA MENURUT FRIEDMAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES GRAHA EDUKASI MAKASSAR
TAHUN 2022

FORMAT PENGKAJIAN KELUARGA (MENURUT FRIEDMAN)

A. Data Dasar/Pengenalan Keluarga


1. Nama Kepala Keluarga (KK) :Tn.M
2. Usia : 54thn
3. Pendidikan : SMA
4. Pekerjaan : PEDAGANG
5. Alamat / No. Telepon :-
6. Komposisi Keluarga :

No nama Jenis Hubunga TL/Umur Pendidikan Pekerjaan


kelamin n dengan K
IMUNISASI
KK E
T
Ny.St P ISTRI 52 SLTA IRT BDPT POLIO
An.M L ANAK 16 SLTP Pelajar C
1 2 1 2 3 CAMPAK
SLTP G

√ √ √ √ √ √

7. Genogram (Gambarkan genogram keluarga klien)


8. Tipe Keluarga
( √ ) Keluarga inti ( ) Keluarga besar

( ) Janda/duda ( ) Lain-lain

9. Suku Bangsa:Jawa _______________________


10. Agama : Islam_______________________
11. Status Sosial Ekonomi Keluarga
 Total pendapatan keluarga per bulan :
( ) Dibawah Rp. 600.000,-
( ) Rp. 600.000,- s/d Rp. 1.000.000,-
( ) Rp. 1.000.000,- s/d Rp. 2.000.000,-
(√ ) Di atas dari Rp. 2.000.000,-
 Apakah penghasilan keluarga mencukupi untuk biaya sehari-hari ?
( √) Ya ( ) Tidak
Bila tidak apa yang dilakukan keluarga : _______________________
 Apakah keluarga mempunyai tabungan ?
(√ ) Ya ( ) Tidak
 Apakah ada anggota keluarga yang membantu keuangan keluarga ?
( ) Ada (√ ) Tidak
Bila ada, siapa : _______________________
 Siapa yang mengelola keuangan dalam keluarga ?
( ) Ayah (√ ) Ibu ( ) Lain-lain
12. Aktifitas Rekreasi Keluarga
 Kebiasaan rekreasi keluarga
(√ ) Tidak tentu ( ) 1 kali sebulan
( ) 2 kali sebulan ( ) 3 kali sebulan
( ) Lain-lain, sebutkan : _______________________
 Penggunaan waktu senggang

(√ ) Nonton TV ( ) Mendengarkan radio

( ) Membaca ( ) Nonton bioskop

( ) Lain-lain, sebutkan : _______________________

13. Riwayat dan Tahap Perkembangan keluarga


 Tahap perkembangan keluarga saat ini : saat ini Tn.M memiliki anak yang
bersekolah di SMP
 Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : Tidak ada tahap yang
belum terpenuhi sejauh ini masih berjalan dengan baik
14. Riwayat Keluarga Inti : riwayat keluarga inti khususnya Tn.M mengalami usus
buntu dan harus dioperasi.
15. Riwayat Keluarga Sebelumnya :tidak ada riwayat kematian sebelumnya
maupun perceraian.
B. Data Lingkungan
1. Perumahan
a. Jenis rumah
(√ ) Permanen ( ) Semi-permanen ( ) Non-permanen
b. Luas bangunan _______________________ m 2
c. Luas penerangan _______________________ m 2
d. Status rumah

(√ ) Milik pribadi ( ) Kontrakan


( ) Sewa bulanan ( ) Lain-lain

e. Atap rumah

( ) Genteng (√ ) Seng/asbes

( ) Sirap/atap ( ) Lain-lain

f. Ventilasi rumah

(√ ) Ada ( ) Tidak ada

g. Bila ada berapa luasnya


( ) >10% luas lantai (√ ) < 10% luas lantai
h. Apakah cahaya dapat masuk rumah pada siang hari
(√ ) Ya ( ) Tidak
i. Penerangan

(√ ) Listrik ( ) Patromak

( ) Lampu tempel ( ) Lain-lain

j. Lantai

(√ ) Keramik ( ) Ubin ( ) Plester

( ) Papan ( ) Tanah

k. Bagaimana kondisi kebersihan rumah secara keseluruhan

(√ ) Bersih ( ) Berdebu ( ) Sampah bertebaran

( ) Banyak lalat ( ) Banyak lawa-lawa ( ) Lain-lain

2. Denah Rumah
3. Pengelolaan Sampah
a. Apakah keluarga mempunyai tempat pembuangan sampah
(√ ) Ya ( ) Tidak
b. Bagaimana cara pengelolaan sampah rumah tangga

( ) Dibuang ke sungai/got (√ ) Diambil petugas

( ) Ditimbun ( ) Dibakar ( ) Lain-lain_____________

4. Sumber Air
a. Sumber air yang digunakan oleh keluarga
( ) Sumur gali ( ) Pompa listrik ( ) Pompa tangan ( )PAM
( ) Sungai ( ) Membeli ( ) Lain-lain_mata
air____________
b. Sumber air minum yang digunakan oleh keluarga
( ) Sumur gali ( ) Pompa listrik
( ) Pompa tangan ( ) PAM
( ) Sungai (√) Air isi ulang
5. Jamban Keluarga
a. Apakah keluarga yang mempunyai WC sendiri
(√ ) Ya ( ) Tidak
b. Bila ya apa jenis jamban keluarga
(√ ) Leher angsa ( ) Cemplung ( ) Lain-lain
_____________
c. Berapa jarak antara sumber air dengan penampungan tinja
( ) < 10 meter (√ ) > 10 meter
6. Pembuangan Air Limbah
Apakah keluarga mempunyai saluran pembuangan air limbah (air kotor)
( √) Ya, bagaimana kondisinya __terbuka_____________________
( ) Tidak, dimana pembuangannya _______________________
7. Fasilitas Sosial dan Fasilitas Kesehatan
a. Adakah perkumpulan sosial dalam kegiatan di masyarakat setempat
( ) Tidak
(√ ) Ada, apa jenisnya ___musyawarah ____________________
b. Adakah fasilitas kesehatan di masyarakat

