PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan memiliki peran strategis dalam proses pengembangan
sumber daya manusia, karena hakikatnya pendidikan merupakan
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperluka dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Interprofessional Education (IPE) atau pendidikan antar profesi
merupakan salah satu konsep pendidikan yang dicetuskan oleh WHO
sebagai pendidikan yang terintegrasi untuk peningkatan kemampuan
kolaborasi. Guna mencapai hal tersebut, dibutuhkan pengembangan
kompetensi antar profesi secara terus menerus bagi mahasiswa
kesehatan. Salah satu bentuk pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan kolaborasi
antar profesi dengan focus community based, adalah melalui
pembelajaran Praktik Kerja Lapangan Terpadu.
Praktik Kerja Lapangan (PKL) Terpadu merupakan proses
pembelajaran mahasiswa yang dilakukan di masyarakat sebagai
bagian dari pelaksanaan kurikulum yang dilaksanakan di lingkungan
Poltekkes Kemenkes Banten yang dilakukan secara terpadu dengan
melibatkan mahasiswa jurusan keperawatan, kebidanan, dan analis
kesehatan sebagai proses pengalaman belajar secara tim di
masyarakat. Kelompok masyarakat terbesar di Indonesia, termasuk di
wilayah Provinsi Banten saat ini berada di wilayah pedesaan, dengan
kondisi tingkat kesehatan dan kesejahteraan yang relatif rendah
dibandingkan kelompok masyarakat lainnya. Keadaan ini hendaknya
mendorong civitas akademika untuk membantu memberdayakan
1
masyarakat pedesaan agar mereka memliliki kemampuan dan
kesejahteraan hidup yang lebih baik, melalui kegiatan pengbdian
masyarakat sebagai bagian dari implementasi Tridarma Perguruan
Tinggi.
Permasalahan yang muncul di masyarakat sering kali mebutuhkan
perhatian, pemikiran dan intervensi dari berbagai disiplin ilmu, oleh
karenanya keterpaduan dari berbagai disiplin ilmu dalam membangun
dan memberdayakan masyarakat sangat dibutuhkan. Menyadari
realitas permasalahan yang ada di masyarakat tersebut, maka saat ini
telah dikembangkan pendekatan proses pembelajaran di bidang
pendidikan kesehatan yang dikenal dengan pendekatan
“Interprofesional”. Melalui pendekatan ini mahasaiswa diberi
pengalaman belajar untuk mempelajari satu permasalah, dialisis, dan
diinrvensi oleh berbagai disiplin ilmu.
Praktik Kerja Lapangan (PKL) di masyarakat yang dilakukan
mahasiswa, hendaknya memberi pengalaman pembelajaran bagi
mahasiswa untuk menerapkan berbagai ilmu yang telah dipelajarinya,
sekaligus sebagai bagian dalam melakukan pengabdian kepada
masyarakat, oleh karena itu PKL di masyarakat perlu dipersiapkan
bukan saja sebagai bagian proses pembelajaran tetapi juga bisa
memberi manfaat yang besar bagi masyarakt. Mahasiswa dan dosen
pembimbiing lapangan dapat menunjukan keilmuannya, untuk
membantu masyarakat dalam meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan hidupnya. Sejalan dengan harapan tersebut, maka
Poltekkes Kemenkes Banten sebagai lembaga Pendidikan Tertinggi
bidang kesehatan memiliki tanggung jawab buntuk membekali
mahasiswa dalam melakukan praktik kerja lapagan sekaligus sebagai
wahana bagi para dosen di lingkungan Poltekkes Kemenkes Banten
untuk membantu msyarakat, sesuai dengan bidang ilmu yang dimiliki
nya. Praktik Kerja Lapangan memberi ruang kepada mahasiswa
2
mengenali dan memahami persoalan kesehatan yang dihadapi
masyarakat, sekaligus belajar untuk menyelesaikannya.
Bentuk intervensi utuk menangani masalah masyarakat, khususnya
masalah kesehatan yang ada di masing-masing keluarga, hendaknya
dilakukan secara “Terpadu” oleh tim yang melibatkan berbagai disiplin
ilmu. (One team one family) Poltekkes Kemenkes Banten, saat ini
memiliki tiga jurusan, yaitu keperawatan, kebidanan dan analis
kesehatan, sehingga memiiki kesempatan untuk membelajarkan
mahasiswa melaui kegiatan praktik kerja lapangan secara terpadu,
agar mahasiswa memiliki pengalaman bekerja secara tim di tengah-
tengah masyarakat, dengan tetap melakukan praktik penerapan
keilmuan sesuai dengan bidang ilmu yag dipelajarinya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Banten mampu menerapkan
pendekatan Interfrofesional Education (IPE) dan Interfrofesional
Colaboration (IPC) dalam kegiatan praktik kerja lapangan terpadu
di masyarakat.
2. Tujuan Khusus
Setelah kegiatan praktik kerja lapangan di masyarakat, mahasiswa
Poltekkes Kemnekes Banten diharapkan mampu :
a) Belajar secara tim dalam merencanakan, dan menanggulangi
masalah kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat.
b) Mengumpulkan data kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat.
c) Mengolah dan menganalisis data kesehaan individu, keluarga,
dan masyarakat.
d) Merumuskan masalah kesehatan keluarga dan masyarakat.
e) Mengidentifikasai rencana penanggulanagn masalah kesehatan
individu, keluarga, dan masyarakat.
3
f) Melakukan tindakan dan pemecahan masalah kesehatan
bersama-sama masyarakat, dan sektor lain di masyarakat.
g) Mengevaluasi pencapaian kegiatan yang telah direncanakan.
h) Merencanakan tindak lanjut kegiatan oleh puskesmas atas
rencana kegiatan yang belum terlaksana.
i) Mempresentasikan hasil kegaiatan Praktik Kerja Lapangan
Terpadu.
j) Membuat laporan tertulis hasil kegiatan Praktik Kerja Lapangan
Terpadu.
4
F. Kegiatan pra MMD
G. Kegiatan MMD
H. Kegiatan Intervensi
I. Evaluasi Hasil Kegiatan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Surat Undangan
Susunan Acara
Satuan Acara Penyuluhan
Materi Penyuluhan
Leaflet
Foto Kegiatan
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
6
3. TUJUAN PKMD
a. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat malalui upaya
swadaya masyarakat dalam meningkatkan swadaya
masyarakat dan kesejahteraan serta mutu hidup masyarakat.
b. Tujuan Khusus
1) Menumbuhkan kegiatan masyarakat.
