Anda di halaman 1dari 78

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan memiliki peran strategis dalam proses pengembangan
sumber daya manusia, karena hakikatnya pendidikan merupakan
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperluka dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Interprofessional Education (IPE) atau pendidikan antar profesi
merupakan salah satu konsep pendidikan yang dicetuskan oleh WHO
sebagai pendidikan yang terintegrasi untuk peningkatan kemampuan
kolaborasi. Guna mencapai hal tersebut, dibutuhkan pengembangan
kompetensi antar profesi secara terus menerus bagi mahasiswa
kesehatan. Salah satu bentuk pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan kolaborasi
antar profesi dengan focus community based, adalah melalui
pembelajaran Praktik Kerja Lapangan Terpadu.
Praktik Kerja Lapangan (PKL) Terpadu merupakan proses
pembelajaran mahasiswa yang dilakukan di masyarakat sebagai
bagian dari pelaksanaan kurikulum yang dilaksanakan di lingkungan
Poltekkes Kemenkes Banten yang dilakukan secara terpadu dengan
melibatkan mahasiswa jurusan keperawatan, kebidanan, dan analis
kesehatan sebagai proses pengalaman belajar secara tim di
masyarakat. Kelompok masyarakat terbesar di Indonesia, termasuk di
wilayah Provinsi Banten saat ini berada di wilayah pedesaan, dengan
kondisi tingkat kesehatan dan kesejahteraan yang relatif rendah
dibandingkan kelompok masyarakat lainnya. Keadaan ini hendaknya
mendorong civitas akademika untuk membantu memberdayakan

1
masyarakat pedesaan agar mereka memliliki kemampuan dan
kesejahteraan hidup yang lebih baik, melalui kegiatan pengbdian
masyarakat sebagai bagian dari implementasi Tridarma Perguruan
Tinggi.
Permasalahan yang muncul di masyarakat sering kali mebutuhkan
perhatian, pemikiran dan intervensi dari berbagai disiplin ilmu, oleh
karenanya keterpaduan dari berbagai disiplin ilmu dalam membangun
dan memberdayakan masyarakat sangat dibutuhkan. Menyadari
realitas permasalahan yang ada di masyarakat tersebut, maka saat ini
telah dikembangkan pendekatan proses pembelajaran di bidang
pendidikan kesehatan yang dikenal dengan pendekatan
“Interprofesional”. Melalui pendekatan ini mahasaiswa diberi
pengalaman belajar untuk mempelajari satu permasalah, dialisis, dan
diinrvensi oleh berbagai disiplin ilmu.
Praktik Kerja Lapangan (PKL) di masyarakat yang dilakukan
mahasiswa, hendaknya memberi pengalaman pembelajaran bagi
mahasiswa untuk menerapkan berbagai ilmu yang telah dipelajarinya,
sekaligus sebagai bagian dalam melakukan pengabdian kepada
masyarakat, oleh karena itu PKL di masyarakat perlu dipersiapkan
bukan saja sebagai bagian proses pembelajaran tetapi juga bisa
memberi manfaat yang besar bagi masyarakt. Mahasiswa dan dosen
pembimbiing lapangan dapat menunjukan keilmuannya, untuk
membantu masyarakat dalam meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan hidupnya. Sejalan dengan harapan tersebut, maka
Poltekkes Kemenkes Banten sebagai lembaga Pendidikan Tertinggi
bidang kesehatan memiliki tanggung jawab buntuk membekali
mahasiswa dalam melakukan praktik kerja lapagan sekaligus sebagai
wahana bagi para dosen di lingkungan Poltekkes Kemenkes Banten
untuk membantu msyarakat, sesuai dengan bidang ilmu yang dimiliki
nya. Praktik Kerja Lapangan memberi ruang kepada mahasiswa

2
mengenali dan memahami persoalan kesehatan yang dihadapi
masyarakat, sekaligus belajar untuk menyelesaikannya.
Bentuk intervensi utuk menangani masalah masyarakat, khususnya
masalah kesehatan yang ada di masing-masing keluarga, hendaknya
dilakukan secara “Terpadu” oleh tim yang melibatkan berbagai disiplin
ilmu. (One team one family) Poltekkes Kemenkes Banten, saat ini
memiliki tiga jurusan, yaitu keperawatan, kebidanan dan analis
kesehatan, sehingga memiiki kesempatan untuk membelajarkan
mahasiswa melaui kegiatan praktik kerja lapangan secara terpadu,
agar mahasiswa memiliki pengalaman bekerja secara tim di tengah-
tengah masyarakat, dengan tetap melakukan praktik penerapan
keilmuan sesuai dengan bidang ilmu yag dipelajarinya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Banten mampu menerapkan
pendekatan Interfrofesional Education (IPE) dan Interfrofesional
Colaboration (IPC) dalam kegiatan praktik kerja lapangan terpadu
di masyarakat.
2. Tujuan Khusus
Setelah kegiatan praktik kerja lapangan di masyarakat, mahasiswa
Poltekkes Kemnekes Banten diharapkan mampu :
a) Belajar secara tim dalam merencanakan, dan menanggulangi
masalah kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat.
b) Mengumpulkan data kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat.
c) Mengolah dan menganalisis data kesehaan individu, keluarga,
dan masyarakat.
d) Merumuskan masalah kesehatan keluarga dan masyarakat.
e) Mengidentifikasai rencana penanggulanagn masalah kesehatan
individu, keluarga, dan masyarakat.

3
f) Melakukan tindakan dan pemecahan masalah kesehatan
bersama-sama masyarakat, dan sektor lain di masyarakat.
g) Mengevaluasi pencapaian kegiatan yang telah direncanakan.
h) Merencanakan tindak lanjut kegiatan oleh puskesmas atas
rencana kegiatan yang belum terlaksana.
i) Mempresentasikan hasil kegaiatan Praktik Kerja Lapangan
Terpadu.
j) Membuat laporan tertulis hasil kegiatan Praktik Kerja Lapangan
Terpadu.

C. Sistematika Penulisan Laporan


Sistematika yang digunakan dalam penulisan laporan Praktik Kerja
Lapangan Terpadu, antara lain :
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Sistemtika laporan
BAB II TINJAUAN TEORI
A. PKMD
B. IPE
C. Gerakan Masyarakat
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN PKL TERPADU MAHASISWA
A. Pertemuan Tingkat Kabupaten
B. Pertemuan Tingkat Desa
C. Gambaran Umum Desa Seuat
D. Pengkajian/SMD
E. Perumusan Masalah

4
F. Kegiatan pra MMD
G. Kegiatan MMD
H. Kegiatan Intervensi
I. Evaluasi Hasil Kegiatan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Surat Undangan
Susunan Acara
Satuan Acara Penyuluhan
Materi Penyuluhan
Leaflet
Foto Kegiatan

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PEMBANGUNAN KESEHATAN MASYARAKAT DESA (PKMD)


1. PENGERTIAN PKMD
PKMD adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang
dilaksanakan atas dasar gotong royong dan swadaya dalam
rangka menolong diri sendiri dalam memecahkan masalah untuk
memenuhi kebutuhannya dibidang kesehatan dan di bidang lain
yang berkaitan agar mampu mencapai kehidupan yang sehat
sejahtera.

2. CIRI-CIRI KEGIATAN PKMD


a) Kegiatan dilaksanakan atas dasar kesadaran, kemampuan
dan prakarsa masyarakat sendiri, dalam arti bahwa kegiatan
dimulai dengan kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan
yang memang dirasakan oleh masyarakat sendiri sebagai
kebutuhan.
b) Perencanaan ditetapkan oleh masyarakat secara musyawarah
dan mufakat.
c) Pelaksanaan kegiatan berdasarkan pada peran serta aktif dan
swadaya masyarakat dalam arti memanfaatkan secara optimal
kemampuan dan sumber daya yang dimiliki masyarakat.
d) Masukan dari luar hanya bersifat memacu, melengkapi dan
menunjang, tidak mengakibatkan ketergantungan.
e) Kegiatan dilakukan oleh tenaga-tenaga masyarakat setempat.
f) Memanfaatkan teknologi tepat guna.
g) Kegiatan yang dilakukan sekurang kurangnya mencakup
salah satu dari unsur PHC.

6
3. TUJUAN PKMD
a. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat malalui upaya
swadaya masyarakat dalam meningkatkan swadaya
masyarakat dan kesejahteraan serta mutu hidup masyarakat.
b. Tujuan Khusus
1) Menumbuhkan kegiatan masyarakat.
2) Membentuk kader-kader kesehatan yang berasal dari
masyarakat yang mampu dan aktif dalam program
pembangunan kegiatan desa.
3) Terjalinnya kerja sama kegiatan dari berbagai sektor
masyarakat dengan pemerintah secara terpadu.
4) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan
turunnya angka kematian, kesakitan, perbaikan status gizi
masyarakat, dll.

4. PRINSIP - PRINSIP DASAR PKMD


a. Kegiatan masyarakat sebaiknya dimulai dengan kegiatan yang
memenuhi kebutuhan masyarakat setempat, bukan hanya
kegiatan kesehatan secara langsung, ini berarti bahwa kegiatan
tidak terbatas pada aspek kesehatan saja melainkan juga
mencakup aspek-aspek kehidupan lainnya nyang secara tidak
langsung menunjang peningkatan taraf kesehatan.
b. Dalam membina kegiatan masyarakat diperlukan kerja sama
yang baik :
1) Antar dinas-dinas, instansi-instansi, lembaga-lembaga
lainnya yang bersangkutan.
2) Antar dinas-dinas, instansi-instansi, lembaga-lembaga
tersebut dengan masyarakat.

7
3) Dalam hal masyarakat tidak dapat memecahkan masalah
atau kehidupan sendiri, maka pelayanan langsung
diberikan oleh sektor yang bersangkutan.

5. POKOK-POKOK KEGIATAN PKMD


a. Persiapan masyarakat, yaitu upaya yang bertujuan agar
masyarakat memahami PKMD, dan mampu berperan aktif
dalam setiap kegiatan PKMD.
1) Pengenalan terhadap masyarakat.
2) Pengenalan masalah melalui :
a) Pengumpulan data (SDM)
b) Penyajian yang dapat dimengerti masyarakat.
c) Menyelesaikan masalah yang ada dengan prioritas
yang perlu ditanggulangi.
3) Pembentukan kader dan pengorganisasian kader.
4) Pelatihan kader kesehatan desa yang disebut promoter
kesehatan desa.
b. Perencanaan kegiatan PKMD
1) Memilih prioritas masalah
2) Menetapkan jenis kegiatan
3) Menyusun rencana kerja yang meliputi :
a) Tujuan yang ingin dicapai.
b) Strategi yang ingin ditempuh pengorganisasian.
c) Pengorganisasian
d) Pembiayaan
e) Waktu pelaksanaan
f) Tindakan.

c. Pelaksanaan kegiatan
1) Kader dan mahasiswa melaksanakan masing-masing tugas
sesuai yang telah disepakati.