( ) Tidak

(√ ) Ada, apa jenisnya puskesmas _pustu______________________

c. Apakah keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan tersebut

(√ )Ya ( ) Tidak

d. Apakah fasilitas kesehatan yang ada dapat terjangkau oleh keluarga


dengan kendaraan umum

( ) Bila ya, dengan kendaraan apa __motor mobil

( ) Bila tidak, bagaimana cara mengatasinya _______________________

8. Karakteristik Tetangga dan Komunitas


a. Apa karakteristik-karakteristik fisik dari lingkungan yang paling dekat dan
komunitas yang lebih luas?@rumah Tn.M

b. Tipe lingkungan/komunitas (desa, kota, subkota, antarkota).


Sebutkan.desa,subkota,dan kota.
c. Tipe tempat tinggal (hunian, industrial, campuran hunian dan industri kecil,
agraris) di lingkungan. Sebutkan.hunian
d. Keadaan tempat tinggal dan jalan raya (terpelihara, rusak, tidak terpelihara,
sementara diperbaiki). Jelaskan.terpelihara karena rumah Tn.M terletak
pinggir jalan poros sehingga keadaan tempat tinggal terpelihara.
e. Sanitasi jalan, rumah (kebersihan, pengumpulan sampah, dll).
Jelaskan.terdapat saluran permanen terbuka keluarga Tn.Mmenampung
sampah ditempat sampah dan diambil petugas setiap 1minggu sekali.
f. Adanya dan jenis-jenis industri di lingkungan (udara, kebisingan, masalah-
masalah polusi air). Jelaskan.ada banyak jenis-jenis industri seperti polusi
udara kebisingan karena merupakan pinggiran jalan poros menuju
kantorkecamatan Manuju.

g. Bagaimana karakteristik demografis dari lingkungan dan komunitas?


h. Kelas sosial dan karakteristik etnis penghuni. Sebutkan.
i. Perubahan-perubahan secara demografis yang berlangsung belakangan ini
dalam lingkungan/komunitas. Jelaskan.
j. Pelayanan-pelayanan kesehatan dan pelayanan-pelayanan sosial apa yang
ada dalam lingkungan dan komunitas? Kantor Desa dan kantor camat
k. Fasilitas-fasilitas ekonomi (warung, toko, apotik, pasar).
Sebutkan.Warung,Pasar,Toko,
l. Lembaga-lembaga kesehatan (klinik-klinik, rumah sakit, dan fasilitas-fasilitas
gawat darurat). Sebutkan.Puskesmas dan Pustu
m. Lembaga-lembaga pelayanan sosial (kesejahteraan, konseling, pekerjaan).
Sebutkan.lembaga pelayanan sosial seperti berdagang serta bertani dan
berkebun.
n. Bagaimana mudahnya sekolah-sekolah di lingkungan atau komunitas dapat
diakses dan bagaimana kondisinya?. Jelaskan.dapat diakses dengan baik
kerena sekolah-sekolah terletak di pinggir jalan poros sehingga mudah
dijangkau.
o. Fasilitas-fasilitas rekreasi yang dimiliki daerah ini. Sebutkan.AIR TERJUN
DAN BENDUNGAN BILI-BILI.
p. Tersedianya transportasi umum. Bagaimana pelayanan-pelayanan dan
fasilitas-fasilitas tersebut dapat diakses (dalam arti, jarak, kecocokan, dan
jam, dll) kepada keluarga. Jelaskan.Pelayanan-pelayanan dan fasilitas dapat
diakses walaupun jarak puskesmas tidak terlalu dekat tapi dengan adanya
transportasi umum dapat memundahkan untuk dijangkau.
q. Bagaimana insiden kejahatan di lingkungan dan komunitas? Apakah ada
masalah keselamatan yang serius?. Jelaskan.Menurut Binmas ada begal
disekitar bili-bili.
9. Mobilitas Geografi Keluarga
a. Sudah berapa lama keluarga tinggal di daerah ini ?10 tahun
b. Apakah sering berpindah-pindah tempat tinggal ? Jelaskan.tidak kerena
pengurusan pindah membutuhkan waktu lama sehingga memutuskanuntuk
tidak sering pindah-pindah.
10. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan masyarakat
a. Siapa di dalam keluarga yang sering menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan? Sebutkan tempat pelayanan kesehatannya.Tn.M
puskesmaskec.Manuju.
b. Berapa kali atau sejauh mana mereka menggunakan pelayanan dan fasilitas?
Ketika ada keluhan sakit dari salahsatu anggota keluarga disitulah mereka
menggunakan fasilitas kesehatan.
c. Apakah keluarga memanfaatkan lembaga-lembaga yang ada di komunitas
untuk kesehatan keluarga (JPS< JPKM< Dana Sehat, LSM)? Sebutkan.JPS
d. Bagaimana keluarga memandang komunitasnya?Keluarga memandang
komunitasnya cukup baik kerena sering menjaga talisilaturahmi antar
tetangga.
11. Sistem Pendukung Keluarga
Siapa menolong keluarga pada saat keluarga membutuhkan bantuan,
dukungan konseling aktivitas-aktivitas keluarga (Sebutkan Lembaga Formal
atau Informal; Informal: Ikatan Keluarga, teman-teman dekat, tetangga;
Formal: Lembaga Resmi Pemerintah maupun Swasta/LSM).Informal seperti
keluarga, teman-teman dekat serta tetangga.
C. Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga.Tn.M menggunakan bahasa sehari-hari yaitu
Bahasa Indonesia.
a. Apakah mayoritas pesan anggota keluarga sesuai dengan isi dan instruksi?
sesuai dengan instruksi.
b. Apakah anggota keluarga mengutarakan kebutuhan-kebutuhan dan
perasaan-perasaan mereka dengan jelas?iya
c. Apakah anggota keluarga memperoleh dan memberikan respons dengan baik
terhadap pesan?iya

d. Apakah anggota keluarga mendengar dan mengikuti suatu pesan?iya


e. Bahasa apa yang digunakan dalam keluarga?bahasa bugis
f. Apakah keluarga berkomunikasi secara langsung atau tidak langsung?.
Jelaskan.secara langsung karena saat ditanya langsung merespon secara
langsung.

g. Bagaimana pesan-pesan emosional (afektif) disampaikan dalam keluarga?


