Anda di halaman 1dari 23

Asuhan Ke 

perawatan Kegawatdaruratan dengan


Trauma Abdomen
Disusun untuk memenuhi tugas MK: Askep Keperawatandarurat II
Dosen: Ns. Olvin Manengkey, S.Kep., M.Kes

Disusun oleh:
Kelompok 2

1. Gabriela Monica
2. Gandi Dayo
3. Gratia Elsa Umboh
4. Heri Priyanto
5. Indri Wahyuni Mandadung
6. Indriyani Debora Cristi Mema
7. Intan Claudia Nabeleng
8. Ishak Randubada
9. Jesica Belandina Eklesia Makiolor
10 Joice Ludong

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
sebagai salah satu tugas kelompok pada mata kuliah Askep Kegawatdaruratan II
dengan judul “Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan dengan Trauma Abdomen”.
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mengalami hambatan. Namun,
semuanya itu bisa teratasi berkat bantuan serta partisipasi teman-teman sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi materi maupun
dari segi penyusunan. Oleh sebab itu, demi perbaikan kami mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih atas
segala kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada kami. Tuhan Yesus Memberkati.

Manado,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................i


DAFTAR ISI .............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang................................................................................................1
2. Rumusan masalah...........................................................................................1
3. Tujuan penulisan.............................................................................................2
4. Manfaat Penulisan..........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Keperawatan............................................................................3
1. Anatomi abdomen.....................................................................................3
2. Definisi ....................................................................................................3
3. Etiologi.....................................................................................................4
4. Patofisiologi .............................................................................................5
5. Manifestasi klinis .....................................................................................7
6. Klasifikasi.................................................................................................8
7. Komplikasi................................................................................................9
8. Penatalaksanaan kegawatdaruratan..........................................................9
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ...........................................................13
1. Pengkajian..............................................................................................13
2. Diagnosa.................................................................................................14
3. Perencanaan............................................................................................15
4. Evaluasi..................................................................................................17
BAB III PENUTUP
Kesimpulan...............................................................................................................18
Saran.........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................19

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cedera pada abdomen merupakan suatu kondisi yang sulit untuk dievaluasi
walaupun dirumah sakit, terlebih di lapangan. Trauma tembus abdomen sudah
tentu memerlukan tindakan pembedahan. Trauma tumpul abdomen biasanya
lebeh tersamarkan, namun memiliki potensi kematian yang sama. Trauma tumpul
maupun tembus abdomen mempunyai ancaman jiwa yang sama yaitu perdarahan
dan infeksi (Mallapasi, 2014).
Trauma abdomen menempati peringkat ketiga sebagai penyebab kematian
setelah cedera kepala dan cedera pada dada. Trauma abdomen
merupakan penyebab yang cukup signifikan bagi angka kesakitan dan kematian
di Amerika Serikat. Trauma abdomen yang tidak diketahui (terlewatkan dari
pengamatan) masih tetap menjadi penyebab kematian yang seharusnya dapat
dicegah (preventable death). Diagnosis dan penanganan yang tepat dari trauma
abdomen merupakan unsur terpenting dalam mengurangi kematian akibat trauma
abdomen. Penilaian sirkulasi saat survey awal harus mencakup deteksi dini dari
kemungkinan adanya perdarahan tersembunyi di dalam abdomen pada trauma
tumpul (Indah J Umboh, 2017).
Penanganan secara sistematik sangat penting dalam penatalaksanaan pasien
dengan trauma. Perawatan penting yang menjadi prioritas adalah
mempertahankan jalan napas, memastikan pertukaran gas secara efektif dan
mengontrol perdarahan. Kematian akibat trauma memiliki pola distributif
trimordial. Puncak morbiditas pertama terjadi dalam hitungan detik atau menit
setelah cedera. Kematian ini diakibatkan oleh gangguan jantung atau pembuluh
darah besar, otak, ataupun saraf tulang belakang. Cedera seperti ini sangat parah
dan jumlah pasien yang bisa diselamatkan relative kecil. Puncak kedua terjadinya
dalam hitungan menit sampai jam setelah trauma terjadi. Kematian dalam periode
ini terjadi karena memar intracranial atau perdarahan yang tidak terkontrol akibat
robekan atau banyaknya luka. Perawatan dalam satu jam pertama (golden period)
sesudah cedera sangat penting untuk mempertahankan nyawa pasien
(Kartikawati, 2016).
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang muncul adalah :

