Disusun Oleh:
Kelompok I
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
kasih sayang dan karunia-Nya yang diberikan Tuhan sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT
DARURAT SISTEM PENCERNAAN : BRUST ABDOMEN ”. Makalah ini
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Mata Kuliah
Keperawatan Gawat Darurat.
Dalam menyelesaikan Makalah ini penulis mengakui dan menyadari
bahwa banyak menemukan kesulitan dan tanpa bantuan dari bebagai pihak tidak
mungkin dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu pada kesempatan ini ijinkan
penulis menyampaikan rasa terimakasi kepada :
i
Dengan berbagai keterbatasan dalam pembuatan Makalah ini, penulis
menyadari bahwa Makalah ini masih banyak ditemukan kekurangan, untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan penulis dalam
perbaikan laporan dimasa yang akan datang
Akhir kata semoga Makalah ini dapat menjadi bahan untuk ketahapan
pembuatan tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat.
Kelompok I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1. Latar Belakang........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................2
1.3. Tujuan Makalah......................................................................................3
1.4. Manfaat Makalah....................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................5
2.1. Konsep Dasar Tingkat Stress.................................................................5
2.2. Konsep Gastritis....................................................................................10
2.3. Konsep Dasar Remaja...........................................................................13
2.4. Penelitian Terkait..................................................................................22
2.5. Kerangka Teori......................................................................................24
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL............25
3.1. Kerangka Konsep..................................................................................25
3.2. Hipotesis.................................................................................................26
3.3. Definisi Operasional..............................................................................26
BAB IV Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat.......................................28
1.1. Desain Penelitian...................................................................................28
1.2. Lokasi Penelitian...................................................................................28
1.3. Waktu Penelitian...................................................................................28
1.4. Populasi dan Sampel Penelitian...........................................................29
1.5. Instrumental dan Cara Pengumpulan Data.......................................30
1.6. Pengolahan dan Analisa Data..............................................................32
1.7. Etika Penelitian......................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................36
BAB I
PENDAHULUAN
Pada tahun 1972 terdapat 18 (3%) kasus burst abdomen diantara 593
operasi yang terjadi pada anak-anak. Pada orang dewasa terdapat 45 kasus
diantara 5156. Dari 45 kasus, 80% terjadi pada lansia. Lalu perbandingan
untuk pria dan wanita adalah 2 : 1. Namun, saat ini insiden burst abdomen
tidak berbeda jauh dengan tahun 1972. Insiden sebanyak 0,2% - 6% dengan
tingkat kematian 10% - 30%. Apabila insiden ini terus berlanjut dan tidak ada
perhatian dari masyarakat tentang kasus ini, maka akan ada kemungkinan
bertambahnya pasien dengan burst abdomen setiap tahunnya.
1
2
Burst abdomen yang tidak ditangani dengan tepat dan segera dapat
menimbulkan berbagai komplikasi yang serius yang akan meningkatkan
resiko kematiaan. Melalui makalah ini kami memberikan pengetahuan dan
cara pencegahan terjadinya burst abdomen sehingga angka kejadian penyakit
tersebut dapat menurun. Selain itu, makalah ini diharapkan dapat bermanfaat
pula bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien burst
abdomen yang benar.
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Gawat Darurat sistem
pencernaan: Burst Abdomen
2. Tujuan Khusus
a. Bagaimana definisi dari penyakit burst abdomen
b. Memahami klasifikasi dari penyakit burst abdomen
c. Memahami etiologi dari penyakit burst abdomen
d. Memahami manifestasi klinis dari penyakit burst abdomen
e. Memahami patofisiologi dari penyakit burst abdomen
f. Memahami pemeriksaan diagnostic dari penyakit burst abdomen
g. Memahami penatalaksanaan dari penyakit burst abdomen
h. Memahami prognosis dari penyakit burst abdomen
i. Memahami komplikasi dari penyakit burst abdomen
j. Memahami WOC dari penyakit burst abdomen
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.
2.
1.
2.