(Langsung, terbuka)Langsung terbuka

h. Jenis-jenis emosi apa yang disampaikan dalam keluarga?.


Sebutkan.Menyampaikan keluhan-keluhan yang dialami.
i. Apakah emosi-emosi yang disampaikan bersifat negatif, positif atau
keduanya?. Sebutkan.positif

j. Bagaimana frekuensi dan kualitas komunikasi yang berlangsung dalam


keluarga? Jelaskan frekuensi dan kualitas komunikasi berlangsung cukup
baik.

k. Pola-pola umum apa yang digunakan menyampaikan pesan-pesan penting?


(langsung, tidak langsung, sebutkan caranya) langsung dengan cara
menyampaikan kepenanya secara langsung tanpa perantara.

l. Jenis-jenis disfungsional komunikasi apa yang nampak dalam pola-pola


komunikasi keluarga?. Sebutkan.keluarga tidak menggunakan kekerasan
saat memecahkan masalah dan mendidik anak.

m. Adakah hal-hal/masalah dalam keluarga yang tertutup untuk didiskusikan?.


Sebutkan.ada yaitu masalah pribadi yang tidak perlu didiskusikan secara
keluarga

2. Struktur Kekuatan Keluarga


a. Siapa yang membuat keputusan dalam keluarga?Kepala Keluarga

b. Siapa yang memutuskan dalam penggunaan keuangan keluarga?Istri


c. Siapa yang memutuskan dalam masalah pindah pekerjaan atau tempat
tinggal?kepala keluarga.
d. Siapa yang mendisiplinkan dan memutuskan kegiatan-kegiatan anak?ISTRI
e. Bagaimana cara keluarga dalam mengambil keputusan (otoriter,
musyawarah/ kesepakatan, diserahkan pada masing-masing individu)?
MUSYAWARAH

f. Apakah keluarga merasa puas dengan pola pengambilan keputusan


tersebut?PUAS

g. Atas dasar kekuasaan apa anggota keluarga membuat keputusan?


(Kekuasaan tak berdaya, keahlian, penghargaan, paksaan kekuasaan
berdasarkan kekuatan/berpengaruh, kekuasaan aktif).
Sebutkan.KEKUASAAN TAK BERDAYA.
h. Kekuasaan dalam keluarga didominasi oleh siapa?. Sebutkan dan Jelaskan
Kepala Keluarga karena merupakan pemimpin dalam keluarga.
3. Struktur Peran
a. Struktur peran formal
1) Posisi dan peran formal apa pada setiap anggota keluarga? Gambarkan
bagaimana setiap anggota keluarga melakukan peran-peran formal
mereka.Kepala keluarga berperan untuk mencari nafkah sedangkan istri
berperan dalam tugas-tugas rumah tangga sedangkan anak menjalankan
tugasnya sebagai siswa.
2) Adakah konflik peran dalam keluarga?. Jelaskan.Menurut Tn.M Tidak pernah
mengalami konflik.
b. Struktur peran informal
1) Adakah peran-peran informal dalam keluarga?. Jelaskan.memenuhi semua
kebutuhan keluarga dan menengahi jika terjadi perbedaan pendapat.
2) Siapa yang memainkan peran-peran tersebut dan berapa kali peran-peran
tersebut sering dilakukan atau bagaimana peran-peran tersebut dilaksanakan
secara konsisten?Tn.M dilakukan setiap ada perbedaan pendapat dalam
keluarga dan memungkinkan perbedaan pendapat.
3) Tujuan dari peran-peran informal yang dijalankan keluarga adalah: Sebutkan
MENGHIDARI PERDEBATAN KELUARGA.
4) Jika peran-peran informal bersifat disfungsional, siapa yang melaksanakan
peran-peran ini pada generasi sebelumnya?ANGGOTA
KELUARGASEBELUMNYA.
5) Apa pengaruh/dampak terhadap orang (-orang) yang memainkan peran-
peran tersebut?MEMBERIKAN DAMPAK BURUK BAGI KELUARGA.
c. Analisa model peran
1) Siapa yang menjadi model dalam menjalankan peran di keluarga?.
Sebutkan.Istri
2) Apakah status sosial keluarga mempengaruhi dalam pembagian peran
keluarga?Tidak
3) Apakah budaya masyarakat, agama mempengaruhi dalam pembagian peran
keluarga?Iya
4) Apakah peran yang dijalankan oleh anggota keluarga sesuai dengan tahap
perkembangannya?Iya
5) Bagaimana masalah-masalah kesehatan mempengaruhi peran-peran
keluarga?Jika ada anggota keluarga yang sakit maka peran peran keluarga
akan terganggu dan kebutuhan tidak terpenuhi.
6) Adakah pengaturan kembali peran-peran baru dalam keluarga (sehubungan
dengan adanya yang sakit, meninggal, pindah, berpisah, dll)?ada
7) Bagaimana anggota keluarga menerima peran-peran baru/menyesuaikan
diri?menyesuaikan diri
8) Apakah ada bukti tentang stress atau konflik akibat peran?tidak ada
9) Bagaimana respon anggota keluarga yang sakit bereaksi terhadap perubahan
atau hilangnya peran?bereaksi karena kebutuhan keluarga tidak terpenuhi.
4. Nilai dan Norma Budaya
a. Apakah ada kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dengan kelompok atau
komunitas yang lebih luas?. Jelaskan nilai-nilai kelurga dengan kelompok
sesuai dengan nilai-nilai yang dijalankan Tn.M
b. Bagaimana pentingnya nilai-nilai yang dianut bagi keluarga?. Jelaskan nilai
yang dijalankan keluarga sangat penting karena berpengaruh pada hubungan
keluarga.
c. Apakah nilai-nilai ini dianut secara sadar atau tidak sadar?SADAR
d. Apakah ada konflik nilai yang menonjol dalam keluarga?. SebutkanTIDAK
ADA
e. Bagaimana kelas sosial keluarga, latar belakang kebudayaan mempengaruhi
nilai-nilai keluarga?. Jelaskan.Ya mempengaruhi nilai-nilai keluarga karena
keluarga menjalankan aturan yang ada
f. Bagaimana nilai-nilai keluarga mempengaruhi status kesehatan keluarga?.
Jelaskan.
D. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
a. Apakah anggota keluarga merasakan kebutuhan-kebutuhan individu-individu
lain dalam keluarga?IYA