8
2) Kader dan pengurus desa serta petugas kesehatan
memantau kegiatan.
3) Dalam proses kegiatan selalu diadakan pertemuan-
pertemuan (POKJA-POKJA)
4) Dimonitori adalah rencana kegiatan yang disepakati.
a) Ketepatan pelaksanaan.
b) Ketepatan waktu.
c) Penerimaan dan penggunaan biaya.
d) Penyediaan dan penggunaan biaya.
e) Hasil-hasil yang ingin dicapai.
f) Jumlah dan kualitas masalah partisipasi masyarakat.
5) Penilaian (evaluasi) PKMD
a) Penilaian hasil kegiatan.
b) Penilaian hasil sementara.
c) Penilaian hasil akhir.
6) Pembinaan PKMD
Pembinaan berarti upaya-upaya untuk memelihara dan
meningkatkan kegiatan yang telah dimulai dalam menjamin
kelangsungan program.
7) Perluasan program PKMD.
Dilakukan secara bertahap.

B. INTERPROFESIONAL EDUCATION (IPE)


1. Pengertian IPE
a. Pengertian Pendidikan Antar Profesi
Menurut WHO (2010) Interprofesional education / pendidikan
antar profesi adalah proses pendidikan yang melibatkan dua
atau lebih jenis profesi. Pendidikan antar profesi bisa terjadi
apabila beberapa mahasiswa dari berbagai profesi belajar
tentang profesi lain, belajar bersama satu sama lain untuk

9
menciptakan kolaborasi efektif dan pada akhirnya
meningkatkan outcome kesehatan yang diinginkan.
Pendidikan antar profesi merupakan tahap yang penting
dalam upaya mempersiapkan lulusan atau professional
kesehatan yang siap untuk bekerja secara tim dan melakukan
praktik kolaborasi dengan efektif untuk merespon atau
memecahkan masalah yang ada di masyarakat.

b. Pengertian Praktek Kolaborasi antar Profesi


Praktek Kolaborasi terjadi apabila beberapa katagori
professional atau tenaga kesehatan bekerja bersama dengan
pasien, keluarga dan masyarakat untuk memberikan pelayanan
kesehatan dengan kualitas tinggi.
Untuk dapat memahami konsep praktek kolaborasi atar
profesi perlu dipahami interprofesionalism. Antar Profesionality
adalah sebuah proses dimana beberapa professional
merencanakan, melaksanakan, dan mengintegrasikan suatu
jawaban atau respon yang kohesif terhadap kebutuhan atau
tuntutan klien, keluraga dan masyarakat. Proses ini melibatkan
interaksi yang kontinyu, berupa tukar menukar informasi dan
pengetahuan yang diorganisasikan untuk memecahkan
masalah bersama melibatkan partisipasi pasien, keluarga dan
masyarakat.
Pendidikan antar profesi juga memberikan kesempatan bagi
para mahasiswa, untuk belajar secara nyata bekerja secara tim
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga dan
masyarakat. Melalui proses belajar seperti, akan tumbuh
pemahaman dan kesadaran diri mahasiswa, untuk saling
menerima, menghargai dan mambantu diantara anggota tim
dalam pelaksanaan tugas guna tercapai tujuan pelayanan
kesehatan yang dilakukan bersama.

10
2. Prinsip Mengintegrasikan Pendidikan Antar Profesi Dalam
Pendidikan Kesehatan
Prinsip – prinsip dalam mengintegrasikan pendidikan antar profesi
dalam pendidikan kesehatan adalah :
a) Pendidikan antar profesi harus merupakan bagain integral dari
semua pendidikan tenaga kesehatan
b) Adanya kebijakan yang mendukung pelaksanaan pendidikan
antar profesi
c) Adanya komitmen yang kuat dari seluruh civitas akademik di
Institusi pendidikan untuk terlibat dalam pendidikan antar
profesi
d) Pendidikan antar profesi harus melibatkan lahan praktek,
sehingga pelaksanaan pendidikan antar profesi bisa
dilaksanakan pada tahap praktek klinik
e) Pelibatan tim dari antar profesi harus dimulai sedini mungkin
pada tahap awal persiapan, pelaksanaan dan evaluasi
f) Kohesifitas tim pendidikan antar profesi harus solid dan harus
mengurangi ego masing-masing profesi
g) Kompetensi yang dirumuskan harus memperhatikan prinsif-
prinsif;
1) Berfokus pada Klien (individu, Keluarga dan masyarakat)
2) Memperhatikan proses bukan hanya pencapaian
kompetensi
3) Dapat di aplikasikan pada semua profesi
4) Merupakan kompetensi belajar sepanjang hayat
5) Menstimulasikan active learning
6) Berdasarkan prinsif pembelajaran orang dewasa
h) Pendidikan antar profesi harus mempertimbangkan standar
pendidikan masing-masing profesi.

11
3. KOMPETENSI PENDIDIKAN ANTAR PROFESI (CORE
COMPETENSION)
Barr (1996) membedakan kompetensi profesi menjadi 3
bagian besar, yaitu kompetensi dasar, kompetensi masing-masing
profesi dan kompetensi antar profesi.
a) Kompetensi dasar merupakan kompetensi yang harus dimiliki
oleh semua tenaga kesehatan meliputi menggunakan
teknologi informasi, memberikan pelayanan yang berfokus
pada klien, melakukan praktik profesi berdasarkan bukti ilmiah
dan hasil penelitian, dan mempertahankan kualitas pelayanan.
b) Kompetensi masing-masing profesi dideskripsikan dan
ditentukan oleh masing-masing profesi. Kompetensi ini
merujuk pada peran, kewenangan dan lingkup praktik masing-
masing profesi dan diatur oleh undang-undang yang berlaku.
c) Kompetensi antar profesi atau kompetensi kolaboratif
Ada empat domain dalam kompetensi antar profesi yaitu : nilai
dan etika antar profesi, peran dan tanggungjawb, komunikasi
antar profesi dan kerja tim
1) Nilai dan etik kolaborasi antar profesi
2) Peran dan tanggungjawab
3) Dalam melakukan kolaborasi antar profesi terlebih dahulu
harus memahami pern dan tanggungjawab masing-
masing dan bagaimana peran dan tanggung jawab profesi
lain dalammemberikan pelayanan kepada klien, keluarga
dan masyarakat
4) Komunikasi antar profesi
5) Bekerja dalam tim
6) Belajar untuk berkolaborasi dalam tim berarti juga belajar
menjadi pemain yang baik di dalam tim tersebut. Perilaku
kerja tim dapat diaplikasikan setiap saat dimana ada
interaksi antar anggota tim antar profesi dengan tujuan

12
yang sama yaitu untuk memberikan pelayanan kesehatan
kepada individu, keluarga dan masyarakat.

4. KERJASAMA TIM (Kolaborasi)


Suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama
untuk mencapai suatu tujuan tertentu disebut kerjasama atau
kolaborasi.Dalam melaksanakan kerjasama antar profesi
diperlukan sikap saling percaya, saling menghargai dan
menghormati profesi dan disiplin ilmu masing-masing yang
saling tergantung dan saling melengkapi satu sama lainnya.
Untuk itu diperlukan kedekatan antar individu yang akan
melakukan kerjasama tim.Kerjasama tim dalam proses
kolaborasi mempunyai ciri khas diantaranya : kerjasama,
koordinasi, saling berbagi, kompromi, rekanan, saling
ketergantungan dan kebersamaan. Bekerja dalam tim
membutuhkan keterlibatan keahlian seseorang dan
dilepaskannya beberapa otonomi professional sehingga bisa
bekerja erat dengan orang lain termasuk dengan klien dan
lingkungannya untuk mencapai hasil yang lebih baik.Belajar
untuk bekerja dalam tim memerlukan kesediaan seseorang
menjadi bagian kecil dari suatu sistem yang kompleks, yang
terorganisir untuk berbagi dalam pelayanan bagi individu,
keluarga dan masyarakat.
Belajar mengenai interprofesionalitas adalah belajar untuk
menjadi anggota tim yang baik. Perilaku kerjasama tim yang
baik diperlukan dalam berbagai situasi dimana para tenaga
kesehatan berinteraksi untuk memberikan pelayanan yang
optimal bagi klien maupun masyarakat.

13
5. METODE PEMBELAJARAN ANTAR PROFESI
Menurut BC’s Practice Education Commite (2013) dalam
Kurikulum dan Modul Peningkatan kapasitas tenaga
pendidikan anata profesi (Interfrepesional Education/IPE) pada
pelayanan komunitas tahun 2016), menyatakan bahwa metode
pembelajaran untuk pendidikan antar profesi tergantung pada
tingkat kedalaman dan integrasi pembelajaran di lokasi praktik.
a. Tingkat Awarness/Exposure
Pada Level ini pengalaman belajar bertujuan
memperkenalkan peserta didik pada konsep kolaborasi antar
profesi. Target strategi pembelajaran adalah pengembangan
dan terutama berfokus pada klasifikasi peran dan komunikasi
interpersonal. Tingkat pembelajaran ini dapat terjadi di kelas
maupun diberbagai lokasi praktek pembelajaran termasuk di
komunitas. Terdapat beberapa metode antara lain:
1) Pengalaman belajar lapangan sederhana
Kesempatan belajar dapat muncul pada saat peserta
didik memberikan pelayanan kesehatan bersama-sama
di komunitas mis di level keluarga.
2) Observasi/debrifing praktik lapangan
Observasi – dengan menggunakan form Observasi
Debrifing dilakukan setelah peserta didik menyelesaikan
praktik lapangan melalui diskusi satu persatu atau
penugasan tertulis
3) Reflective questioning
Refleksi dapat membantu peserta didik untuk memahami
apa yangtelah mereka observasi, lihat dan alami.
4) Interprofesional shadowing
Pengalaman ini terjadi ketika peserta didik mengikuti
kegiatan petugas kesehatan dari disiplin ilmu yang
berbeda. Dalam kegiatan ini peserta didik

14
mengobservasitugas dan tanggungjawab petugas
kesehatan tersebut. Mempelajari keunikan disiplin
kesehatan, mendiskusikan peran mereka akan tumpang
tindih. Sehingga akan muncul saling berbagi
pengetahuan sesuai dengan disiplin ilmunya masing-
masing
5) Workshop Partisipation
Partisipasi dalam workshop dengan satu fokus praktek
kolaborasi interprofesional (inter professional
collaborative Practice)
6) Clinical Round participation
Kehadiran di putaran klinis (Clinical Round)
memungkinkan untuk paparan presentasi kasus oleh
satu atau beberapa keilmuan---berfokus pada pasien
7) Patiens Rounds
Putaran pasien (patiens round). Patien dan keluarga
dilibatkan dalam diskusi putaran (ruonds discussion).
Mahasiswa harus menghadiri putaran pasien yang
mereka berikan perawatan dan bertanggungjawab
memberikan informasi pasien yang sesuai untuk diskusi.
Forum ini memberi kesempatan untuk memberikan
pertanyaan dan mendapatkan klarifikasi untuk perawatan
pasien
8) Student assisgnments
Koordinator atau pengajar mata kuliah mengenalkan
suatu variasi penugasan mahasiswa terkait hasil
pembelajaran praktek kolaborasi interprofesional.