2.1. Konsep Dasar Penyakit Burst Abdomen
1
2
2.1.3 Etiologi
Terjadinya burst abdomen dipengaruhi oleh banyak faktor.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan faktor resiko
akan dibedakan menjadi tiga bagian yaitu faktor pre-operative,
operative, dan post-operative
1. Pre Operasi
Faktor pre-operative ini biasanya berhubungan dengan
keadaan pasien sebelum operasi dan karakteristik pasien. Faktor
pre-operative ini biasanya berhubungan dengan keadaan pasien
sebelum operasi dan karakteristik pasien:
a. Jenis Kelamin
Kejadian pada pria dan wanita didapatkan perbedaan yang
sedikit meningkat pada pria yang mana berbanding 3:1. Hal ini
dapat dipicu karena faktor merokok, pada pria sering mengalami
batuk persisten sehingga dapat meningkatkan tekanan
intraabdomen dan lebih beresiko terjadi burst abdomen
b. Umur
Kejadian burst abdomen meningkat dengan bertambahnya
umur. Burst abdomen pada pasien yang berumur <45 tahun sebesar
2
3
3
4
f. Kortikosteroid
Steroid memiliki peranan dalam menghambat proses
inflamasi, fungsi makrofag, proliferasi kapiler, dan fibroblast.
Selain itu juga kortikosteroid dapat menurunkan sistem imun
sehingga jika terjadi suatu infeksi, proses penyembuhan luka
terhambat
g. Merokok
Kebiasaan merokok sejak muda menyebabkan batuk-batuk
yang persisten, batuk yang kuat dapat menyebabkan peningkatan
tekanan intra abdomen.
h. Hypoalbuminaemia (serum albumin < 3 mg%)
Keadaan hipoalbuminemia ini akan mengurangi sintesa
komponen sulfas mukopolisarida dan kolagen yang merupakan
bahan dasar penyembuhan luka. Defisiensi tersebut akan
mempengaruhi proses fibroblasi dan kolagenisasi yangmerupakan
proses awal penyembuhan luka. Hal ini akan memperlambat
proses penyembuhan luka.
Hypo-albuminaemia dapat digunakan sebagai penanda
malnutrisi. Hypoproteinemia merupakan salah satu faktor
terpenting dalam proses penyembuhan. Untuk perbaikan jaringan,
sejumlah besar asam amino diperlukan. Asam amino membantu
dalam pembentukan RNA dan DNA. Kekurangan ini mengarah ke
jaringan selular miskin, yang menyebabkan kekuatan luka hilang
i. Operasi yang bersifat emergensi
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan
dengan terjadinya burst abdomen. Hal ini mungkin lebih
disebabkan karena keadaan hemodinamik pasien yang tidak stabil
dibandingkan dengan persiapan operasi yang terencana (elektif).
j. Diabetes (GDP > 140 mg/dl atau GDA> 200 mg/dl)
Pada orang dengan diabetes, proses penyembuhan luka
berlangsung lama. (Lotfy, 2009). DM berkaitan dengan gangguan
4
5
metabolisme pada jaringan ikat hal tersebut tentu saja amat sangat
berpengaruh terhadap daya tahan tubuh sehingga akan
mengganggu proses penyembuhan luka operasi. Sehingga
pengendalian DM yang baik dibutuhkan untuk menghindari DM
sebagai faktor resiko.
2. Operasi
a. Tipe insisi
Midline incision memiliki insiden terjadinya burst abdomen
lebih besar daripada transverse incision. Midline incision tidak
anatomis karena incisi ini memotong serabut aponeurotik,
sedangkan pada transverse incision memotong diantara serabut.
Kontraksi pada dinding abdomen akan memberikan tekanan untuk
membantu penutupan luka. Pada midline incision, kontraksi ini
dapat menyebabkan adanya luka baru pada lateral jahitan,
sedangkan pada transverse incision, jahitan akan merapat. Midline
incision banyak digunakan karena dengan teknik ini lapangan
pandang saat operasi menjadi lebih luas untuk melakukan
explorasi.