1) Apakah orang tua (suami/istri) mampu menggambarkan kebutuhan-


kebutuhan psikologis anggota keluarganya?IYA
2) Apakah setiap anggota keluarga memiliki orang yang dipercaya dalam
keluarga untuk memenuhi kebutuhan psikologisnya?IYA

3) Apakah kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan, perbedaan dihormati


oleh anggota keluarga yang lain?IYA

4) Apakah dalam keluarga ada saling menghormati satu sama lain?IYA


5) Apakah keluarga sensitif terhadap persoalan-persoalan setiap individu?IYA

6) Sejauh mana anggota keluarga memberikan perhatian satu sama lain?IYA

7) Apakah mereka saling mendukung satu sama lain?IYA

8) Apakah terdapat perasaan akrab dan intim diantara lingkungan hubungan


keluarga?IYA
9) Apakah menunjukkan kasih sayang satu sama lain?IYA
10) Bagaimana keluarga menghadapi keterpisahan dengan anggota keluarga?.
Jelaskan.SALING MERINDUKAN SATU SAMA LAIN

11) Apakah keluarga merasa adanya keterikatan yang erat antara satu dengan
yang lainnya?IYA

2. Fungsi Sosialisasi
a. Adakah otonom setiap anggota dalam keluarga?. Jelaskan.kepalakeluarga
mencari nafkah sedangkan istri be

b. Adakah saling ketergantungan dalam keluarga?ada


c. Siapa yang menerima tanggung jawab untuk peran membesarkan anak atau
fungsi sosialisasi?Kepala keluarga yaitu Tn.M dan Istrinya

d. Apakah fungsi ini dipikul bersama?iya


e. Jika demikian, bagaimana hal ini diatur?semua diatur berdasakarkan
musyawarah keluarga

f. Adakah faktor sosial – budaya yang mempengaruhi pola-pola membesarkan


anak?. Jelaskan.faktor sosial budaya mempengaruhi tumbuh kembang anak
g. Apakah keluarga saat ini mempunyai masalah/resiko dalam mengasuh
anak?. Sebutkan.keluarga mengkhawairkan tidak bisa menjadi panutan yang
baik bagianakdikarenakan sibuk dengan pekerjaan
h. Apakah lingkungan rumah cukup memadai bagi anak-anak untuk bermain
(cocok dengan tahap perkembangan anak)? Iya karena lingkungan yang jauh
dari pergaulan anak-anak yang tidak baik.