15
b. Tingkat praktek langsung/aplikasi
Strategi pembelajaran pada level ini meningkatkan aplikasi
pengetahuan dalam praktek dan mencapai empat
kompetensi dala kolaborasi antar profesi.
Metode pembelajaran pada tingkat aplikasi :
1) Diskusi team kesehatan
2) Partisipasi/ presentasi dalam pemberian pelayanan
kesehatan
3) Chart review/audit
4) Guided interprofesional field studi
5) Partisifasi dalam simulasi IPE dan Studi kasus
6) Partisipasi/presentasi translasi pengetahuan
7) E-Learning Interaktif

c. Tingkat penguasaan/integrasi
Level pembelajaran tingkat lanjut dan kompleks yang
memprioritaskan pembelajaran interprofesional sebagai
prioritas dalam proses belajar. Peserta didik
mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan mereka
dalam lingkungan interprofesional dan secara aktif
berpartisipasi sebagai anggota tim dalam pemberian
pelayanan kesehatan dan pengambilan keputusan secara
kolaboratif.
Metode pembelajaran pada tingkat penguasaan/integrasi:
1) Enhanced praktik IPE
2) Health care team challenge projects
3) IP student lead community projects
4) IP quality improvement initiatives
5) IP research aktivities
6) Student’s mentoring for pre-licensure students
7) Students Presentation

16
8) Student’s run health Klinik

6. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN


PENDIDIKAN ANTAR PROFESI
a. Faktor pendukung
1) Komitmen yang jelas dari pimpinan dan seluruh anggota
profesi di seluruh program studi
2) Kesiapan mahasiswa untuk siap dan aktip dalam
mengikuti pendidikan antar profesi
3) Adanya role model untuk kolaborasi antar profesi baik
tatanan akademik maupun lahan praktik
4) Tuntutan yang besar dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif
dan terintegrasi :
a) Faktor penghambat
b) Adanya ego masing-masing profesi
c) Kultur kerjasama yang kurang
d) Resisten terhadap perubahan
e) Perbedaan visi dan tujuan masing-masing profesi
f) Beban kerja dosen dan mahasiswa yang terlalu
tinggi

C. STRATEGI GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT


(GERMAS)
1. Pengertian GERMAS
Strategi gerakan mayarakat adalah suatu tindakan yang
sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama
oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan
dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas
hidup.

17
Strategi gerakan masyarakat adalah cara untuk
menumbuhkan dan mengembangkan norma yang membuat
masyarakat mampu untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
Program ini merupakan program terbaru dibawah kepemimpinan
presiden Joko Widodo yang dibentuk pada tanggal 15 November
2016 di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Program GERMAS ini juga diresmikan di sembilan wilayah
lainnya, yaitu: Kabupaten Bogor (Jawa Barat), Kabupaten
Pandeglang (Banten), Kota Batam (Kepulauan Riau), Kota Jambi
(Jambi), Surabaya (Jawa Timur), Madiun (Jawa Timur), Pare-
pare (Sulawesi Selatan), Kabupaten Purbalingga (Jawa Tengah),
Kabupaten Padang Pariaman (Sumatera Barat).

2. Tujuan GERMAS
a. Menumbuh kembangkan potensi masyarakat yang artinya
segala potensi masyarakat perlu dioptimalkan untuk
mendukung dan membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat.
b. Kesehatan terjaga.
c. Produktif.
d. Biaya untuk berobat berkurang.

3. Hasil yang Diharapkan Program GERMAS


Pelaksanaan Strategi Gerakan Masyarakat yang diharapkan
adalah sebagai berikut:
a. Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya dalam
peningkatan kemampuan masyarakat guna mengangkat
harkat hidup, martabat dan derajat kesehatannya.
b. Peningkatan keberdayaan berarti peningkatan kemampuan
dan kemandirian masyarakat agar dapat mengembangkan diri

18
dan memperkuat sumberdaya yang dimiliki untuk mencapai
kemajuan
Sehingga diharapkan dapat terciptanya kondisi :
1) Tumbuh kembangnya berbagai upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat serta meningkatnya
kemampuan dan kemandirian dalam PHBS
2) Adanya upaya kesehatan yang bersumber dari
masyarakat seperti Posyandu, Pos Obat Desa (POD)
3) Masyarakat menjadi peserta dana sehat (JPKM)

4. Sasaran GERMAS
Seluruh anggota masyarakat baik secara perorangan
kelompok maupun tokoh masyarakat yang menjadi panutan di
setiap tatanan yang ada di masyarakat.

5. Program Indonesia Sehat


a. Meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehatbagi setiap orang dalam lingkungan
hidup yang sehat agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang optimal melalui terciptanya perilaku hidup sehat
sehingga terwujud bangsa yang mandiri, maju dan sejahtera.
b. Terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat di bidang
kesehatan dalammeningkatkan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.

6. Program Kesehatan Berdasarkan Siklus Hidup


a. Ibu hamil, bersalin, dan nifas
1) Stimulasi dan nutrisi pengungkit otak pada janin melalui
Ibu Hamil
2) P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi)

19
3) Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
4) ANC terpadu
5) Kelas Ibu Hamil
6) APN (Asuhan Persalinan Normal)
7) RTK (Rumah Tunggu Kelahiran)
8) Kemitraan Bidan Dukun
9) KB Postpartum
10) PONED/ PONEK
b. Bayi
1) Deteksi pengembangan Inteligensia dan upaya stimulasi
sensomotorik
2) ASI eksklusif
3) Imunisasi dasar lengkap
4) Pemberian makan
5) Penimbangan
6) Vit A
7) MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)
c. Balita
1) Deteksi pengembangan Inteligensia dan upaya stimulasi
Kognitif
2) SDIDTK (Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang)
3) Imunisasi
4) Gizi
5) Kolaborasi PAUD, Bina Keluarga Balita, dan Posyandu
6) Deteksi dan Simulasi kognitif
d. Anak-anak
1) Optimalisasi kesiapan belajar dan pengembangan model
belajar yang efektif
2) UKS (Unit Kesehatan Sekolah)
3) Imunisasi anak sekolah

20
4) Penjaringan anak usia sekolah
5) PMT (Pemberian Makanan Tambahan)
e. Remaja
1) Identifikasi dan optimalisasi kecerdasan majemuk pada
remaja
2) Kesehatan reproduksi
3) Konseling gizi HIV/AIDS dan NAPZA
4) Tablet Fe
5) Konseling Kesehatan Reproduksi
f. Dewasa
1) Promosi Gaya Hidup Otak Sehat, mandiri dan produktif
2) KB bagi Pasangan Usia Subur
3) PKRT (Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga)
4) Deteksi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular
5) Kesehatan olahraga dan kesehatan kerja
g. Lansia
1) Deteksi gangguan kognitif untuk mengoptimalkan
kualitas hidup
2) Posyandu Lansia
3) Peningkatan kualitas Hidup Mandiri
4) Perlambatan proses Degeneratif

7. Indikator Dan Kunci Keberhasilan GERMAS


a. Adanya petugas kesehatan yang mampu melakukan upaya
gerakan pemberdayaan.
b. Adanya sarana yang mendukung kegiatan gerakan
pemberdayaan kesehatan.
c. Adanya forum komunikasi yang menjadi wadah kemitraan/
partisipasi masyarakat dalam pembangunan bidang
kesehatan (PHBS).

21
d. Adanya kader yang mampu menjadi fasilitator kesehatan di
desa.
e. Berjalannya kegiatan posyandu
f. Adanya Pos Obat Desa
g. Adanya rancangan kegiatan pembangunan kesehatan (PHBS)
di desa hasil MMD.
h. Adanya kegiatan gerakan pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan.
i. Adanya dokumentasi proses dan hasil kegiatan.
j. Adanya rencana tindak lanjut atau kegiatan yang
berkesinambungan.
k. Adanya dukungan sumberdaya maupun kebijakan dari
pengambil keputusan maupun lintas sektor terkait.

8. Cara Pendekatan GERMAS


Cara pendekatan gerakan masyarakat terbagi dua:
a. Makro
1) Membangun komitmen di setiap jenjang
2) Membangkitkan opini masyrakat (Critical mass)
3) Menyediakan penunjuk pelaksanaan dan biaya
operasional
4) Monitoring dan evaluasi serta koordinasi
b. Mikro
1) Menggali potensi yang belum disadari masyarakat.
Potensi dapat muncul dari adanya kebutuhan masyarakat
(demand creation) yang diperoleh melalui pengarahan,
pemberian masukan dialog kerja sama dan
pendelegasian.
2) Membuat model-model percontohan dan prototype
pengembangan masyarakat seperti menerapkan

22
Pendekatan Edukatif dan Manajemen ARRIF (Analisis,
Rumusan, Rencana, Intervensi, Forum Komunikasi)
Dalam melaksanakan gerakan masyarakat perlu
memperhatikan karakteristik masyarakat setempat yang
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a) Masyarakat Pembina (caring community)
Yaitu masyarakat yang peduli kesehatan misalnya :
LSM kesehatan, Organisasi Profesi yang bergerak di
bidang kesehatan.
b) Masyarakat setara (Coping Community)
Yaitu masyarakat yang karena kondisinya kurang
memadai sehingga tidak dapat memelihara
kesehatannya. Misalnya seorang ibu sadar akan
pentingnya memeriksakan kehamilan, tetapi karena
keterbatasan ekonomi dan tidak adanya transportasi
maka si ibu tidak pergi ke sarana pelayanan kesehatan
c) Masyarakat pemula (Crisis response Community)
Yaitu masyarakat yang tidak tahu akan pentingnya
kesehatan dan belum didukung oleh fasilitas yang
tersedia Misalnya masyarakat di lingkungan kumuh dan
daerah terpencil

9. Langkah-Langkah Melaksanakan GERMAS


Dalam melaksanakan gerakan masyarakat ada lima langkah
pokok yaitu:
a. Pendekatan terhadap tokoh masyarakat
Pendekatan tokoh masyarakat merupakan tahap pertama
yang harus dilakukan sebelum implementasi program di
wilayah tersebut. Mereka merupakan kelompok penyaring
terhadap sesuatau inovasi yang akan masuk ke wilayah
tersebut.

