Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN

PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN (PBL)

ANALISIS MASALAH DAN INTERVENSI KESEHATAN

DI KELURAHAN MELATI I KECAMATAN PERBAUNGAN

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

OLEH:

KELOMPOK 23

ARADEA DESIKA PUTRI SITORUS (131000293)


FIKRIYAH ARFINA NAINGGOLAN (131000249)
WIWI HARIF SANDI (131000459)
SUSANTRI R. PURBA (131000294)
MUHAMMAD RIZAL (131000526)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa atas berkat dan karunia-
Nya serta kekuatan bagi kami hingga dapat menyelesaikan laporan hasil
Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) sesuai dengan waktu yang ditetapkan.

Penulisan makalah ini dibuat dengan tujuan melaksanakan tugas mata


kuliah PBL yang telah diberikan serta untuk menambah pengetahuan kepada
penulis dan pembaca mengenai bagaimana kondisi kesehatan di Kelurahan Melati
I Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Berdagai.

Proses penyusunan makalah ini tidak lepas dari bimbingan, dukungan, dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada xxxx selaku dosen
pembimbing mata kuliah PBL yang sangat membantu dalam proses penyusunan
makalah ini, juga kepada teman-teman yang setia memberi masukan dan saran
demi rampungnya makalah ini, juga kepada masyarakat Kelurahan Melati I yang
bersedia menerima kehadiran kami, mendukung, serta ikut berpartisipasi dalam
program yang kami berikan, dan juga kepada Bapak Kepala Desa yang membantu
kami menjalankan setiap program kami.

Tim ini sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 5 April 2017

Tim
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang PBL
1.2.Kompetensi PBL
1.3.Tujuan
1.4. Manfaat PBL
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. METODE PELAKSANAAN PBL
IV. HASIL
V. PEMBAHASAN
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang PBL


Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Sumatera Utara sebagai
salah satu institusi penyelenggaraan pendidikan nasional dengan kekhususan Ilmu
Kesehatan Masyarakat bertanggung jawab untuk melahirkan tenaga kesehatan
yang berkualitas dan siap untuk diterjunkan ke masyarakat. Sesuai dengan salah
satu misi FKM USU yaitu menyelenggarakan dan mengembangkan kegiatan
pengabdian pada masyarakat secara konseptual maupun secara langsung dalam
pembangunan kesehatan. Oleh sebab itu, maka proses belajar mengajar dilakukan
juga di lapangan atau dalam komunitas masyarakat, yang disebut dengan
Pengalaman Belajar Lapangan (PBL).
Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) adalah bagian dari proses belajar
mengajar dimana mahasiswa diberi kesempatan untuk lebih memahami serta
mampu dan terampil menggunakan Ilmu Kesehatan Masyarakat yang telah
dipelajari di kelas untuk diterapkan ditengah-tengah kehidupan masyarakat.
Pengalaman belajar lapangan diharapkan pula dapat menjadi sarana balajar bagi
mahasiswa untuk lebih peka dalam membaca masalah kesehatan yang terdapat di
suatu daerah, sekaligus menemukan pemecahan untk masalah tersebut.
Kesehatan masyarakat sebenarnya bukan hasil pekerjaan medis semata, tetapi
merupakan hasil interaksi faktor-faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan
dan genetik (H. L. Blum). Sehingga penanganan masalah kesehatanpun mesti
dilakukan dengan cara yang komprehensif dengan memperhatikan faktor-faktor
tersebut di atas. Untuk itu diperlukan keterampilan, pengetahuan, dan penguasaan
teori-teori. Bekal keterampilan tersebut dicapai melalui Pengalaman Belajar
Lapangan (PBL).
Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) yang dilakukan merupakan upaya
pemberdayaan masyarakat dengan cara pembelajaran yang terorganisasi dengan
baik melalui proses fasilitasi dan pendampingan kepada masyarakat dalam rangka
mengantar masyarakat untuk mampu mandiri dan kemudian dilepas untuk mandiri
melalui pemeliharaan semangat, kondisi dan kemampuan secara terus menerus
supaya tidak mengalami kemunduran.
Kegiatan pendampingan dan fasilitasi sebagai upaya pemberdayaan
masyarakat diarahkan kepada : a) pengidentifikasian masalah dan sumber daya; b)
diagnosis dan perumusan pemecahan masalah; c) penetapan dan pelaksanaan
pemecahan; d) pemantauan dan evaluasi program.
Mahasiswa FKM USU hadir di masyarakat sebagai agent of change di
masyarakat yang akan melakukan pendampingan dengan memberikan alternatif,
saran dan bantuan konsultatif (peran konsultatif dan partisipatif) terhadap masalah
kesehatan yang dialami oleh masyarakat dengan melakukan kemitraan dengan
instansi setempat untuk mendukung proses pelaksanaan pembelajaran di
masyarakat.
PBL dilaksanakan di dalam masyarakat sebagai komunitas diwilayah kerja
puskesmas untuk membantu masyarakat dalam memahami kesehatan dan
membantu alternatif pemecahan permasalahan kesehatan yang timbul di dalam
masyarakat, sehingga masyarakat mampu dan mau berperan aktif dalam upaya
meningkatkan kesehatannya (Pedoman PBL FKM USU, 2016).

1.2 Kompetensi PBL


Mahasiswa diharapkan mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan
masyarakat, memahami layanan kesehatan di puskesmas, menganalisis situasi
permasalahan kesehatan yang terjadi di masyarakat, mengenali tipologi
masyarakat, mampu mengembangkan masyarakat agar dapat menangani
permasalahan yang terjadi dan mampu menggerakkan masyarakat agar
berpartisipasi dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan yang ada.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengimplementasikan ilmu kesehatan masyarakat
yang dikuasai untuk mengenal dan memahami layanan kesehatan di
puskesmas, mengidentifikasi masalah kesehatan masyarakat, menetapkan
penyebab terjadinya masalah kesehatan masyarakat, serta memberikan
alternatif penyelesaian masalah kesehatan masyarakat di wilayah PBL.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Melaksanakan dan menerapkan ilmu kesehatan masyarakat secara team
work dengan tahapan:
a) Mampu bersosialisasi dengan masyarakat
b) Mampu memahami layanan kesehatan di Puskesmas
c) Mampu mengidentifikasi masalah kesehatan yang timbul di
masyarakat
d) Mampu menentukan prioritas masalah kesehatan yang dihadapi
masyarakat
e) Mampu merumuskan rencana pemecahan masalah kesehatan yang
dihadapi masyarakat
f) Mampu menentukan intervensi program pemecahan masalah kesehatan
di masyarakat yang menjadi prioritas masalah.
g) Mampu mengevaluasi intervensi program yang telah dilaksanakan,
dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat.
h) Alternatif perbaikan intervensi program dalam rangka pengembangan
selanjutnya, dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat.
2. Mampu mengidentifikasi permasalahan dan memberikan solusi pada 5
keluarga yang menjadi tugas individu mahasiswa.
3. Mengembangkan soft skill mahasiswa dalam meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk berperan serta aktif dalam menangani permasalahan
kesehatan diwilayah PBL serta berperilaku sehat.
4. Meningkatkan empathy dan kepedulian mahasiswa terhadap peningkatan
perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat
5. Mengembangkan masyarakat menuju desa sehat
1.4 Manfaat PBL
Untuk membantu mahasiswa agar mampu mengimplementasikan ilmu
kesehatan masyarakat yang dikuasai untuk mengenal dan memahami layanan
kesehatan di puskesmas, mengidentifikasi masalah kesehatan masyarakat,
menetapkan penyebab terjadinya masalah kesehatan masyarakat, serta
memberikan alternatif penyelesaian masalah kesehatan masyarakat di wilayah
PBL.
II.TINJAUAN PUSTAKA

Kesehatan adalah keadaan baik secara menyeluruh termasuk kondisi fisik,


mental dan sosialnya, tidak sekedar ketiadaan suatu penyakit atau kecacatan
(WHO, 1948).Sementara menurut Undang-undang Kesehatan No. 36 Tahun
2009 Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
Sementara menurut Winslow (1920) bahwa kesehatan masyarakat adalah ilmu
dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan
fisik dan mental, dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk
1. Perbaikan sanitasi lingkungan
2. Pemberantasan penyakit-penyakit menular
3. Pendidikan untuk kebersihan perorangan
4. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk
diagnosis dini dan pengobatan.
5. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi
kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.
Berdasarkan defenisi kesehatan masyarakat menurut Winslow dapat
disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat memiliki dua aspek yakni aspek teoritis
(ilmu) dan aspek praktis (aplikatif). Kedua aspek ini masing-masing mempunyai
peran dalam kesehatan masyarakat. Dari aspek teoritis perlu didasari dan
didukung dengan hasil-hasil penelitian. Artinya dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan masyarakat (aplikasi) harus didasarkan pada temuan-temuan atau hasil
kajian ilmiah(penelitian). Sebaliknya, kesehatan masyarakat juga harus terapan
artinya hasil-hasil studi kesehatan masyarakat harus mempunyai manfaat bagi
pengembangan program.
Menurut UU RI No.36 (2009) pasal 3 tentang Kesehatan, pembangunan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia
yang produktif secara sosial dan ekonomis. Hal ini dapat dilaksanakan dengan
mempertimbangkan determinan sosial seperti kondisi kehidupan sehari-hari,
tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, distribusi kewenangan, keamanan,
kesadaran masyarakat, dan kemampuan tenaga kesehatan dalam mengatasi
masalah-masalah tersebut (Depkes RI, 2009).
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma
sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional(Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015).
1. Pilar paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengutamaan kesehatan
dalam pembangunan, penguatan promotif, preventif dan pemberdayaan
masyarakat.
2. Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan
akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan
mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan continum of care
dan intervensi berbasis risiko kesehatan.
3. Jaminan kesehatan nasional dilakukan dengan strategi perluasan sasaran
dan benefit serta kendali mutu dan kendali biaya.
4. Upaya kesehatan masyarakat sebagai seni atau prakteknya mempunyai
cakupan yang luas. Semua kegiatan baik langsung maupun tidak langsung
untuk mencegah penyakit( preventif), meningkatkan kesehatan(promotif),
terapi ( fisik, mental,sosial) atau kuratif, maupun pemulihan(rehabilitatif)
kesehatan fisik,mental dan sosial (Notoatmodjo,2003).
Usaha peningkatan derajat kesehatan diupayakan melalui upaya peningkatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif), serta upaya
pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Usaha-usaha tersebut dilakukan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan serta perlunya peningkatan sistem
pengamatan penyakit, pengkajian cara penanggulangan secara terpadu dan
penyelidikan terhadap penularan penyakit. Dalam mewujudkan pelaksanaan
upaya-upaya di atas, maka perlu dilakukan dengan pendekatan, pengikutsertaan
serta penggalian setiap potensi sosial dan fisik yang ada dalam masyarakat(UU RI
No. 36 tahun 2009).
Menurut H.L Blumm, terdapat empat faktor yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat yaitu perilaku, lingkungan, keturunan dan pelayanan
kesehatan. Dari ke-empat faktor tersebut ternyata faktor perilaku cukup besar
pengaruhnya diikuti dengan faktor lingkungan,pelayanan kesehatan dan
keturunan. Ke empat faktor tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi.
Perilaku sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya kasus penyakit yang didasari oleh perilaku atau gaya hidup.
Kebiasaan pola makan yang sehat dapat menghindarkan diri dari berbagai macam
penyakit seperti penyakit jantung, darah tinggi,stroke, diabetes mellitus dan
lainnya. Kebiasaan berolahraga juga dapat menghindarkan diri dari penyakit
tersebut.
Ke-empat faktor yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat
tersebut diatas tidak bisa berdiri sendiri. Namun saling berpengaruh. Oleh karena
itu upaya pembangunan harus dilakukan secara simultan dan saling mendukung.
Upaya kesehatan dilaksanakan harus bersifat menyeluruh atau komprehensif yang
berarti bahwa upaya kesehatan harus mencakup upaya preventif, promotif, kuratif,
dan rehabilitatif.
III. METODE PELAKSANAAN PBL