2) Membentuk kader-kader kesehatan yang berasal dari
masyarakat yang mampu dan aktif dalam program
pembangunan kegiatan desa.
3) Terjalinnya kerja sama kegiatan dari berbagai sektor
masyarakat dengan pemerintah secara terpadu.
4) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan
turunnya angka kematian, kesakitan, perbaikan status gizi
masyarakat, dll.
7
3) Dalam hal masyarakat tidak dapat memecahkan masalah
atau kehidupan sendiri, maka pelayanan langsung
diberikan oleh sektor yang bersangkutan.
c. Pelaksanaan kegiatan
1) Kader dan mahasiswa melaksanakan masing-masing tugas
sesuai yang telah disepakati.
8
2) Kader dan pengurus desa serta petugas kesehatan
memantau kegiatan.
3) Dalam proses kegiatan selalu diadakan pertemuan-
pertemuan (POKJA-POKJA)
4) Dimonitori adalah rencana kegiatan yang disepakati.
a) Ketepatan pelaksanaan.
b) Ketepatan waktu.
c) Penerimaan dan penggunaan biaya.
d) Penyediaan dan penggunaan biaya.
e) Hasil-hasil yang ingin dicapai.
f) Jumlah dan kualitas masalah partisipasi masyarakat.
5) Penilaian (evaluasi) PKMD
a) Penilaian hasil kegiatan.
b) Penilaian hasil sementara.
c) Penilaian hasil akhir.
6) Pembinaan PKMD
Pembinaan berarti upaya-upaya untuk memelihara dan
meningkatkan kegiatan yang telah dimulai dalam menjamin
kelangsungan program.
7) Perluasan program PKMD.
Dilakukan secara bertahap.
9
menciptakan kolaborasi efektif dan pada akhirnya
meningkatkan outcome kesehatan yang diinginkan.
Pendidikan antar profesi merupakan tahap yang penting
dalam upaya mempersiapkan lulusan atau professional
kesehatan yang siap untuk bekerja secara tim dan melakukan
praktik kolaborasi dengan efektif untuk merespon atau
memecahkan masalah yang ada di masyarakat.
10
2. Prinsip Mengintegrasikan Pendidikan Antar Profesi Dalam
Pendidikan Kesehatan
Prinsip – prinsip dalam mengintegrasikan pendidikan antar profesi
dalam pendidikan kesehatan adalah :
a) Pendidikan antar profesi harus merupakan bagain integral dari
semua pendidikan tenaga kesehatan
b) Adanya kebijakan yang mendukung pelaksanaan pendidikan
antar profesi
c) Adanya komitmen yang kuat dari seluruh civitas akademik di
Institusi pendidikan untuk terlibat dalam pendidikan antar
profesi
d) Pendidikan antar profesi harus melibatkan lahan praktek,
sehingga pelaksanaan pendidikan antar profesi bisa
dilaksanakan pada tahap praktek klinik
e) Pelibatan tim dari antar profesi harus dimulai sedini mungkin
pada tahap awal persiapan, pelaksanaan dan evaluasi
f) Kohesifitas tim pendidikan antar profesi harus solid dan harus
mengurangi ego masing-masing profesi
g) Kompetensi yang dirumuskan harus memperhatikan prinsif-
prinsif;
1) Berfokus pada Klien (individu, Keluarga dan masyarakat)
2) Memperhatikan proses bukan hanya pencapaian
kompetensi
3) Dapat di aplikasikan pada semua profesi
4) Merupakan kompetensi belajar sepanjang hayat
5) Menstimulasikan active learning
6) Berdasarkan prinsif pembelajaran orang dewasa
h) Pendidikan antar profesi harus mempertimbangkan standar
pendidikan masing-masing profesi.
11
3. KOMPETENSI PENDIDIKAN ANTAR PROFESI (CORE
COMPETENSION)
Barr (1996) membedakan kompetensi profesi menjadi 3
bagian besar, yaitu kompetensi dasar, kompetensi masing-masing
profesi dan kompetensi antar profesi.
a) Kompetensi dasar merupakan kompetensi yang harus dimiliki
oleh semua tenaga kesehatan meliputi menggunakan
teknologi informasi, memberikan pelayanan yang berfokus
pada klien, melakukan praktik profesi berdasarkan bukti ilmiah
dan hasil penelitian, dan mempertahankan kualitas pelayanan.
b) Kompetensi masing-masing profesi dideskripsikan dan
ditentukan oleh masing-masing profesi. Kompetensi ini
merujuk pada peran, kewenangan dan lingkup praktik masing-
masing profesi dan diatur oleh undang-undang yang berlaku.
c) Kompetensi antar profesi atau kompetensi kolaboratif
Ada empat domain dalam kompetensi antar profesi yaitu : nilai
dan etika antar profesi, peran dan tanggungjawb, komunikasi
antar profesi dan kerja tim
1) Nilai dan etik kolaborasi antar profesi
2) Peran dan tanggungjawab
3) Dalam melakukan kolaborasi antar profesi terlebih dahulu
harus memahami pern dan tanggungjawab masing-
masing dan bagaimana peran dan tanggung jawab profesi
lain dalammemberikan pelayanan kepada klien, keluarga
dan masyarakat
4) Komunikasi antar profesi
5) Bekerja dalam tim
6) Belajar untuk berkolaborasi dalam tim berarti juga belajar
menjadi pemain yang baik di dalam tim tersebut. Perilaku
kerja tim dapat diaplikasikan setiap saat dimana ada
interaksi antar anggota tim antar profesi dengan tujuan
12
yang sama yaitu untuk memberikan pelayanan kesehatan
kepada individu, keluarga dan masyarakat.
13
5. METODE PEMBELAJARAN ANTAR PROFESI
Menurut BC’s Practice Education Commite (2013) dalam
Kurikulum dan Modul Peningkatan kapasitas tenaga
pendidikan anata profesi (Interfrepesional Education/IPE) pada
pelayanan komunitas tahun 2016), menyatakan bahwa metode
pembelajaran untuk pendidikan antar profesi tergantung pada
tingkat kedalaman dan integrasi pembelajaran di lokasi praktik.
a. Tingkat Awarness/Exposure
Pada Level ini pengalaman belajar bertujuan
memperkenalkan peserta didik pada konsep kolaborasi antar
profesi. Target strategi pembelajaran adalah pengembangan
dan terutama berfokus pada klasifikasi peran dan komunikasi
interpersonal. Tingkat pembelajaran ini dapat terjadi di kelas
maupun diberbagai lokasi praktek pembelajaran termasuk di
komunitas. Terdapat beberapa metode antara lain:
1) Pengalaman belajar lapangan sederhana
Kesempatan belajar dapat muncul pada saat peserta
didik memberikan pelayanan kesehatan bersama-sama
di komunitas mis di level keluarga.