23
Cara melakukan pendekatan tokoh masyarakat melalui:
kunjungan rumah, pertemuan perorangan, pembicaraan
informal di berbagai kesempatan dan pertemuan lainnya
Setelah para tokoh masyarakat didekati secara
interpersonal, perlu diadakan pembahasan bersama diantara
para tokoh masyarakat tersebut, antara lain melalui:
1) Pertemuan khusus/tersendiri mengenai kesehatan
2) Forum komunikasi yang sudah ada
Selain pendekatan terhadap tokoh masyarakat, pendekatan
terhadap para pelaksanaan dari sektor-sektor di berbagai
tingkat administrasi juga perlu dilakukan. Tujuannya selain
mereka memahami dan memberikan dukungannya, juga
merumuskan kebijaksanaan dan pola pelaksanaannya secara
menyeluruh
b. Pengenalan masalah kesehatan oleh masyarakat
c. Perumusan upaya penanggulangan masalah oleh masyarakat
d. Pembinaan dan pengembangan
Setiap pelaksanaan program harus dibina agar tenaga
pembangunan kesehatan desa mantap jalannya.Setelah
mantap harus dikembangkan agar tak jenuh dan makin maju
tingkat pencapaiannya. Pemantapan dan pembinaan juga
bermaksud memantapkan dan membina pengetahuan,sikap,
keterampilan dan motivasi para tenaga pembangunan
kesehatan desa dan masyarakat sendiri di bidang-bidang
khusus yang mudah dimilikinya.
Pembinaan dan pengembangan dapat dilakukan dengan
berbagai cara antara lain:
1) Forum komunikasi
2) Mempertunjukkan film-film pembangunan kesehatan
3) Kunjungan tamu-tamu dari luar desa
4) Wisata karya ke desa-desa maju lainnya

24
5) Perlombaan-perlombaan desa sehat secara teratur
6) Penerbitan berkala khusus untuk tenaga-tenaga
pembangunan desa
7) Supervisi

10. Bentuk Kegiatan GERMAS


a. Melakukan aktivitas fisik
b. Mengonsumsi sayur dan buah
c. Tidak merokok
d. Tidak mengonsumsi alkohol
e. Memeriksa kesehatan secara rutin
f. Membersihkan lingkungan
g. Menggunakan jamban

11. Indikator Keluarga Sehat


a. Program Gizi, Kesehatan Ibu dan Anak
1) Mengikuti Keluarga berencana
2) Melaksanakan persalinan di fasilitas kesehatan
3) Memberikan ASI ekslusif 6 bulan
4) Mengimunisasikan bayi (imunisasi dasar lengkap)
5) Memantau tumbuh kembang balita
b. Pengendalian Penyakit Menular & Tidak Menular
1) Mengobati penderita TB sesuai standart
2) Mengobati penderita Hipertensi secara teratur
3) Mengobati penderita gangguan jiwa
c.Perilaku dan Kesehatan Lingkungan
1) Tidak merokok
2) Menyediakan air bersih
3) Menyediakan jamban keluarga
4) Menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional.

25
12. Peningkatan Gaya Hidup Sehat Dengan Perilaku Cerdik
Dan Patuh

Promosi kesehatan untuk berperilaku CERDIK dalam


mengatasi PTM dan mengimplementasikan dalam Posbindu PTM

Periksa Kesehatan secara rutin dan ikuti


P anjuran dokter

A Atasi Penyakit dengan pengobatan yang


tepat dan teratur

T Tetap diet sehat dengan gizi seimbang,

U
Upayakan beraktivitas fisik dengan aman,

H
Hindari rokok, alkohol dan zat karsinogenik
lain

ya
26
DIAGRAM PIE 3.1
DISTRIBUSI FREKUENSI KK BERDASARKAN UMUR
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

UMUR KEPALA KELUARGA


13% 1%

< 20 Tahun
20 -60 Tahun
> 60 Tahun

86%

Diagram Pie 3.1 diatas menunjukan bahwa 86% kepala keluarga di Desa
Seuat berusia 20 – 60 tahun.

TABEL 3.2

DISTRIBUSI FREKUENSI KK BERDASARKAN JENIS KELAMIN


DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

JENIS KELAMIN FREKUENSI PRESENTASE

Laki-Laki 925 90%

Perempuan 105 10%

JUMLAH 1030 100%

Tabel 3.2 diatas menunjukan bahwa 90% kepala keluarga di Desa Seuat
Laki-Laki.

27
DISTRIBUSI FREKUENSI KEPALA KELUARGA BERDASARKAN
AGAMA
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

Hasil pengkajian bahwa seluruh kepala keluarga di Desa Seuat


beragama islam.

DIAGRAM BATANG 3.3


DISTRIBUSI FREKUENSI KK BERDASARKAN PENDIDIKAN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

PENDIDIKAN
50%
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%

Diagram batang 3.3 menunjukan bahwa 48% kepala keluarga di Desa


Seuat berpendidikan SD.

28
DIAGRAM BATANG 3.4
DISTRIBUSI FREKUENSI KK BERDASARKAN PEKERJAAN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

PEKERJAAN
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%

Diagram Batang 3.4 diatas menunjukan bahwa 42% kepala keluarga di


desa Seuat bekerja sebagai buruh.

DIAGRAM PIE 3.5


DISTRIBUSI FREKUENSI KK BERDASARKAN PENGHASILAN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

PENGHASILAN
>UMR
20%

<UMR
80%

Diagram PIE 3.5 diatas menunjukan bahwa 80% kepala keluarga di Desa
Seuat berpenghasilan dibawah UMR.

29
DIAGRAM PIE 3.6
DISTRIBUSI FREKUENSI KK BERDASARKAN PENGELUARAN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

PENGELUARAN
<UMR
20%

>UMR
80%

Diagram Pie 3.6 diatas menunjukan bahwa 80% pengeluaran kepala


keluarga di Desa Seuat >UMR.

DIAGRAM PIE 3.7


DISTRIBUSI FREKUENSI KK BERDASARKAN SUKU BANGSA
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

SUKU BANGSA
Jawa Sunda

2%

98%

Diagram Pie 3.7 diatas menunjukan bahwa 98% Kepala Keluarga Suku
Bangsa Sunda di Desa Seuat.

30
TABEL 3.8
DISTRIBUSI FREKUENSI ANGGOTA KELUARGA BERDASARKAN
JENIS KELAMIN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

JENIS KELAMIN JUMLAH PERSENTASE

LAKI-LAKI 1155 41%


PEREMPUAN 1672 59%
JUMLAH 2827 100%

Tabel 3.8 diatas menunjukan bahwa 59% jenis kelamin anggota


keluarga di Desa Seuat adalah perempuan.

DIAGRAM PIE 3.09


DISTRIBUSI FREKUENSI ANGGOTA KELUARGA BERDASARKAN USIA
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

USIA ANGGOTA KELUARGA


13% 3% 12%
4%

0-1 Tahun
1-5 Tahun
6-12 Tahun
19%
13-19 Tahun
20-45 Tahun
46-60 Tahun
>60 Tahun
28%

21%

Diagram Pie 3.9 diatas menunjukan 28% anggota keluarga di Desa Seuat
berusia 20-45.

31
DIAGRAM BATANG 3.10
DISTRIBUSI FREKUENSI ANGGOTA KELUARGA BERDASARKAN
JENIS PEKERJAAN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

PEKERJAAN
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%

Diagram Batang 3.10 diatas menunjukan bahwa 37% pekerjaan anggota


keluarga di Desa Seuat adalah tidak bekerja.

DIAGRAM BATANG 3.11


DISTRIBUSI FREKUENSI ANGGOTA KELUARGA BERDASARKAN
PENDIDIKAN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

PENDIDIKAN

50%
40%
30%
20%
10%
0%

Diagram Batang 3.11 diatas menunjukan bahwa 45% anggota keluarga di


Desa Seuat berpendidikan SD.

32
DISTRIBUSI FREKUENSI ANGGOTA KELUARGA BERDASARKAN
AGAMA
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

Hasil Pengkajian bahwa di Desa Seuat anggota keluarga seluruhnya


beragama Islam.

DIAGRAM BATANG 3.13


DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS KESEHATAN KELUARGA
BERDASARKAN UMUR YANG SAKIT
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

USIA YANG SAKIT

33%

22%
16%
14%
7%
5%
3%

0-1 Tahun 1-5 Tahun 6-12 Tahun 13-19 Tahun 20-45 Tahun 46-60 Tahun >60 Tahun

Diagram Batang 3.13 diatas menunjukan bahwa 33% anggota keluarga


yang sakit di Desa Seuat berusia 20 – 45 tahun.

33
DIAGRAM BATANG 3.14
DISTRIBUSI FREKUENSI KESAKITAN ANGGOTA KELUARGA
BERDASARKAN JENIS PENYAKIT
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

JENIS PENYAKIT
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%

Diagram Batang 3.14 diatas menunjukan bahwa 37 % jenis kesakitan


anggota keluarga di Desa Seaut adalah Hipertensi

34
DIAGRAM BATANG 3.15
DISTRIBUSI FREKUENSI KESAKITAN ANGGOTA KELUARGA
BERDASARKAN UPAYA PENGOBATAN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

UPAYA PENGOBATAN

80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Diagram Batang 3.15 diatas menunjukan bahwa 75% kesakitan anggota


keluarga berdasarkan upaya pengobatan di Desa Seuat adalah dibawa
ke Tenaga Kesehatan

TABEL 3.16
DISTRIBUSI FREKUENSI PENDERITA TBC BERDASARKAN
RUTINITAS MINUM OBAT
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

MINUM OBAT FREKUENSI PERSENTASE

YA 2 67%
TIDAK 1 33%
JUMLAH 3 100%

Tabel 3.16 diatas menunjukan bahwa masih ada penderita TBC yang
tidak rutin minum obat di Desa Seuat.

35
DIAGRAM BATANG 3.17
DISTRIBUSI FREKUENSI PENDERITA HIPERTENSI BERDASARKAN
RUTINITAS MINUM OBAT
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

MINUM OBAT HIPERTENSI

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
YA TIDAK

Diagram Batang diatas menunjukan bahwa 57% anggota keluarga


penderita hipertensi di Desa Seuat tidak rutin minum obat.

TABEL 3.18
DISTRIBUSI FREKUENSI KEMATIAN ANGGOTA KELUARGA
BERDASARKAN JENIS KELAMIN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL2018

KEMATIAN ANGGOTA FREKUENSI PERSENTASE


KELUARGA

LAKI-LAKI 9 45%
PEREMPUAN 11 55%
JUMLAH 20 100%

Tabel 3.18 diatas menunjukan bahwa 55% kematian anggota keluarga


berdasarkan jenis kelamin di Desa Seuat adalah perempuan

36
DIAGRAM BATANG 3.19
DISTRIBUSI FREKUENSI KEMATIAN ANGGOTA KELUARGA
BERDASARKAN USIA
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

USIA KEMATIAN

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
0-1 Tahun 1-5 Tahun 6-19 Tahun 20-60 Tahun >60 Tahun

Diagram Batang 3.19 diatas menunjukan bahwa 60% kematian anggota


keluarga di Desa Seuat berdasarkan umur adalah 20 – 60 tahun.