3.1 Teknik Pengambilan Sampel


3.1.1 Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2010: 61). Populasi dalam pelaksanaan di kelurahan melati 1 adalah
seluruh keluarga yang ada di kelurahan melati 1yang berjumlah 500 KK.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2010: 62). Dengan kata lain, sampel
merupakan sebagian atau bertindak sebagai perwakilan dari populasi
sehingga hasil penelitian yang berhasil diperoleh dari sampel dapat
digeneralisasikan pada populasi.
Besarnya sampel dalam pelaksanaan PBL ini ditentukan dengan
rumus Isaac dan Mic sebagai berikut:

Keterangan :

n : Jumlah sampel

: Nilai tabel chisquer untuk tertentu (dk=1)

N : Jumlah Populasi

P = Q = 0,5

D : Taraf Signifikasi (1%, 5%, 10%)


Untuk menggunakan rumus ini, pertama ditentukan berapa batas
toleransi kesalahan. Batas toleransi kesalahan ini dinyatakan dengan
persentase. Semakin kecil toleransi kesalahan, semakin akurat sampel
menggambarkan populasi. Misalnya, penelitian dengan batas kesalahan
10% berarti memiliki tingkat akurasi 90%. Penelitian dengan batas
kesalahan 5% memiliki tingkat akurasi 95%. Dengan jumlah populasi yang
sama, semakin kecil toleransi kesalahan, semakin besar jumlah sampel
yang dibutuhkan.Toleransi kesalahan yang digunakan pada penelitian ini
adalah dengan batas kesalahan 10% yang berarti memiliki tingkat
kepercayaan 90%.
Besarnya sampel untuk Kelurahan melati 1dengan populasi 500
KK dan batas toleransi kesalahan 10% :
2 . . .
=
2 . ( 1) + 2 . .
12 . 500.0,5
=
0,12 . (500 1) + 12. 0,5
250
=
5,005
= 49,95
= 50
Dari perhitungan diatas maka sampel yang diambil dalam
pelaksanaan PBL ini adalah sebanyak 50 KK.
3.1.2 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang baik merupakan pondasi dan inti
dari semua penelitan atau analisis ilmiah. Pegambilan sampel dalam proses
survei ilmiah harus memiliki validitas, dan teknik serta metodologi
pengambilan sampel yang dipakai pun harus sudah diakui,
distandardisasikan dan sudah dibuktikan. Individu yang berpartisipasi
dalam survei jumlahnya harus cukup bermakna untuk memberikan hasil
yang valid, temuan yang reliabel dan hasil akhir yang akan memberikan
sebuah gambaran yang benar dan akurat mengenai kondisi dan masalah
kesehatan. (Thomas C.Timmreck,1998:236)
Ada banyak teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
pengumpulan data. Dalam pengumpulan data pelaksanaan PBL, kami
mengunakan teknik pengambilan sampel sampel berjatah (Quota Sample).
Sampel berjatah (Quota Sample) kami gunakan karena dalam
pengumpulan data kami menggunakan metode wawancara.
3.2 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Pengumpulan data dan analisis kesehatan masyarakat dilakukan
dengan wawancara dan berdasarkan data yang telah dimiliki oleh
Puskesmas.
3.2.1 Data Puskesmas
Pengumpulan data puskesmas dilakukan dengan melihat Profil
Kesehatan Puskesmas Melati Tahun 2015.
3.2.2 Data Kesehatan Masyarakat
1. Tahap Pendekatan
Untuk mendapatkan data, terlebih dahulu diadakan pendekatan
kepada masyarakat di Kelurahan Melati 1, kader kesehatan, Kepala
Kelurahan Melati 1 dan perangkat Kelurahan Melati 1, Bidan desa, Kepala
dusun, tokoh-tokoh agama dan masyarakat serta karang taruna. Pendekatan
dilakukan dengan kunjungan ke rumah-rumah, perwiritan/doa lingkungan
dan acara yang diadakan warga desa.
2. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati keadaan yang ada di
lapangan pada saat mengadakan penelitian pendahuluan yaitu untuk
mengamati semua kegiatan masyarakat di desa setiap hari. Observasi yang
dilakukan bertahap dengan tahap pendekatan kepada seluruh komponen
masyarakat di Kelurahan Melati 1. Observasi dilakukan dengan melihat
langsung perilaku, kebiasaan dan keadaan lingkungan berupa rumah
penduduk, sarana air bersih, SPAL, sampah dan PHBS serta kearifan
lokal di Kelurahan Melati 1.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan secara langsung kepada masyarakat di
Kelurahan Melati 1 dengan menggunakan kuesioner tertulis yang telah
dipersiapkan, kemudian mengunjungi rumah penduduk yang menjadi
bagian dari sampel . Data yang dikumpulkan melalui wawancara
menggunakan kuesioner, meliputi:
a. Data Sosiodemografi: nama kepala rumah tangga, jenis kelamin,
umur, agama, suku, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,
penghasilan/ bulan.
b. Data Epidemiologi: penyakit yang diderita masyarakat tiga bulan
terakhir dan berapa jumlah anggota keluarga yang menderita sakit
tersebut.
c. Data kesehatan lingkungan: komponen rumah, sarana dan sanitasi,
sumber air bersih, SPAL, sampah, pengolahan air minum dan
ternak yang dimiliki.
d. Data perilaku: pola hidup bersih dan sehat, gizi KIA, dan kesehatan
lingkungan.
e. Data gizi: jumlah konsumsi keluarga, ASI dan makanan
Pendamping ASI.
f. Data kesehatan ibu dan anak: umur WUS, bayi dan balita, ibu
hamil, jenis kelamin balita, kepemilikan KMS dan pemeriksaan
kehamilan (antenatal care), penggunaan KB.
g. Data pelayanan kesehatan: sarana dan pelayanan kesehatan

4. Analisis Data
a. Setelah data melalui kuesioner dikumpulkan kemudian data
tersebut diolah dan dianlisis untuk mendapatkan hasil. Analisis
data dalam pelaksanaan PBL menggunakan microsoft excel yang
merupakan program yang digunakan untuk melakukan pengelolaan
terhadap berbagai bentuk data penelitian. Pengelolaan data yang
benar dan terjamin validitasnya sangat diperlukan agar data dapat
dianalisa dengan baik. Alasan menggunakan microsoft excel
karena ini merupakan analisis sederhana (statistic deskriptif)
seperti distribusi frekuensi (persentase), ukuran pemusatan data
(mean), dan ukuran persebaran data (standar deviasi minimum-
maksimum) dapat dilakukan dengan microsoft excel. Alasan
lainnya yaitu :
3.3 Perencanaan Pelaksanaan Minilokakarya di Puskesmas
Minilokakarya di Puskesmas Melati berjalan pada setiap bulan,
tetapi pada bulan maret tidak diadakan minilokakarya dikarnakan
banyaknya program yang dilaksanakan. Sedangkan kegiatan minilokakara
pada bulan Maret di Puskesmas Melati dilaksanakan kembali pada bulan
April.
3.4 Metode Pelaksanaan Minilikakarya di Puskesmas
Adapun metode pelaksanaan Minilokakarya yang digunakan
adalah dengan cara diskusi.
3.5 Metode Pelaksaan Rembug Desa/Rembug Warga
Rembug desa dilakukan bersama-sama dengan perangkat desa
untuk membahas dan menentukan soslusi yang tepat untuk memecahkan
masalah kesehatan yang ada di Kelurahan Melati 1. Selain membahas
tentang masalah kesehatan masyarakat, pada rembug desa dilakukan juga
penentuan prioritas masalah kesehatan yang akan di selesiakan. Dalam
menentukan prioritas masalah kami menggunakan metode CARL. Metode
CARL adalah standar penilaian menentukan prioritas masalah dalam suatu
masalah kesehatan. Metode CARL menitik beratkan masalah kesehatan
berdasarkan prevalensi penyakit yang menunjukkan besarnya masalah,
kenaikan/meningkatnya prevalensi, keinginan masyarakat mengatasi
masalah, keuntungan sosial yang diperoleh jika masalah tersebut teratasi,
teknologi yang tersedia dan sumber daya yang tersedia.
Metode CARL adalah metode yang cukup baru di bidang
kesehatan. Metode CARL merupakan suatu teknik atau cara yang
digunakan untuk menentukan prioritas masalah jika data yang tersedia
adalah data kualitatif. Metode ini dilakukan dengan menentukan skor atas
kriteria tertentu, seperti kemampuan, kemudahan, kesiapan, serta
pengungkit.
Semakin besar skor semakin besar masalahnya, sehingga semakin
tinggi letaknya pada urutan prioritas. Penggunaan metode CARL untuk
menetapkan prioritas masalah dilakukan apabila pengelola program
menghadapi hambatan keterbatasan dalam menyelesaikan masalah.
Metode CARL didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus
diberi skor 0-5. Kriteria CARL tersebut mempunyai arti :

C = Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan


peralatan)
A = Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi
atau tidak. Kemudahaan dapat didasarkan pada ketersediaan metode / cara
/ teknoloi serta penunjang pelaksanaan seperti peraturan atau juklak.
R = Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun
kesiapan sasaran, seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi.
L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu
dengan yang lain dalam pemecahan masalah yang dibahas.
Setelah masalah atau alternatif pemecahan masalah diidentifikasi,
kemudian dibuat tabel kriteria CARL dan diisi skornya. Bila ada beberapa
pendapat tentang nilai skor yang diambil adalah rerata.
Nilai total merupakan hasil perkalian: C x A x R x L

3.6 Metode Pelaksanaan Kegiatan Pemecahan Masalah Di Puskesmas


Adapun metode pelaksanaan kegiatan pemecahan masalah yang
digunakan adalah dengan cara diskusi.
Tabel 3.1. Metode Pelaksanaan Kegiatan Pemecahan Masalah di Puskesmas
No. Program BentukKegiatan Metode Sektor
1. KIA Belkaga Penyuluhan Sekolah, Posyandu,
FGD masyarakat,
Kelas ibu Hamil Sosialisasi/penyuluhan mahasiswa PBL FKM
2. Imunisasi Bulan Imunisasi Anak Konseling USU
Sekolah (BIAS) Penyuluhan Kader posyandu,
Posyandu Konseling bidan
3. Program Kunjungan Neonatus Konseling Sekolah, bidan
Anak (KN 1) Konseling
Kunjungan Neonatus Bermain
Lengkap Konseling Kader posyandu,
Kunjungan bayi lengkap Konseling bidan desa
Kunjungna balita Bidan, kader
4. Program lengkap posyandu
TB Kelas anak Bidan, kader
Pengumpulan Sputum posyandu
PMO (pengawas minum Bidan, kader
obat) TB posyandu
Bidan, kader
posyandu
Pegawai puskesmas
Kader TB
Kader dan keluarga
penderita TB

3.7 Metode Pelaksanaan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat


Pelakasanaan pemberdayan masyarakat di Kelurahan Melati 1 Kecamatan
Perbaungan Kabupaten Serdang Berdagai dilakukan dengan menggunakan
metode PRA. Metode PRA merupakan suatau metode pendekatan untuk
mempelajari kondisi dan kehidupan pedesaan dari, dengan dan oleh masyarakat
desa. Beberapa hal prinsip yang ditekankan dalam PRA yaitu :
1. Saling belajar dari kesalahan dan berbagi pengalaman dengan masyarakat
2. Keterlibatan semua anggota kelompok, menghargai perbedaan dan
informal
3. Orang luar sebagai fasilitator, masyarakat sebagai pelaku
4. Konsep triangulasi
5. Optimalisasi hasil,orientasi praktis, dan keberlanjutan program

Salah satu kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan


di Kelurahan Melati 1 adalah kegiatan gotong royong, senam warga dan
pembuatan Tanaman Obat Keluarga (TOGA). Kegiatan tersebut
melibatkan kerjasama dengan warga, staf Kelurahan Melati 1 dan
Puskesmas. Kegiatan gotong royong dilakukan halaman kantor lurah dan
lingkungan melati 1 dan dihadiri oleh pernagkat Kelurahan Melati 1,
masyarakat di Kelurahan Melati 1. Beberapa tanaman yang ditanam di
pekarangan adalah tanaman serai wangi, kencur, sirih, kemangi , urang
aring, dan serai masak. Kegiatan gotong royong dan pembuatan TOGA ini
mengaktifkan kembali TOGA yang sebelumnya ada di Kelurahan Melati1
yang sempat tidak terurus lagi. Untuk kegiatan senam di Kelurahan Melati
1 di adakan seminggu dua kali, yaitu pada hari senin dan hari kamis di
lingkungan warga melati 1 pada jam 16.00 sampai dengan selesai. Dan
pada hari jumat kegiatan senam di Kelurahan Melati 1 diadakan pada
setiap hari jumat jam 09.00 sampai dengan selesai.
IV. HASIL

4. Hasil Pelaksanaan PBL

4.1 Gambaran Daerah PBL

4.1.1. Keadaan Demografi


Berdasarkan profil Kelurahan Melati I tahun 2016, penduduk Kelurahan
Melati I terdiri dari 500 KK, dengan rincian jumlah penduduk laki-laki terdapat
sebanyak 1.170 jiwa dan perempuan terdapat sebanyak 1.263 jiwa, sehingga
jumlah keseluruhan penduduk mencapai 2.433 jiwa. Kelurahan Melati I terdiri
dari 2 lingkungan. Lingkungan I terdapat sebanyak 307 KK (atau 1.405 jiwa)
penduduk. Sedangkan Lingkungan II terdapat sebanyak 193 KK (atau 1.028 jiwa)
penduduk.
Berdasarkan hasil survey dengan kuesioner yang telah dilakukan, keadaan
demografi dapat dijabarkan sebagai berikut.

4.1.2. Distribusi Frekuensi Anggota Rumah Tangga Berdasarkan Jenis


Kelamin
Dari hasil wawancara berdasarkan kuesioner yang dijalankan di Kelurahan
Melati I Kecamatan Perbaungan, maka diketahui jumlah anggota rumah tangga
berdasarkan jenis kelamin yang terdapat pada Tabel 4.1. berikut.

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Anggota Rumah Tangga Berdasarkan Jenis


Kelamin di Kelurahan Melati I Kecamatan Perbaungan Tahun 2016
No. Jenis Kelamin Jumlah %
1 Laki-laki 71 44,10
2 Perempuan 90 55,90
Jumlah 161 100,00

Dari Tabel 4.1. dapat dilihat bahwa frekuensi jenis kelamin laki-laki
adalah 71 jiwa (44,10%) dan jenis kelamin perempuan adalah 90 jiwa (55,90%).
Pada tingkat kepercayaan 95%, estimasi distribusi anggota rumah tangga laki-laki
berkisar antara 36,29% hingga 52,13% dari total populasi, sedangkan perempuan
berkisar antara 47,87% hingga 63,71% dari total populasi.

4.1.3. Distribusi Frekuensi Anggota Rumah Tangga Berdasarkan Umur


Dari hasil wawancara berdasarkan kuesioner yang dijalankan di Kelurahan
Melati I Kecamatan Perbaungan, maka diketahui jumlah anggota rumah tangga
berdasarkan umur yang terdapat pada Tabel 4.2. berikut.

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Anggota Rumah Tangga Berdasarkan Umur di


Kelurahan Melati I Kecamatan Perbaungan Tahun 2016
No. Umur Jumlah %
1 <=10 5 3,11
2 >10-20 29 18,01
3 >20-30 32 19,88
4 >30-40 34 21,12
5 >40-50 33 20,50
6 >50-60 22 13,66
7 >60-70 5 3,11
8 >70-80 1 0,62
Jumlah 161 100,00

Pengkategorian kembali rentang umur (recode) dilakukan dengan


menggunakan Kaidah Sturgess (k = 1 + 3,3 log n). Dari Tabel 4.2 dapat dilihat
bahwa frekuensi minimum adalah responden dengan rentang umur >70-80 tahun
sebanyak 1 orang (0,62%) dan frekuensi maksimum adalah responden dengan
rentang umur >30-40 tahun sebanyak 34 orang (21,12%). Pada tingkat
kepercayaan 95%, estimasi distribusi frekuensi minimum dengan rentang umur
>70-80 tahun berkisar di antara 0,02% hingga 3,41% dari total populasi.
Sedangkan estimasi distribusi frekuensi maksimum responden dengan rentang
umur >30-40 tahun berkisar d antara 15,09% hingga 28,24% dari total populasi di
Kelurahan Melati I.
4.1.4. Keadaan Geografi
Kecamatan Perbaungan terdiri dari 28 desa dan kelurahan, salah satunya
adalah Kelurahan Melati I. Menurut Data Profil Kelurahan Melati I Perbaungan,
luas wilayah Kelurahan Melati I terdiri dari tanah pemukiman seluas 79,5 Ha,
tanah persawahan seluas 11 Ha, tanah kuburan seluas 0,5 Ha, tanah pekarangan
seluas 5 Ha, perkantoran seluas 200 m2, tanah perkebunan rakyat seluas 800 m2
dan tanah perkantoran perorangan seluas 2 Ha. Luas wilayah Kelurahan Melati I
seluruhnya mencapai 105 Ha dan terbagi ke dalam 2 (dua) lingkungan. Jarak ke
ibukota Kecamatan sejauh 3 km, dan lama jarak tempuh ke ibukota kecamatan
dengan kendaraan bermotor kira-kira 10 menit. Batas-batas wilayah Kelurahan
Melati I adalah sebagai berikut.
1. Sebelah utara berbatasan dengan wilayah PJKA
2. Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Desa Melati II
3. Sebelah timur berbatasan dengan wilayah Kelurahan Tualang
4. Sebelah barat berbatasan dengan wilayah Desa Melati II

4.1.5. Keadaan Fasilitas Kesehatan


Ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah Kelurahan Melati I
dapat dikategorikan cukup minim. Masyarakat yang mencari pengobatan kerap
kali pergi ke wilayah desa tetangga. Posyandu berjalan dengan jumlah kader yang
cukup sedikit (wawancara terakhir menunjukkan bahwa hanya ada 2 kader yang
masih aktif). Kelurahan Melati I juga memiliki 1 bidan desa. Posyandu yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Teratai 1 yang bertempat di Kantor Kelurahan Melati 1, dijadwalkan
berlangsung tiap bulannya pada hari Rabu minggu pertama
2. Teratai 2 yang bertempat di Jalan Johar, dijadwalkan berlangsung tiap
bulannya pada hari Rabu minggu kedua.
4.1.6. Keadaan Sosial Budaya
4.1.6.1. Distribusi Frekuensi Anggota Rumah Tangga Berdasarkan Agama di
Kelurahan Melati I Tahun 2016
Dari hasil wawancara yang kami lakukan dengan warga di Kelurahan
Melati I Kecamatan Perbaungan, maka diketahui frekuensi anggota rumah tangga
berdasarkan agama yang terdapat pada Tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Anggota Rumah Tangga Berdasarkan Agama di


Kelurahan Melati I Tahun 2016
No. Agama Jumlah %
1 Islam 157 97,52
2 Kristen Protestan 4 2,48
Jumlah 161 100,00

Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa frekuensi terbanyak anggota rumah
tangga berdasarkan agama di Kelurahan Melati I Kecamatan Perbaungan tahun
2016 yaitu Agama Islam sebanyak 157 orang (97,52%). Sedangkan sisanya
beragama Kristen Protestan, yaitu sebanyak 4 orang (2,48%). Pada tingkat
kepercayaan 95%, estimasi distribusi frekuensi penduduk berdasarkan agama di
Kelurahan Melati I yang beragama Islam berkisar di antara 93,76% hingga
99,32% dari total populasi. Sedangkan estimasi distribusi frekuensi penduduk
yang beragama Kristen Protestan berkisar di antara 0,68% hingga 6,24% dari total
populasi.