2) Observasi/debrifing praktik lapangan
Observasi – dengan menggunakan form Observasi
Debrifing dilakukan setelah peserta didik menyelesaikan
praktik lapangan melalui diskusi satu persatu atau
penugasan tertulis
3) Reflective questioning
Refleksi dapat membantu peserta didik untuk memahami
apa yangtelah mereka observasi, lihat dan alami.
4) Interprofesional shadowing
Pengalaman ini terjadi ketika peserta didik mengikuti
kegiatan petugas kesehatan dari disiplin ilmu yang
berbeda. Dalam kegiatan ini peserta didik
14
mengobservasitugas dan tanggungjawab petugas
kesehatan tersebut. Mempelajari keunikan disiplin
kesehatan, mendiskusikan peran mereka akan tumpang
tindih. Sehingga akan muncul saling berbagi
pengetahuan sesuai dengan disiplin ilmunya masing-
masing
5) Workshop Partisipation
Partisipasi dalam workshop dengan satu fokus praktek
kolaborasi interprofesional (inter professional
collaborative Practice)
6) Clinical Round participation
Kehadiran di putaran klinis (Clinical Round)
memungkinkan untuk paparan presentasi kasus oleh
satu atau beberapa keilmuan---berfokus pada pasien
7) Patiens Rounds
Putaran pasien (patiens round). Patien dan keluarga
dilibatkan dalam diskusi putaran (ruonds discussion).
Mahasiswa harus menghadiri putaran pasien yang
mereka berikan perawatan dan bertanggungjawab
memberikan informasi pasien yang sesuai untuk diskusi.
Forum ini memberi kesempatan untuk memberikan
pertanyaan dan mendapatkan klarifikasi untuk perawatan
pasien
8) Student assisgnments
Koordinator atau pengajar mata kuliah mengenalkan
suatu variasi penugasan mahasiswa terkait hasil
pembelajaran praktek kolaborasi interprofesional.
15
b. Tingkat praktek langsung/aplikasi
Strategi pembelajaran pada level ini meningkatkan aplikasi
pengetahuan dalam praktek dan mencapai empat
kompetensi dala kolaborasi antar profesi.
Metode pembelajaran pada tingkat aplikasi :
1) Diskusi team kesehatan
2) Partisipasi/ presentasi dalam pemberian pelayanan
kesehatan
3) Chart review/audit
4) Guided interprofesional field studi
5) Partisifasi dalam simulasi IPE dan Studi kasus
6) Partisipasi/presentasi translasi pengetahuan
7) E-Learning Interaktif
c. Tingkat penguasaan/integrasi
Level pembelajaran tingkat lanjut dan kompleks yang
memprioritaskan pembelajaran interprofesional sebagai
prioritas dalam proses belajar. Peserta didik
mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan mereka
dalam lingkungan interprofesional dan secara aktif
berpartisipasi sebagai anggota tim dalam pemberian
pelayanan kesehatan dan pengambilan keputusan secara
kolaboratif.
Metode pembelajaran pada tingkat penguasaan/integrasi:
1) Enhanced praktik IPE
2) Health care team challenge projects
3) IP student lead community projects
4) IP quality improvement initiatives
5) IP research aktivities
6) Student’s mentoring for pre-licensure students
7) Students Presentation
16
8) Student’s run health Klinik
17
Strategi gerakan masyarakat adalah cara untuk
menumbuhkan dan mengembangkan norma yang membuat
masyarakat mampu untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
Program ini merupakan program terbaru dibawah kepemimpinan
presiden Joko Widodo yang dibentuk pada tanggal 15 November
2016 di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Program GERMAS ini juga diresmikan di sembilan wilayah
lainnya, yaitu: Kabupaten Bogor (Jawa Barat), Kabupaten
Pandeglang (Banten), Kota Batam (Kepulauan Riau), Kota Jambi
(Jambi), Surabaya (Jawa Timur), Madiun (Jawa Timur), Pare-
pare (Sulawesi Selatan), Kabupaten Purbalingga (Jawa Tengah),
Kabupaten Padang Pariaman (Sumatera Barat).
2. Tujuan GERMAS
a. Menumbuh kembangkan potensi masyarakat yang artinya
segala potensi masyarakat perlu dioptimalkan untuk
mendukung dan membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat.
b. Kesehatan terjaga.
c. Produktif.
d. Biaya untuk berobat berkurang.
18
dan memperkuat sumberdaya yang dimiliki untuk mencapai
kemajuan
Sehingga diharapkan dapat terciptanya kondisi :
1) Tumbuh kembangnya berbagai upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat serta meningkatnya
kemampuan dan kemandirian dalam PHBS
2) Adanya upaya kesehatan yang bersumber dari
masyarakat seperti Posyandu, Pos Obat Desa (POD)
3) Masyarakat menjadi peserta dana sehat (JPKM)
4. Sasaran GERMAS
Seluruh anggota masyarakat baik secara perorangan
kelompok maupun tokoh masyarakat yang menjadi panutan di
setiap tatanan yang ada di masyarakat.
19
3) Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
4) ANC terpadu
5) Kelas Ibu Hamil
6) APN (Asuhan Persalinan Normal)
7) RTK (Rumah Tunggu Kelahiran)
8) Kemitraan Bidan Dukun
9) KB Postpartum
10) PONED/ PONEK
b. Bayi
1) Deteksi pengembangan Inteligensia dan upaya stimulasi
sensomotorik
2) ASI eksklusif
3) Imunisasi dasar lengkap
4) Pemberian makan
5) Penimbangan
6) Vit A
7) MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)
c. Balita
1) Deteksi pengembangan Inteligensia dan upaya stimulasi
Kognitif
2) SDIDTK (Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang)
3) Imunisasi
4) Gizi
5) Kolaborasi PAUD, Bina Keluarga Balita, dan Posyandu
6) Deteksi dan Simulasi kognitif
d. Anak-anak
1) Optimalisasi kesiapan belajar dan pengembangan model
belajar yang efektif
2) UKS (Unit Kesehatan Sekolah)
3) Imunisasi anak sekolah
20
4) Penjaringan anak usia sekolah
5) PMT (Pemberian Makanan Tambahan)
e. Remaja
1) Identifikasi dan optimalisasi kecerdasan majemuk pada
remaja
2) Kesehatan reproduksi
3) Konseling gizi HIV/AIDS dan NAPZA
4) Tablet Fe
5) Konseling Kesehatan Reproduksi
f. Dewasa
1) Promosi Gaya Hidup Otak Sehat, mandiri dan produktif
2) KB bagi Pasangan Usia Subur
3) PKRT (Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga)
4) Deteksi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular
5) Kesehatan olahraga dan kesehatan kerja
g. Lansia
1) Deteksi gangguan kognitif untuk mengoptimalkan
kualitas hidup
2) Posyandu Lansia
3) Peningkatan kualitas Hidup Mandiri
4) Perlambatan proses Degeneratif
21
d. Adanya kader yang mampu menjadi fasilitator kesehatan di
desa.