TABEL 3.20
DISTRIBUSI FREKUENSI KEMATIAN ANGGOTA KELUARGA
BERDASARKAN PENYEBAB KEMATIAN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

PENYEBAB FREKUENSI PERSENTASE


KEMATIAN
SAKIT 17 85%

KECELAKAAN 3 15%
JUMLAH 20 100%

Tabel 3.20 diatas menunjukan bahwa 85% penyebab kematian anggota


keluarga di Desa Seuat disebabkan karena kesakitan.

37
TABEL DAN DIAGRAM 3.21
DISTRIBUSI FREKUENSI KELAHIRAN ANGGOTA KELUARGA
BERDASARKAN JENIS KELAMIN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL

JENIS KELAMIN FREKUENSI PERSENTASE


KELAHIRAN
LAKI-LAKI 60 65%

PEREMPUAN 33 35%
JUMLAH 93 100%

Tabel 3.21diatas menunjukan bahwa 65% kelahiran anggota keluarga di


Desa Seuat berdasarkan jenis kelamin adalah Laki-laki.

TABEL DAN DIAGRAM 3.22


DISTRIBUSI FREKUENSI KELAHIIRAN ANGGOTA KELUARGA
BERDASARKAN USIA KEHAMILAN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

USIA KELAHIRAN FREKUENSI PRESENTASE


0-3 - -

4-6 - -
7-9 92 99%

>9 1 1%
JUMLAH 92 100%

Tabel 3.22 diatas menunjukan bahwa 1% masih ada kelahiran anggota


keluarga di Desa Seuat dengan usia kehamilan >9bulan

38
TABEL 3.23
DISTRIBUSI FREKUENSI KELAHIRAN ANGGOTA KELUARGA
BERDASARKAN PANJANG BADAN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

PANJANG BADAN FREKUENSI PERSENTASE

30-40 19 20%
>40 74 80%
JUMLAH 93 100%

Tabel 3.23 diatas menunjukan bahwa 20% masih ada kelahiran anggota
keluarga di Desa Seuat dengan panjang badan 30 - 40 cm.

TABEL 3.24
DISTRIBUSI FREKUENSI KELAHIRAN ANGGOTA KELUARGA
BERDASARKAN BERAT BADAN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

BERAT BADAN FREKUENSI PERSENTASE

< 2500 Gram 1 1%


2500 – 4000 92 99%
JUMLAH 93 100%

Tabel 2.24 diatas menunjukan bahwa 99% kelahiran berdasarkan berat


badan adalah 2500 – 4000.
TABEL 3.25
DISTRIBUSI FREKUENSI KELAHIRAN ANGGOTA KELUARGA
BERDASARKAN TEMPAT BERSALIN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

TEMPAT BERSALIN FREKUENSI PERSENTASE


BPM/BPS/KLINIK 27 29%
PKM 26 28%
RUMAH SENDIRI 30 32%
RUMAH SAKIT 10 11%
JUMLAH 93 100%

Tabel 2.25 diatas menunjukan bahwa 32% masih ada anggota keluarga di
Desa Seuat bersalin di rumah.

39
DIAGRAM PIE 3.26
DISTRIBUSI FREKUENSI KELAHIIRAN ANGGOTA KELUARGA
BERDASARKAN PENOLONG PERSALINAN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

PENOLONG PERSALINAN

LINAKES
SELAIN LINAKES (PARAJI)

Diagram Pie 2.26 diatas menunjukan bahwa 22% masih ada kelahiran
yang ditolong paraji di Desa Seuat.

TABEL 3.27
DISTRIBUSI FREKUENSI IBU HAMIL BERDASARKAN PEMERIKSAAN
KEHAMILAN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

PERIKSA FREKUENSI PERSENTASE

YA 40 98%
TIDAK 1 2%
JUMLAH 41 100%

Tabel 3.27 diatas menunjukan bahwa 2% masih ada ibu hamil di Desa
Seuat yang tidak memeriksakan kehamilan.

40
TABEL 3.28
DISTRIBUSI FREKUENSI PEMERIKSAAN KEHAMILAN BERDASARKAN
ALASAN TIDAK DIPERIKSA
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

ALASAN TIDAK FREKUENSI PRESENTASE


DIPERIKSA

Tidak Perlu 1 100%


Tidak Punya Biaya - -
Tidak Tahu - -
JUMLAH 1 100%

Tabel 3.28 diatas menunjukan bahwa 100% alasan ibu hamil tidak
memeriksakan kehamilan karena merasa tidak perlu

TABEL 3.29
DISTRIBUSI FREKUENSI IBU HAMIL BERDASARKAN PEMERIKSAAN
HAMIL ≥4 X
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

PERIKSA >4 KALI FREKUENSI PERSENTASE

IYA 26 63%
TIDAK 15 37%
JUMLAH 41 100%

Tabel 3.29 diatas menunjukan bahwa 39% masih ada ibu hamil yang tidak
memeriksakan kehamilan.

41
DIAGRAM PIE 3.30
DISTRIBUSI FREKUENSI IBU HAMIL BERDASARKAN MINUM FE
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

MINUM FE
TIDAK
27%

IYA
73%

Diagram Pie 3.30 diatas menunjukan bahwa 27% masih ada ibu hamil di
Desa Seuat tidak mengkonsumsi FE.

DIAGRAM PIE 3.31


DISTRIBUSI FREKUENSI IBU HAMIL BERDASARKAN IMUNISASI TT
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

IMUNISASI TT

TIDAK
49% YA
51%

Diagram pie 3.31 diatas menunjukan bahwa 49% ibu hamil di Desa Seuat.
masih ada yang tidak melakukan imunisasi TT
TABEL 3.32

42
DISTRIBUSI FREKUENSI BAYI BERDASARKAN ASI EKSKLUSIF
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

ASI EKSLUSIF FREKUENSI PERSENTASE

YA 91 90%
TIDAK 10 10%
JUMLAH 101 100%

Tabel 3.32 diatas menunjukan bahwa 10% bayi Di Desa Seuat masih ada
yang tidak di beri ASI Eksklusif.

DIAGRAM 3.33
DISTRIBUSI FREKUENSI BAYI BERDASARKAN IMUNISASI LENGKAP
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

IMUNISASI LENGKAP

TIDAK
41%

YA
59%

Diagram pie 3.33 diatas menunjukan bahwa 41% bayi di Desa Seuat
masih ada yang belum melakukan imunisasi lengkap .

TABEL 3.34

43
DISTRIBUSI FREKUENSI BAYI DAN BALITA BERDASARKAN
GANGGUAN GIZI
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

GANGGUAN GIZI FREKUENSI PERSENTASE


YA 2 1%

TIDAK 186 99 %
JUMLAH 188 100 %

Tabel 3.34 diatas menunjukan bahwa terdapat 1% bayi dan balita yang
masih mengalami gangguan gizi

TABEL 3.35
DISTRIBUSI BAYI DAN BALITA BERDASARKAN RUTIN KE POSYANDU
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

RUTIN KE FREKUENSI PERSENTASE


POSYANDU
YA 125 66%

TIDAK 63 34%
JUMLAH 188 100%

Tabel 3.35 diatas menunjukan bahwa 34% bayi dan balita di Desa Seuat
masih ada yang tidak rutin datang ke posyandu

DIAGRAM PIE 3.36

44
DISTRIBUSI FREKUENSI PASANGAN USIA SUBUR BERDASARKAN
AKSEPTOR KB
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

AKSEPTOR KB
YA TIDAK
36%

64%

Diagram pie 3.36 diatas menunjukan bahwa 36% pasangan usia subur di
Desa Seuat masih ada yang belum menggunakan alat kontrasepsi

TABEL 3.37
DISTRIBUSI FREKUENSI PASANGAN USIA SUBUR BERDASARKAN
JENIS ALAT KONTRASEPSI
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

JENIS ALAT FREKUENSI PERSENTASE


KONTRASEPSI
IUD 12 3%

SUNTIK 335 78%


PIL 65 14%

IMPLAN 25 5%
JUMLAH 457 100%

Tabel 3.37 diatas menunjukan bahwa 78% pasangan usia subur


menggunakan jenis alat kontrasepsi suntik

DIAGRAM BATANG 3.38

45
DISTRIBUSI FREKUENSI PASANGAN USIA SUBUR BERDASARKAN
ALASAN TIDAK KB
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

ALASAN TIDAK KB

50%
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%

Diagram batang 3.38 diatas menunjukan bahwa 48% pasangan usia


subur di Desa Seuat masih ada yang tidak mau menggunakan alat
kontrasepsi.

TABEL 3.39
DISTRIBUSI FREKUENSI LANSIA BERDASARKAN AKTIVITAS
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

AKTIVITAS LANSIA JUMLAH PERSENTASE

YA 103 73%

TIDAK 39 27%

JUMLAH 142 100%

Tabel 3.39 diatas menunjukan bahwa 27% lansia di Desa Seuat masih
ada yang tidak melakukan aktivitas

46
DIAGRAM BATANG 3.40
DISTRIBUSI FREKUENSI LANSIA MENDERITA SAKIT
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

LANSIA MENDERITA SAKIT

51%

51%

50%

50%

49%

49%

48%
YA TIDAK

Diagram batang 3.40 diatas menunjukan bahwa 51% lansia di Desa Seuat
masih ada yang menderita sakit.

47
DIAGRAM BATANG 3.41
DISTRIBUSI FREKUENSI LANSIA BEDASARKAN PERKUMPULAN
LANSIA
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

PERKUMPULAN LANSIA

80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
YA TIDAK

Diagram batang 3.41 diatas menunjukan bahwa 79% lansia tidak


mengikuti perkumpulan lansia.

TABEL 3.42
DISTRIBUSI FREKUENSI LANSIA BERDASARKAN JENIS
PERKUMPULAN LANSIA
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

JENIS PERKUMPULAN LANSIA FREKUENSI PERSENTASE


PENGAJIAN 30 100%
JUMLAH 30 100%

Tabel 3.42 diatas menunjukan bahwa 100% jenis perkumpulan lansia


adalah pengajian.

DIAGRAM BATANG 3.43

48
DISTRIBUSI FREKUENSI LANSIA BERDASARKAN OLAHRAGA LANSIA
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

OLAH RAGA LANSIA

160
140
120
100
80
60
40
20
0
YA TIDAK

Diagram batang 3.43 diatas menunjukan bahwa 100% lansia tidak


melakukan olahraga.

TABEL 3.44
DISTRIBUSI FREKUENSI PRILAKU HIDUP SEHAT BERDASARKAN
RUTINITAS MAKAN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

FREKUENSI MAKAN FREKUENSI PERSENTASE

1 KALI 3 0%
2 KALI 169 16%
3 KALI 706 69%
TIDAK TENTU 152 15%
JUMLAH 1030 100%

Tabel 3.44 diatas menunjukan bahwa 16% warga makan dengan


frekuensi kurang dari 3 kali sehari.