4.1.6.2. Distribusi Frekuensi Anggota Rumah Tangga Berdasarkan Suku di


Kelurahan Melati I Tahun 2016
Dari hasil wawancara yang kami lakukan dengan warga di Kelurahan
Melati I Kecamatan Perbaungan, maka diketahui frekuensi anggota rumah tangga
berdasarkan suku yang terdapat pada Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Anggota Rumah Tangga Berdasarkan Suku di
Kelurahan Melati I Tahun 2016
No. Suku Jumlah %
1 Aceh 4 2,48
2 Banjar 2 1,24
3 Batak 20 12,42
4 Jawa 127 78,88
5 Mandailing 1 0,62
6 Melayu 7 4,35
Jumlah 161 100,00

Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa frekuensi terbanyak anggota rumah
tangga berdasarkan suku di Kelurahan Melati I Kecamatan Perbaungan tahun
2016 yaitu Suku Jawa sebanyak 127 orang (78,88%). Sedangkan frekuensi paling
sedikit dari anggota rumah tangga berdasarkan suku adalah Suku Mandailing,
yaitu sebanyak 1 orang (0,62%). Pada tingkat kepercayaan 95%, estimasi
distribusi frekuensi penduduk berdasarkan suku di Kelurahan Melati I yang
bersuku Jawa berkisar di antara 71,76% hingga 84,91% dari total populasi.
Sedangkan estimasi distribusi frekuensi penduduk yang bersuku Mandailing
berkisar di antara 0,02% hingga 3,41% dari total populasi.

4.1.6.3. Distribusi Frekuensi Anggota Rumah Tangga Berdasarkan


Pendidikan di Kelurahan Melati I Tahun 2016
Dari hasil wawancara yang kami lakukan dengan warga di Kelurahan
Melati I Kecamatan Perbaungan, maka diketahui frekuensi anggota rumah tangga
berdasarkan pendidikan yang terdapat pada Tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Anggota Rumah Tangga Berdasarkan Pendidikan
di Kelurahan Melati I Tahun 2016
No. Pendidikan Jumlah %
1 Tidak Sekolah 10 6,21
2 SD 54 33,54
3 SLTP 38 23,60
4 SLTA 52 32,30
5 Sarjana 7 4,35
Jumlah 161 100,00

Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa frekuensi terbanyak anggota rumah
tangga berdasarkan pendidikan di Kelurahan Melati I Kecamatan Perbaungan
tahun 2016 yaitu tingkat SD sebanyak 54 orang (33,54%). Sedangkan frekuensi
paling sedikit dari anggota rumah tangga berdasarkan pendidikan adalah tingkat
Sarjana, yaitu sebanyak 7 orang (4,35%). Pada tingkat kepercayaan 95%, estimasi
distribusi frekuensi penduduk berdasarkan pendidikan di Kelurahan Melati I yang
berpendidikan SD berkisar di antara 26,30% hingga 41,40% dari total populasi.
Sedangkan estimasi distribusi frekuensi penduduk yang berpendidikan Sarjana
berkisar di antara 1,77% hingga 8,75% dari total populasi.

4.1.6.4. Distribusi Frekuensi Anggota Rumah Tangga Berdasarkan


Pekerjaan di Kelurahan Melati I Tahun 2016
Dari hasil wawancara yang kami lakukan dengan warga di Kelurahan
Melati I Kecamatan Perbaungan, maka diketahui frekuensi anggota rumah tangga
berdasarkan pekerjaan yang terdapat pada Tabel 4.6 berikut.
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Anggota Rumah Tangga Berdasarkan Pekerjaan di
Kelurahan Melati I Tahun 2016
No. Pekerjaan Jumlah %
1 Tidak Bekerja 36 22,36
2 Wiraswasta 51 31,68
3 Petani 3 1,86
4 Ibu Rumah Tangga 58 36,02
5 PNS/TNI/POLRI 3 1,86
6 Lainnya 10 6,21
Jumlah 161 100,00

Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa frekuensi terbanyak anggota rumah
tangga berdasarkan pekerjaan di Kelurahan Melati I Kecamatan Perbaungan tahun
2016 yaitu sebagai Ibu Rumah Tangga sebanyak 58 orang (36,02%). Sedangkan
frekuensi paling sedikit dari anggota rumah tangga berdasarkan pekerjaan adalah
sebagai petani dan PNS/TNI/POLRI dengan proporsi yang seimbang, yaitu
sebanyak masing-masing 3 orang (1,86%). Pada tingkat kepercayaan 95%,
estimasi distribusi frekuensi penduduk berdasarkan pekerjaan di Kelurahan Melati
I yang bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga berkisar di antara 28,62% hingga
43,95% dari total populasi. Sedangkan estimasi distribusi frekuensi penduduk
yang bekerja sebagai petani dan PNS/TNI/POLRI masing-masing berkisar di
antara 0,39% hingga 5,35% dari total populasi.

4.2 Gambaran Puskesmas

4.2.1 Wilayah
4.2.1.1 Wilayah Puskesmas Plus
Wilayah kerja Puskesmas Plus Perbaungan secara geografis terletak pada
ketinggian 8-13 m di atas permukaan laut. Keseluruhan wilayah kerja Puskesmas
Plus Perbaungan dapat diakses dengan sarana transportasi baik kendaraan roda
dua maupun roda empat. Adapun batas batas wilayah adalah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pantai Cermin
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Galang, Kabupaten Deli
Serdang
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sei Rampah
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten
Deli Serdang.

Gambar 3.1Peta Wilayah Puskesmas Plus Perbaungan


Puskesmas Plus Perbaungan adalah satu dari 20 Puskesmas dalam wilayah
Kabupaten Serdang Bedagai, luas wilayah 5655 Km. Ibukota kecamatan terletak
di Perbaungan dan dapat ditempuh sekitar 30 menit dari ibukota Kabupaten
Serdang Bedagai yaitu Sei Rampah. Wilayah Kerja Puskesmas Plus Perbaungan
terdiri dari 16 Desa, 3 Kelurahan dan 62 Dusun, dan 22 Lingkungan. Secara
terperinci jumlah Desa / Kelurahan, luas wilayah Desa / kelurahan dan dusun.

4.2.1.2 Wilayah Puskesmas Melati


Wilayah kerja Puskesmas Plus Perbaungan secara geografis terletak pada
ketinggian 8-13 m di atas permukaan laut. Keseluruhan wilayah kerja Puskesmas
Plus Perbaungan dapat diakses dengan sarana transportasi baik kendaraan roda
dua maupun roda empat. Adapun batas batas wilayah adalah sebagai berikut:
Puskesmas Melati terletak di desa Melati II, Kecamatan Perbaungan
dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pantai Cermin
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pegajahan
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sei Rampah
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Citaman Jernih Kec. Perbaungan

Gambar 3.1 Wilayah Kerja Puskesmas Melati

Puskesmas Melati adalah satu dari 20 puskesmas dalam wilayah


Kabupaten Serdang Bedagai, luas wilayah 55,07 Km atau 2,89 % dari luas
Kabupaten Serdang Bedagai. Puskesmas Melati terletak di Kecamatan
Perbaungan dan dapat ditempuh sekitar 45 menit dari ibukota Kabupaten Serdang
Bedagai yakni kota Sei Rampah 60 Km. Puskesmas Melati terdiri dari 9 desa
dan 73 dusun.

4.2.2 Visi Puskesmas Melati


Sebagai penggerak pembangunan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
Melati untuk mewujudkan masyarakat yang sehat dan mandiri
4.2.3 Misi Puskesmas Melati
Untuk mencapai masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan
ditempuh melalui misi sebagai berikut :
1. Meningkatkan derajat kesehatan Ibu dan anak di wilayah kerja
2. Meningkatkan derajat Gizi masyarakat
3. Meningkatkan kesehatan lingkungan di wilayah kerja melalui pemberdayaan dan
peran serta masyarakat
4. Meningkatkan pemberantasan penyakit menular
5. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam peningkatan derajat kesehatan
6. Pengobatan dasar termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan, kesehatan Gigi dan
Mulut, Laboratorium,Upaya kesehatan kerja, Usia lanjut, Upaya kesehatan jiwa,mata
dan upaya kesehatan lainnya
7. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia ( SDM ) Puskesmas
8. Meningkatkan Sistem pencatatan dan pelaporan
9. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat,
termasuk swasta dan masyarakat madani.
10. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan
yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan.
11. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan.
12. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.

4.2.4 Program Puskesmas


Puskesmas Melati bertanggungjawab untuk menyelenggarakan program
kesehatan perorangan dan masyarakat sebagai pelayanan kesehatan tingkat
pertama di wilayah kerjanya. Program-program kegiatan pelayanan kesehatan
yang dilaksanakan di Puskesmas Melati adalah sebagai berikut.
1. Pelayanan Kesehatan Dasar, upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah
awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat
diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat dapat diatasi. Berbagai
pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan
adalah sebagai berikut :
a. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Peran seorang ibu sangat besar dalam pertumbuhan bayi dan perkembangan
anak. Ibu hamil yang mengalami gangguan kesehatan bisa berpengaruh pada
kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi
dan anaknya.

a.1. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)