e. Berjalannya kegiatan posyandu
f. Adanya Pos Obat Desa
g. Adanya rancangan kegiatan pembangunan kesehatan (PHBS)
di desa hasil MMD.
h. Adanya kegiatan gerakan pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan.
i. Adanya dokumentasi proses dan hasil kegiatan.
j. Adanya rencana tindak lanjut atau kegiatan yang
berkesinambungan.
k. Adanya dukungan sumberdaya maupun kebijakan dari
pengambil keputusan maupun lintas sektor terkait.
22
Pendekatan Edukatif dan Manajemen ARRIF (Analisis,
Rumusan, Rencana, Intervensi, Forum Komunikasi)
Dalam melaksanakan gerakan masyarakat perlu
memperhatikan karakteristik masyarakat setempat yang
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a) Masyarakat Pembina (caring community)
Yaitu masyarakat yang peduli kesehatan misalnya :
LSM kesehatan, Organisasi Profesi yang bergerak di
bidang kesehatan.
b) Masyarakat setara (Coping Community)
Yaitu masyarakat yang karena kondisinya kurang
memadai sehingga tidak dapat memelihara
kesehatannya. Misalnya seorang ibu sadar akan
pentingnya memeriksakan kehamilan, tetapi karena
keterbatasan ekonomi dan tidak adanya transportasi
maka si ibu tidak pergi ke sarana pelayanan kesehatan
c) Masyarakat pemula (Crisis response Community)
Yaitu masyarakat yang tidak tahu akan pentingnya
kesehatan dan belum didukung oleh fasilitas yang
tersedia Misalnya masyarakat di lingkungan kumuh dan
daerah terpencil
23
Cara melakukan pendekatan tokoh masyarakat melalui:
kunjungan rumah, pertemuan perorangan, pembicaraan
informal di berbagai kesempatan dan pertemuan lainnya
Setelah para tokoh masyarakat didekati secara
interpersonal, perlu diadakan pembahasan bersama diantara
para tokoh masyarakat tersebut, antara lain melalui:
1) Pertemuan khusus/tersendiri mengenai kesehatan
2) Forum komunikasi yang sudah ada
Selain pendekatan terhadap tokoh masyarakat, pendekatan
terhadap para pelaksanaan dari sektor-sektor di berbagai
tingkat administrasi juga perlu dilakukan. Tujuannya selain
mereka memahami dan memberikan dukungannya, juga
merumuskan kebijaksanaan dan pola pelaksanaannya secara
menyeluruh
b. Pengenalan masalah kesehatan oleh masyarakat
c. Perumusan upaya penanggulangan masalah oleh masyarakat
d. Pembinaan dan pengembangan
Setiap pelaksanaan program harus dibina agar tenaga
pembangunan kesehatan desa mantap jalannya.Setelah
mantap harus dikembangkan agar tak jenuh dan makin maju
tingkat pencapaiannya. Pemantapan dan pembinaan juga
bermaksud memantapkan dan membina pengetahuan,sikap,
keterampilan dan motivasi para tenaga pembangunan
kesehatan desa dan masyarakat sendiri di bidang-bidang
khusus yang mudah dimilikinya.
Pembinaan dan pengembangan dapat dilakukan dengan
berbagai cara antara lain:
1) Forum komunikasi
2) Mempertunjukkan film-film pembangunan kesehatan
3) Kunjungan tamu-tamu dari luar desa
4) Wisata karya ke desa-desa maju lainnya
24
5) Perlombaan-perlombaan desa sehat secara teratur
6) Penerbitan berkala khusus untuk tenaga-tenaga
pembangunan desa
7) Supervisi
25
12. Peningkatan Gaya Hidup Sehat Dengan Perilaku Cerdik
Dan Patuh
U
Upayakan beraktivitas fisik dengan aman,
H
Hindari rokok, alkohol dan zat karsinogenik
lain
ya
26
DIAGRAM PIE 3.1
DISTRIBUSI FREKUENSI KK BERDASARKAN UMUR
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
< 20 Tahun
20 -60 Tahun
> 60 Tahun
86%
Diagram Pie 3.1 diatas menunjukan bahwa 86% kepala keluarga di Desa
Seuat berusia 20 – 60 tahun.
TABEL 3.2
Tabel 3.2 diatas menunjukan bahwa 90% kepala keluarga di Desa Seuat
Laki-Laki.
27
DISTRIBUSI FREKUENSI KEPALA KELUARGA BERDASARKAN
AGAMA
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
PENDIDIKAN
50%
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
28
DIAGRAM BATANG 3.4
DISTRIBUSI FREKUENSI KK BERDASARKAN PEKERJAAN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
PEKERJAAN
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
PENGHASILAN
>UMR
20%
<UMR
80%
Diagram PIE 3.5 diatas menunjukan bahwa 80% kepala keluarga di Desa
Seuat berpenghasilan dibawah UMR.
29
DIAGRAM PIE 3.6
DISTRIBUSI FREKUENSI KK BERDASARKAN PENGELUARAN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
PENGELUARAN
<UMR
20%
>UMR
80%
SUKU BANGSA
Jawa Sunda
2%
98%
Diagram Pie 3.7 diatas menunjukan bahwa 98% Kepala Keluarga Suku
Bangsa Sunda di Desa Seuat.
30
TABEL 3.8
DISTRIBUSI FREKUENSI ANGGOTA KELUARGA BERDASARKAN
JENIS KELAMIN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
0-1 Tahun
1-5 Tahun
6-12 Tahun
19%
13-19 Tahun
20-45 Tahun
46-60 Tahun
>60 Tahun
28%
21%
Diagram Pie 3.9 diatas menunjukan 28% anggota keluarga di Desa Seuat
berusia 20-45.