1
1. Mengetahui konsep dasar Medis Trauma Abdomen
2. Mengetahui konsep dasar keperawatan pada pasien dengan Trauma Abdomen
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Mampu memahami konsep dasar medis serta konsep dasar asuhan
keperawatan pada pasien dengan Trauma abdomen
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui anatomi Abdomen
b. Menjelaskan pengertian Trauma abdomen
c. Menjelaskan penyebab terjadinya Trauma abdomen
d. Menjelaskan patofisiologi terjadinya Trauma abdomen
e. Menampilkan patway Trauma abdomen
f. Menjelaskan manisfestasi Trauma abdomen
g. Menjelaskan klasifikasi Trauma abdomen
h. Menyebutkan komplikasi Trauma abdomen
i. Menjelaskan penatalaksanaan Trauma abdomen
j. Mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Trauma
abdomen
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat umum
Diharapkan makalah ini dapat menjadi sumber informasi dan memperkaya
ilmu pengetahuan dan wawasan serta dapat menjadi acuan dalam pembuatan
makalah selanjutnya
2. Manfaat praktis
a. Bagi penulis
Dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dan pengalaman nyata dalam
melaksanakan Asuhan Keperawatan pasien dengan Trauma abdomen
b. Bagi institusi
Dapat dijadikan referensi dan bahan bacaan untuk menambah
pengetahuan bagi mahasiswa serta dapat dijadikan bahan masukan
bagi proses pemebelajaran selanjutnya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Keperawatan
1. Anatomi abdomen
Menurut (Mallapasi, 2014) rongga abdomen terbagi menjadi tiga region yaitu:
a. Abdomen bagian atas (thoraks)
Merupakan rongga abdomen yang terletak dibawah diafragma serta tulang
iga bagian bawah yang terdiri dari hati, kandung empedu, limfa serta
lambung. Cedera pada hati dan limpa dapat mengakibatkan perdarahan
yang fatal.
b. Abdomen bagian bawah
Abdomen bagian bawah terdiri dari usus halus dan usus besar serta
kandung kemih, kerusakan pada usus sehingga mengakibatkan
infeksi, peritonitis dan syok. Pada wanita, kandungan serta saluran indung
telur merupakan abdomen bagian bawah
c. Region Retroperitoneal
Bagian ini terletak dibelakang abdomen atas dan abdomen bawah
termasuk didalamnya ginjal, uretra, pancreas, dan duodenum posterior.
Aorta abdominalis serta vena cava inferior karena letaknya berada di
daerah ini sehingga sangat sulit dievaluasi. Bila perdarahan terjadi di
region abdomen akan mengakibatkan distorsi dinding abdomen,
perdarahan ekspensif pada daerah retroperitoneal dapat tidak terdeteksi
2. Definisi
Trauma abdomen merupakan cedera pada abdomen yang dapat berupa
trauma tumpul dan tajam yang disengaja ataupun tidak disengaja. Trauma
abdomen adalah terjadinya kerusakan pada abdomen yang menyebabkan
perubahan fisiologis sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan
imunologi dan gangguan faal berbagai organ (Musiha, 2015).
Trauma abdomen didefenisikan sebagai kerusakan terhadap struktur
yang terletak diantara diagfragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka
tumpul atau luka tusuk. Trauma pada abdomen mempunyai konsekuensi yang

3
segera harus diwaspadai karena dikhawatirkan akan mengakibatkan syok
(Mallapasi, 2014)