Cakupan K1 merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah
melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk
mendapatkan pelayanan antenatal. Cakupan K4 ibu hamil adalah gambaran
besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan
standar serta paling sedikit empat kali kunjungan dengan distribusi, sekali pada
triwulan pertama, sekali pada triwulan dua dan dua kali pada triwulan ketiga
umur kehamilan. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan
kepada ibu hamil. Cakupan K1 selalu lebih tinggi dibandingkan cakupan K4 dari
tahun ke tahun. Persentase cakupan K1 dan K4 dari Tahun 2013 sampai Tahun
2015 meningkat. Jumlah persentase cakupan K1 Tahun 2015 meningkat 0,6
persen dari Tahun 2014, sedangkan persentase cakupan K4 Tahun 2015
meningkat 0,53 persen dari Tahun 2014.
a.2. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi
Kebidanan
Cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan untuk tahun
2015 mencapai 86,4%. Cakupan tertinggi dicapai oleh Desa Melati II sebesar
89,9% dan cakupan terendah pada Desa Melati I sebesar 80,0%
a.3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Pada tahun 2015, cakupan pelayanan nifas mencapai 90,6%. Angka ini
mencapai target SPM bidang kesehatan sebesar 90% pada tahun 2015.
Pencapaian cakupan tertinggi ada pada Desa Melati II, sedangkan Puskesmas
Tanjung Buluh memiliki cakupan terendah.
a.4. Kunjungan Neonatus (KN1 dan KN3)
Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang
memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan dilakukan
untuk mengurangi risiko tersebut, antara lain dengan melakukan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28
hari) minimal tiga kali, satu kali pada usia 0-7 hari (KN1) dan dua kali lagi pada
usia 8-28 hari (KN3). Pada Tahun 2015, cakupan kunjungan neonatal KN1
sebesar 89,3% dan KN3 sebesar 88,0%. Dilihat dari hasil cakupan KN1 dan KN4
cakupan yang tertinggi ada pada desa Melati II sebesar 95,4% sedangkan
cakupan yang terendah di desa Sei Buluh 78,1%.

b. Pelayanan Keluarga Berencana


Keberhasilan program KB diukur dengan beberapa indikator, diantaranya
proporsi peserta KB baru menurut metode kontarsepsi, persentase KB aktif
terhadap jumlah pasangan usia subur (PUS) dan persentase baru metode
kontrasepsi jangka panjang (MJKP). Cakupan secara lengkap menurut puskesmas
dari pelayanan KB dapat dilihat pada lampiran tabel 34 36. Pada Tahun 2015,
jumlah peserta KB baru sebesar 1,05% dan untuk KB aktif sebesar 81,75%.
Kepedulian masyarakat kelompok pasangan usia subur terhadap program
keluarga berencana dapat dikatakan baik.

c. Pelayanan Imunisasi
Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi kepada bayi umur
0 1 tahun (BCG, DPT, HB, Polio, Campak,), imunisasi untuk wanita usia
subur/ ibu hamil (TT) dan imunisasi untuk anak SD (kelas 1 : DT dan kelas 2-3 :
TT), sedangkan kegiatan imunisasi tambahan dilakukan atas dasar ditemukan
masalah seperti desa Non UCI, potensial/rsiti KLB, ditemukan/ diduga adanya
virus polio liar atau kegiatan lainnya berdasarkan kebijakan teknis. Pencapaian
program imunisasi lengkap untuk Puskesmas Melati telah mencapai 94,67%.
Pencapaian desa dengan UCI di Puskesmas Melati masih mencapai 88,9%. Dari
data ini, diketahui bahwa 8 desa yang UCI.Wilayah kerja puskesmas yang tidak
UCI adalah Desa Lubuk Bayas.

2. Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang


a. Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit, upaya pelayanan kepada
masyarakat dilakukan secara rawat jalan bagi masyarakat yang mendapat
gangguan kesehatan ringan dan pelayanan rawat inap baik secara langsung
maupun melalui rujukan pasien bagi masyarakat yang mendapatkan
gangguan kesehatan sedang hingga berat.
b. Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Laboratorium Kesehatan,
pemeriksaan laboratorium merupakan pelayanan kesehatan penunjang
dalam menegakkan diagnosa suatu penyakit. Di Puskesmas Melati sarana
penunjang diagnostic berupa satu unit laboratorium..
c. Ketersediaan Obat Sesuai Kebutuhan, ketersediaan obat di Puskesmas
Melati sudah mencukupi sesuai dengan permintaan
d. Pelayanan Kesehatan BPJS,pada tahun 2015 pelayanan kesehatan
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Plus Perbaungan didominasi oleh
masyarakat pengguna BPJS baik itu PBI (Penerima Bantuan Iuran)
maupun Non PBI ( Bukan Penerima Bantuan Iuran). Adapun jumlah
pemegang kartu PBI adalah : 10436 Jiwa, dan pemegang kartu Non PBI
adalah 1346 Jiwa. Sehingga keseluruhannya adalah : 11782 Jiwa,
mencapai sekitar 33,53% dari jumlah penduduk.Adapun cakupan
pelayanan kesehatan pada masyarakat pemegang kartu BPJS adalah :
Kunjungan PBI : 11591 Kunjungan, sedangkan Non PBI : 1563
Kunjungan, sehingga keseluruhannya mencapai 13154 kunjungan yaitu
88,12% dari Pemegang kartu BPJS.

3. Perbaikan Gizi Masyarakat


Upaya perbaikan gizi masyarakat pada dasarnya bertujuan untuk
menangani permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Untuk Puskesmas
Melati telah melakukan upaya pemberian kapsul vitamin A dan pemberian tablet
Fe.Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan pada Tahun 2013
sebesar 74,6%, dimana jumlah ini meningkat dibandingkan pada Tahun 2014
yang hanya sebesar 48,8%. Persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi dari
tahun 2014 sampai dengan 2015 mengalami peningkatan. Pemberian MP ASI
diprioritas untuk bayi dari keluarga miskin untuk mengurangi prevalensi kurang
energi protein (KEP). Persentase bayi yangmendapatkan MP ASI cenderung
mengalami penurunan drastis. Tahun 2015 tidak ada pemberian makanan
pendamping ASI karena tidak ada tersedianya anggaran untuk pemberian
makanan pendamping ASI.
4.2.5 Fasilitas Puskesmas
Puskesmas Melati memiliki fasilitas berupa sarana yang mendukung
kinerja puskesmas untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah
kerjanya, di antaranya:
1. Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Pelayanan kesehatan di puskesmas diupayakan terus meningkat. Jumlah
kunjungan rawat jalan Puskesmas Melati pada 2015 adalah 13154 kunjungan. Hal ini
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, dimana tahun 2014 jumlah
kunjungan Puskesmas Melati yaitu : 11678 Kunjungan. Untuk lebih mendekatkan
keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, dilaksanakan pelayanan
kesehatan di puskesmas pembantu yang tersebar di seluruh wilayah kerja Puskesmas
Melati.
Selain pelayanan di Puskesmas Melati, dan Puskesmas Pembantu, pelayanan
kesehatan juga dilakukan dengan cara melakukan kunjungan ke desa desa secara
berkala setiap minggunya. Pada tahun 2015, jumlah puskesmas pembantu di wilayah
kerja Puskesmas Melati sebanyak 3 unit. Bila dibandingkan dengan jumlah desa,
maka ratio puskesmas pembantu dengan desa adalah sekitar 1 : 3
2. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
Pelaksanaan kegiatan pembangunan kesehatan, perlu dilibatkan peran serta
masyarakat sebagai obyek sekaligus subyek pembangunan kesehatan
tersebut.Berbagai upaya dapat dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber
daya yang ada di masyarakat.Dalam profil kesehatan ini yang dapat digambarkan dari
upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) adalah kegiatan Posyandu,
Poskesdes, dan Desa siaga. Posyandu adalah salah satu upaya kesehatan bersumber
daya masyarakat yang menyelenggarakan 5 program prioritas, yaitu kesehatan ibu
dan anak (KIA), keluarga berencana (KB), perbaikan gizi, imunisasi dan
penanggulangan diare. Kegiatan posyandu ini disamping menggambarkan tingkat
kemandirian dan peran serta masyarakat, juga menggambarkan kepedulian (perilaku)
masyarakat tentang pentingnya menjaga dan
4.2.6 Mekanisme Kerja Puskesmas
4.2.6.1 Bagan Struktur Organisasi Puskesmas Melati

4.2.6.2 Persyaratan Pelayanan


Untuk Pasien Peserta BPJS/KIS/Jamkesmas, persyaratannya adalah
sebagai berikut:
a. Membawa fotokopi kartu BPJS/KIS
b. Membawa fotokopi KTP
c. Membawa fotokopi kartu keluarga
d. Membawa kartu berobat pasien
Untuk Pasien yang bukan termasuk golongan di atas (Pasien Umum)
persyaratannya hanyalah perlu membawa kartu berobat dari Puskesmas Melati.
Atas komitmen seluruh pegawai di Puskesmas Melati, maka jam kerja Puskesmas Melati
dimulai dari pukul 08.00 hingga 16.00 WIB, yang dibagi menjadi 2 shift sebagai berikut:
a. Shift I : 07.45 hingga 12.30
b. Shift II : 10.00 hingga 16.00

4.2.6.3 Tarif Pelayanan


Tarif pelayanan yang ditetapkan oleh Puskesmas tidak ada. Tetapi acuan
tarif yang digunakan adalah Perda No.2 Tentang Retribusi Jasa Umum.

4.2.6.4 Durasi Pelayanan


Rincian lamanya pelayanan di Puskesmas adalah sebagai berikut:
a. Untuk loket / pelayanan : 2-5 menit
b. Untuk Poli Umum : 5-10 menit
c. Untuk Apotik : 5-10 menit
d. Untuk Administrasi : 2-5 menit
4.2.6.5 Prosedur/Alur Pelayanan
Bagan 3.3 Alur Pelayanan di Puskesmas Melati

Pasien masuk dan mendaftar ke bagian pendaftaran/ loket. Selanjutnya,


pegawai bagian pendaftaran membawa status pasien ke bagian yang menjadi
tujuan pasien. Selanjutnya pegawai tersebut menyerahkan status pasien tersebut
dan pasien pun diperiksa oleh dokter atau petugas di bagian tersebut. Setelah
selesai, petugas di bagian poli memberikan resep dokter kepada pasien untuk
diserahkan kepada petugas bagian apotik. Selanjutnya petugas bagian apotik
mempersiapkan obat untuk pasien tersebut berdasarkan resep dari dokter
pemeriksa. Setelah selesai petugas memberikan obat kepada pasien yang
bersangkutan. Pelayanan selesai.

