Anda di halaman 1dari 17

PROGRAM PEMBINAAN KESEHATAN KOMUNITAS

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas

Dosen Pengampu : Ns., Abdullah Azam Mustajab ., S.Kep., M.Kep

Kelompok 4 :

1. Syafa Nur Cahya (2020270005)


2. Dina Febriana (2020270008)
3. Ardiyati (2020270024)
4. Risna Nur Ducha (2020270025)

PRODI S-1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SAINS AL-QURAN di WONOSOBO

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya berkat dan rahmat-
Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul
“Program Pembinaan Kesehatan Komunitas”. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas matakuliah Keperawatan Komunitas dari
dosen Ns., Abdullah Azam Mustajab ., S.Kep., M.Kep

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah


membantu kami dalam penyusunan makalah ini baik teman-teman, dosen dan semua
yang telah membantu yang kami tidak bias sebut satu persatu. Besar harapan kami
bahwa makalah ini dapat bernilai baik, dan dapat digunakan dengan sebaik-baiknya.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini belum lah sempurna untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran dalam rangka penyempurnaan untuk pembuatan
makalah selanjutnya.

Wonosobo, 5 Januari 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER……………………………………………………………………………………...1

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………...2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………..4
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………..4
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………….4
C. Tujuan …………………………………………………………………………………...4
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………….. 6
A. Pengertian ilmu kesehatan komunitas………………………………………………….. 6

B. Program pembinaan kesehatan komunitas……………………………………………... 6


C. Program pembinaan gizi masyarakat…………………………………………………... 7
D. Program pengembangan desa sehat………………………………………………….....13

BAB III PENUTUP …………………………………………………………….………...16


DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..17

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Program Pembinaan Kesehatan Komunitas adalah segala upaya fasilitas


yang bersifat persuasif dan melalui pemerintah yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku, dan kemampuan masyarakat
dalam menemukan, merencanakan serta memecahkan masalah menggunakan
sumber daya atau potensi yang mereka miliki termasuk partisipasi dan
dukungan tokoh –tokoh masyarakat serta LSM yang masih ada dan hidup di
masyarakat (Christenson & Robinson, 1989).
Penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan akan
menghasilkan kemandirian masyarakat di bidang kesehatan dengan demikian
penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat merupakan proses sedangkan
kemandirian merupakan hasil, karenanya kemandirianmasyarakat dibidang
kesehatan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk dapat mengidentifikasi
masalah kesehatan yang ada di lingkungannya. Peran serta masyarakat di dalam
pembangunan kesehatan dapat diukur dengan makin banyakknya jumlah anggota
masyarakat yang mau memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti, Puskesmas,
Pustu, Polindes, mau hadir ketika ada kegiatan penyuluhan kesehatan, dan
lain lain (Pranarka & Vidhyandika,1996).

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian ilmu kesehatan komunitas?

2. Bagaimana program pembinaan kesehatan komunitas?

3. Bagaimana Program pembinaan gizi masyarakat?


4. Bagaimana program pengembangan desa sehat?

4
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian ilmu kesehatan komunitas.
2. Dapat mengetahui program pembinaan kesehatan komunitas.
3. Dapat mengetahui Program pembinaan gizi masyarakat?
4. Dapat mengetahui program pengembangan desa sehat.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ILMU KESEHATAN KOMUNITAS

Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan manusia kesehatan


manusia mulai dari tingkat individu hingga pada tingkatan eksosistem serta perbaikan
fungsi setiap unitdalam sistem hayati tubuh manusia mulai dari tingkat sub sampai
tingkat sistem tubuh. Komunitas adalah sekelompok manusia yang sering berhubungan
lebih sering dibandingkan manusia lainyang berada di luarnya serta saling
ketergantungan untuk memenuhi kebutuhan barang atau jasa yang penting untuk
mencukupi kehidupan sehari-hari.
Menurut Spradly (1985), Logan dan Dawkin (1987) Keperawatan kesehatan
komunitas adalah pelayanan perawatan professional yang ditujukan kepada masyarakat
dengan pendekatan kepada kelompok risiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat
kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan pendekatan kesehatan dengan
menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melubatkan klien
sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawtan.