3. Etiologi
Kerusakan pada abdomen dapat disebabkan oleh trauma tembus,
biasanya dapat berupa tikaman atau tembakan serta trauma tumpul akibat
kecelakaan mobil, pukulan langsung ataupun jatuh (Boswick, 2014)
Kecelakaan atau trauma yang terjadi pada abdomen umumnya banyak
disebabkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan kendaraan bermotor,
kecepatan yang tidak terkontrol merupakan kekuatan yang menyebabkan
trauma ketika tubuh klien terbentur dengan setir kendaraan atau bend tumpul
lainnya. Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak
sehingga terjadi kerusakan pada bagian abdomen. Selain luka tembak, trauma
abdomen dapat juga disebabkan oleh luka tusuk yang dapat menyebabkan
trauma pada organ internal di abdomen (Musiha, 2015).
Menurut (Mallapasi, 2014) trauma pada abdomen disebabkan oleh 2
kekuatan yang merusak antara lain:
a. Trauma penetrasi
1) Trauma benda tumpul
Merupakan trauma abdomen penetrasi ke dalam rongga peritoneum.
Luka tumpul pada abdomen bisa disebabkan oleh jatuh, kekerasan
fisik atau pukulan, kecelakaan kendaraan bermotor, cedera akibat
berolahraga, benturan, ledakan deselarasi, kompresi atau sabuk
pengaman. Trauma ini 50 % disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.
2) Trauma tembus

4
Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga
peritoneum yang disebabkan oleh luka tembak yang menyebabkan
kerusakan yang besar dan serius di dalam rongga abdomen. Selain itu
dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk. Dibandingkan dengan luka
tembak, luka tusuk menyebabkan trauma yang sedikit pada organ
internal di abdomen.
b. Trauma non penetrasi
1) Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
2) Hancur (tertabrak mobil)
3) Terjepit sabut pengaman karena terlalu menekan perut
4) Cidera akselerasi/deserasi karena kecelakaan olahraga
4. Patofisiologi
Trauma abdomen terjadi karena trauma, iritasi, infeksi dan obstruksi.
Jika terjadi trauma penetrasi atau non penetrasi memungkinkan terjadinya
perdarahan intrabdomen yang serius sehingga pasien akan memperlihatkan
tanda-tanda iritasi yang disertai dengan penurunan sel darah merah yang
dapat mengakibatkan syok hemoragic. Bilaa suatu organ visceral mengalami
perforasi maka muncul tanda-tanda perforasi serta tanda iritasi peritoneum
tampak cepat. Tanda-tanda dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri
tekan, nyeri spontan, nyeri lepas, dan distensi abdomen tanpa bising usus bila
terjadi peritonitis umum. Bila syok telah berlanjut maka pasien akan
mengalami takikardi, dan peningkatan suhu tubuh, juga terdapat leukositotik
(Paula, 2015).

5
Pathway

Trauma paksa (jatuh, benda Trauma benda tajam (Pisau,


tumpul, kompresi dll) peluru, dll)

Gaya predisposisi trauma > elastisitas & Viskositas tubuh

Ketahanan jaringan tidak mampu mengkompensasi

Trauma Abdomen

Trauma Tajam Trauma Tumpul

Kerusakan Kerusakan organ Kerusakan Kompresi organ abdomen


Jaringan Kulit abdomen jaringan vaskuler
Perdarahan intra
Luka terbuka Perforasi lapisan Perdarahan abdomen
abdomen(Kontusio,
Laserasi, jejas,
Resiko Peningkatan TIA
hematoma)
Resiko kekurangan
infeksi volume cairan Distensi Abdomen

Nyeri akut
Mual/muntah
Syok
Hipovolemik
Kerusakan
Resiko ketidak
integritas kulit
seimbangan nutrisi

6
5. Manifestasi klinis
Menurut (Musiha, 2015) manifestai klinis pada klien dengan trauma abdomen
tergantung pada penyebab terjadinya trauma, antara lain:
a. Trauma tembus abdomen (Trauma abdomen dengan penitrasi ke dalam
rongga peritoneum) dengan manifestasi:
1) Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
1) Perdarahan dan pembekuan darah
2) Kematian sel
3) Kontaminasi bakteri
4) Respon stress simpatis
Jika abdomen mengalami luka tusuk, usus yang menempati sebagian besar
rongga abdomen akan sangat rentan untuk mengalami trauma
penetrasi. Secara umum organ-organ padat berespon terhadap trauma
dengan perdarahan. Sedangkanorgan berongga bila pecah mengeluarkaan
isinya dalam hal ini bila usus pecah maka akan mengeluarkan isinya ke
dalam rongga peritoneal sehingga akan mengakibatkan peradangan atau
iritasi
b. Trauma tumpul abdomen (Trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga
peritoneum) dengan manifestasi antara lain:
1) Kehilangan darah
2) Memar/jejas pada dinding perut
3) Nyeri tekan, nyeri saat di perkusi, nyeri di daerah abdomen
4) Iritasi cairan usus, kerusakan organ
Sedangkan menurut (Mallapasi, 2014) secara umum manifestasi dari
trauma abdomen adalah sebagai berikut:
1) Laserasi, memar dan ekomisis
2) Hipotensi
3) Tidak adanya bising usus
4) Hemoperitonium
5) Mual dan muntah