4.2.7 Permasalahan Puskesmas


Permasalahan yang dihadapi Puskesmas Melati mencakup permasalahan
eksternal dan permasalahan dalam program kerja.
1. Masih ada Program Puskesmas yang belum terlaksana dengan baik
2. Masih ada kegiatan dari masing-masing pemegang program belum tercapai Standar
Pelayanan Minimal nya
3. Belum terlaksananya Standar Operasional Prosedur di ruangan
Akses ke puskesmas kurang baik karena jarak yang jauh dengan desa-desa yang
termasuk wilayah kerjanya

4.3 Gambaran Kesehatan Masyarakat

Tabel 3. Frekuensi Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin dalam Kuesioner


Jenis Kelamin Frekuensi (jiwa) Persen (%)
Laki-laki 99 52,1
Perempuan 91 47,9
Total 190 100
Berdasarkan tabel diatas dalam kuesioner terdapat jumlah laki-laki
sebanyak 99 jiwa (52,1%) dan perempuan sebanyak 91 jiwa (47,9%) dari 190 jiwa
dalam 50 KK yang menjadi responden.
Tabel 4. Frekuensi Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Frekuensi (jiwa) Persen (%)
SD 78 41,0
SMP 21 11,0
SMA 41 21,6
Kuliah 7 3,68
Belum Sekolah 28 14,7
Tidak Sekolah 15 7,9
Total 190 100

Berdasarkan tabel diatas dalam kuesioner terdapat jumlah penduduk yang SD 78


jiwa (41,0%) , SMP 21 jiwa (11,0%), SMA 41 jiwa (21,6%), Kuliah 7 jiwa
(3,68%), belum sekolah 28 jiwa (14,7%), tidak sekolah 15 jiwa (7,9%) dari 190
jiwa dalam 50 KK yang menjadi responden.

4.3.1 Jaminan Kesehatan

Tabel 5. Frekuensi Distribusi Berdasarkan Kepemilikan Jaminan Kesehatan


Kepemilikan
Frekuensi (jiwa) Persen (%)
Asuransi
Ya 26 52,0
Tidak 24 48,0
Total 50 100
Berdasarkan tabel diatas terdapat 26 jiwa yang memiliki jaminan
kesehatan dan 24 jiwa yg tidak memiliki dari 50 KK yang menjadi responden.

Tabel 2. Frekuensi Distribusi Berdasarkan Keseringan Penggunaan Jaminan


Kesehatan
Kepemilikan
Frekuensi (jiwa) Persen (%)
Asuransi
Ya 15 57%
Terkadang 4 15%
Tidak sama sekali 7 26%
Total 26 100

Tabel 2. Frekuensi Distribusi Berdasarkan Fasilitas Kesehatan yang Sering


Digunakan
Fasilitas Kesehatan Frekuensi (jiwa) Persen (%)
Rumah Sakit 9 18%
Puskesmas 7 14%
Puskesmas Pembantu 0 0%
Praktik Bidan 33 66%
Dukun/Pengobatan Traditional 0 0
Klinik 1 2%
Poskesdes 0 0
Total 50 100

Berdasarkan tabel diatas terdapat 9 (18%) jiwa yang memilih fasilitas kesehatan
Rumah Sakit, 7 (14%) jiwa yang memilih Puskesmas, dan 33 (66%) jiwa yang
memilih ke Praktik Bidan dari 50 KK yang menjadi responden.

4.3.2 Keluhan Kesehatan 3 Bulan Terakhir

Tabel 6. Frekuensi Distribusi Penduduk Berdasarkan Penyakit Gula


Penyakit Gula Frekuensi (jiwa) Persen (%)
Ya 7 3,68
Tidak 183 96,2
Total 190 100
Berdasarkan tabel diatas terdapat 7 jiwa (3,68%) yang mengalami penyakit
gula dari 190 jiwa dalam 50 KK yang menjadi responden.

Tabel 7. Frekuensi Distribusi Penduduk Berdasarkan Kolesterol


Kolesterol Frekuensi (jiwa) Persen (%)
Ya 11 5,78
Tidak 179 94,2
Total 190 100
Berdasarkan tabel diatas terdapat 11 jiwa (5,78%) yang mengalami
keluhan Kolesterol dari 190 jiwa dalam 50 KK yang menjadi responden.

Tabel 8. Frekuensi Distribusi Penduduk Berdasarkan Hipertensi


Hipertensi Frekuensi (jiwa) Persen (%)
Ya 6 3,15
Tidak 184 96,8
Total 190 100
Berdasarkan tabel diatas terdapat 6 jiwa (3,15%) yang mengalami keluhan
Hipertensi dari 190 jiwa dalam 50 KK yang menjadi responden.

Tabel 9. Frekuensi Distribusi Penduduk Berdasarkan Asam Urat


Asam Urat Frekuensi (jiwa) Persen (%)
Ya 25 13,15
Tidak 165 86,85
Total 190 100
Berdasarkan tabel diatas terdapat 25 jiwa (25%) yang mengalami keluhan
Asam Urat dari 190 jiwa dalam 50 KK yang menjadi responden.

Tabel 10. Frekuensi Distribusi Penduduk Berdasarkan Gangguan Jiwa


Gangguan Jiwa Frekuensi (jiwa) Persen (%)
Ya 0 0
Tidak 190 100
Total 190 100
Berdasarkan tabel diatas terdapat 0 jiwa (0%) yang mengalami keluhan
Gangguan Jiwa dari 190 jiwa dalam 50 KK yang menjadi responden.

Tabel 11. Frekuensi Distribusi Penduduk Berdasarkan Tuberkulosis


Tuberkulosis Frekuensi (jiwa) Persen (%)
Ya 0 0
Tidak 100 100
Total 190 100
Berdasarkan tabel diatas terdapat 0 jiwa (0 %) yang mengalami keluhan
Tuberkulosis dari 190 jiwa dalam 50 KK yang menjadi responden.

Tabel 12. Frekuensi Distribusi Penduduk Berdasarkan Demam Berdarah


(DBD)
Demam
Frekuensi (jiwa) Persen (%)
Berdarah
Ya 5 2,63
Tidak 185 97,37
Total 190 100
Berdasarkan tabel diatas terdapat 5 jiwa (2,63%) yang mengalami keluhan
Demam Berdarah dari 190 jiwa dalam 50 KK yang menjadi responden.
Tabel 13. Frekuensi Distribusi Penduduk Berdasarkan Keluhan ISPA
ISPA Frekuensi (jiwa) Persen (%)
Ya 1 0,52
Tidak 189 99,47
Total 190 100
Berdasarkan tabel diatas terdapat 1 jiwa (0,52%) yang mengalami keluhan
ISPA dari 190 jiwa dalam 50 KK yang menjadi responden.

Tabel 14. Frekuensi Distribusi Penduduk Berdasarkan Keluhan Diare


Diare Frekuensi (jiwa) Persen (%)
Ya 0 0
Tidak 190 100
Total 190 100
Berdasarkan tabel diatas terdapat 0 jiwa (0%) yang tidak menderita Diare
dari 190 jiwa dalam 50 KK yang menjadi responden.

Tabel 15. Frekuensi Distribusi Penduduk Berdasarkan Keluhan Penyakit


Memular Lainnya
Penyakit
Frekuensi (jiwa) Persen (%)
Menular Lainnya
Ya 0 0
Tidak 190 100
Total 190 100
Berdasarkan tabel diatas terdapat 0 jiwa (0 %) yang tidak menderita
Penyakit Menular Lainnya dari 190 jiwa dalam 50 KK yang menjadi responden.

4.3.3 Perilaku Sehat

Tabel 20. Frekuensi Distribusi Penduduk membuka jendela kamar tidur


setip hari
Membuka
Frekuensi (jiwa) Persen (%)
Jendela
Ya 45 90
Tidak 5 10
Total 50 100
Berdasarkan tabel diatas terdapat 45 (90%) yang membuka jendela kamar
tidur setiap hari dari 50 KK yang menjadi responden.
Tabel 21. Frekuensi Distribusi Penduduk membuka jendela ruang tamu setip
hari
Membuka
Frekuensi (jiwa) Persen (%)
Jendela
Ya 35 70
Tidak 15 30
Total 50 100

Berdasarkan tabel diatas terdapat 35 (70%) yang membuka jendela ruang


tamu setiap hari dari 50 KK yang menjadi responden.

Tabel 22. Frekuensi Distribusi Penduduk yang menyapu rumah setiap hari
Menyapu Rumah Frekuensi (jiwa) Persen (%)
Ya 50 100
Tidak 0 0
Total 50 100

Berdasarkan tabel diatas terdapat 50 (100%) yang menyapu rumah setiap


hari setiap hari dari 50 KK yang menjadi responden.

Tabel 23. Frekuensi Distribusi Penduduk yang menyapu halaman setiap


hari
Menyapu
Frekuensi (jiwa) Persen (%)
Halaman
Ya 47 94
Tidak 3 06
Total 50 100
Berdasarkan tabel diatas terdapat 47 (94%) yang menyapu halaman setiap
hari setiap hari dari 50 KK yang menjadi responden.

Tabel 24. Frekuensi Distribusi Penduduk yang membuang sampah di tempat


sampah
Membuang
Frekuensi (jiwa) Persen (%)
sampah
Ya 33 66
Tidak 17 34
Total 50 100
Berdasarkan tabel diatas terdapat 33 (66%) yang membuang sampah di
tempat sampah setiap hari dari 50 KK yang menjadi responden.

Tabel 25. Frekuensi Distribusi Penduduk Berdasarkan anggota keluarga


yang merokok
Anggota keluarga yang
Frekuensi (jiwa) Persen (%)
merokok
Ya 33 66
Tidak 17 34
Total 50 100

Berdasarkan tabel diatas terdapat 33 (66%) anggota keluarga yang


merokok dari 50 KK yang menjadi responden.

Tabel 26. Frekuensi Distribusi Penduduk Berdasarkan cara mencuci tangan


Metode Kontrasepsi Frekuensi (jiwa) Persen (%)
Dengan mangkok (Kobokan) 2 4
Disiram air mengalir 29 58
Disiram air mengalir dan
19 38
pakai sabun
Total 50 100
Berdasarkan tabel diatas terdapat 2 (4%) yang mencuci tangan dengan
mangkok (kobokan), 29 (58%) yang mencuci tangan dengan air mengalir, 19
(38%) yang mencuci tangan dengan air mengalir dan pakai sabun dari 50 KK
yang menjadi responden.

4.3.4 Kesehatan Lingkungan Rumah

Tabel 49. Frekuensi Distribusi Penduduk Berdasarkan Ketersediaan


Sumber Air Bersih
Sumber Air Bersih Frekuensi(KK) Persen (%)
Ya 50 100
Tidak 0 0
Total 50 KK 100
Berdasarkan tabel di atas terdapat 50 keluarga (100%) yang tersedia sarana
sumber air bersih dari 50 Keluarga yang menjadi responden.
Tabel 49. Frekuensi Distribusi Penduduk Berdasarkan Sumber Air Bersih
Sumber Air Bersih Frekuensi(KK) Persen (%)
Sumur Bor 34 68
Sumur Gali 16 32
Total 50 KK 100
Berdasarkan tabel diatas terdapat 34 keluarga (68%) yang menggunakan
sumur bor untuk sumber air bersih dan 16 keluarga (32%) yang menggunakan
sumur bor untuk sumber air bersih dari 50 Keluarga yang menjadi responden.