5
6
3. Post Operasi
a. Peningkatan tekanan intra-abdominal
Peningkatan tekanan ini dapat disebabkan oleh batuk,
muntah, ileus, dan retensi urine. Setelah beberapa operasi intra
abdomen, kejadian ileus tidak dapat dielakkan. Tekanan intra
abdomen yang tinggi mungkin disebabkan pada pasien dengan
penyakit paru obstruktif kronik yang biasanya mereka
menggunakan otot-otot abdomen sebagai otot tambahan untuk
respirasi. Sebagai tambahan, batuk yang terjadi mendadak dapat
meningkatkan tekanan intra abdomen.
Beberapa factor yang berperan dalam peningkatan tekanan
abdomen seperti obstruksi usus post opersi, obesitas, dan cirrhosis
dengan adanya ascites. Tekanan intraabdominal yang tinggi akan
menekan otot-otot dinding abdomen sehingga akan teregang.
Regangan otot dinding abdomen inilah yang akan menyebabkan
berkurangnya kekuatan jahitan bahkan pada kasus yang berat akan
menyebabkan putusnya benang pada jahitan luka operasi dan
6
7
7
8
8
9
9
10
e. Terapi radiasi
Riwayat pemakaian terapi radiasi mengganggu sintesis
protein normal, mitosis, migrasi dari faktor peradangan, dan
pematangan kolagen.
10
11
2.1.5 Patofisiologi:
Burst Abdomen bisa disebabkan oleh faktor pre operasi, operasi
dan post operasi. Pada faktor pre operasi, hal-hal yang berpengaruh
dalam factor pre operasi ini adalah usia,kebiasaan merokok, penyakit
diabetes mellitus, dan malnutrisi. Pada umur tua otot dinding rongga
perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan
jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Kejadian tertinggi burst
abdomen sering terjadi pada umur > 50-65 tahun. Selain itu adanya
anemia, hypoproteinaemia, dan beberapa kekurangan vitamin bisa
menyebabkan terjadinya burst abdomen. Hemoglobin menyumbang
oksigen untuk regenerasi jaringan granulasi dan penurunan tingkat
hemoglobin mempengaruhi penyembuhan luka. Kebiasaan merokok
sejak muda menyebabkan batuk-batuk yang persisten, batuk yang kuat
dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra abdomen. Penyakit-
penyakit tersebut tentu saja amat sangat berpengaruh terhadap daya
tahan tubuh sehingga akan mengganggu proses penyembuhan luka
operasi. Hypoproteinemia adalah salah satu faktor yang penting dalam
penundaan penyembuhan, seseorang yang memiliki tingkat protein
serum di bawah 6 g / dl. Untuk perbaikan jaringan, sejumlah besar
asam amino diperlukan. Vitamin C sangat penting untuk memperoleh
kekuatan dalam penyembuhan luka. Kekurangan vitamin C dapat
mengganggu penyembuhan dan merupakan predisposisi kegagalan
luka. Kekurangan vitamin C terkait dengan delapan kali lipat
peningkatan dalam insiden wound dehiscence.
Seng adalah co-faktor untuk berbagai proses enzimatik dan mitosis
(Saktya, 2011). Untuk factor operasi, tergantung pada tipe insisi,
penutupan sayatan, penutupan peritoneum, dan jahitan bahan.
Kontraksi dari dinding abdomen menyebabkan tekanan tinggi di
11
12
12
13
13
14
a. Inform Consent
b. Puasa dilakukan 4 jam sebelum pembedahaan, pemasangan
NGT dekompresi.
c. Pasang infus, bericairan standard N4 dengan tetesan sesuai
kebutuhan.
d. Antibiotik pra bedah diberikan secara rutin.
e. Dilakukan rawat luka pada abdomen dengan teknik steril
selama dua hari sekali.
f. Perlu diperhatikan juga tentang nutrisi pasien. Pemberian
nutrisi tinggi protein dan serat pada pasien dengan burst
abdomen membantu penyembuhan dan fungsi saluran cerna
pasien
2. Terapi operatif
Tindakan yang harus segera dilakukan oleh ahli bedah bila
menjumpai adanya burst abdomen adalah dengan memperbaiki
kembali luka operasi yang ditimbulkan segera dengan terlebih
dahulu mengevaluasi struktur di dalamnya. dibilas dengan cairan
isotonis ringer lactate yang mengandung antibiotic dan kemudian
dilakukan penutupan kembali dinding abdomen.