7
6) Adanya tanda bruit (bunyi abnormal pada auskultasi pembuluh
darah biasanya pada arteri karotis)
7) Nyeri, sesak
8) Pendarahan, penurunan kesadaran
9) Tanda kehrs adalah nyeri di sebelah kiri yang disebabkan oleh
perdarahan limfe. Tanda ini ada saat pasien dalam posisi recumbent
10) Tanda Cullen adalah ekimosis periumbilikal pada perdarahan
peritoneum
11) Tanda Grey-Turner adalah ekomisis pada sisi tubuh (pinggang) pada
pada perdarahan perdarahan retroperitoneal
12) Tanda coopermail adalah ekomisis pada perineum, skrotum, atau labia
pada fraktur pelvis
13) Tanda balance adalah daerah suara tumpul yang menetap pada kuadran
kiri atas ketika dilakukan perkusi pada hematoma limfe
6. Klasifikasi
Menurut (Boswick, 2014) berdasarkan mekanisme trauma, terbagi menjadi
dua yaitu trauma penetrasi dan non penetrasi:
a. Trauma Tumpul (Blunt injury)
Trauma tumpul diakibatkan oleh suatu pukulan langsung misalnya
terbentur setir ataupun bagian pintu mobil yang melesak kedalam karena
tabrakan, yang dapat menyebabkan trauma kompresi ataupun crush injury
terhadap organ viscera. Hal ini dapat merusak organ padat maupun
berongga sehingga mengakibatkan ruptur terutama pada organ yang
distensi (mislnya uterus ibu hamil) yang mengakibatkan perdarahan
maupun peritonitis. Pasien yang cedera pada pada suatu tabrakan bisa
mengalami trauma decelerasi dimana terjadi pergerakan yang tidak sama
antara suatu bagian terfiksir dan bagian yang bergerak seperti rupture
hepar.
b. Trauma tajam ( Penetration injury)
Trauma tajam merupakan trauma akibat luka tusuk ataupun luka tembak
yang mengakibatkan kerusakan jaringan atau laserasi. Luka tembak
dengan kecepatan tinggi akan menyebabkan transfer energi kinetik yang
lebih besar terhadap organ viscera dengan adanya efek tambahan berupa
temporary cafitation dan bisa pecah menjadi fragmen yang

8
mengakibatkan kerusakan lainnya. Luka tusuk sering mengenai hepar
(40%), usus halus (30%), diafragma (20%) dan colon (15%). Luka
tembak menyebabkan kerusakan yang lebih besar yang ditentukan oleh
jauhnya perjalanan peluru dan berapa besar energy kinetiknya maupun
kemungkinan pantulan peluru oleh tulang serta efek dari pecahan
tulangnya. Luka tembak paling sering mengenai usus halus (50%), colon
(40%), hepar (30%) dan pembuluh darah abdominal (25%).
Menurut (Musiha, 2015) Trauma pada abdomen dibagi menjadi dua
yaitu :
1) Trauma pada dinding abdomen, yang dibagi menjadi dua:
a) Kontusio dinding abdomen disebabkan oleh trauma non penetrasi
Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera abdomen
kemungkinna terjadi penimbunan darah dalam jaringan lunak dan
masa yang dapat menyerupai tumor yang disebabkan oleh
kecelakaan, motor jatuh atau pukulan.
b) Laserasi, merupakan trauma tembus abdomen yang disebabkan
oleh luka tembak atau luka tusuk yang bersifat serius dan biasanya
memerlukan pembedahan
2) Trauma pada isi abdomen
a) Perforasi organ visceral intraperitoneum, yaitu cedera pada isi
abdomen yang disertai dengan adanya cedera pada dinding
abdomen
b) Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
c) Cedera thoraks abdomen, setiap luka pada thoraks dapat
menembus diafragma bagian kiri atau kanan serta hati.
7. Komplikasi
a. Trombosi vena
b. Emboli pulmonal
c. Stress ulerasi dan perdarahan
d. Sepsis
e. Atelaktasis
8. Penatalaksanaan kegawatdaruratan
a. Penanganan Awal (Pre Hospital)