31
DIAGRAM BATANG 3.10
DISTRIBUSI FREKUENSI ANGGOTA KELUARGA BERDASARKAN
JENIS PEKERJAAN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
PEKERJAAN
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
PENDIDIKAN
50%
40%
30%
20%
10%
0%
32
DISTRIBUSI FREKUENSI ANGGOTA KELUARGA BERDASARKAN
AGAMA
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
33%
22%
16%
14%
7%
5%
3%
0-1 Tahun 1-5 Tahun 6-12 Tahun 13-19 Tahun 20-45 Tahun 46-60 Tahun >60 Tahun
33
DIAGRAM BATANG 3.14
DISTRIBUSI FREKUENSI KESAKITAN ANGGOTA KELUARGA
BERDASARKAN JENIS PENYAKIT
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
JENIS PENYAKIT
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
34
DIAGRAM BATANG 3.15
DISTRIBUSI FREKUENSI KESAKITAN ANGGOTA KELUARGA
BERDASARKAN UPAYA PENGOBATAN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
UPAYA PENGOBATAN
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
TABEL 3.16
DISTRIBUSI FREKUENSI PENDERITA TBC BERDASARKAN
RUTINITAS MINUM OBAT
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
YA 2 67%
TIDAK 1 33%
JUMLAH 3 100%
Tabel 3.16 diatas menunjukan bahwa masih ada penderita TBC yang
tidak rutin minum obat di Desa Seuat.
35
DIAGRAM BATANG 3.17
DISTRIBUSI FREKUENSI PENDERITA HIPERTENSI BERDASARKAN
RUTINITAS MINUM OBAT
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
YA TIDAK
TABEL 3.18
DISTRIBUSI FREKUENSI KEMATIAN ANGGOTA KELUARGA
BERDASARKAN JENIS KELAMIN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL2018
LAKI-LAKI 9 45%
PEREMPUAN 11 55%
JUMLAH 20 100%
36
DIAGRAM BATANG 3.19
DISTRIBUSI FREKUENSI KEMATIAN ANGGOTA KELUARGA
BERDASARKAN USIA
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
USIA KEMATIAN
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
0-1 Tahun 1-5 Tahun 6-19 Tahun 20-60 Tahun >60 Tahun
TABEL 3.20
DISTRIBUSI FREKUENSI KEMATIAN ANGGOTA KELUARGA
BERDASARKAN PENYEBAB KEMATIAN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
KECELAKAAN 3 15%
JUMLAH 20 100%
37
TABEL DAN DIAGRAM 3.21
DISTRIBUSI FREKUENSI KELAHIRAN ANGGOTA KELUARGA
BERDASARKAN JENIS KELAMIN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL
PEREMPUAN 33 35%
JUMLAH 93 100%
4-6 - -
7-9 92 99%
>9 1 1%
JUMLAH 92 100%
38
TABEL 3.23
DISTRIBUSI FREKUENSI KELAHIRAN ANGGOTA KELUARGA
BERDASARKAN PANJANG BADAN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
30-40 19 20%
>40 74 80%
JUMLAH 93 100%
Tabel 3.23 diatas menunjukan bahwa 20% masih ada kelahiran anggota
keluarga di Desa Seuat dengan panjang badan 30 - 40 cm.
TABEL 3.24
DISTRIBUSI FREKUENSI KELAHIRAN ANGGOTA KELUARGA
BERDASARKAN BERAT BADAN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
Tabel 2.25 diatas menunjukan bahwa 32% masih ada anggota keluarga di
Desa Seuat bersalin di rumah.
39
DIAGRAM PIE 3.26
DISTRIBUSI FREKUENSI KELAHIIRAN ANGGOTA KELUARGA
BERDASARKAN PENOLONG PERSALINAN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
PENOLONG PERSALINAN
LINAKES
SELAIN LINAKES (PARAJI)
Diagram Pie 2.26 diatas menunjukan bahwa 22% masih ada kelahiran
yang ditolong paraji di Desa Seuat.
TABEL 3.27
DISTRIBUSI FREKUENSI IBU HAMIL BERDASARKAN PEMERIKSAAN
KEHAMILAN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
YA 40 98%
TIDAK 1 2%
JUMLAH 41 100%
Tabel 3.27 diatas menunjukan bahwa 2% masih ada ibu hamil di Desa
Seuat yang tidak memeriksakan kehamilan.
40
TABEL 3.28
DISTRIBUSI FREKUENSI PEMERIKSAAN KEHAMILAN BERDASARKAN
ALASAN TIDAK DIPERIKSA
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
Tabel 3.28 diatas menunjukan bahwa 100% alasan ibu hamil tidak
memeriksakan kehamilan karena merasa tidak perlu
TABEL 3.29
DISTRIBUSI FREKUENSI IBU HAMIL BERDASARKAN PEMERIKSAAN
HAMIL ≥4 X
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
IYA 26 63%
TIDAK 15 37%
JUMLAH 41 100%
Tabel 3.29 diatas menunjukan bahwa 39% masih ada ibu hamil yang tidak
memeriksakan kehamilan.
41
DIAGRAM PIE 3.30
DISTRIBUSI FREKUENSI IBU HAMIL BERDASARKAN MINUM FE
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
MINUM FE
TIDAK
27%
IYA
73%
Diagram Pie 3.30 diatas menunjukan bahwa 27% masih ada ibu hamil di
Desa Seuat tidak mengkonsumsi FE.
IMUNISASI TT
TIDAK
49% YA
51%
Diagram pie 3.31 diatas menunjukan bahwa 49% ibu hamil di Desa Seuat.
masih ada yang tidak melakukan imunisasi TT
TABEL 3.32
42
DISTRIBUSI FREKUENSI BAYI BERDASARKAN ASI EKSKLUSIF
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
YA 91 90%
TIDAK 10 10%
JUMLAH 101 100%
Tabel 3.32 diatas menunjukan bahwa 10% bayi Di Desa Seuat masih ada
yang tidak di beri ASI Eksklusif.
DIAGRAM 3.33
DISTRIBUSI FREKUENSI BAYI BERDASARKAN IMUNISASI LENGKAP
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
IMUNISASI LENGKAP
TIDAK
41%
YA
59%
Diagram pie 3.33 diatas menunjukan bahwa 41% bayi di Desa Seuat
masih ada yang belum melakukan imunisasi lengkap .