Tabel 57. Frekuensi Distribusi Penduduk Berdasarkan Memiliki Jamban


Sendiri
Memiliki Jamban Sendidri Frekuensi(KK) Persen (%)
Ya 50 100
Tidak 0 0
Total 50 KK 100
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa semua keluarga yang
menjadi responden memiliki jamban sendiri.

Tabel 58.Frekuensi Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Jamban


Jenis Jamban Frekuensi(KK) Persen (%)
Leher Angsa 48 96
Cubluk 2 4
Total 50 KK 100
Berdasarkan tabel diatas terdapat 48 keluarga (96%) yang memiliki
jamban leher angsa dan 2 keluarga (4%) memiliki jamban cubluk dari 50
Keluarga yang menjadi responden.

Tabel 44. Frekuensi Distribusi Penduduk Berdasarkan Langit-Langit Rumah


Langit-langit Rumah Frekuensi(KK) Persen (%)
Ya 25 50
Tidak 25 50
Total 50 KK 100
Berdasarkan tabel diatas terdapat 25 keluarga (50%) yang memiliki langit-
langit rumah dan 25 keluarga (50%) tidak memiliki lagit-langit rumah dari 50
Keluarga yang menjadi responden.
Tabel 27. Frekuensi Distribusi Penduduk Berdasarkan kepemilikan jendela
kamar tidur
Jendela Kamar Frekuensi (KK) Persen (%)
Ya 48 96
Tidak 2 4
Total 50 KK 100
Berdasarkan tabel diatas terdapat 48 keluarga (96%) yang memiliki kamar
tidur dan 2 (4%) tidak memiliki jendela kamar tidur dari 50 Keluarga yang
menjadi responden.

Tabel 43. Frekuensi Distribusi Penduduk Berdasarkan Kepemilikan Jendela


Ruang Keluarga
Jendela Ruang
Frekuensi(KK) Persen (%)
Keluarga
Ya 47 94
Tidak 3 6
Total 50 KK 100
Berdasarkan tabel diatas terdapat 47 keluarga (94%) yang memiliki
jendela ruang keluarga, 3 keluarga (6%) yang memiliki jendela ruang keluarga
dari 50 Keluarga yang menjadi responden.

Tabel 45. Frekuensi Distribusi Penduduk Berdasarkan


Ventilasi/Penghawaan/Jendela
Ventilasi/Penghawaan/Jendela Frekuensi(KK) Persen (%)
Tidak ada 1 2
Ada, < 10% LL 37 74
Ada, > 10% LL 8 16
Total 50 KK 100
Berdasarkan tabel diatas terdapat 37 keluarga (74%) yang memiliki
ventilasi/penghawaan/jendela <10% LL dan 8 keluarga (16%) yang memiliki
ventilasi >10% dari 100 Keluarga yang menjadi responden.
Tabel 46. Frekuensi Distribusi Penduduk Berdasarkan pembuangan air
limbah
Pembuangan Air Limbah Frekuensi(KK) Persen (%)
Tida ada 0 0
Keparet 42 84
Diresapkan 8 16
Total 50 KK 100

Berdasarkan tabel diatas terdapat 42 keluarga (84%) pembuangan air


limbah keparet dan terdapat 8 (16%) pembuangan air limbah diresapkan dari 50
Keluarga yang menjadi responden.

Tabel 47. Frekuensi Distribusi Penduduk Berdasarkan pembuangan sampah


di rumah
Pembuangan sampah Frekuensi(KK) Persen (%)
Diangkut petugas 2 4
Dibuat kompos 0 0
Dibuang ke kali/parit 0 0
Ditimbun dalam tanah 3 6
Dibakar 44 88
Dibuang sembarangan 1 2
Total 50 KK 100
Berdasarkan tabel diatas terdapat 44 keluarga (88%) pembuangan sampah
di rumah dengan cara dibakar dari 50 KK yang menjadi responden.

Tabel 53. Frekuensi Distribusi Penduduk Berdasarkan adanya sumber


pencemaran /tangki septic/air limbah dengan Sumber Air dan jaraknya
Jarak Sumber Air Frekuensi(KK) Persen (%)
Ada, <10 meter 3 6
Ada, >10 meter 8 16
Ada, 10 meter 18 36
Tidak ada 21 42
Total 100 KK 100
Berdasarkan tabel diatas terdapat 3 keluarga (6%) yang jarak sumber air
nya < 10 meter dan 8 keluarga (16%) yang > 10 meter jarak sumber air dan 18
keluarga (36%) yang jaraknya 10 meter, dan 21 keluarga (42%) yang tidak ada
sumber pencemaran dari 50 Keluarga yang menjadi responden.
Tabel 53. Frekuensi Distribusi Penduduk Berdasarkan sarana penampungan
air di rumah warga
Sarana Penampungan Air Frekuensi(KK) Persen (%)
Bak 12 24
Ember dan sejenisnya 38 76
Drum Bekas 0 0
Fiber Kapasitas >1000 L 0 0
Total 50 KK 100

Berdasarkan tabel di atas terdapat 12 keluarga (24%) yang memiliki


penampungan air berupa bak dan 38 (76%) keluarga yang memiliki penampungan
air berupa ember dan sejenisnya dari 50 keluarga yang menjadi responden.

Tabel 53. Frekuensi Distribusi Penduduk Berdasarkan penampungan air


berupa bak dikaitkan dengan kegiatan menguras dalam 1 bulan
Kegiatan Menguras Air Frekuensi(KK) Persen (%)
1 minggu 1 kali atau lebih 11 91,7
1 bulan sekali 0 0
2 minggu sekali 1 8,3
Tidak sama sekali 0 0
Total 12 KK 100

Berdasarkan tabel di atas terdapat 11 keluarga (91,7%) yang menguras bak


1 minggu 1 kali atau lebih dari 12 KK pengguna bak sebagai penampungan air
yang menjadi responden.

Tabel 53. Frekuensi Distribusi Penduduk Berdasarkan pengelolahan air


sebelum diminum
Pengelolaan Air Minum Frekuensi(KK) Persen (%)
Diberi bahan kimia 0 0
Langsung diminum 5 10
Dimasak 45 90
Disaring 0 0
Total 50 KK 100

Berdasarkan tabel di atas terdapat 5 keluarga (10%) yang langsung


meminum air minum dan terdapat 45 keluarga (90%) yang memasak terlebih
dahulu sebelum diminum dari 50 KK yang menjadi responden.
Tabel 53. Frekuensi Distribusi Penduduk Berdasarkan Kepemilikan Ternak
yang dipelihara
Jenis Ternak Frekuensi(KK) Persen (%)
Ada 16 32
Tidak ada 34 68
Total 50 KK 100

Berdasarkan tabel di atas terdapat 16 keluarga (32%) yang memiliki


ternak dan 34 keluarga (68%) yang tidak memiliki ternak dari 50 KK yang
menjadi responden.

Tabel 53. Frekuensi Distribusi Penduduk Berdasarkan Letak Kandang


Hewan Peliharaan
Letak Kandang Frekuensi(KK) Persen
(%)
Dikandang belakang/depan/samping 12 75
Dikandang dalam rumah 3
18,75
Dibiarkan lepas 0 0
Lainnya 1
6,25
Total 16 KK 100

Berdasarkan tabel di atas terdapat 12 keluarga (75%) yang memiliki


kandang ternak dibelakang/depan/samping dan 3 keluarga (18,75%) yang
memiliki kandang ternak di dalam rumah dari 50 KK yang menjadi responden.

Tabel 53. Frekuensi Distribusi Penduduk Berdasarkan Jarak KANG


Jarak Frekuensi(KK) Persen
(%)
<5 meter 12 75
5 10 meter 3
18,75
10 meter 1
6,25
>10 meter 0 0
Total 16 KK 100
Berdasarkan tabel di atas terdapat 12 keluarga (75%) yang memiliki
kandang ternak <5 meter dan 3 keluarga (18,75%) yang memiliki kandang ternak
5 10 meter dan 1 keluarga (6,25%) yang memiliki kandang ternak dengan jarak
10 meter di dalam rmah dari 50 KK yang menjadi responden.

4.3.5 Pola Konsumsi Keluarga

Tabel 53. Frekuensi Distribusi Penduduk Berdasarkan variasi menu


makanan yang dikonsumsi sehari-hari
Variasi Makanan Frekuensi(KK)
Makanan Pokok 50
Buah - buahan 17
Sayur 50
Susu 13
Lauk 50
Total 50 KK

Berdasarkan tabel di atas terdapat 50 keluarga yang mengkonsumsi


makanan pokok, sayur dan lauk sedangkan 17 keluarga yang mengkonsumsi
buah-buahan sementara 13 kelauarga yang mengkonsumi susu dari 50 KK yang
menjadi responden.

Tabel 53. Frekuensi Distribusi Penduduk Berdasarkan Konsumsi Air Putih


dalam Sehari
Ukuran Frekuensi(KK) Persen
(%)
< 8 Gelas 11 22
> 8 Gelas 9 18
8 Gelas 30 60
Total 50 KK 100

Berdasarkan tabel di atas terdapat 11 keluarga (22%) yang mengkonsumsi


air putih sebanyak < 8 gelas, 9 keluarga (18%) yang mengkonsumsi air putih
sebanyak > 8 gelas dan 30 keluarga (60%) yang mengkonsumsi air putih sebanyak
8 gelas dari 50 KK yang menjadi responden.
Tabel 53. Frekuensi Distribusi Penduduk Berdasarkan Kebiasaan Sarapan
Pagi di bawah pukul 09.00 pagi
Jenis Ternak Frekuensi(KK) Persen (%)
Ada 42 84
Tidak ada 8 16
Total 50 KK 100

Berdasarkan tabel di atas terdapat 42 keluarga (84%) yang memiliki


kebiasaan sarapan pagi dan 8 keluarga (16%) yang tidak memiliki kebiasaan
sarapan pagi dari 50 KK yang menjadi responden.

4.4. Hasil Pelaksanaan Minilokakarya

Minilokakarya di Puskesmas Melati berjalan pada setiap bulan, tetapi pada


bulan maret tidak diadakan minilokakarya dikarnakan banyaknya program yang
dilaksanakan. Sedangkan kegiatan minilokakara pada bulan Maret di Puskesmas
Melati dilaksanakan kembali pada bulan April.