49
DIAGRAM BATANG 3.45
DISTRIBUSI FREKUENSI PRILAKU HIDUP SEHAT BERDASARKAN
KONSUMSI SAYUR
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL

MENGKONSUMSI SAYUR
90%

80%

70%

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
YA TIDAK

Diagram batang 3.45 diatas menunjukan bahwa 20% warga di Desa


Seuat masih ada yang belum rutin mengkonsumsi sayur.

TABEL 3.46
DISTRIBUSI FREKUENSI PRILAKU HIDUP SEHAT BERDASARKAN
RUTINITAS MANDI
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

FREKUENSI MANDI FREKUENSI PERSENTASE

1 KALI 0 0
2 KALI 781 76 %
3 KALI 88 8%
TIDAK TENTU 161 16 %
JUMLAH 1030 100%

Tabel 3.46 diatas menunjukan bahwa 16% warga di Desa Seuat masih
ada yang mandi tidak tentu dalam sehari.

50
DIAGRAM BATANG 3.47
DISTRIBUSI FREKUENSI PRILAKU HIDUP SEHAT BERDASARKAN
TEMPAT MANDI KELUARGA
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

TEMPAT MANDI
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
SUNGAI / KALI PEMANDIAN UMUM KAMAR MANDI MILIK SENDIRI

Diagram batang 3.47 diatas menunjukan bahwa 2% warga di Desa Seuat


masih ada yang mandi di sungai/kali.

TABEL 3.48
DISTRIBUSI FREKUENSI PRILAKU HIDUP SEHAT BERDASARKAN
BAB DI JAMBAN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

BAB DI JAMBAN FREKUENSI PRESENTASE

YA 727 71 %
TIDAK 303 29 %

JUMLAH 1030 100 %

Tabel 3.48 diatas menunjukan bahwa 29% warga di Desa Seuat masih
ada yang tidak BAB di jamban.

51
DIAGRAM BATANG 3.49
DISTRIBUSI FREKUENSI PRILAKU HIDUP SEHAT BERDASARKAN
TEMPAT BAB
YANG TIDAK MEMILIKI JAMBAN DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

TEMPAT BAB TIDAK DI JAMBAN

80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
SUNGAI/ SELOKAN KOLAM KEBUN

Diagram batang 3.49 diatas menunjukan bahwa 71% sebagian besar


anggota keluarga yang tidak memiliki jamban BAB di kebun.

TABEL 3.50
DISTRIBUSI FREKUENSI PRILAKU HIDUP SEHAT BERDASARKAN
KELUARGA MEROKOK
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

MEROKOK FREKUENSI PRESENTASE

YA 873 85 %

TIDAK 157 15 %
JUMLAH 1030 100 %

Tabel 3.50 diatas menunjukan bahwa 85% sebagian besar anggota


keluarga merokok.

52
DIAGRAM BATANG 3.51
DISTRIBUSI FREKUENSI PRILAKU HIDUP SEHAT BERDASARKAN
RUTINITAS OLAHRAGA
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

OLAHRAGA

90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
YA TIDAK

Diagram batang 3.51 diatas menunjukan bahwa 98% sebagian besar


anggota keluarga tidak melakukan olahraga.

53
TABEL 3.52
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS KESEHATAN LINGKUNGAN
BERDASARKAN KEPEMILIKAN RUMAH
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

KEPEMILIKAN FREKUENSI PERSENTASE


RUMAH

YA 920 89 %

TIDAK 110 11 %

JUMLAH 1030 100 %

Tabel 3.52 diatas menunjukan bahwa 11% masih ada warga yang tidak
memiliki rumah sendiri.

54
DIAGRAM PIE 3.53
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS KESEHATAN LINGKUNGAN
BERDASARKAN KONSTRUKSI RUMAH
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

KONSTRUKSI RUMAH
11%

22%
PERMANEN
SEMI PERMANEN
TIDAK PERMANEN

67%

Diagram pie 3.51 diatas menunjukan bahwa 11% masih ada konstruksi
rumah warga yang tidak permanen.

TABEL 3.54
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS KESEHATAN LINGKUNGAN
BERDASARKAN PENCAHAYAAN RUMAH
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

PENCAHAYAAN RUMAH FREKUENSI PERSENTASE

REMANG-REMANG 196 19 %
MASUK TIDAK MERATA 338 33 %
BISA UNTUK MEMBACABAIK 496 48 %
JUMLAH 1030 100 %

Tabel 3.54 diatas menunjukan bahwa 19 % sebagian besar pencahayaan


rumah masih remang-remang.

55
DIAGRAM PIE 3.55
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS LINGKUNGAN BERDASARKAN
KEBERSIHAN RUMAH
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

KEBERSIHAN RUMAH

21%

YA
TIDAK

79%

Diagram pie 3.55 diatas menunjukan bahwa 21% sebagian besar rumah
warga tidak bersih.

56
TABEL 3.56
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS KESEHATAN LINGKUNGAN
BERDASARKAN KEPEMILIKAN JAMBAN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

MEMILIKI JAMBAN FREKUENSI PERSENTASE

YA 727 71%
TIDAK 303 29%
JUMLAH 1030 100%

Tabel 3.56 diatas menunjukan bahwa 29% sebagian warga tidak memiliki
jamban.

DIAGRAM BATANG 3.57


DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS KESEHATAN LINGKUNGAN
BERDASARKAN JARAK JAMBAN DENGAN SUMBER AIR
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

JARAK JAMBAN DENGAN


SUMBER AIR

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
< 5 meter 5 – 9 meter >10 meter

Diagram batang 3.57 diatas menunjukan bahwa 34% sebagian besar


jarak jamban dengan sumber air kurang dari 5 meter.

57
TABEL 3.58

DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS KESEHATAN LINGKUNGAN


BERDASARKAN SUMBER AIR MINUM
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

SUMBER AIR MINUM FREKUENSI PERSENTASE

PDAM 58 6%
SUMUR 875 85 %
SUNGAI 5 6%
MATA AIR TERLINDUNG 74 7%
LAIN-LAIN 18 2%
JUMLAH 1030 100 %

Tabel 3.58 diatas menunjukan bahwa 85% sebagian besar sumber air
warga berasal dari air sumur.

58
DIAGRAM PIE 3.59
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS KESEHATAN LINGKUNGAN
BERDASARKAN
PENGELOLAAN SAMPAH
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

PENGELOLAAN SAMPAH

10%

DI BAKAR

DI BUANG SEMBARANGAN

90%

Diagram pie 3.59 diatas menunjukan bahwa 90% sebagian besar warga
mengelola sampah dengan dibakar.

TABEL 3.60
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS KESEHATAN LINGKUNGAN
BERDASARKAN
PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH TANGGA
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

PENGELOLAAN
FREKUENSI PERSENTASE
LIMBAH
TERBUKA 888 86%
TERTUTUP 142 14%
JUMLAH 1030 100%

59
Tabel 3.60 diatas menunjukan bahwa 86% sebagian besar pengelolaan
limbah rumah tangga adalah terbuka.

DIAGRAM PIE 3.61


DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS KESEHATAN LINGKUNGAN
BERDASARKAN
KEPEMILIKAN TERNAK
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

KEPEMILIKAN TERNAK
18%

YA
TIDAK

82%

Diagram pie 3.61 diatas menunjukan bahwa 82% sebagian besar warga
tidak memiliki hewan ternak.

TABEL DAN DIAGRAM 3.62


DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS LINGKUNGAN BERDASARKAN
TEMPAT KANDANG TERNAK
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

KANDANG TERNAK FREKUENSI PERSENTASE

DALAM RUMAH 10 6%
MENEMPEL DENGAN RUMAH

60
41 22%
DILUAR/JAUH DARI RUMAH
134 72%
JUMLAH
185 100%

Tabel 3.62 diatas menunjukan bahwa 6% masih ada warga yang


menempatkan kandang ternak di dalam rumah.

DIAGRAM PIE 3.63


DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS KESEHATAN LINGKUNGAN
BERDASARKAN PEMANFAATAN PEKARANGAN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

PEMANFAATAN PEKARANGAN
YA TIDAK

46%

54%

Diagram diatas menunjukan bahwa 46% sebagian besar masyarakat belum


memanfaatkan pekarangaan rumah.

TABEL 3.64

61
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS KESEHATAN LINGKUNGAN
BERDASARKAN JENIS PEMANFAATAN PEKARANGAN
DI DESA SEUAT
BULAN APRIL 2018

JENIS PEMANFAATAN FREKUENSI PERSENTASE


PEKARANGAN

PERKEBUNAN 245 49 %

TANAMAN BUNGA 72 15 %

TANAMAN OBAT 17 3%

LAIN-LAIN 161 33 %

JUMLAH 495 100 %

Tabel3.64 diatas menunjukan bahwa 49% sebagian besar jenis pemanfaatan


pekarangaan rumah adalah perkebunan.

D. Kegiatan Pra Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)

Kegiatan Pra MMD yang dilaksanakan di desa Seuat pada tanggal 20


April 2018 pukul 10.00 WIB bertempat di Balai Desa Seuat dihadiri oleh
Dosen Pembimbing, RW, RT, serta tokoh masyarakat dan semua
mahasiswa. Adapun susunan kepanitian sebagai berikut:

a. Singgih Ibnu Marsan sebagai Ketua Pelaksana.


b. Amanda Nuari Solihah dan Defa Rizki Aulia sebagai Pembaca
Acara
c. Nisa Sekar Ningrum sebagai Notulen
d. Aini Robbiyanthy sebagai Penyaji
e. Roihatul Jannah sebagai Sie. Konsumsi

62
Acara dibuka oleh pembawa acara dengan membaca lafadz Basmalah.
Acara dilanjutkan dengan membacakan susunan acara. Adapun susunan
acara sebagai berikut, sambutan dari dosen pembimbing H. Thoha SKM, BSc
memberikan sambutan tentang Survey Mawas Diri (SMD) dan hasil masalah
yang ditemukan oleh mahasiswa di desa Seuat. Sambutan yang terakhir oleh
Bapak oleh Bapak Usup selaku Kepala desa mengenai penyampaian ucapan
terimakasih atas pendataan yang dilakukan oleh mahasiswa, sehingga
mendapatkan masalah kesehatan yang ada di desa Seuat.

Pembaca acara menyerahkan jalannya acara kepada moderator.