TABEL 3.34
43
DISTRIBUSI FREKUENSI BAYI DAN BALITA BERDASARKAN
GANGGUAN GIZI
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
TIDAK 186 99 %
JUMLAH 188 100 %
Tabel 3.34 diatas menunjukan bahwa terdapat 1% bayi dan balita yang
masih mengalami gangguan gizi
TABEL 3.35
DISTRIBUSI BAYI DAN BALITA BERDASARKAN RUTIN KE POSYANDU
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
TIDAK 63 34%
JUMLAH 188 100%
Tabel 3.35 diatas menunjukan bahwa 34% bayi dan balita di Desa Seuat
masih ada yang tidak rutin datang ke posyandu
44
DISTRIBUSI FREKUENSI PASANGAN USIA SUBUR BERDASARKAN
AKSEPTOR KB
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
AKSEPTOR KB
YA TIDAK
36%
64%
Diagram pie 3.36 diatas menunjukan bahwa 36% pasangan usia subur di
Desa Seuat masih ada yang belum menggunakan alat kontrasepsi
TABEL 3.37
DISTRIBUSI FREKUENSI PASANGAN USIA SUBUR BERDASARKAN
JENIS ALAT KONTRASEPSI
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
IMPLAN 25 5%
JUMLAH 457 100%
45
DISTRIBUSI FREKUENSI PASANGAN USIA SUBUR BERDASARKAN
ALASAN TIDAK KB
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
ALASAN TIDAK KB
50%
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
TABEL 3.39
DISTRIBUSI FREKUENSI LANSIA BERDASARKAN AKTIVITAS
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
YA 103 73%
TIDAK 39 27%
Tabel 3.39 diatas menunjukan bahwa 27% lansia di Desa Seuat masih
ada yang tidak melakukan aktivitas
46
DIAGRAM BATANG 3.40
DISTRIBUSI FREKUENSI LANSIA MENDERITA SAKIT
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
51%
51%
50%
50%
49%
49%
48%
YA TIDAK
Diagram batang 3.40 diatas menunjukan bahwa 51% lansia di Desa Seuat
masih ada yang menderita sakit.
47
DIAGRAM BATANG 3.41
DISTRIBUSI FREKUENSI LANSIA BEDASARKAN PERKUMPULAN
LANSIA
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
PERKUMPULAN LANSIA
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
YA TIDAK
TABEL 3.42
DISTRIBUSI FREKUENSI LANSIA BERDASARKAN JENIS
PERKUMPULAN LANSIA
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
48
DISTRIBUSI FREKUENSI LANSIA BERDASARKAN OLAHRAGA LANSIA
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
160
140
120
100
80
60
40
20
0
YA TIDAK
TABEL 3.44
DISTRIBUSI FREKUENSI PRILAKU HIDUP SEHAT BERDASARKAN
RUTINITAS MAKAN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
1 KALI 3 0%
2 KALI 169 16%
3 KALI 706 69%
TIDAK TENTU 152 15%
JUMLAH 1030 100%
49
DIAGRAM BATANG 3.45
DISTRIBUSI FREKUENSI PRILAKU HIDUP SEHAT BERDASARKAN
KONSUMSI SAYUR
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL
MENGKONSUMSI SAYUR
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
YA TIDAK
TABEL 3.46
DISTRIBUSI FREKUENSI PRILAKU HIDUP SEHAT BERDASARKAN
RUTINITAS MANDI
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
1 KALI 0 0
2 KALI 781 76 %
3 KALI 88 8%
TIDAK TENTU 161 16 %
JUMLAH 1030 100%
Tabel 3.46 diatas menunjukan bahwa 16% warga di Desa Seuat masih
ada yang mandi tidak tentu dalam sehari.
50
DIAGRAM BATANG 3.47
DISTRIBUSI FREKUENSI PRILAKU HIDUP SEHAT BERDASARKAN
TEMPAT MANDI KELUARGA
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
TEMPAT MANDI
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
SUNGAI / KALI PEMANDIAN UMUM KAMAR MANDI MILIK SENDIRI
TABEL 3.48
DISTRIBUSI FREKUENSI PRILAKU HIDUP SEHAT BERDASARKAN
BAB DI JAMBAN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
YA 727 71 %
TIDAK 303 29 %
Tabel 3.48 diatas menunjukan bahwa 29% warga di Desa Seuat masih
ada yang tidak BAB di jamban.
51
DIAGRAM BATANG 3.49
DISTRIBUSI FREKUENSI PRILAKU HIDUP SEHAT BERDASARKAN
TEMPAT BAB
YANG TIDAK MEMILIKI JAMBAN DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
SUNGAI/ SELOKAN KOLAM KEBUN
TABEL 3.50
DISTRIBUSI FREKUENSI PRILAKU HIDUP SEHAT BERDASARKAN
KELUARGA MEROKOK
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
YA 873 85 %
TIDAK 157 15 %
JUMLAH 1030 100 %
52
DIAGRAM BATANG 3.51
DISTRIBUSI FREKUENSI PRILAKU HIDUP SEHAT BERDASARKAN
RUTINITAS OLAHRAGA
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
OLAHRAGA
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
YA TIDAK
53
TABEL 3.52
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS KESEHATAN LINGKUNGAN
BERDASARKAN KEPEMILIKAN RUMAH
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
YA 920 89 %
TIDAK 110 11 %
Tabel 3.52 diatas menunjukan bahwa 11% masih ada warga yang tidak
memiliki rumah sendiri.
54
DIAGRAM PIE 3.53
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS KESEHATAN LINGKUNGAN
BERDASARKAN KONSTRUKSI RUMAH
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
KONSTRUKSI RUMAH
11%
22%
PERMANEN
SEMI PERMANEN
TIDAK PERMANEN
67%
Diagram pie 3.51 diatas menunjukan bahwa 11% masih ada konstruksi
rumah warga yang tidak permanen.
TABEL 3.54
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS KESEHATAN LINGKUNGAN
BERDASARKAN PENCAHAYAAN RUMAH
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
REMANG-REMANG 196 19 %
MASUK TIDAK MERATA 338 33 %
BISA UNTUK MEMBACABAIK 496 48 %
JUMLAH 1030 100 %
55
DIAGRAM PIE 3.55
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS LINGKUNGAN BERDASARKAN
KEBERSIHAN RUMAH
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
KEBERSIHAN RUMAH
21%
YA
TIDAK
79%
Diagram pie 3.55 diatas menunjukan bahwa 21% sebagian besar rumah
warga tidak bersih.
56
TABEL 3.56
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS KESEHATAN LINGKUNGAN
BERDASARKAN KEPEMILIKAN JAMBAN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
YA 727 71%
TIDAK 303 29%
JUMLAH 1030 100%
Tabel 3.56 diatas menunjukan bahwa 29% sebagian warga tidak memiliki
jamban.
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
< 5 meter 5 – 9 meter >10 meter
57
TABEL 3.58
PDAM 58 6%
SUMUR 875 85 %
SUNGAI 5 6%
MATA AIR TERLINDUNG 74 7%
LAIN-LAIN 18 2%
JUMLAH 1030 100 %
Tabel 3.58 diatas menunjukan bahwa 85% sebagian besar sumber air
warga berasal dari air sumur.