9
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam
nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di lokasi kejadian.
Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah ditemukan luka tikaman,
luka trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal
dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi, jika korban tidak berespon,
maka segera buka dan bersihkan jalan napas (Junaidi, 2016).
1) Airway
Membuka jalan napas menggunakan teknik ‘head tilt chin ligt’ atau
menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda
asing yang mengakibatkan tertutupnya jalan napas, muntah, makanan,
adanya darah atau benda asing lainnya
2) Breathing
Memeriksa pernapasan dengan menggunakan cara ‘lihat-dengan
rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas
atau tidak, Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban
(kecepatan, ritme dan adekuat tidaknya pernapasan).
3) Circulation
Jika pernapasan korban tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka
bantuan napas dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi
lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan
bantuan napas dalam RJP adalah 15:2 (15 kali komperasi dada dan 2
kali bantuan napas).
Penanganan awal trauma non-penetrasi (trauma tumpul) antara lain:
1) Stop makanan dan minuman
2) Imobilisasi
3) Kirim kerumah sakit
4) Diagnostic peritoneal Lavage (DPL)
Dilakukan pada trauma abdomen perdarahan intra abdomen, tujuan
dari DPL adalah untuk mengetahui lokasi perdarahan intra abdomen.
Indikasi untuk melakukan DPL, antara lain:
a) Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
b) Trauma pada bagian bawah dari dada
c) Hipotensi, hematokrik turun tanpa alasan yang jelas

10
d) Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat
alcohol, cedera otak)
e) Pasien cedera abdominalis dan cedera medulla spinalis (sumsung
tulang belakang)
f) Patah tulang pelvis
Penanganan awal trauma penetrasi (trauma tajam) antara lain:
1) Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya)
tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis
2) Bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan kain kasa pada daerah
antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah luka
3) Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak
dianjurkan dimasukannya kembali kedalam tubuh, kemudian organ
yang keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada
verban steril
4) Imobilisasi pasien
5) Tidak dianjurkan memberi makan dan minum
6) Kirim ke rumah sakit
b. Penanganan Rumah Sakit (Hospital)
1) Trauma Penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, harus
dilakukan memeriksa luka secara lokal untuk menentukan dalamnya
luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka masuk dan luka
keluar yang berdekatan.
a) Skrinning pemeriksaan rontgen.
Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan
kemungkinan hemo atau pneumotoraks atau untuk menemukan
adanya udara intraperitonium. Serta rongsen abdomen sambil tidur
(supine) untuk menentukan ,jalan peluru atau adanya udara
Retroperitoneum.
b) IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning ini dilakukan untuk
mengetahui jenis cedera ginjal yang ada
c) Uretrografi dilakukan untuk mengetahui adanya rupture uretra
d) Sistografi. Ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya cedera
pada kandung kencing, contohnya fraktur pelvis dan trauma non-

11
penetrasi
2) Trauma Non-Penetrasi
a) Pengambilan contoh darah dan urin
Darah diambil dari salah satu vena permukaan untuk pemeriksaan
laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaan laboratorium khusus
seperti pemeriksaan darah lengkap, potassium, glukosa, amilase
b) Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rontgen servikal lateral, thoraks, anteroposterior dan
pelvis adalah pemeriksaan yang harus dilakukan pada penderita
dengan multi trauma, mungkin berguna untuk mengetahui udara
ekstraluminal di retroperitonium atau udara bebas dibawah diafragma,
yang keduanya memerlukan laparatomi segera.
c) Study kontras urologi dan gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon
acendens atau decendens dan dubur