4.5.Hasil Pelaksanaan Rembug Desa

Hasil Pelaksanaan Rembug Desa


Adapun hasil dari kegiatan rembug desa yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
Tabel 66. Penentuan prioritas masalah kesehatan berdasarkan Metode
CARL
No Masalah Kesehatan Metode
Total Rangking
Masyarakat C A R L
1. Demam Berdarah Dengue (DBD) 4 5 5 2
200 I

2. Sampah 4 3 3 3 108 II
3. Tidak Menggunakan akses
Pelayanan Puskesmas dan BPJS 3 2 3 2 36 III

Berdasarkan tabel di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa prioritas


masalah kesehatan yang ada di Kelurahan Melati 1 adalah Demam Berdarah
Dengue (DBD). Dari prioritas masalah kesehatan yang telah ditentukan, maka
solusi yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah:
1. Pengaktifan kader
2. Melibatkan TOMA (tokoh masyarakat)
3. Pemantauan Secara langsung
4. Penempelan Stiker
5. Penanaman tanaman anti nyamuk
6. Penyuluhan
7. Pemantauan Secara rutin :
1. PSN 3M
2. Pemberian Abate

Demikianlah hasil rembug desa yang telah kami lakukan pada tanggal 15 Maret
2017 yang bertempat di Kantor Keluraha Melati 1.

4.4 Hasil Pelaksanaan Kegiatan Pemecahan Masalah di Puskesmas


4.5 Hasil Pelaksanaan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
V. PEMBAHASAN

5.1. Gambaran Kesehatan Masyarakat

Jumlah responden yang kami ambil untuk kuisioner di Desa Melati I Kec.
Perbaungan dari jumlah penduduk yaitu 500 KK terdiri dari 2000 jiwa diambil
sample 50 KK .
Dari 50 kuisioner yang telah disebarkan, faktor yang paling mempengaruhi
kesehatan masyarakat adalah faktor perilaku dan faktor sanitasi lingkungan yang
tidak baik.

Hal tersebut terlihat berdasarkan dari data hasil kuisioner yang disebarkan dan
telah di rangkum dalam bab sebelumnya.

Sehingga dari 50 kuesioner tersebut kami memilih 3 prioritas masalah


yang kami pilih untuk diselesaikan dalam rembug desa, yaitu:
1. Demam Berdarah Dengue (DBD)
2. Sampah
3. Tidak menggunakan akses pelayanan kesehatan dan BPJS

5.2. Pembahasan Hasil Pelaksanaan Rembug Desa dan Pemberdayaan


Masyarakat

5.2.1. Program Utama


Program utama merupakan program yang dilaksankan atas dasar prioritas
masalah yang dihasilkan dari rembug desa. Berikut adalah jenis-jenis program
yang menjadi program utama.
1. Penyuluhan Tentang DBD
Sampah dan Kelambunisasi
Penyuluhan ini kami laksanakan 3 kali, mulai dari tgl 22 maret
2017 sampai tgl 30 maret 2017, penyuluhan kami laksanakan di setiap
wirid pengajian ibu-ibu yang ada di lingkungan 1 dan lingkungan 2
kelurahan melati 1.
Penyuluhan ini kami laksanakan pada waktu sebelum atau sesudah
wirid selesai di rumah warga yang yang mendapat giliran mengadakan
wirid tersebut. Wirid di mulai pukul 14.00 16.30.
Penyuluhan ini dibuka dan dibawa oleh mahasiswa PBL FKM USU di
dampingi oleh Bidan Desa dan dihadiri oleh ibu-ibu peserta wirid
pengajian,mahasiswa PBL dan Bidan Desa. Isi materi yang disampaikan
adalah tentang DBD (Demam Berdarah Dengue), Pencegahan, sampah,
dan kelambunisasi.
Setelah materi selesai disampaikan, peserta diizinkan untuk
bertanya kepada pemateri, dan setelah selesai melakukan tanya jawab,
penyuluhan ditutup dengan kesimpulan dan saran oleh mahasiswa PBL
FKM USU.
2. Penanaman Tanaman Anti Nyamuk
Untuk penanaman anti nyamuk kami menggunakan Serai
Wangi,serai wangi merupakan tumbuhan yang tidak disukai nyamuk.
Serai wangi kami peroleh dari pekarangan warga yang mempunyai serai
wangi. Setelah kami mengumpulkan serai wangi, sebelum kami
melakukan penanaman di depan rumah-rumah warga, kami melakukan
pembudidayaan di kelurahan.
Penanaman kami lakukan dalam waktu 2 hari di pimggiran jalan dan di
depan rumah warga.
3. Pemantauan Jentik Nyamuk dan Stikerisasi
Kegiatan pemantauan jentik nyamuk merupakan bagian penting
dalam pencegahan nyamuk berkembang biak.
Tempat perkembangbiakan nyamuk didalam rumah, misalnya tatakan pot
bunga, tatakan dispenser, tatakan kulkas, bak mandi/WC, vas bunga, dan
lain-lain.
Pemantauan jentik nyamuk dan stikerisasi dilakukan oleh
mahasiswa PBL FKM USU mengetahui Bidan Desa. Pemantauan ini
dilakukan selama 2 hari pada tanggal 28 maret 2017 29 maret 2017.
Pemantauan jentik dapat dilakukan sebagai berikut:
- Mencari semua tempat perkembangbiakan jentik nyamuk yang ada di
dalam maupun di lingkungan rumah.
- Setelah di dapatkan, maka dilakukan penyenteran untuk mengetahui
ada tidaknya jentik.
- Mencatat ada tidaknya jentik dan memasang Stiker penyuluhan 3M
Plus dan Stiker tanda ada atau tidaknya jentik di rumah warga.
4. Gotong royong
Gotong royong kami laksanakan diketahui Lurah Melati 1.
Gotong-royong dilaksanakan oleh mahasiswa FKM USU dan semua warga
Melati 1. Gotong royong dilakukan mengikuti jadwal gotong royong
bersama dari kelurahan yaitu setiap minggu ke empat tiap bulannya.
Gotong royong dilakukan satu kali sesuai jadwal yang telah ditentukan
kelurahan.
Gotong royong dilakukan antara lain membersihkan dalam rumah
dan pekarangan masing-masing, membersihkan dan melancarkan aliran
paret agar tidak ada lagi tempat perkembangbiakan nyamuk,
membersihkan pinggiran jalan yang telah ditanami serai wangi.

5.2.2. Program Tambahan

- PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dan CTPS (Cuci Tangan
Pakai Sabun)

Penyuluhan tentang PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dan


Pelaksanaan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).
Penyuluhan pertama yang kami laksanakan di Madrasah yang ada di
lingkungan 2 Melati 1 dilakukan dengan cara pembagian kelompok, yaitu
terdiri dari 10 orang perkelompok atau 4 kelompok/ kelas.
Penyuluhan yang kami lakukan memasuki setiap kelas mulai dari
kelas 1-4 yang terdiri dari 4 kelas. Penyuluhan dan menjelaskan materi
yang kami bawakan selama 60 menit, dan 60 menit untuk mempraktekkan
CTPS bersama dengan siswa/i.
Materi yang kami bawakan adalah tentang pentingnya Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat di terapkan dalam kehidupan dan penting nya cuci
tangan pakai sabun untuk mencegah penyakit masuk ketubuh.
Penyuluhan kedua yang kami lakukan Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD)/TK LAILI yang ada di lingkungan 1 kami lakukan dengan
membagi setiap materi per orang karena PAUD hanya mempunyai satu
kelas. Penyuluhan yang kami lakukan selama satu jam.
Materi yang kami bawakan adalah pentingnya menerapkan perilaku
hidup berish dan sehat dan CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun) sekaligus
mempraktekkannya.

- Senam di Kantor Lurah

Senam merupakan kegiatan untuk menjaga kebugaran jasmani dan


rohani tubuh,jadi kegiatan ini sangat lah bermanfaat untuk rutin dilakukan.
Awalnya senam yang kami laksanakan ini hanya diikuti oleh
mahasiswa PBL dan seluruh Staf kelurahan, tapi di minggu selanjutnya
mengajak masyarakat untuk ikut serta melakukan senam di kantor lurah.
senam ini di lakukan rutin setiap seminggu sekali yang dilakukan setiap
hari jumat pada pukul 09.00-selesai. Yang pada akhirnya senam ini diikuti
oleh mahasiswa PBL FKM, staf kelurahan,dan masyarakat.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA

https://books.google.co.id/books?op=lookup&id=LPNrDQAAQBAJ&continue=h
ttps://books.google.co.id/books%3Fhl%3Did%26lr%3D%26id%3DLPNrDQAAQ
BAJ%26oi%3Dfnd%26pg%3DPA25%26dq%3Dpengertian%2Bkesehatan%2Bm
enurut%2Bwho%2B1948%26ots%3DriocUJ9k8M%26sig%3DSVBy2R4PoOFlV
DlU6IakMePknM4%26redir_esc%3Dy&hl=id
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=LPNrDQAAQBAJ&oi=fnd&pg=
PA25&dq=pengertian+kesehatan+menurut+who+1948&ots=riocUJ9k8M&sig=S
VBy2R4PoOFlVDlU6IakMePknM4&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false
https://books.google.co.id/books?id=YkypCQAAQBAJ&pg=PA2&dq=pengertian+keseh
atan+menurut+winslow&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjlr9S-
wvnSAhWLRo8KHfs4DksQ6AEIGzAA#v=onepage&q=pengertian%20kesehatan%20m
enurut%20winslow&f=false

https://books.google.co.id/books?id=IfoHCgAAQBAJ&pg=PP5&dq=uu+ri+tentang+kes
ehatan+tahun+2009&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiGkL3Dw_nSAhUJRI8KHfKbCLIQ6
AEILTAE#v=onepage&q=uu%20ri%20tentang%20kesehatan%20tahun%202009&f=fals
e

https://chandramanick.blogspot.co.id/2015/09/metode-penentuan-
prioritas.html/28maret2017pukul19.29
http://www.academia.edu/8364986/Metode-penentuan-prioritas-
masalah/28maret2017pukul15.38
http://www.eurekapendidikan.com/2015/09/defenisi-sampling-dan-teknik-
sampling.html/28maret2017pukul18.00
http://www.kompasiana.com/gamal_albinsaid/metode-pengambilan-dan-
pengolahan-sampel_552ab996f17e61e136d623f2/28maret2017pukul18.00

Anda mungkin juga menyukai