58
DIAGRAM PIE 3.59
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS KESEHATAN LINGKUNGAN
BERDASARKAN
PENGELOLAAN SAMPAH
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
PENGELOLAAN SAMPAH
10%
DI BAKAR
DI BUANG SEMBARANGAN
90%
Diagram pie 3.59 diatas menunjukan bahwa 90% sebagian besar warga
mengelola sampah dengan dibakar.
TABEL 3.60
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS KESEHATAN LINGKUNGAN
BERDASARKAN
PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH TANGGA
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
PENGELOLAAN
FREKUENSI PERSENTASE
LIMBAH
TERBUKA 888 86%
TERTUTUP 142 14%
JUMLAH 1030 100%
59
Tabel 3.60 diatas menunjukan bahwa 86% sebagian besar pengelolaan
limbah rumah tangga adalah terbuka.
KEPEMILIKAN TERNAK
18%
YA
TIDAK
82%
Diagram pie 3.61 diatas menunjukan bahwa 82% sebagian besar warga
tidak memiliki hewan ternak.
DALAM RUMAH 10 6%
MENEMPEL DENGAN RUMAH
60
41 22%
DILUAR/JAUH DARI RUMAH
134 72%
JUMLAH
185 100%
PEMANFAATAN PEKARANGAN
YA TIDAK
46%
54%
TABEL 3.64
61
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS KESEHATAN LINGKUNGAN
BERDASARKAN JENIS PEMANFAATAN PEKARANGAN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018
PERKEBUNAN 245 49 %
TANAMAN BUNGA 72 15 %
TANAMAN OBAT 17 3%
LAIN-LAIN 161 33 %
62
Acara dibuka oleh pembawa acara dengan membaca lafadz Basmalah.
Acara dilanjutkan dengan membacakan susunan acara. Adapun susunan
acara sebagai berikut, sambutan dari dosen pembimbing H. Thoha SKM, BSc
memberikan sambutan tentang Survey Mawas Diri (SMD) dan hasil masalah
yang ditemukan oleh mahasiswa di desa Seuat. Sambutan yang terakhir oleh
Bapak oleh Bapak Usup selaku Kepala desa mengenai penyampaian ucapan
terimakasih atas pendataan yang dilakukan oleh mahasiswa, sehingga
mendapatkan masalah kesehatan yang ada di desa Seuat.
63
j. Banyaknya lansia yang tidak aktif di kelompok lansia berhubungan
dengan tidak adanya POSBINDU bagi Lansia.
k. Banyaknya tempat pembuangan limbah yang terbuka dan berbau
sebanyak 86%
Penyajian yang dibawakan oleh Amanda Nuari Solihah dan Defa Rizki
Aulia acara dilanjutkan dengan pengesahan permasalahan yang ada di desa
Seuat ditanda tangani oleh Bapak Usup selaku Kepala desa.
Acara selanjutnya penutupan kegiatan Pra MMD yang diakhhiri oleh doa
yang dipimpin oleh Bapak Ahmad Taufik selaku Sekretaris Desa.
64
yang pertama menyanyikan lagu Mars Poltekkes Kemenkkes Banten, kedua
laporan panitia MMD oleh mahasiswa Singgih Ibnu Marsan, ketiga sambutan
dari ketua pelaksana yang dibawakan oleh tokoh masyarakat yaitu Bapak
Ahmad Taufik. Beliau memberikan sambutan tentang ucapan terimakasih
kepada masyarakat yang berantusias hadir dalam acara musyawarah
masyarakat desa dan juga menginformasikan bahwa mencegah lebih baik
daripada mengobati dengan itu masalah kesehatan terutama di Desa Seuat
harus diuraikan dan dibahas secara bersama.
Acara dilanjutkan oleh Amanda Nuari Solihah dan Defa Rizki Aulia
yang langsung mengambil alih acara untuk dilanjutkan dengan penyepakatan
rencana penanggulangan masalah adapun intervensi yang telah disepakati
dengan masyarakat sebagai berikut: Pembentukan POSBINDU dan
65
pemberdayaan kader, melakukan penyuluhan kesehatan tentang imunisasi,
hipertensi, dan pengelolaan limbah yang tepat serta membuat tong sampah
dari bahan bekas dan melakukan kerja bakti di lingkungan sekitar desa
Seuat.
66
1. Kegiatan Intervensi
--
--
- - - --
- -- -
-
-
-
- --
- -
- -
67
68
A. Evaluasi Hasil Kegiatan
Setelah dilakukan intervensi dari setiap permasalahan didapatkan hasil
evaluasi yaitu :
1. Penderita hipertensi yang tidak minum obat hipertensi
Setelah dilaksanakan intervensi berupa penyuluhan terhadap
penderita hipertensi yang tidak minum obat hipertensi yang di
hadiri oleh bidan Novia Amd.Keb, ibu kader RW 01 dan RW 02
serta dosen pembimbing yaitu Ibu Ibu Dina Srimawaddah S.Si dan
Ibu Wenti Dwi Febriani. yang disajikan oleh Amelia Nurul Hakim
bertempat di Balai Desa Seuat. Penyaji menjelaskan menggunakan
media leaflet dan Power Point. Setelah dilakukan penyuluhan
respon penderita hipertensi sangat antusias, dibuktikan dengan
hadirnya 25 orang dan 3 pertanyaan yang diajukan, maka dapat
disimpulkan bahwa penderita hipertensi mengetahui pentingnya
meminum obat hipertensi dan pentingnya memeriksakan
keadaannya ke fasilitas kesehatan. Pada pemeriksaan tekanan
darah didapatkan 3 orang yang tekanan darahnya mendekati 170
mmhg, setelah itu keesokan harinya dilakukan pemeriksaan
Madical Chack Up untuk kemudian menganjurkan pemeriksaan
lanjutan ke puskesmas untuk mendapatkan intervensi.
2. Imunisasi Bayi Tidak Lengkap
Setelah dilaksanakan intervensi berupa penyuluhan terhadap
Imunisasi Tidak Lengkap yang di hadiri oleh bidan Novia, Amd.Keb
dan dosen pembimbing yaitu Ibu Dina Srimawaddah S.ST dan Ibu
Wenti Dwi Febriani. yang disajikan oleh Aini Robbiyanthy
bertempat di Balai Desa Seaut. Penyaji menjelaskan menggunakan
media leafleat, power point. Setelah dilakukan penyuluhan respon
69
ibu yang memiliki anak 0-12 bulan sangat antusias, dibuktikan
dengan hadirnya 25 orang dan 3 pertanyaan yang diajukan, maka
dapat disimpulkan bahwa ibu yang mempunyai bayi umur 0-12
bulan mengerti tentang pentingnya pemberian dan manfaat
imunisasi pada bayi serta mau datang ke fasilitas kesehatan untuk
mengimunisasikan bayinya.