i. Apakah ada peralatan/permainan anak-anak yang cocok dengan usia?tidak


ada

3. Fungsi Perawatan Kesehatan


a. Keyakinan-keyakinan, nilai-nilai, dan perilaku keluarga:
1) Nilai-nilai apa yang dianut keluarga terkait dengan kesehatan?
2) Apakah terdapat kekonsistenan antara nilai-nilai kesehatan keluarga
dengan perilakunya?. Jelaskan.
3) Kegiatan-kegiatan apa saja peningkatan kesehatan apa saja yang
dilaksanakan dalam keluarga?. Sebutkan.
4) Apakah perilaku dari semua anggota keluarga mendukung
peningkatan kesehatan keluarga?. Jelaskan.
b. Definisi dari keluarga tentang sehat/sakit dan tingkat pengetahuan mereka:
1) Bagaimana keluarga mendefinisikan kesehatan dan sakit bagi anggota
keluarg
2) Dapatkan keluarga dapat melaporkan dan mengobservasi gejala-gejala dan
perubahan-perubahan penting pada anggota yang sakit?
3) Apa sumber-sumber informasi kesehatan dari anggota keluarga?
4) Bagaimana pengetahuan tentang kesehatan diteruskan kepada anggota
keluarga?
c. Status kesehatan keluarga dan kerentanan terhadap sakit yang
dirasa/diketahui:
1) Apakah keluarga mengetahui bahwa anggota keluarga mengalami masalah
kesehatan?
2) Masalah-masalah kesehatan apa yang saat ini diidentifikasi oleh keluarga?.
Sebutkan.
3) Masalah kesehatan apa yang dianggap serius/sangat penting bagi keluarga?.
Sebutkan.
4) Tindakan-tindakan yang telah dilakukan keluarga terhadap masalah
kesehatan saai ini. Sebutkan.
d. Praktik diet keluarga:
1) Apakah keluarga mengetahui tentang makanan yang bergizi?. Jelaskan.
2) Apakah diet keluarga memadai? (catatan riwayat pola-pola makan keluarga
untuk tiga hari). Sebutkan.
3) Siapa yang bertanggung jawab terhadap perencanaan, belanja, dan
penyiapan makanan?
4) Bagaimana makanan disiapkan? Apakah kebanyakan digoreng, direbus,
dipanggang, dimasak dengan microwave, atau disaji mentah?
5) Jenis makanan yang dikonsumsi keluarga setiap hari?. Sebutkan.
6) Apakah ada pembatasan-pembatasan anggaran?
7) Apakah makanan disimpan pada tempat yang benar?. Jelaskan.
8) Jadwal makan keluarga (utama dan selingan). Sebutkan.
e. Kebiasaan tidur dan istirahat:
1) Pada jam berapa keluarga biasa tidur?
2) Apakah jumlah jam tidur setiap anggota keluarga cukup? Bila tidak,
alasannya?
3) Adakah kesulitan tidur pada keluarga?. Sebutkan.
4) Di mana anggota keluarga tidur?
f. Latihan dan rekreasi:
1) Apakah keluarga amenyadari bahwa rekreasi dan lolah raga secara aktif
sangat dibutuhkan untuk kesehatan? (Menyadari/tidak)MENYADARI
2) Jenis-jenis rekreasi dan aktivitas-aktivitas fisik apa yang anggota keluarga
lakukan secara reguler?. Sebutkan.
3) Apakah kegiatan-kegiatan ini diikuti oleh semua anggota keluarga atau hanya
anggota tertentu?. Jelaskan.hanya anggota keluarga saja karena anggota
keluarga seperti anak sedang disekolah.
g. Kebiasaan penggunaan obat-obatan dalam keluarga:
1) Apakah ada kebiasaan penggunaan alkohol, tembakau, kopi, cola atau teh
(kafein dan teobromin, adalah stimulan) yang dilakukan oleh keluarga?IYA
SEPERTI TEH DAN KOPI
2) Apakah anggota keluarga secara reguler menggunakan obat-obatan tanpa
resep atau dengan resep? (dengan resep/tidak)TIDAK
3) Apakah keluarga menyimpan obat-obatan dalam jangka waktu lama dan
menggunakannya kembali? (Ya/tidak)IYA
4) Apakah obat-obatan diberi label secara tepat dan berada di tempat yang
aman, jauh dari jangkauan anak-anak? (Ya/tidak)IYA
h. Peran keluarga dalam praktek perawatan diri:
1) Apa yang keluarga lakukan untuk memperbaiki status kesehatan?. Jelaskan.
2) Apa yang keluarga lakukan untuk mencegah sakit/penyakit?. Jelaskan.
3) Siapa yang membuat keputusan dalam bidang kesehatan dalam keluarga?
kepala keluarga
4) Apakah keluarga mengetahui cara perawatan pada anggota keluarga yang
sakit?. Jelaskan tidak karena kurangnya edukasi
i. Praktik lingkungan:
1) Apakah saat ini keluarga terpapar polusi udara, air, suara dari lingkungan?.
Jelaskan.
2) Apakah anggota keluarga menggunakan pestisida, cairan pembersih, lem,
pelarut, logam berat, dan racun dalam rumah?. Sebutkan.
3) Jelaskan bagaimana pola keluarga dalam mandi, cuci, penggunaan jamban.

j. Cara-cara pencegahan secara medis:


1) Bagaimana pendapat keluarga tentang kondisi sehat?
2) Kapan pemeriksaan terakhir terhadap kesehatan dilakukan?
3) Apa status imunisasi dari keluarga pada bayi, balita, ibu hamil?. Jelaskan.
k. Praktik kesehatan gigi:
1) Apakah keluarga teratur dalam pemeriksaan gigi?. Jelaskan
2) Jelaskan bagaimana keluarga melakukan perawatan gigi?
3) Apakah ada kebiasaan makan manis (permen, coklat)?
l. Riwayat kesehatan keluarga:
1) Buatlah riwayat genetika dan penyakit keluarga pada masa lalu maupun
masa sekarang – diabetes, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kanker,
stroke dan reumatik, penyakit ginjal, tiroid, asma, keadaan alergi lain,
penyakit-penyakit darah, dan penyakit keluarga lainnya.
2) Apakah terdapat riwayat penyakit-penyakit keluarga yang berkaitan dengan
lingkungan?
m. Pelayanan perawatan kesehatan yang diterima:
1) Dari praktisi perawatan kesehatan apa dan/atau lembaga perawatan
kesehatan apa anggota keluarga menerima perawatan?
2) Apakah praktisi atau lembaga ini bertemu dengan semua anggota keluarga
dan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan perawatan kesehatan anggota
keluarga.
n. Perasaan dan persepi menyangkut pelayanan perawatan kesehatan:
1) Apa perasaan keluarga terhadap jenis-jenis pelayanan perawatan kesehatan
bagi keluarga yang tersedia dalam komunitas?. Jelaskan.
2) Apakah keluarga memiliki pengalaman masa lalu dengan pelayanan
perawatan kesehatan yang keluarga terima?. Jelaskan.
3) Apakah keluarga merasa puas, nyaman, percaya dengan perawatan yang
diterimanya dari pemberi pelayanan kesehatan?. Jelaskan.
4) Apa sikap dan harapan keluarga terhadap peran perawat?
o. Pelayanan kesehatan darurat:
1) Jika tidak ada pelayanan darurat, apakah keluarga tahu di mana pelayanan
darurat terdekat (menurut syarat-syaratnya) baik untuk anak-anak maupun
anggota keluarga yang dewasa?. Jelaskan.
2) Apakah keluarga tahu bagaimana memanggil ambulans dan perawatan
paramedis?. Jelaskan.
3) Apakah keluarga memiliki suatu perencanaan kesehatan darurat?. Jelaskan.
p. Sumber pembiayaan:
1) Bagaimana keluarga akan membayar pelayanan-pelayanan kesehatan?
Jelaskan.
2) Apakah keluarga memiliki asuransi swasta atau bantuan medis; haruskan
keluarga membayar penuh atau sebagian?. Jelaskan.
3) Apakah keluarga mendapat pelayanan gratis (atau mengetahui pelayanan
gratis bagi mereka)?
q. Transportasi untuk mendapat perawatan:
1) Berapa jauh fasilitas perawatan dari rumah keluarga?
2) Alat transportasi apa yang keluarga gunakan untuk mencapai fasilitas
perawatan?
3) Jika keluarga harus menggunakan angkutan umum, masalah-masalah apa
yang timbul dalam hubungannya dengan jam pelayanan dan lamanya
perjalanan ke fasilitas pelayanan kesehatan?. Jelaskan.
E. Stress dan Koping Keluarga
1. Stressor Jangka Pendek dan Jangka Panjang