12
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Primary Survery
1) Airway
Memastikan kepatenan jalan napas tanpa adanya sumbatan atau
obstruksi
2) Breathing
Memastikan irama napas normal atau cepat, pola napas teratur, tidak
ada dypsnue, tidak adanya napas cuping hidung, serta suara napas
vaskuler
3) Circulation
Nadi lemah/tidak teraba, cepat >100x/menit, tekanan darah dibawah
normal bila terjadi syok, pucat karena perdarahan, sianosis, kaji
jumlah perdarhan dan lokasi, capillary refill >2 detik apabila ada
perdarahan, serta penurunan kesadaran
4) Disability
Kaji tingkat kesadaran sesuai GCS, respon pupil anisokor apabila
adanya diskontuinitas saraf yang berdampak pada medulla spinalis.
5) Exposure/Enviroment
Apabila ada Fraktur terbuka di femur dekstra, luka laserasi pada wajah
dan tangan, memar pada abdomen dan perut tegang
b. Secondary Survery
1) Kepala: wajah, kulit kepala, tulang tengkorak, mata, telinga, dan
mulut.
Temuan yang di anggap kritis: apabila terdapat patah tulang tengkorak
(terbuka/tertutup), robekan/laserasi pada kulit kepala adanya
darah/muntah/kotoran di dalam mulut, adanya pengeluaran cairan
serebrospinal dari telinga maupun hidung.

13
2) Leher: lihat pada bagian depan, trakea, otot-otot leher bahian
belakang, vena jugularis.
Temuan yang dianggap kritis: apabila terdapat distensi vena jugularis
deviasi trakea atau tugging serta emfisema kulit
3) Dada: lihat tampilan fisik, tulang rusuk, penggunaan otot-otot
aksesoris, pergerakan dada serta suara paru.
Temuan yang dianggap kritis: adanya luka terbuka, sucking chest
wound (open pnumothoraks), flail chest dengan gerakan dada
paradoksial, suara paru hilang atau melemah, gerakan dada saangat
lemah dengan pola napas yang tidak adekuat (disertai dengaan
gangguan otot aksesoris)
4) Sirkulasi: ditemukannya keadaan bradipnue, takipnue, hipoventilasi
atau hiperventilasi
5) Abdomen: memar pada abdomen dan tampak semakin tegang,
lakukan auskultasi dan palpasi serta perkusi pada abdomen.
Temuan yang dianggap kritis: ditemukannya penurunan bising usus,
nyeri tekan pada abdomen bunyi dullnes
6) Pelvis: daerah pubik, stabilitas pelvis, krepitasi dan nyeri tekan
Temuan yang dianggap kritis: ditemukannya pelvis yang lunak, nyeri
tekan dan stabilitas serta pembengkakan di daerah pubik.
7) Extermitas: ditemukannya fraktur terbuka di femur dextra, ada luka
laserasi pada tangan, denyut nadi, sungsi motoric, serta fungsi sensori.
Temuan yang dianggap kritis: melemah atau menghilangnya denyit
nadi, menurun atau hilangnya fungsi motorik atau sensori.
8) Eliminasi: Adanya incontinensia kandung kemih atau usus mengalami
gangguan fungsi
9) Neurosensory: kehilangan kesadaran sementara,vertigo, kehilangan
kesadaran sampai koma, perubahan status mental serta kesulitan
dalam menentukan posisi. (Paula, 2015).
2. Diagnosa keperawatan
1. DX 1: Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
2. DX 2: Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka
penetrasi abdomen

14
3. DX 3: Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak
adekuatnya pertahanan tubuh.
4. DX 4: Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang
kurang