Antibiotik profilaksis harus diberikan sebelum operasi.
Tindakan repair ini harus dilakukan dalam keadaan steril (diatas
meja operasi) dan dengan anastesi general. Lepas dahulu jahitan
yang telah dilakukan pada operasi pada bagian yang mengalami
burst, kemudian explore bagian terdalam dari luka yang rusak
dengan jari yang menggunakan sarung tangan steril sampai bagian
jahitan yang terbuka kemudian evaluasi apa yang terjadi apakah
terdapat sumber infeksi.
Kemudian dilakukan pencucian luka secara mekanik
dengan cairan isotonis yang mengandung antibiotic yang
berlimpah, setelah itu dilakukan perbaikan jahitan dengan
14
15
3. Operasi Pembedahan
Penjahitan dilakukan dengan tehnik yang sesuai dan teliti
dengan menggunakan jarum dan benang yang sesuai (monofilamen
nilon atau poligycolic acid), setelah repair jahitan selesai luka
ditutup dengan kassa basah steril dan diberi antibiotik, kemudian
ditutup kembali sehingga tidak terkontaminasi dengan dunia luar
a. Operasi pembedahan, dilakukan untuk menutup lubang dan
memperkuat bagian yang lemah, otot perut dirapatkan menutupi
lubang yang ada.
b. Kebanyakan untuk pasien akut atau baru saja terjadi luka
disarankan untuk operasi kembali.
c. Kebanyakan teknik yang utama adalah segera menjahit
kembali pada tempat jahitan semula yang mengalami perobekan.
d. Pemberian antibiotic preoperative spektum meluas.
e. Bebaskan lipatan peritonim dan usus untuk jarak yang pendek
pada permukaan yang dalam dari luka pada kedua sisi.
f. Masukkan jahitan luka yang dalam.
g. Kemudian proses akir dari dinding abdomen, yakinlah untuk
mengambil potongan yang dalam dari jari, memakai materi
jahitan yang banyak dan hindari tegangan yang berlebihan pada
luka.
2.1.8 Komplikasi
1. Perdarahan
2. Infeksi luka Operasi
Infeksi Luka Operasi (ILO)/Infeksi Tempat Pembedahan
(ITP) / Surgical Site Infection (SSI) adalah infeksi pada luka
operasi atau organ/ruang yang terjadi dalam 30 hari paska operasi
15
16
16
17
6. Pola Kebiasaan:
a. Pola Nutrisi :
biasanya nafsu makan pasien menurun karena rasa nyaman saat
makan terganggu akibat nyeri yang dirasakan, serta status nutrisi
jelek.
b. Pola Tidur/ Istirahat :
pasien tidak dapat tidur nyenyak akibat nyeri yang dirasakan.
c. Pola aktivitas :
aktivitas pasien dan pergerakan pasien burst abdomen terbatas.
d. Pola eliminasi :
biasanya tidak ditemukan gangguan eliminasi pada pasien burst
abdomen.
e. Pola koping :
koping individu maupun keluarga dalam mengatasi burst abdomen
f. Konsep diri :
keadaan psikososial pasien terhadap burst abdomen yang dialaminya
seperti ansietas akibat kurang pengetahuan terhadap proses penyakit
7. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breath) : Terdapat RR yang meningkat
b. B2 (Blood) : Jika terjadi pendarahan bisa timbul tekanan darah
menurun, nadi meningkat namun lemah, akral teraba basah, pucat
dan dingin serta takikardia.
c. B3 (Brain) :-
d. B4 (Bladder) : -
e. B5 (Bowel) : Nafsu makan turun, BB turun, pasien lemah, bibir
kering. Dilanjutkan dengan memeriksa bagian perut dimulai dengan :
a) Inspeksi : adakah pembesaran abdomen, peregangan atau
tonjolan dan apakah ada distensi abdomen. Pada pasien
17
18
Data Etiologi MK
Data Subjektif tindakan operasi Nyeri
1. Klien mengatakan nyeri
pada luka post-op. kerusakan jaringan
2. Klien biasanya mengatakan pasca operasi
nyeri akan dirasakan
bertambah bila klien diskontinuitas jaringan
bergerak/ beraktivitas,
Data Objektif nociceptor
P: Terdapat luka post operasi
dengan kondisi jahitan operasi nyeri
yang membuka dan kemerahan.