a. Sebutkan stressor jangka pendek (< 6 bulan) dan stressor jangka panjang (>
6 bulan) yang saat ini terjadi pada keluarga?
b. Apakah keluarga dapat mengatasi stressor bisa dan ketegangan sehari-hari?.
Jelaskan.

2. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap masalah


a. Bagaimana keluarga mengatasi masalah tersebut?
1. Strategi Koping yang Digunakan
a. Strategi koping apa yang digunakan oleh keluarga untuk menghadapi tipe-tipe
masalah?
b. Strategi koping apa yang digunakan oleh keluarga untuk menghadapi tipe-tipe
masalah?
c. Apakah anggota keluarga berbeda dalam cara-cara koping terhadap
masalah-masalah mereka sekarang?. Jelaskan.
2. Strategi Adaptasi Disfungsional
3. Pemeriksaan Fisik

Contoh Pemeriksaan Fisik


No Pemeriksa Tn.M Ny.M An.M
. an Fisik
1. TTV TD: 120/90 mmHg TD: 120/80 mmHg TD: 120/80 mmHg
R: 15x/menit R: 20x/menit R: 16x/menit
N: 83x/menit N: 87x/menit N: 72x/menit
S: 37,5oC S: 37oC S: 37oC
2. Kondisi  Kesadaran kompos mentis  Kesadaran kompos  Kesadaran kompo
Umum  Kondisi umum baik mentis mentis
 Kondisi umum baik  Kondisi umum ba
3. Kepala  Rambut sebagian putih  Rambut hitam  Rambut hitam
 Mata konjungtiva tidak  Mata konjungtiva  Mata konjungtiva
anemis, penglihatan tidak anemis, anemis, penglihat
sedikit rabun dekat penglihatan jelas jelas
 Hidung tidak ada  Hidung tidak ada  Hidung tidak ada
sumbatan sumbatan sumbatan
 Telinga bersih,  Telinga bersih,  Telinga bersih,
pendengaran baik pendengaran baik pendengaran baik
 Bibir sedikit kering  Bibir lembab  Bibir lembab
 Mulut tidak ada kelainan  Mulut tidak ada  Mulut tidak ada
 Lidah merah muda, kelainan kelainan
permukaan berbintik  Lidah merah muda,  Lidah merah mud
 Gigi coklat permukaan berbintik permukaan berbin
 Gigi bersih  Gigi bersih
4. Leher  Tidak ada pembengkakan  Tidak ada  Tidak ada
kelenjar tyroid pembengkakan pembengkakan ke
 Teraba denyut vena kelenjar  tyroid
jugularis  tyroid  Teraba denyut ve
 Tidak terlihat adanya  Teraba denyut vena jugularis
peningkatan tekanan vena jugularis  Tidak terlihat ada
jugularis  Tidak terlihat adanya peningkatan tekan
peningkatan tekanan vena jugularis
vena jugularis
5. Dada  Pergerakan dada terlihat  Pergerakan dada  Pergerakan dada
simetris terlihat simetris terlihat simetris
 Suara jantung S1 dan S2,  Suara jantung S1 dan  Suara jantung S1
murmur (-) S2, murmur (-) S2, murmur (-)
 Suara napas vesikuler,  Suara napas  Suara napas vesi
ronchi (-), wheezing (-) vesikuler, ronchi (-), ronchi (-), wheezi
wheezing (-)
6. Abdomen  Perut terlihat bersih  Perut terlihat bersih  Perut terlihat bers
 Warna kulit kecoklatan  Warna kulit  Warna kulit kecok
 Tidak ada pembesaran kecoklatan  Tidak ada pembe
organ  Tidak ada organ
 Suara bising usus normal pembesaran organ  Suara bising usus
 Suara bising usus normal
normal
7. Genitalia Normal Normal Normal
9. Rektal Tidak ada impaksi fekal Tidak ada impaksi fekal Tidak ada impaksi fe
10 Ekstremit  Warna kulit kecoklatan  Warna kulit  Warna kulit kecok
. as  Tangan kanan dan kiri kecoklatan  Tangan kanan da
simetris.  Tangan kanan dan simetris.
 Kaki kanan lebih panjang 5 kiri simetris.  Kaki kanan dan k
cm dari kaki kiri  Kaki kanan dan kiri simetris
 Tidak terdapat varises di simetris  Tidak terdapat va
kaki  Tidak terdapat di kaki
 Teraba arteri brakhialis. varises di kaki  Teraba arteri brak
 Kulit sedikit kering  Teraba arteri  Tidak terdapat ed
 Kaki kiri atropi dan brakhialis.  Kulit lembab dan
kontraktur  Tidak terdapat  Tidak menderita
 Kekuatan otot klien edema kelumpuhan (keku
5555 5555  Kulit lembab dan otot baik)
5555 4344 elastis
 Tidak menderita
kelumpuhan
(kekuatan otot baik)

F. Harapan Keluarga Terhadap Asuhan Keperawatan Keluarga


Dengan adanya Asuhan Keperawatan Keluarga Keluarga berharap masalah
prioritas dapat teratasi.
G. Fungsi Perawatan Kesehatan (Penjajakan Tahap II)
Untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas yang tinggi.
H. Analisa Data

No Data Masalah
. Keperawatan
1. DS: Tn.M mengatakan nyeri pada bagian Gangguan Rasa
perut yang sudah di operasi usus buntu. Nyaman Nyeri.