70
Aini Robbiyanthy bertempat Balai Desa Seuat. Penyaji
menjelaskan menggunakan media Power Point. Setelah dilakukan
penyuluhan respon para kader sangat antusias, dibuktikan 3
pertanyaan yang diajukan dan kader siap merealisasikan
POSBINDU di Desa Seuat, maka dapat disimpulkan bahwa, kader
mengerti tentang mekanisme pelaksanaan POSBINDU.
71
BAB IV
PEMBAHASAN
72
Setelah dilakukan implementasi mengenai pelatihan kader di Desa
Seuat, secara keseluruhan mahasiswa berhasil dalam melakukan
pelatihan kader. Hal ini dilihat dari mampunya kader dalam menjelaskan
kembali tentang pentingnya POSBINDU bagi lansia dan mampu
melakukan simulasi pemeriksaan kesehatan yang telah diajarkan oleh
mahasiswa. Implementasi yang belum terealisasikan yaitu pembentukan
POSBINDU di Desa Seuat karena terhambat dengan masalah
pendanaan. Saran penanggulangan untuk permasalahan ini yaitu
masyarakat bisa memanfaatkan pelayanan posyandu yang terletak di
RW 01, 03 dan 04. sebagai sarana untuk pemberdayaan lansia seperti
pemeriksaan kesehatan dan senam lansia.
73
Setelah dilakukan implementasi mengenai permasalahan tersebut
mahasiswa secara keseleruhan berhasil membuat masyarakat mengerti
dan mampu menggerakkan masyarakat untuk menanggulangi sampah
secara baik dan benar.
Saran yang diberikan oleh mahasiswa yaitu selain pembuatan
pembuangan limbah juga harus digabungkan dengan adanya perubahan
perilaku dari setiap masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih dan
sehat.
74
hipertensi dan pengobatan secara tradisional sebagai bentuk
pencegahan penyakit hipertensi.
Saran mahasiswa atas masalah tersebut yaitu harus sering
memeriksakan kesehatan ke fasilitas kesehatan secara rutin agar dapat
mendeteksi dini dalam pencegahan penyakit hipertensi.
75
Intervensi dari masalah tersebut yaitu membuat percontohan WC
dengan biaya seminimal mungkin dan melakukan penyuluhan tentang
perilaku hidup bersih dan sehat dan menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Implementasi dari masalah tersebut yaitu dilakukan penyuluhan
mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat pada hari Kamis
tanggal 26 April 2018 pukul 09.00 WIB. Sedangkan untuk implementasi
pembuatan WC belum terealisasikan karena itu dilakukan dalam waktu
jangka panjang oleh masyaakat Desa Seuat.
Saran yang diberikan mahasiswa yaitu masyarakat dapat
menerapkan hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari dan
segera terlaksananya pembangunan jamban di Desa Seuat.
76
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kegiatan PKL terpadu PKMD Mahasiswa Politeknik Kesehatan
Kemenkes Banten telah dilaksanakan pada tanggal 16 hingga 28 April
2018 di Desa Seuat Kecamatan Petir Kabupaten Serang Provinsi Banten.
Setelah dilakukan Survei Mawas Diri selama 2 hari yaitu pada tanggal 17
hingga 18 April 2018 telah berhasil mendapatkan data kesehatan dari
Masyarakat Desa Seuat. Dilihat dari segi perekonomian, mata
pencaharian Desa Seuat sangat mayoritas adalah buruh (42%), dalam
segi agama 100 % beragama islam, pendidikan kepala keluarga
mayoritas tamat SD (48%), kepala keluarga mayoritas laki-laki dan umur
kepala keluarga mayoritas 20-60 tahun (86%). Masalah yang terdapat di
Desa Seuat diantaranya adalah :
1. Terdapat masyarakat yang terdiagnosis TB Paru
2. Masih terdapat bayi dan balita yang tidak di imunisasi
3. Masih terdapat masyarakat yang menderita hipertensi
4. Masih terdapat ibu bersalin yang di tolong oleh Non- Nakes,
5. Terdapat bayi dan balita yang menderita gangguan gizi
6. Masih terdapat Pasangan Usia Subur yang tidak menggunakan alat
kontrasepsi
7. Masih terdapat keluarga yang tidak memiliki jamban,
8. Banyaknya masyarakat yang merokok,
9. Masih terdapat keluarga yang pengelolaan sampahnya di buang
sembarangan,
10. Banyaknya Lansia yang tidak aktif di kelompok lansia,
11. Banyaknya tempat pembuangan limbah yang terbuka dan berbau
77
Intervensi yang dilakukan berdasarkan masalah yang timbul sesuai hasil
Survei Mawas Diri yang telah dilakukan selama 2 hari.
4.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Harapan kami kepada mahasiswa agar selalu bekerjasama,
mengesampingkan ego dan saling berkomunikasi dengan baik dalam
menjalankan PKL Terpadu. Agar mahasiswa dapat mengambil
pelajaran dan pengalaman dari apa yang telah didapat selama
menjalankan PKL Terpadu dan dapat menerapkannya di lingkungan
pekerjaan. Mahasiswa disarankan agar membawa jaminan kesehatan
yang dimiliki.
2. Bagi Institusi
Di harapkan dalam pembekalan PKL Terpadu hendaknya
diberikan lebih intensif untuk memantapkan pengetahuan dan
persiapan dalam pelaksanaan PKL Terpadu. Diharapkan untuk lebih
meningkatkan fasilitas dalam hal keterkesediaan alat MCU di setiap
Desa. Diharapkan tersedia basecamp pembimbing disetiap desa
untuk memudahkan proses konsultasi.
3. Bagi Desa
Harapan kami kepada Kepala Desa serta jajarannya yang telah
dibantu oleh kader dan masyarakat Desa Seuat agar dapat
melanjutkan kegiatan yang telah dilakukan oleh Mahasiswa Politeknik
Kesehatan Kemenkes Banten agar apa yang telah kami berikan dapat
bermanfaat bagi masyarakat. Serta kami mengaharapkan kepada
masyarakat Desa Seuat agar dapat merubah kebiasaan buruk
menjadi lebih baik setelah diberikan penyuluhan oleh Mahasiswa
Politeknik Kesehatan Kemenkes Banten.
78