3. Perencanaan keperawatan

15
No.Dx Tujuan Rencana Rasional
1. Tujuan: Setelah Mandiri
diberikan tindakan — Kaji tanda-tanda vital. — untuk mengidentifikasi
keperawatan defisit volume cairan.
diharapkan volume — Pantau cairan — mengidentifikasi
cairan tidak parenteral dengan keadaan perdarahan,
mengalami elektrolit, antibiotik serta Penurunan
kekurangan. dan vitamin sirkulasi volume cairan
menyebabkan
Kriteria hasil:
kekeringan mukosa dan
 Intake dan output pemekatan urin. Deteksi
seimbang dini memungkinkan
 Turgor kulit baik terapi pergantian cairan
 Perdarahan (-) segera.
— Kaji tetesan infus.
— awasi tetesan untuk
Kolaborasi : mengidentifikasi
— Berikan cairan kebutuhan cairan.
parenteral sesuai — cara parenteral
indikasi. membantu memenuhi
kebutuhan nuitrisi
— Cairan parenteral ( IV tubuh.
line ) sesuai dengan — Mengganti cairan dan
umur. elektrolit secara adekuat
— Pemberian tranfusi dan cepat.
darah. — menggantikan darah
yang keluar.
2. Tujuan: setelah Mandiri
diberikan tindakan — Kaji karakteristik — Mengetahui tingkat
keperawatan nyeri. nyeri klien.
diharapkan nyeri — Beri posisi semi — Mengurngi kontraksi
dapat hilang atau fowler. abdomen
terkontrol. — Anjurkan tehnik — Membantu mengurangi
manajemen nyeri rasa nyeri dengan
Kriteria hasil: seperti distraksi mengalihkan perhatian
— Managemant — lingkungan yang
 Skala nyeri 0
lingkungan yang nyaman dapat
 Ekspresi tenang
nyaman. memberikan rasa
nyaman klien
— Kolaborasi pemberian — analgetik membantu
analgetik sesuai mengurangi rasa nyeri.
indikasi.
3. Tujuan: setelah Mandiri
diberikan tindakan — Kaji tanda-tanda — Mengidentifikasi
keperawatan infeksi. adanya resiko infeksi
diharapkan infeksi lebih dini.
tidak terjadi. — Kaji keadaan luka. — Keadaan luka yang
diketahui lebih awal
Kriteria hasil: dapat mengurangi
resiko infeksi.
 Tanda-tanda — Kaji tanda-tanda vital. — Suhu tubuh naik dapat
infeksi (-)
di indikasikan adanya
 Leukosit 5000-
proses infeksi.
10.000 mm3 — Lakukan cuci tangan — Menurunkan resiko
sebelum kntak dengan terjadinya kontaminasi
pasien. mikroorganisme.
— Lakukan pencukuran — Dengan pencukuran
pada area operasi klien terhindar dari
(perut kanan bawah infeksi post operasi
16
— Perawatan luka — Teknik aseptik dapat
dengan prinsip menurunkan resiko
sterilisasi. infeksi nosokomial
4. Evaluasi
Setelah mendapat implementasi keperawatan, maka pasien dengan trauma
abdomen diharapkan sebagai berikut:
a. Kebutuhan cairan terpenuhi.
b. Nyeri dapat hilang atau terkontrol.
c. Tidak terjadinya infeksi
d. Kebutuhan nutrisi terpenuhi

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma tumpul abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga
abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen,
terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus
halus, usus besar, pembuluh– pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan
ruptur abdomen. Trauma abdomen disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas,
penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian
B. Saran
1. Bagi petugas kesehata atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan
pelayanan kesehatan terutama pada trauma abdomen untuk pencapaian
kualitas keperawatan secara optimal dan sebaiknya proses keperawatan selalu
dilaksanakan secara berkesinambungan.
2. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan
pengobatan karena bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan
yang sempurna maka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh
sebab itu perlu adanya penjelasan pada klien dan keluarga mengenai manfaat
serta pentingnya kesehatan.
3. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan
menerapkan asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan trauma
abdomen

18
DAFTAR PUSTAKA

Boswick, J. A. (2014). Perawatan Gawat Darurat. Jakarta : EGC.

Indah J Umboh, H. B. (2017). Hubungan penatalaksanaan operatif trauma abdomen


dan kejadian laparatomi begatif di RSUD Prof. Dr. R. D Kandou Manado.
Jurnal Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado, 53.
Junaidi, d. I. (2016). Pedoman pertolongan pertama yang harus dilakukan saat
Gawat & Darurat medis. Jakarta: C.V Andi Offset.
Kartikawati, D. (2016). Buku Ajar Dasar-Dasar Keperawatan Gawat Darurat.
Jakarta: Salemba Medika.
Mallapasi, D. M. (2014). Buku Panduan Basic Trauma Cardiac Life Support
(BTCLS). Makassar: Brigade Siaga Bencana.

Musiha, S. N. (2015). Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta: Nuha Medika.

Ns. Paula Krisanty, S. M. (2015). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta : CV


Trans Info Media.

19

Anda mungkin juga menyukai