Moderator membacakan jalannya peraturan, diskusi dan langsung
menyerahkan acara kepada Amanda Nuari Solihah dan Defa Rizki Aulia
sebagai penyaji yang menyajikan masalah yang ada di desa Seuat. Adapun
permasalahan di desa Seuat sebagai berikut:

a. Terdapat masyarakat yang terdiagnosa TB paru sebanyak 0,19%


b. Masih terdapatnya balita yang tidak diimunisasi sebanyak 41%
c. Masih terdapat masyarakat yang menderita hipertensi sebanyak
12,5 %
d. Masih terdapat ibu bersalin yang di tolong oleh Non Nakes
sebanyak 21%
e. Terdapat BALITA yang menderita gangguan gizi sebanyak 1%
f. Masih terdapat Pasangan Usia Subur yang tidak menggunakan
alat kontrasepsi sebanyak 35%
g. Masih terdapat keluarga yang tidak memiliki jamban sebanyak 29%
h. Banyaknya masyarakat yang merokok didalam rumah sebanyak
85%
i. Masih terdapat keluarga yang pengelolaan sampahnya dibuang
sembarangan sebanyak 10%

63
j. Banyaknya lansia yang tidak aktif di kelompok lansia berhubungan
dengan tidak adanya POSBINDU bagi Lansia.
k. Banyaknya tempat pembuangan limbah yang terbuka dan berbau
sebanyak 86%

Penyajian yang dibawakan oleh Amanda Nuari Solihah dan Defa Rizki
Aulia acara dilanjutkan dengan pengesahan permasalahan yang ada di desa
Seuat ditanda tangani oleh Bapak Usup selaku Kepala desa.

Acara pengesahan permasalahan di desa Seuat ditanda tangani


langsung oleh penanggung jawab dari kepala desa kemudian moderator
menyerahkan kembali jalannya acara kepada pembawa acara.

Acara selanjutnya penutupan kegiatan Pra MMD yang diakhhiri oleh doa
yang dipimpin oleh Bapak Ahmad Taufik selaku Sekretaris Desa.

E. Kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)

Musyawarah Masyarakat Desa bertujuan untuk menumbuhkan


kesadaran masyarakat akan potensi yang dimilikinya untuk menolong mereka
sendiri dalam meningkatkan mutu hidup mereka. Selain dari itu MMD untuk
mengembangkan kemampuan dan prakasa masyarakat untuk berperan
secara aktif dan berswadaya dalam meningkatkan kesejahteraan mereka
sendiri. Dalam MMD juga dapat menghasilkan lebih banyak tenaga-tenaga
masyarakat setempat yang mampu, terampil serta mau berperan aktif dalam
pembangunan desa.

Pelaksanaan musyawarah masyarakat desa (MMD) Seuat dimulai


pukul 10.00 WIB pada hari Jum’at tanggal 20 April 2018. Pembukaan
dilakukan oleh pembawa acara dari mahasiswi Amanda Nuari Solihah dan
Defa Rizki Aulia. Acara dimulai dengan pembacaan basmallah dilanjutkan
dengan pembacaan susunan acara, adapun susunan acara sebagai berikut,

64
yang pertama menyanyikan lagu Mars Poltekkes Kemenkkes Banten, kedua
laporan panitia MMD oleh mahasiswa Singgih Ibnu Marsan, ketiga sambutan
dari ketua pelaksana yang dibawakan oleh tokoh masyarakat yaitu Bapak
Ahmad Taufik. Beliau memberikan sambutan tentang ucapan terimakasih
kepada masyarakat yang berantusias hadir dalam acara musyawarah
masyarakat desa dan juga menginformasikan bahwa mencegah lebih baik
daripada mengobati dengan itu masalah kesehatan terutama di Desa Seuat
harus diuraikan dan dibahas secara bersama.

Kemudian sambutan terakhir disampaikan oleh dosen pembimbing


PKL terpadu yaitu Bapak H.Thoha SKM. BSc, membahas tentang tujuan dari
pelaksanaan musyawarah masyarakat desa. Pokok permasalah yang
diperoleh dalam pendataan yang dilakukan selama 2 hari oleh mahasiswa di
desa Seuat. Dengan menguraikan permasalahan yang akan dibahas oleh
mahasiswa dan masyarakat yang selanjutkan akan memusyawarahkan
bersama masyarakat untuk mencari solusi dari permasalahan yang ada.

Acara selanjutnya penyajian dan perumusan data yang dibawakan


oleh mahasiswa Aini Robbiyanthy, adapun penyajian permasalahan sesuai
dengan urutan yang di prioritasnya yaitu sebagai berikut:

1. Tidak terdapatnya POSBINDU


2. Masih banyaknya Balita yang tidak di imunisasi
3. Masih banyaknya masyarakat yang menderita hipertensi
4. Tempat pembuangan limbah yang terbuka dan berbau
5. Masih banyaknya keluarga yang tidak memiliki jamban

Acara dilanjutkan oleh Amanda Nuari Solihah dan Defa Rizki Aulia
yang langsung mengambil alih acara untuk dilanjutkan dengan penyepakatan
rencana penanggulangan masalah adapun intervensi yang telah disepakati
dengan masyarakat sebagai berikut: Pembentukan POSBINDU dan

65
pemberdayaan kader, melakukan penyuluhan kesehatan tentang imunisasi,
hipertensi, dan pengelolaan limbah yang tepat serta membuat tong sampah
dari bahan bekas dan melakukan kerja bakti di lingkungan sekitar desa
Seuat.

Setelah dilakukan kesepakatan intervensi dengan warga, moderator


menyerahkan kembali acara kepada pembawa acara dilanjutkan dengan
pembacaan doa oleh bapak Ahmad Taufik dan ditutup dengan membaca
hamdallah

66
1. Kegiatan Intervensi

--
--

- - - --
- -- -

-
-
-

- --

- -
- -

67
68
A. Evaluasi Hasil Kegiatan
Setelah dilakukan intervensi dari setiap permasalahan didapatkan hasil
evaluasi yaitu :
1. Penderita hipertensi yang tidak minum obat hipertensi
Setelah dilaksanakan intervensi berupa penyuluhan terhadap
penderita hipertensi yang tidak minum obat hipertensi yang di
hadiri oleh bidan Novia Amd.Keb, ibu kader RW 01 dan RW 02
serta dosen pembimbing yaitu Ibu Ibu Dina Srimawaddah S.Si dan
Ibu Wenti Dwi Febriani. yang disajikan oleh Amelia Nurul Hakim
bertempat di Balai Desa Seuat. Penyaji menjelaskan menggunakan
media leaflet dan Power Point. Setelah dilakukan penyuluhan
respon penderita hipertensi sangat antusias, dibuktikan dengan
hadirnya 25 orang dan 3 pertanyaan yang diajukan, maka dapat
disimpulkan bahwa penderita hipertensi mengetahui pentingnya
meminum obat hipertensi dan pentingnya memeriksakan
keadaannya ke fasilitas kesehatan. Pada pemeriksaan tekanan
darah didapatkan 3 orang yang tekanan darahnya mendekati 170
mmhg, setelah itu keesokan harinya dilakukan pemeriksaan
Madical Chack Up untuk kemudian menganjurkan pemeriksaan
lanjutan ke puskesmas untuk mendapatkan intervensi.
2. Imunisasi Bayi Tidak Lengkap
Setelah dilaksanakan intervensi berupa penyuluhan terhadap
Imunisasi Tidak Lengkap yang di hadiri oleh bidan Novia, Amd.Keb
dan dosen pembimbing yaitu Ibu Dina Srimawaddah S.ST dan Ibu
Wenti Dwi Febriani. yang disajikan oleh Aini Robbiyanthy
bertempat di Balai Desa Seaut. Penyaji menjelaskan menggunakan
media leafleat, power point. Setelah dilakukan penyuluhan respon

69
ibu yang memiliki anak 0-12 bulan sangat antusias, dibuktikan
dengan hadirnya 25 orang dan 3 pertanyaan yang diajukan, maka
dapat disimpulkan bahwa ibu yang mempunyai bayi umur 0-12
bulan mengerti tentang pentingnya pemberian dan manfaat
imunisasi pada bayi serta mau datang ke fasilitas kesehatan untuk
mengimunisasikan bayinya.

3. Pengelolaan Limbah Sampah yang Kurang Baik


Setelah dilaksanakan intervensi berupa penyuluhan dan
kegiatan kerja bakti terhadap pengelolaan sampah yang di hadiri
oleh bidan Novia Amd,Keb, kader RW 02 dan RW 04 dan dosen
pembimbing yaitu Ibu Dina Sri Mawaddah, S.ST dan Ibu Sarah
Anlyza, M.Si Untuk penyuluhan disajikan oleh Dea Putri Febriyani
dan Cici Nuriyah dan untuk kerja bakti di RW 03 diketuai oleh
Singgih Ibnu Marsan bertempat di Balai Desa Seuat. Penyaji
menjelaskan menggunakan media leafleat dan Power Point.
Setelah dilakukan penyuluhan dan kerja bakti respon masyarakat
sangat antusias, dibuktikan dengan hadirnya 30 orang dan 3
pertanyaan yang diajukan, maka dapat disimpulkan bahwa,
masyarakat mengetahui tentang pengelolaan sampah yang baik
dan memiliki kesadaran untuk menjaga lingkungannya serta
merealisasikannya dengan pembuatan bak sampah oleh setiap
rumah.

4. Pemberdayaan kader untuk pembentukan POSBINDU


Setelah dilaksanakan intervensi berupa penyuluhan terhadap
pemberdayaan kader untuk pembentukan POSBINDU yang di
hadiri oleh bidan Novia, Amd.Keb, Ibu Dina Sri Mawaddah, S.ST
selaku dosen pembimbing dan 10 orang kader. yang disajikan oleh

70
Aini Robbiyanthy bertempat Balai Desa Seuat. Penyaji
menjelaskan menggunakan media Power Point. Setelah dilakukan
penyuluhan respon para kader sangat antusias, dibuktikan 3
pertanyaan yang diajukan dan kader siap merealisasikan
POSBINDU di Desa Seuat, maka dapat disimpulkan bahwa, kader
mengerti tentang mekanisme pelaksanaan POSBINDU.

71
BAB IV
PEMBAHASAN

Kegiatan PKL Terpadu dilaksanakan selama 2 minggu, tepatnya pada


tanggal 16 hingga 28 April 2018. Kegiatan pemberdayaan masyarakat ini
melibatkan Kepala desa, kader kesehatan, tokoh masyarakat, dosen dan
mahasiswa Poltekkes Banten. Setelah dilakukan Musyawarah Masyarakat
Desa pada hari Jumat, 20 April 2018 didapatkan 5 prioritas masalah dari 10
masalah yang ditemukan.
Prioritas masalah tersebut yaitu :
a. Banyaknya Lansia yang tidak aktif di kelompok lansia
Secara keseluruhan lansia di Desa Seuat tidak aktif di kelompok
lansia. Hal ini dikarenakan tidak adanya fasilitas POSBINDU yang dapat
menunjang aktifitas lansia.
Dengan adanya masalah tidak adanya POSBINDU di Desa Seuat,
Mahasiswa Poltekkes Banten membuat intervensi sebagai cara untuk
penangulangan masalah tersebut. Intervensi berupa pembentukan
POSBINDU dan pelatihan kader yang dilaksanakan pada hari Kamis, 26
April 2018.
Rencana pembentukan POSBINDU di Desa Seuat yang dibangun
di lingkungan RW 02 masih dalam tahap pengajuan ke Kepala
Kecamatan. Belum tersedianya dana dari Swadaya Masyarakat
menyebabkan pembentukan POSBINDU menjadi terhambat. Disamping
itu, bentuk implementasi dari pelatihan kader telah dilakukan pada hari
Kamis, 26 April 2018 jam 09.00 hingga selesai. Pelatihan kader berisi
tentang penjelasan materi mengenai POSBINDU, penyuluhan kesehatan
tentang kebutuhan LANSIA, melakukan simulasi pemeriksaan kesehatan
seperti mengecek kolesterol, asam urat, dan gula darah.