DO: klien tampak meringis menahan sakit.


2. DS: klien mengatakan sudah pernah Kurang Pengetahuan
operasi usus buntu dan mengatakan tidak
mengetahui tentang proses penyakit dan
pengobatannya.

DO: nyeri tekan pada abdomen bekas


operasi.
3. DS: klien mengatakan nyeri saat BAB Konstipasi
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang terkadang dialami


individu.kebutuhan terbebas dari rasa nyeri itu merupakan salah satu kebutuhan
dasar yang merupakan salah satu kebutuhan dasar tujuan diberikannya asuhan
keperawatan pada seorang pasien. Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi
pada usus buntu atau umbai cacing ( apendiks). Ususu buntu sebenarnya adalah
sekum ( cecum ). Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga
memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya
berbahaya.

B.SARAN

Kasus Apendisitis merupakan hal yang saat ini mendapat perhatian yang
begitu besar. Oleh karena itu, diharapkan seluruh pihak memberikan
kontribusinya dalam merespon kasus ini. Bagi mahasiswa, sudah seharusnya
memberikan peran dengan mempelajari dengan sungguh-sungguh kasus-kasus
Apendisitis dan memaksimalkan keterampilan dalam melakukan penanganan
Apendisitis.
DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth, J, Corwin. (2009). Biku saku Fatofisiologi, EGC, Jakarta.

Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition,


IOWA Intervention Project, Mosby.

Mansjoer, A.  (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI

Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second


Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.

NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.

Smeltzer, Bare (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & Suddart.
Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC
LAMPIRAN

(SAP)

PENCEGAHAN PRIMER DAN SEKUNDER PADA


”PENYAKIT APENDISITIS ”

Pokok Bahasan : Penyakit Appendicitis


Sub Pokok : Pencegahan appendicitis
Bahasan
Sasaran : Tn.M
Hari/tanggal : 19 April 2022
Waktu : 1 x 30 menit ( jam 09.30 -10.00
WIB)
Tempat : Dusun Parang Loe Lata
Pemateri : Pitra Annisa

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Pada akhir proses penyuluhan, pasien dan keluarga pasien dapat


mengetahui dan memahami tentang penyakit apendiksitis.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah mengikuti penyuluhan selama 1x30 menit, maka diharapkan pasien


dan keluarga pasien:
1. Menjelaskan pengertian apendiksitis dengan benar tanpa melihat catatan leaf
let.
2. Menyebutkan macam-macam apendisitis dengan benar tanpa melihat
catatan leaf let.
3. Menyebutkan penyebab apendiksitis dengan benar tanpa melihat catatan
leaf let.
4. Menyebutkan tanda dan gejala apendiksitis dengan benar tanpa melihat
catatan leaf let.
5. Menyebutkan komplikasi apendiksitis dengan benar tanpa melihat catatan
leaf let.
6. Menyebutkan pencegahan apendisitis dengan benar tanpa melihat catatan
leaf let.
7. Mempraktikan cara membuat pengobatan tradisional apendiksitis dengan
benar tanpa melihat catatan leaf let.

C. MATERI/ISI

1. Pengertian apendiksitis.
2. Penyebab apendiksitis.
3. Klasifikasi apendisitis.
4. Komplikasi apendiksitis.
5. Tanda dan gejala apendiksitis.
6. Pencegahan apendisitis.
7. Pengobatan tradisional apendiksitis.

D. METODE PENYULUHAN

1. Ceramah.
2. Tanya jawab.

E. MEDIA YANG
DIGUNAKAN.
1.leaf let.

F. URAIAN KEGIATAN
TAHAP KEGIATAN PENGAJAR MEDIA WAKTU
KEGIATAN
Pra interaksi 1. Memberikan salam 5 menit
pengenalan
2. Membertahu kontrak
waktu
3. Menjelaskan tujuan
Tentang memberikan
penyuluhan
kesehatan
Interaksi Menjelaskan tentang Gambar 15 menit
1. Pengertian
apendisitis
2. Macam-macam
apendisitis.
3. penyebab
apendiksitis.
4. Komplikasi
apendiksitis.
5. Tanda dan gejala
apendiksitis.
6. Pencegahan
apendisitis.
7. Memperktikan
pengobatan
tradisional
apendiksitis.

Terminasi 1. Mengajukan 10 menit


pertanyaan
2. Memberikan salam
penutup

G. EVALUASI

a. Evaluasi struktur
Semua pasien dan keluarga pasien berkumpul di ruang bedah
Menyelenggaraan penyuluan dilaksanakan di ruang bedah
b. Evaluasi proses
1. Apa yang dimaksud dengan apendiksitis ?
2. Apa penyebab apendiksitis ?
3. Apa tanda dan gejala apendiksitis ?
4. Bagaiman cara mencegah penyakit apendisitis ?