Q: nyeri biasanya seperti di iris
atau di tusuk-tusuk
18
19
Suplai O2 ↓
Sesak nafas
Data Subjektif: Pasca operasi Nutrisi kurang
Klien tidak nafsu makan dari kebutuhan
Data Objektif: distensi abdomen
A : BB turun
B : tidak nafsu makan, bibir
19
20
Resiko infeksi
Data subyektif : - Insisi pada kulit Kerusakan
Data obyektif integritas kulit
1. Luka post operasi dan Luka post op
sedikit bengkak kerusakan
lapisan kulit
2. Gangguan permukaan kulit Kerusakan integritas
3. Turgor jelek kulit
20
21
2.2.4. Intervensi
21
22
22
23
23
24
Mandiri
1. Buat perencanaan makan 1. Menjaga pola makan pasien
dengan pasien untuk sehingga pasien makan secara
dimasukkan ke dalam jadwal teratur
makan.
2. Dukung anggota keluarga 2. Pasien merasa nyaman dengan
untuk membawa makanan makanan yang dibawa dari rumah
kesukaan pasien dari rumah. dan dapat meningkatkan nafsu
makan pasien.
3. Tawarkan makanan porsi besar 3. Dengan pemberian porsi yang besar
disiang hari ketika nafsu dapat menjaga keadekuatan nutrisi
makan tinggi. Jika nafsu yang masuk.
makan rendah, beri porsi
sedikit tapi sering
4. Lakukan perawatan mulut 4. Intervensi ini untuk menurunkan
resiko infeksi oral dan memberikan
rasa nyaman di mulut
5. Berikan pasien edukasi 5. Meningkatkan pengetahuan pasien
mengenai kebutuhan nutrisi mengenai penyakitnya khususnya
klien terhadap penyakitnya diet dan nutrisi yang dibutuhkan
6. Kolaborasi dengan ahli gizi 6. Tinggi karbohidrat, protein, dan
mengenai jenis nutrisi yang kalori diperlukan atau dibutuhkan
akan digunakan pasien. selama perawatan.
7. Pastikan pola diet biasa pasien, 7. Untuk mendukung peningkatan
yang disukai atau tidak disukai. nafsu makan pasien
8. Pantau masukan dan 8. Mengetahui keseimbangan intake
pengeluaran dan berat badan dan pengeluaran asupan makanan
secara pariodik.
9. Kaji turgor kulit pasien 9. Sebagai data penunjang adanya
perubahan nutrisi yang kurang dari
kebutuhan
24
25
25
26
26
27
27
28
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
SISTEM PENCERNAAN : BURST ABDOMEN
KASUS
Seorang lansia laki-laki, 61 tahun, masuk ke IGD karena luka post laparotomi
yang terbuka. Diketahui, klien tersebut menjalani prosedur laparotomi karena
peritonitis, dan pada saat kejadian di IGD, lansia post-op hari ke 5 dan baru
pulang kemarin. Hasil pengkajian menunjukkan: jalan napas paten, napas cepat
dengan menggunakan otot nafas, cuping hidung (+), RR=29x/menit, gelisah,
perdarahan 500 Cc, nadi=57x/menit teraba lemah, saturasi=93%, suhu=37.3C, BB
60 Kg, tampak lemah. Keluarga mengatakan, klien memiliki riwayat DM tidak
terkontrol dan intake nutrisi-cairan yang tidak adekuat paska operasi, urine
1000cc/24 jam. Diagnosis medis=burst abdomen.
28
29
No. RM : 00255320
Dx. Medis : Burst Abdomen
Penanggung jawab
Nama : Tn. W
Alamat : Griya Asri, Tangerang
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan pasien : Adik
29
30
4. Pemeriksaan Fisik
TD: TD : nadi teraba lemah, frekuensi nadi 92x/menit, TD : 90/56mmHg,
Capillary refill >3 detik, konjungtiva pucat, suhu : 37,3˚c
a. Kepala
Inspeksi : Ekpresi wajah cemas, bentuk kepala normal, penyebaran
rambut merata, tidak ada benjolan dan tidak ada lesi ataupun luka
robek pada dahi, wajah simetris, tidak ada perdarahan pada hidung,
indera pembau tidak bermasalah, reaksi pupil mata positif, konjugtiva
pucat, sklera tidak ikterik, tidak menggunakan kacamata, lubang
telinga normal dan tidak menggunakan alat pendengaran
Palpasi: tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan pada dahi
b. Leher
Inspeksi : Tidak terlihat benjolan atau massa pada leher dan tidak ada
lesi, tidak ada kaku kuduk
30
31
31
32
Lab Hematologi :
1) Hemoglobin 9.1 g/dL
2) Hematokrit 55%
3) Monosit 7%
4) Neutrofil 65%
5) Eritrosit 4.70%
6) Leukosit 11.6uL
7) GDS 451mg/dl
8) SP02 93%
ANALISA DATA
32
33
33
34
Intake = 600
Infus RL/8 jam = 500 ml
Minum : 100 ml
Ouput = 1500 cc
Perdarahan : 500 cc
Urine : 1000 cc
Balance Cairan = - 900cc
34
35
35
36
36
37
1000cc/24 jam
37
38
Do:
- suhu : 37,3˚c
- Hematologi :
- Hemoglobin 9.1 g/dL
- Monosit 7%
- Neutrofil 65%
- Eritrosit 4.70%
- Leukosit 11.6uL
- GDS 451mg/dl
Rencana Keperawatan
38
39
SDKI
2. Terapeutik
3. Edukasi
o Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
o Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
4. Kolaborasi
39
40
40
41
41
42
kuku
o Lakukan hidrasi
3. Edukasi
4. Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
o Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika perlu
42
43
43
44
44
45
Catatan perkembangan
45
46
3. Edukasi
o Menganjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
o Menganjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
4. Kolaborasi
46
47
o Berkolaborasi pemberian
cairan IV issotonis (mis. cairan
NaCl, RL)
o Berkolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis (mis.
glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
o Berkolaborasi pemberian
cairan koloid (mis. albumin,
plasmanate)
o Berkolaborasi pemberian
produk darah
47
48
48
49
berhubungan delirium
perifer(mis. Nadi perifer,
dengan penurunan - K/U lemah
edema, pengisian kalpiler,
sirkulasi darah warna, suhu, angkle brachial - CRT>3 detik
index) - Kedua kaki
pada level bengkak
o Mengidentifikasi faktor
perifer : resiko gangguan sirkulasi
(mis. Diabetes, perokok, A : Masalah belum
hiperglikemia,
orang tua, hipertensi dan teratasi
penurunan kadar kolesterol tinggi) P : Intervensi
o Memonitor panas, dilanjutkan
konsentrasi hb
kemerahan, nyeri, atau
dan kekurangan bengkak pada ekstremitas
volume cairan
2. Terapeutik
o Menghindari pemasangan
infus atau pengambilan darah
di area keterbatasan perfusi
o Menghindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstremitas pada keterbatasan
perfusi
o Menghindari penekanan dan
pemasangan torniquet pada
area yang cidera
o Melakukan pencegahan
infeksi
o Melakukan perawatan kaki
dan kuku
o Melakukan hidrasi
3. Edukasi
o Menganjurkan berhenti
merokok
o Menganjurkan berolahraga
rutin
o Menganjurkan mengecek air
mandi untuk menghindari
kulit terbakar
o Menganjurkan menggunakan
obat penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan penurun
kolesterol, jika perlu
49
50
4. Kolaborasi
o Berkolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
o Berkolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika perlu
50
51
51
52
4. Kolaborasi
o Berkolaborasi pemberian
insulin, jika perlu
o Berkolaborasi pemberian cairan
IV, jika perlu
o Berkolaborasipemberian
kalium, jika perlu
4. Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian
imunisasi jika perlu
52
53
DAFTAR PUSTAKA
53