72
Setelah dilakukan implementasi mengenai pelatihan kader di Desa
Seuat, secara keseluruhan mahasiswa berhasil dalam melakukan
pelatihan kader. Hal ini dilihat dari mampunya kader dalam menjelaskan
kembali tentang pentingnya POSBINDU bagi lansia dan mampu
melakukan simulasi pemeriksaan kesehatan yang telah diajarkan oleh
mahasiswa. Implementasi yang belum terealisasikan yaitu pembentukan
POSBINDU di Desa Seuat karena terhambat dengan masalah
pendanaan. Saran penanggulangan untuk permasalahan ini yaitu
masyarakat bisa memanfaatkan pelayanan posyandu yang terletak di
RW 01, 03 dan 04. sebagai sarana untuk pemberdayaan lansia seperti
pemeriksaan kesehatan dan senam lansia.

b. Banyaknya tempat pembuangan limbah yang terbuka dan berbau


Masyarakat desa seuat sebagian besar tempat pembuangan
limbahnya masih terbuka dan berbau. Hal ini dikarenakan kurangnya
kemampuan dan kesadaran masyarakat untuk membuat tempat
pembuangan limbah sehingga dapat menimbulkan berbagai penyakit.
Adanya masalah tempat pembuangan sampah yang terbuka dan
berbau di Desa Seuat, mahasiswa membuat intervensi yaitu melakukan
penyuluhan tentang penanggulangan sampah dan melakukan
pembuatan contoh untuk pembuangan limbah dari bahan yang sudah
tidak terpakai seperti ember bekas, ini sebagai cara untuk
penanggulangan masalah tersebut. Intervensi ini bertujuan untuk
menjaga agar lingkungan bersih dan sehat.
Implementasi dilaksanakan pada hari Jumat, 27 April 2018 pukul
13.00 WIB dilaksanakan di RW 04. Implementasi dimulai dari mahasiswa
memberikan penyuluhan kesehatan mengenai cara penanggulangann
sampah kemudian menggerakkan masyarakat untuk membuat
pembuangan sampah dari bahan yang tidak terpakai.

73
Setelah dilakukan implementasi mengenai permasalahan tersebut
mahasiswa secara keseleruhan berhasil membuat masyarakat mengerti
dan mampu menggerakkan masyarakat untuk menanggulangi sampah
secara baik dan benar.
Saran yang diberikan oleh mahasiswa yaitu selain pembuatan
pembuangan limbah juga harus digabungkan dengan adanya perubahan
perilaku dari setiap masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih dan
sehat.

c. Masih terdapat masyarakat yang menderita hipertensi


Dari hasil data yang didapatkan, masyarakat Desa Seuat yang
mengalami penyakit hipertensi sekitar 12,5% atau sekitar 129 orang. Hal
ini dikarenakan masyarakat tidak mengetahui secara spesifik tentang
penyakit hipertensi dan tidak dapat mengatur pola makan dan pola
hidupnya.
Intervensi yang dilakukan untuk masalah tersebut yaitu dengan
dilakukannya penyuluhan mengenai penyakit hipertensi yang bertujuan
untuk membuat masyarakat mengerti tentang penyakit hipertensi
sehingga masyarakat dapat mencegah terjadinya penyakit hipertensi dan
dapat menurunkan angka penyakit hipertensi.
Implementasi dilakukan pada hari Senin tanggal 23 April 2018 pukul
13.00 WIB dilaksanakan di Balai Desa. Ini dilakukan dimulai dari
mahasiswa memberikan penyuluhan tentang penyakit hipertensi.
Penyuluhan hipertensi ini berisi tentang pengertian, tanda dan gejala,
penyebab, makanan yang harus dibatasi, dan pencegahan hipertensi.
Setelah implementasi dilakukan didapatkan mayarakat mampu
memahami tentang hipertensi dan bagaimana pencegahannya. Hal ini
dilihat dari masyarakat mampu menjelaskan kembali tentang penyakit

74
hipertensi dan pengobatan secara tradisional sebagai bentuk
pencegahan penyakit hipertensi.
Saran mahasiswa atas masalah tersebut yaitu harus sering
memeriksakan kesehatan ke fasilitas kesehatan secara rutin agar dapat
mendeteksi dini dalam pencegahan penyakit hipertensi.

d. Masih terdapat bayi dan balita yang tidak di imunisasi


Sebagian masyarakat yang mempunyai bayi dan balita masih
belum melakukan imunisasi dikarenakan ketidakmauan keluarga untuk
melakukan imunisasi terhadap bayi dan balitanya ke fasilitas kesehatan
dengan alasan tidak mampu menjangkau jarak fasilitas kesehatan.
Intervensi yang didapatkan yaitu dengan memberikan penyuluhan
tentang imunisasi kepada ibu yang mempunyai bayi dan balita. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran tentang
pentingnya imunisasi.
Implementasi yang dilakukan hari Senin tanggal 23 April 2018 pukul
15.00 WIB bertempat di Balai Desa Seuat. Penyuluhan berisikan tentang
pengertian, jenis-jenis imunisasi, indikasi dan kontraindikasi tentang
imunisasi. Dari penyuluhan yang dilakukan masyarakat mampu
menjelaskan kembali akan pentingnya imunisasi dan berantusias untuk
melakukan imunisasi pada bayi dan balitanya.
Mahasiswa dapat memberikan saran kepada masyarakat agar
masyarakat dapat mencegah terjadinya penyakit melalui imunisasi dan
menganjurkan masyarakat untuk rutin melakukan POSYANDU.
e. Masih terdapat keluarga yang tidak memiliki jamban
Masih banyak Keluarga di Desa Seuat yang tidak memiliki jamban
di dalam rumahnya, hal ini disebabkan faktor ekonomi, ketidakmampuan
keluarga untuk membangun jamban menyebabkan banyaknya keluarga
membuang hajat di kebun dan di sungai.

75
Intervensi dari masalah tersebut yaitu membuat percontohan WC
dengan biaya seminimal mungkin dan melakukan penyuluhan tentang
perilaku hidup bersih dan sehat dan menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Implementasi dari masalah tersebut yaitu dilakukan penyuluhan
mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat pada hari Kamis
tanggal 26 April 2018 pukul 09.00 WIB. Sedangkan untuk implementasi
pembuatan WC belum terealisasikan karena itu dilakukan dalam waktu
jangka panjang oleh masyaakat Desa Seuat.
Saran yang diberikan mahasiswa yaitu masyarakat dapat
menerapkan hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari dan
segera terlaksananya pembangunan jamban di Desa Seuat.

76
BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kegiatan PKL terpadu PKMD Mahasiswa Politeknik Kesehatan
Kemenkes Banten telah dilaksanakan pada tanggal 16 hingga 28 April
2018 di Desa Seuat Kecamatan Petir Kabupaten Serang Provinsi Banten.
Setelah dilakukan Survei Mawas Diri selama 2 hari yaitu pada tanggal 17
hingga 18 April 2018 telah berhasil mendapatkan data kesehatan dari
Masyarakat Desa Seuat. Dilihat dari segi perekonomian, mata
pencaharian Desa Seuat sangat mayoritas adalah buruh (42%), dalam
segi agama 100 % beragama islam, pendidikan kepala keluarga
mayoritas tamat SD (48%), kepala keluarga mayoritas laki-laki dan umur
kepala keluarga mayoritas 20-60 tahun (86%). Masalah yang terdapat di
Desa Seuat diantaranya adalah :
1. Terdapat masyarakat yang terdiagnosis TB Paru
2. Masih terdapat bayi dan balita yang tidak di imunisasi
3. Masih terdapat masyarakat yang menderita hipertensi
4. Masih terdapat ibu bersalin yang di tolong oleh Non- Nakes,
5. Terdapat bayi dan balita yang menderita gangguan gizi
6. Masih terdapat Pasangan Usia Subur yang tidak menggunakan alat
kontrasepsi
7. Masih terdapat keluarga yang tidak memiliki jamban,
8. Banyaknya masyarakat yang merokok,
9. Masih terdapat keluarga yang pengelolaan sampahnya di buang
sembarangan,
10. Banyaknya Lansia yang tidak aktif di kelompok lansia,
11. Banyaknya tempat pembuangan limbah yang terbuka dan berbau

77
Intervensi yang dilakukan berdasarkan masalah yang timbul sesuai hasil
Survei Mawas Diri yang telah dilakukan selama 2 hari.

4.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Harapan kami kepada mahasiswa agar selalu bekerjasama,
mengesampingkan ego dan saling berkomunikasi dengan baik dalam
menjalankan PKL Terpadu. Agar mahasiswa dapat mengambil
pelajaran dan pengalaman dari apa yang telah didapat selama
menjalankan PKL Terpadu dan dapat menerapkannya di lingkungan
pekerjaan. Mahasiswa disarankan agar membawa jaminan kesehatan
yang dimiliki.
2. Bagi Institusi
Di harapkan dalam pembekalan PKL Terpadu hendaknya
diberikan lebih intensif untuk memantapkan pengetahuan dan
persiapan dalam pelaksanaan PKL Terpadu. Diharapkan untuk lebih
meningkatkan fasilitas dalam hal keterkesediaan alat MCU di setiap
Desa. Diharapkan tersedia basecamp pembimbing disetiap desa
untuk memudahkan proses konsultasi.
3. Bagi Desa
Harapan kami kepada Kepala Desa serta jajarannya yang telah
dibantu oleh kader dan masyarakat Desa Seuat agar dapat
melanjutkan kegiatan yang telah dilakukan oleh Mahasiswa Politeknik
Kesehatan Kemenkes Banten agar apa yang telah kami berikan dapat
bermanfaat bagi masyarakat. Serta kami mengaharapkan kepada
masyarakat Desa Seuat agar dapat merubah kebiasaan buruk
menjadi lebih baik setelah diberikan penyuluhan oleh Mahasiswa
Politeknik Kesehatan Kemenkes Banten.

78

Anda mungkin juga menyukai