Jawab

1. Apendiks adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari,melekat


pada sekum tepat dibawah katup ileocecal
2. Penyebab utama appendisitis adalah obstruksi penyumbatan yang
dapat disebabkan oleh hiperplasia dari folikel limfoid merupakan
penyebab terbanyak,adanya fekalit dalam lumen appendiks. Adanya
benda asing seperti cacing, stiktura karena fibrosis akibat peradangan
sebelumnya, sebab lain misalnya keganasan (karsinoma karsinoid).
3. Tanda dan gejala apendisitis :
a. Anoreksia biasanya tanda pertama
b. Lekositosis
c. Rasa nyeri yang dimulai dari bagian tengah perut dan berpindah
kebagian bawah sebelah kanan perut, dengan perut kaku seperti
papan.
d. Nafsu makan hilang, sehingga badan terasa lemah.
e. Rasa nyeri semakin meningkat dan terasa ada tekanan pada bagian
kanan bawah saat berjalan.
f. Sembelit sehingga penderita memerlukan obat pencahar.
g. Bagian kiri bawah perut terlalu lunak untuk disentuh, diperkirakan
bagian perut mengalami peradangan
h. Demam, suhu badan akan meninggi, dan akan merasa mual sampai
menusuk. Rasa mual di sebabkan rangsangan usus buntu yang
meradang pada selaput lendir perut (peritoneum).

4. Dapat di lakukan dengan banyak mengkonsumsi makanan tinggi serat


seperti buah pepeya, pisang dan sayur-sayuran seperti kangkung,
kacang panjang, serta menjaga kebersihan, tidak sering makan –
makanan yang terlalu pedas dan asam, buang air besar secara
teratur, olah raga teratur, tidak makan makanan seperti mie instan
secara berlebihan.

H. RUN-DOWN ACARA
NO WAKTU KEGIATAN ACARA PENGISI

ACARA
1 06.00 Lokasi Rumah Tn.M Ketua Pelaksana

2 07:00-07:30 Persiapan Kegiatan Acara Ketua Pelaksana

Penyuluhan Fasilitator
3 08:00-08:05 Pembukaan Acara Team Penyuluhan

4 08:05-08:15 Penjelasan Materi penyakit


apendiksiti
Pitra Annisa
7 08:35-09:00 Evaluasi

8 09:00 -10.00 Penutup

MATERI PENYULUHAN APENDISITIS

A. Pengertian
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi
bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran
usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau
sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di
perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya
banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim,
Apendisitis, 2007)

Apendiks adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari,melekat


pada sekum tepat dibawah katup ileocecal (Brunner & Sudart, 2002)

Apendiksitis adalah salah satu peradangan pada apendiks yang


berbentuk cacing, yang berlokasi dekat katup ileocecal (Barbara, C.Long, 1996).

Apendiksitis adalah peradangan dari apendiks vermiforis dan merupakan


peyebab abdomen akut yang paling sering (Arif Mansjoer, 2000).

Apendiksitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada


kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah
abdomen darurat (Smeltzer, 2001).
B. Penyebab

Adanya benda asing seperti biji-bijian.Makan cabai bersama bijinya atau


jambu klutuk bersama bijinya sering kali tak tercerna dalam tinja dan
mnyelinap masuk ke dalam appenddiks sebagai benda asing.begitu pula
terjadinya pengerasan tinja,dalam waktu yang lama sangat mungkin ada
bagian yang terselip masuk kesaluran appendiks yang pada akhirnya menjadi
media kuman bersarang dan berkembang biak sebagai infeksi yang
menimbulkan peradangan usus buntu tersebut.
1. Fekalit/massa fekal padat karena konsumsi diet rendah serat
2. Tumor apendiks
3. Cacing ascaris
4. Erosi mukosa apendiks karena parasit E. Histolytica
5. Hiperplasia jaringan limfe
6. Benda asing
7. Infeksi bakteri
8. faktor penyumbatan (obstruksi) pada lapisan saluran (lumen) appendiks
oleh timbunan tinja/feces yang keras (fekalit)

C. Klasifikasi

Apendisitis dibagi atas :

a. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu
setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu
sudah bertumpuk nanah.
b. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial,
setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu
appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.
D. Komplikasi
1. Perforasi
2. Peritonitis
3. Infeksi luka
4. Abses intra abdomen
5. Obstruksi intestinum
E. Tanda dan Gejala
1. Anoreksia biasanya tanda pertama
2. Lekositosis
3. Rasa nyeri yang dimulai dari bagian tengah perut dan berpindah kebagian
bawah sebelah kanan perut, dengan perut kaku seperti papan.
4. Nafsu makan hilang, sehingga badan terasa lemah.
5. Rasa nyeri semakin meningkat dan terasa ada tekanan pada bagian kanan
bawah saat berjalan.
6. Sembelit sehingga penderita memerlukan obat pencahar.
7. Bagian kiri bawah perut terlalu lunak untuk disentuh, diperkirakan bagian
perut mengalami peradangan
8. Demam, suhu badan akan meninggi, dan akan merasa mual sampai
menusuk. Rasa mual di sebabkan rangsangan usus buntu yang meradang
pada selaput lendir perut (peritoneum).
F. Pencegahan

Dapat di lakukan dengan banyak mengkonsumsi makanan tinggi serat


seperti buah pepeya, pisang dan sayur-sayuran seperti kangkung, kacang
panjang, serta menjaga kebersihan, tidak sering makan – makanan yang terlalu
pedas dan asam, buang air besar secara teratur, olah raga teratur, tidak makan
makanan seperti mie instan secara berlebihan.
G. Pengobatan Tradisional

Berikut ini adalah ramuan obat tradisional yang dapat mengatasi


radang usus buntu atau apendisitis, adalah :

1. Beberapa ruas kunir + Air perasan jeruk nipis + Gula merah secukupnya, dan
Sedikit garam dapur. Lalu campurlah semua bahan yang disebutkan diatas menjadi
satu, kemudian diseduh dengan air panas. Aduklah hingga rata, lalu biarkan
beberapa saat. Ramuan tersebut diminum bila sudah dingin. lakukan setiap hari 2
kali sampai penyakit tersebut dapat disembuhkan.

LEAFLET USUS BUNTU


DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai