Disusun oleh :
Penulis menyadari bahwa tugas proses keperawatan ini menjadi salah satu tujuan untuk
memahami proses keperawatan pada program studi S1 Keperawatan STIKES Medistra
Indonesia.Berbagai hambatan yang penulis telah hadapi dalam proses menyusun tugas proses
keperawatan ini, namun selesai dengan tepat waktu berkat ilmu dan bimbingan dari berbagai
pihak, sehubung dengan ini maka penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Keluarga,teman dan semua orang terdekat yang telah membantu dan memberikan doa agar
tugas proses keperawatan ini dapat dilakukan.
Semoga Allah senantiasa memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang
telah ikhlas membantu dalam penulisan tugas proses keperawatan ini. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan tugas ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak guna menyelesaikan tugas ini. Akhirnya penulis berharap semoga tugas
ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang memerlukan dan membutuhkannya.
Penulis,
Risma Yunita
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul......................................................................................................................1
Kata Pengantar.....................................................................................................................2
Daftar Isi................................................................................................................................3
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang.........................................................................................................4-5
B. Tujuan Studi Kasus.................................................................................................5
C. Manfaat Studi Kasus...............................................................................................6
Kasus Askep........................................................................................................................13
Bab Iii Tinjauan Kasus
A. Pengkajian..............................................................................................................14-24
B. Analisa Data...........................................................................................................25
C. Rencana Keperawatan..........................................................................................26-27
D. Catatan Keperawatan...........................................................................................28-29
E. Catatan Perkembangan........................................................................................30-31
Bab Iv Penutup
A. Simpulan................................................................................................................32
B. Saran......................................................................................................................33
Daftar Pustaka..................................................................................................................34
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apendisitis merupakan infeksi bakteria yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor pencetusnya,
namun sumbatan Lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai pencetus disamping
Hyperplasia jaringan limfoid, tumor Apendiks, dan cacing askaris dapat menyebabkan sumbatan.
Apendisitis adalah erosi mukosa apendisitis karena parasit seperti E.histolytica. Penelitian
epidemiologi menunjukan peran kebiasaan makan makanan rendah serat mempengaruhi
terjadinya konstipasi yang mengakibatkan timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikan
tekanan Intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendisitis dan meningkatnya
pertumbuhan kuman Flora kolon biasa (Adhar, Lusia & Andi, 2018).
Angka kejadian Apendisitis menurut Word Health Organization (WHO), data dari 35.539 pasien
bedah dirawat di unit perawatan intensif, di antaranya 8.622 pasien (25,1%) mengalami masalah
kejiwaan dan 2,473 pasien (7%) mengalami kecemasan (WHO, 2017). Angka kejadian
apendisitis di Indosesia Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2017 sebesar
596.132 orang dengan persentase 3.36% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017).
Angka Kejadian di Sumatera Utara prevalensi peritonitis pada pasien apendisitis di RSUP Haji
Adam Malik Medan pada tahun 2017 adalah 62,8% (Rekam Medis RSUP Haji Adam Malik
Medan, 2017). Profil kesehatan tentang penyakit apendisitis di RSUD Pandan angka kejadian
pada tahun 2016 sebanyak 199 pasien rawat inap (Profil Kesehatan RSUD Pandan, 2016).
Apendisitis bisa terjadi pada semua usia namun jarang terjadi pada usia dewasa akhir dan balita,
kejadian Apendisitis ini meningkat pada usia remaja dan dewasa. Usia 20 – 30 Tahun bisa
dikategorikan sebagai usia produktif, dimana orang yang berada pada usia tersebut melakukan
banyak sekali kegiatan. Hal ini menyebabkan orang tersebut mengabaikan nutrisi makanan yang
dikonsumsinya. Akibatnya terjadi kesulitan buang air besar yang akan menyebabkan
peningkatan tekanan pada rongga usus dan pada akhirnya menyebabkan sumbatan pada saluran
apendisitis (Adhar, Lusia & Andi, 2018). Kebiasaan pola makan yang kurang dalam
mengkonsumsi serat yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendisitis dan
4
meninggkatkan pertumbuhan kuman, sehingga terjadi peradangan pada apendisitis (Adhar, Lusia
& Andi, 2018).
Penyakit appendisitis jika tidak segera ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi
yang parah seperti sepsis atau perforasi dan bisa 2 menyebabkan kematian. Oleh sebab itu,
penyakit appendisitis dapat di tangani dengan melakukan tindakan pembedahan atau sering
disebut dengan appendiktomi, dan jika terjadi perforasi dapat dilakukan laparotomi (Sumarni,
2019). Dari studi kasus yang telah dilakukan oleh penulis, penulis memutuskan untuk membuat
tugas proses keperawatan yaitu “Asuhan Keperawatan pada An. M dengan appendisitis” dengan
masalah keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis.
5
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dengan berkembangnya ilmu keperawatan khususnya pada anak dengan apendisitis
untuk memenuhi kebutuhannya akan pereda nyeri yang aman dan nyaman.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi institusi pendidikan Bahan acuan bagi pengembangan keilmuan khususnya
di program studi Keperawatan STIKES Medistra Indonesia dalam bidang
keperawatan anak.
b) Bagi profesi keperawatan Menambah wawasan dan sebagai bahan acuan dalam
mengembangkan asuhan keperawatan terhadap anak dengan appendisitis dalam
pemenuhan kebutuhan aman nyaman nyeri.
c) Bagi lahan praktek Bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam
pelaksanaan praktek keperawatan yang tepat terkhususnya untuk mengatasi
pasien anak yang menderita apendisitis.
d) Bagi masyarakat Agar dapat dijadikan sebagai pedoman orang tua dalam
perawatan anak dengan appendisitis di rumah.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Apendisitis yaitu peradangan pada usus buntu yang merupakan penyebab paling
umum dari sakit perut akut. Penyakit ini sering terjadi pada pria antara usia 10 sampai 30
tahun, meskipun dapat menyerang semua usia, baik pada pria maupun wanita (Wedjo,
2019). Apendisitis yaitu suatu kondisi di mana usus buntu terinfeksi. Kasus ringan dapat
disembuhkan tanpa pengobatan, tetapi seringkali memerlukan pengangkatan usus buntu
yang terinfeksi dan laparotomi (Hidayat, 2020)
B. Etiologi
7
ini dipengaruhi oleh gaya hidup yang sangat sedikit mengkonsumsi makanan yang
mengandung serat atau membatasi aktivitas fisik.
c. Tumor apendiks
Tumor langka ini terbentuk dibagian bawah saluran pencernaan yang dapat
menyebabkan peradangan pada usus buntu. Tumor lebih cenderung menyebabkan
peradangan yang mengganggu struktur sekum yang sedang tumbuh.
d. Infeksi parasit.
Infeksi parasit seperti cacing gelang (Ascaris lumbricoides), amuba (Entamoeba
histolica), cacing benang (Strongiloides stercoralis), cacing kremi (enterobiasis), dan
Blastocystis hominis merupakan penyebab peradangan pada usus buntu. Biasanya
infeksi parasit ditularkan dari hewan maupun cara hidup yang tidak sehat, seperti
kurang menjaga kebersihan diri. Adanya infeksi parasit menyebabkan perlukaan atau
erosi di lapisan usus buntu, sehingga peradangan dapat terjadi dengan mudah.
e. Makanan rendah serat
Seseorang yang mengkonsumsi sedikit makanan berserat akan mengalami feses yang
kering, keras dan kecil yang memerlukan kontraksi otot yang lebih besar untuk
mengeluarkannya sehingga menyebabkan konstipasi. Konstipasi menyebabkan
terjadinya obstruksi fekalit dalam usus sehingga meningkatkan produksi mukus di
saluran pencernaan. Peningkatan tekanan dinding appendiks meningkatkan tekanan
kapiler dan menyebabkan iskemia mukosa dan translokasi bakteri menembus dinding
appendiks menyebabkan terjadinya inflamasi di appendiks yaitu appendisitis.
f. Konstipasi
Pengerasan tinja (konstipasi) dalam waktu lama, sangat mungkin ada bagiannya yang
terselip masuk ke saluran appendiks yang pada akhirnya akan menjadi tempat bakteri
bersarang dan berkembang biak, sebagai infeksi . Hal ini akan meningkatkan tekanan
intra sekal, sehingga timbul sumbatan fungsional appendiks dan meningkatkan
pertumbuhan kuman flora pada kolon. Penyumbatan yang tetjadi pada lapisan usus
buntu yang menyebabkan infeksi diduga menjadi penyebab usus buntu. Bakteri yang
berkembang biak dengan cepat akhirnya menyebabkan appendiks menjadi meradang,
8
bengkak, dan penuh nanah. Bila tidak segera diobati usus buntu bisa pecah (Wedjo,
2019).
C. Manifestasi Klinis
Apendisitis dapat mempengaruhi semua kelompok umur, tetapi sangat jarang pada bayi
dan anak kecil, apendisitis akut dapat berkembang dari waktu ke waktu, membuat
diagnosis apendisitis jauh lebih sulit dan terkadang tertunda. Nyeri yaitu gejala pertama
yang muncul. Seiring waktu, rasa sakit terlokalisasi di perut kanan bawah. Rasa sakit
meningkat seiring perkembangan penyakit. Perubahan letak anatomis apendisitis dapat
mengubah gejala nyeri yang terjadi. Pada anak-anak retro-apendiks atau intra-panggul,
nyeri di sekitar saluran empedu tidak muncul terlebih dahulu dan nyeri dapat terjadi pada
hipokondrium kanan. Unilateral, nyeri punggung, dan nyeri testis terkait juga merupakan
gejala umum pada anak-anak dengan apendisitis panggul posterior. Jika radang usus
buntu terjadi di dekat ureter atau kandung kemih, gejalanya mungkin termasuk rasa sakit
ketika buang air kecil atau ketidaknyamanan dengan urin dan kandung kemih penuh.
Anoreksia, mual dan muntah ringan, dan diare dapat terjadi akibat infeksi sekunder dan
inflamasi ileum terminal atau apendiks. Gejala gastrointestinal yang parah sebelum
timbulnya nyeri sering merupakan tanda diagnostik apendisitis. Meskipun demikian, 12
keluhan GIT (gastrointestinal trake) ringan seperti indigesti atau perubahan feses dapat
terjadi pada anak dengan appendisitis. Pada appendisitis tanpa koplikasi biasanya ringan,
jika suhu tubuh sudah diatas 38,6℃ menandakan terjadi pervorasi. Anak dengan
appendisitis, biasanya cenderung untuk berbaring di tempat tidur dengan lutut diflexikan
dan menghindari diri untuk bergerak. Anak yang mengeliat dan berteriak jarang
menderita appendisitis, kecuali pada anak dengan appendisitis, retrocekal, nyeri seperti
kolik renal akubat perangsangan ureter (Warsinggih, 2016).
D. Patofisiologi
Apendisitis, dari peradangan hingga tusukan, terjadi dalam 24-36 jam setelah timbulnya
gejala, dan abses terbentuk 2-3 hari kemudian. Apendisitis dapat memiliki beberapa
penyebab, termasuk obstruksi tinja, batu empedu, tumor, atau cacing kremi (Oxyurus
vermicularis), tetapi biasanya karena obstruksi tinja dan peradangan berikutnya.
Pengamatan epidemiologis menunjukkan penyebab utama adanya obstruksi tinja. Sekitar
9
30-40% anak dengan perforasi apendiks sedangkan 20% anak dengan apendisitis akut.
Kejadian apendisitis berhubungan dengan jumlah jaringan limfoid hiperplastik.
Disebabkan oleh reaksi limfatik lokal atau umum seperti infeksi Yersinia, Salmonella,
Shigella atau Entamoeba, Strongyloides, Enterobius vermicularis, cairan tubuh dalam
darah atau invasi sistemik parasit seperti shigella, cacar air, cytomegalovirus, dll. Pasien
dengan cystic fibrosis memiliki peningkatan insiden apendisitis karena perubahan
kelenjar mukosa. Tumor karsinoid memblokir sekum, terutama jika tumor berada di
sepertiga proksimal. Lebih dari 200 tahun, benda asing seperti biji buah, biji sayuran, dan
biji ceri telah dikaitkan dengan radang usus buntu. Trauma, stres psikologis, genetika
juga 10 mempengaruhi perkembangan radang usus buntu. Gejala awal yang dialami
pasien biasanya gastrointestinal ringan seperti nafsu makan berkurang, masalah
pencernaan, dan konstipasi. Anoreksia berperan penting dalam diagnosis apendisitis pada
anak. Massa pelengkap dianggap nyeri di daerah periartikular yang menyebabkan iritasi
serabut saraf visceral. Rasa sakit awalnya terlokalisasi di kesepuluh dalam, kulit kusam.
Ketegangan menumpuk dapat menyebabkan mual hingga muntah setelah rasa sakit. Jika
terjadi mual atau muntah sebelum rasa sakit, diagnosis lain dapat dipertimbangkan. Usus
buntu yang tersumbat merupakan tempat yang mudah bagi bakteri untuk berkembang
biak. Dengan peningkatan tekanan di saluran, aliran getah bening terganggu dan edema
parah. Akhirnya, peningkatan tekanan menyebabkan penutupan vena, iskemia jaringan,
infark, dan gangren. Bakteri kemudian menembus penghalang brute force dan
melepaskan mediator inflamasi ke dalam jaringan iskemik, diikuti oleh demam,
takikardia, dan leukositosis. Ketika eksudat inflamasi dari dinding apendiks berkontak
dengan dinding peritoneum, serabut saraf somatik teraktivasi, dan nyeri lokal dirasakan
di sekum, terutama pada titik McBurney. Nyeri hanya terjadi pada bagian tanpa nyeri
viseral sebelumnya. Apendiks panggul posterior panggul sering tertunda pada nyeri tubuh
karena eksudat inflamasi tidak mempengaruhi dinding peritoneum sampai pecah dan
infeksi menyebar. Nyeri di bagian belakang usus buntu dapat terjadi di punggung bawah.
Apendiks panggul di dekat ureter atau pembuluh darah testis dapat menyebabkan sering
buang air kecil, nyeri testis atau keduanya. Pada radang usus buntu, peradangan pada
ureter dan kandung kemih dapat menyebabkan rasa sakit ketika buang air kecil yang
menyebabkan rasa sakit seperti retensi urin. Perforasi apendiks menyebabkan abses lokal
10
atau peritonitis sistemik. Proses ini tergantung pada tingkat perkembangan perforasi dan
kemampuan pasien untuk merespon perforasi. Tandatanda perforasi apendisitis meliputi
meningkatnya suhu tubuh di atas 11 38,6°C, leukositosis di atas 14.000, dan gejala
peritonitis pada pemeriksaan fisik. Pasien tidak memperlihatkan perforasi dan gejala
dapat bertahan lebih dari 48 jam tanpa perforasi. Secara umum, semakin lama gejala
berlangsung, semakin besar risiko perforasi. Peritonitis difus sering terjadi pada bayi
karena kurangnya jaringan lemak. Anak-anak yang lebih besar dan remaja lebih mungkin
mengembangkan abses, yang dapat disebabkan oleh munculnya benjolan pada
pemeriksaan fisik. Sembelit jarang terjadi, tetapi ketegangan sering terjadi. Pada
anakanak, diare jangka pendek sering diamati karena iritasi ileum terminal atau sekum.
Adanya diare bisa menjadi tanda abses panggul (Warsinggih, 2016).
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Ini termasuk hitung kelengkapan darah dan protein penghasil (CRP). Tes darah
menunjukkan jumlah sel darah putih 10.000- 18.000/mm3 leukositosis dan lebih dari
75% neutrofil, tetapi CRP menunjukkan peningkatan jumlah serum..
2. Radiologi Termasuk ultrasound (USG) dan komputer tomography scanning (CTscan).
Ultrasound menemukan bagian longitudinal dari apendiks yang meradang, tetapi CT
menunjukkan apendiks yang meradang dan bagian apendiks yang melebar.
3. Pemeriksaan abdomen singkat Pemeriksaan ini tidak menunjukkan tanda-tanda
apendisitis yang jelas. Namun, penting untuk membedakan penyakit apendisitis dari batu
ureter kanan atau obstruksi usus halus (Sulekale, 2016).
F. Penatalaksanaan
11
Sudah jelas telah terdeteksi apendisitis maka tindakan yang dilakukan yaitu
operasi pengangkatan apendiks. Operasi pengangkatan usus buntu disebut
appendikomi (Wedjo, 2019).
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (inflamasi appendisitis) d.d pasien
mengeluh nyeri, pasien tampak meringis dsn gelisah.
2. Nyeri akut b.d pencedera fisik (prosedur operasi) d.d pasien mengeluh nyeri, pasien
tampak meringis.
3. Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan d.d pasien tampak tegang dan
gelisah.
4. Resiko infeksi d.d efek prosedur invasif (adanya luka operasi).
12
KASUS ASKEP
Risma yunita:
Pasien datang ke RS dengan keluhan nyeri perut dibagian bawah sebelah kanan dengan sekala
nyeri 8 sudah lebih dari 3 minggu, keluhan datang secara bertahap disertai mual muntah
sebanyak 2 kali. Hasil pemeriksaan USG: tampak struktur tubular berukuran 7-9 mm, hasli
pemeriksaan darah lengkap terdapat peningkatan leukosit.
13
BAB III
TINJAUAN KASUS
Tempat / Tgl Lahir : Semarang/28-11-2005 Sumber informasi : Pasien dan keluarga psaien
Keluarga terdekat yang dapat dihubungi (orang tua, wali, suami, istri dan lain–lain)
Nama : Ny.H
Alamat :Jln.Z
14
II.Status Kesehatan Saat ini
1. Alasan kunjungan/keluhan utama : Ibu pasien menyatakan pasien An.M Mengeluh nyeri perut
dibagian bawah sebelah kanan dengan skala nyeri 8 ibu pasien menyatakan nyeri sudah lebih
dari 3 minggu ,nyeri dirasakan Ketika beraktivitas dan beristirahat ,nyeri semakin meningkat
bawah,S=Sangat nyeri skala 8,T=Terus menerus , keluhan datang secara bertahap disertai mual
Sendiri : ibu An.M menyatakan An.M jika nyeri selalu berposisi sujud untuk mengurangi nyeri
7.Diagnosa medik
15
2. Alergi :
3. Imunisasi
5. Obat – obatan :
Lamanya : 3 minggu
6. Pola nutrisi :
16
Frekwensi : Tidak ada dalam kasus penggunaan pencanar : Tidak ada dalam kasus
Waktu : pagi/siang/sore/malam
Warna : Tidak ada dalam kasus konsintensi : Tidak ada dalam kasus
[ ] pergerakan tubuh
[ ] mandi
[ ] mengenakan pakaian
[ ] bersolek
[ ] berhajat
[ ] sesak nafas setelah mengadakan aktifitas
[ ] mudah merasa kelelahan
17
a. Jenis pekerjaan : Tidak ada dalam kasus ,lamanya Tidak ada dalam kasus
b. Jumlah jam kerja : Tidak ada dalam kasus,.lamanya. Tidak ada dalam kasus
b. Genogram
V. Riwayat Lingkungan
VI.Aspek Psikososial
18
[ ] kaca mata
[ ] alat bantu pendengaran
[ ] Sering pusing
[ ] menurunnya sensitifitas terhadap sakit
[ ] menurunnya sensitifitas terhadap panas/dingin
[ ] mambaca/menulis
2.Persepsi diri
[ ] releven
[ ] mampu mengekspresikan
b. Tempat tinggal
[ ] sendiri
c. Kehidupan keluarga
19
- Pola komunikasi : Tidak ada dalam kasus
- Keuangan [ ] memadai
[ ] kurang
5.Kebiasaan seksual
a. Gangguan hubungan seksual disebabkan kondisi sebagai berikut :Tidak ada dalam kasus
[ ] Fertilitas [ ] mentruasi
[ ] libido [ ] kehamilan
[ ] ereksi [ ] alat kontrasepsi
a. Pengambilan keputusan
[ ] sendiri
[ ] pemecahan masalah
[ ] makan
[ ] tidur
[ ] makan obat
[ ] cari pertolongan
[ ] lain – lain (misal, marah, diam, dll) sebutkan :Tidak ada dalam kasus
e. Apa yang dilakukan perawat agar anda nyaman dan aman : mengajarkan teknik nafas dalam
20
7. Sistem nilai – kepercayaan
b. Apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan penting untuk anda : Tidak ada dalam kasus
[ ] ya [ ] tidak
d.Kegiatan agama atau kepercayaan yang ingin dilakukan selama di rumah sakit,
Mata : Ukuran pupil: Tidak ada dalam kasus ,isokor : Tidak ada dalam kasus
Reaksi terhadap cahaya.: Tidak ada dalam kasus
Akomodasi: Tidak ada dalam kasus
Bentuk : Tidak ada dalam kasus
Konjungtiva : Tidak ada dalam kasus
Fungsi penglihatan :
- baik / kabur / tidak jelas : Tidak ada dalam kasus
- bentuk: Tidak ada dalam kasus
Tanda – tanda radang : Tidak ada dalam kasus
Pemeriksaan mata terahir : Tidak ada dalam kasus
Operasi : Tidak ada dalam kasus
Kaca mata : Tidak ada dalam kasus
Lensa kontak: Tidak ada dalam kasus
21
Pernah pengalami flu : Tidak ada dalam kasus
Bagaimana frekwensinya dalam setahun : Tidak ada dalam kasus
Sinus: Tidak ada dalam kasus perdarahan : Tidak ada dalam kasus
Mulut dan tenggorokan : Gigi geligi : Tidak ada dalam kasus
Rontgen foto terakhir Tidak ada dalam kasus.hasil: Tidak ada dalam kasus
Nutrisi : Jenis diet: Tidak ada dalam kasus.Nafsu makan: Tidak ada dalam kasus
Rasa mual:ada .muntah:2 x
Intake cairan: Tidak ada dalam kasus
22
(bak) Inkotinensia: Tidak ada dalam kasus
Infeksi: Tidak ada dalam kasus
Nemaururi: Tidak ada dalam kasus
Catheter: Tidak ada dalam kasus
Urine out put: Tidak ada dalam kasus
Buah dada: Tidak ada dalam kasus perdarahan: Tidak ada dalam kasus
Pemeriksaan pap smear terakhir: Tidak ada dalam kasus
Hasil: Tidak ada dalam kasus
Keputihan: Tidak ada dalam kasus
Pemeriksaan sendiri: Tidak ada dalam kasus
Prostat: Tidak ada dalam kasus
Penggunaan kateter: Tidak ada dalam kasus
Kulit : Warna: Tidak ada dalam kasus ,Integritas: Tidak ada dalam kasus
23
Data Laboratorium :
Eg :
Hematologi
Darah Rutin
Hasil pemeriksaan USG tanggal 20-12-2022: tampak struktur tubular berukuran 7-9 mm
Pengobatan :
Eg :
24
ANALISA DATA
Dx.Medis : Apendisitis
25
RENCANA KEPERAWATAN
Nyeri akut b.d agen Tujuan : Setelah -kontrol lingkungan -suhu ruangan yang
pencedera dilakukan Tindakan yang memperberat terlalu panas atau
fisiologis/inflamasi keperawatan selama nyeri (suhu dingin dan
1x 24 jam diharapkan ruangan,kebisingan) kebisingan dapat
ditandai dengan
nyeri yang dirasakan memicu
pasien tampak psaien dapat bertambahnya nyeri
meringis dan gelisah menurun,gelisah karena pasien merasa
menurun,meringis tidak nyaman
Data Subjektif : menurun -ajarkan Teknik -agar pasien dapat
Pasien mengatakan distraksi relaksasi mengalihkan
nyeri perut dibagian Kriteria hasil : pikirannya terhadap
-nyeri nyeri ke hal yang
bawah sebelah
hilang/berkurang menyenangkan agar
kanan dengan skala -pasien tampak rileks nyeri dapat menurun
nyeri 8 sudah lebih -vital sign dalam batas
dari 3 minggu, normal -monitor TTV -untuk mengetahui
keluhan datang -skala nyeri 0 secara fisiologis
secara bertahap keadaan pasien
-Kolaborasi -untuk mengurangi
pemberian analgetik nyeri pasien dengan
Data Objektif :
pemberian obat
- Pasien tampak
meringis dan gelisah
-Hasil TTV
TD : 106/62 mmHg
N : 112x/min
RR : 24 x/min
S : 36,9 C
-PQRST
P=nyeri Ketika
aktivitas
Q=seperti ditusuk-
tusuk
R=Kuadran kanan
bawah
26
S=Skala 8
T =terus menerus
CATATAN PERAWATAN
27
Nama Klien : An.M Tanggal Masuk :20-12-2022
Ruangan : Ruangan A Rumah sakit X Tanggal Pengkajian :20-12-2022
Dx.Medis :Apendisitis
Rabu,21-12-2022 Melakukan
pukul 15.40 pendekatan dengan
tenang dan
meyakinkan kepada
pasien dan keluarga
dengan cara berdoa
Rabu,21-12-2022 Menganjurkan
pukul 15.50 keluarga pasien agar
menemani pasien dan
mengajarkan teknik
relaksasi dengan
28
teknik nafas dalam
kepada pasien dan
keluarga
CATATAN PERKEMBANGAN
29
Nama Klien : An.M Tanggal Masuk : 20-12-2022
Ruangan : Ruang A Rumah sakit X Tanggal Pengkajian :20-12-2022
Dx.Medis :Apendisitis
30
dengan pasien mengatakan paham
tampak tegang dan atas penjelasan
gelisah mahasiswa,keluarga
pasien mengatakan
akan selalu
menjaga pasien
setiap ketika,pasien
mengatakan
khawatirnya
berkurang
O=
-pasien tampak
gelisah
-pasien tampak
tegang
-pasien tampak
mempraktikkan
teknik nafas dalam
A=Masalah teratasi
sebagian
P=Intervensi
dihentikan (pasien
operasi0
31
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penerapan asuhan keperawatan pada klien pre appendectomy di Ruang
A Rumah sakit X penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan oleh penulis pada klien sesuai dengan teori.salah satu
focus utama pengkajian pada klien pre appendectomy yaitu pengkajian nyeri
dengan menggunakan metode PQRST
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang telah ditetapkan dan dikelompokkan penulis untuk mendukung
penegakkan kedua diagnose.Diagnosa pertama yaitu nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan pasien tampak meringis dan
gelisah ,diagnose kedua yaitu ansietas berhubungan dengan kekhawatiran
mengalami kegagalan ditandai dengan pasien tampak tegang dan gelisah
3. Perencanaan
Perencanaan yang digunakan dalam kasus pada klien dirumuskan berdasarkan
prioritas masalah dengan teori yang ada .Intervensi setiap diagnose dapat sesuai
dengan kebutuhan klien serta kesanggupan keluarga dalam Kerjasama.Intervensi
yang dilakukan oleh peneliti yaitu intervensi yang dilakukan secara mandiri
maupun kolaborasi
4. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan Tindakan pada kasus ini dilaksanakan seusai dengan intervensi yang
sudah dibuat sesuai dengan kebutuhan klien pre appendectomy
5. Evaluasi keperawatan
Akhir dari proses keperawatan yaitu evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan.Evaluasi yang dilalkukan oleh peneliti pada klien selama 1 hari dan
dibuat dalam bentuk SOAP.Respon klien dalam pelaksanaan asuhan keprawatan
baik,klien cukup kooperatif dalam pelaksanaan setiap Tindakan
32
keperawatan.Hasil evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada klien menunjukan
bahwa masalah yang dialami klien banyak yang teratasi.
B. Saran
1. Bagi penulis
Dalam upaya memberikan asuhan keperawatan pada klien pre appendectomy yang tepat
penulis selanjutnya harus memahami konsep tentang appendicitis dan dapat memberikan
asuhan keperawatan yang tepat sesuai dengan standar SDKI (Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia),dan SLKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
2. Bagi perkembangan ilmu keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan agar selalu menambah dan memperdalam ilmu
pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan pada anak dengan menggunakan literatur-literatur terbaru
33
DAFTAR PUSTAKA
34