B. PROGRAM PEMBINAAN KESEHATAN KOMUNITAS

Proses pelayanan kesehatan dan kualitas pelayanan berkaitan dengan


ketersediaan sarana kesehatan yang terdiri dari (Puskesmas, Balai Pengobatan).
pelayanan rujukan (Rumah Sakit). Ketersediaan tenaga kesehatan, peralatan dan obat-
obatan. Secara operasiaonal pelaksanaan pelyanan kesehatan komunitas dalam
organisasi pemerintah daerah menjadi beban tugas dan wewenang dari Dinas
Kesehatan. Karena itu. Dinas Kesehatan memiliki tujuan untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan masyarakat dan menjadikannya lebih efisien, efektif serta dapat
dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Kondisi tersebut sudah sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 951/Menkes/SK/VI/2000 yaitu:
"Tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang optimal".

6
Program kesehatan masyarakat, meliputi:

1. Pembinaan gizi masyarakat

2. Pembinaan kesehatan keluarga

3. Pembinaan upaya kesehatan kerja dann olahraga

4. Dukungan manajemen

5. Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat

6. Penyehatan lingkungan

C.Program Pembinaan Gizi Masyarakat

Gizi kesehatan masyarakat adalah kesehatan gizi yang mengacu pada


cabang populasi terfokus kesehatan masyarakat yang memantau diet, status gizi dan
kesehatan, dan program pangan dan gizi, dan memberikan peran kepemimpinan
dalam menerapkan publik kesehatan prinsip-prinsip untuk kegiatan yang mengarah
pada promosi kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pengembangan kebijakan
dan perubahan lingkungan.
Program pembinaan kesehatan komunitas adalah untuk membimbing
masyarakat untuk lebih mandiri dalam bidang kesehatan.Pemberdayaan masyarakat
di bidang kesehatan akan menghasilkan kemandirian masyarakat di bidang
kesehatan dengan demikian penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat
merupakan proses sedangkan kemandirian merupakan hasil, karenanya
kemandirian masyarakat dibidang kesehatan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
dapat mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di lingkungannya (Mardikanto
& Soebiato, 2013).

1.) Edukasi Gizi

a. Tujuan : mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat mengacu


padaPedoman Gizi Seimbang (PGS)dan sesuai dengan risiko/masalah gizi.

7
b. Sasaran : kelompok dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.

c. Lokasi : Posyandu, Pusling, Institusi Pendidikan, Kegiatan Keagamaan,


KelasIbu, Kelas Balita, Upaya Kesehatan Kerja (UKK), dan lain-lain .

d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam edukasi gizi disesuaikan dengan siatuasi
dan kondisi serta berkoordinasi dengan tim penyuluhan di puskesmas misalnya
tenaga promosi kesehatan.Pelaksanaan edukasi gizi dilakukan dengan :

1.) Merencanakan kegiatan edukasi diwilayah kerja Puskesmas

2.) Membuat jadwal kegiatan

3.) Merencanakan dan membuat materi edukasi yang akan


disampaikan oleh masyarakat termasuk pre test dan post test

4.) Menyajikan materi edukasi kepada masyarakat

5.) Memberikan pembinaan kepada kader agar mampu melakukan pendididkan


gizi di Posyandu dan masyarakat luas

6.) Memberikan pendidikan gizi secara langsung di UKBM, Institusi


pendidikan,peretemuan keagaaman dan pertemuan-pertemuan lainnya.

7.) Melakukan diskusi atau tanya jawab dengan peserta

8.) Melakukan evaluasi hasil pre test dan post test

9.) Menyusun laporan hasil kegiatan pelaksanaan dan pendidikan gizi


diwilayah kerja puskesmas

2.) Konseling ASI eksklusif

a.Tujuan : meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga sehingga


bayibaru lahir segera diberikan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan meneruskan ASI
eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan. Sejak usia 6 bulan disamping
meneruskan ASI mulai diperkenalkan Makanan pendamping ASI(MP-ASI),

8
selanjutnya tetap meneruskan ASI dan MP-ASI sesuai kelompok usia sampai usia
24 bulan.

b.Sasaran : ibu hamil dan keluarga atau ibu yang mempunyai anak usia 0-24 bulan.

3.) Konseling Gizi melalui Pos pembinaan Terpadu Penyakit tidak menular

a.Tujuan : mencegah dan mengendalikan factor risiko PTM berbasis masyarakat


sesuai dengan sumber daya dan kebiasaan masyrakat agar masyarakat dapat
mawas diri (awareness) terhadap factor risiko PTM.

b. Sasaran : masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia > 15 tahun.

`` c. Konseling gizi dilakukan dengan tahapan :

1). Menyiapkan materi konseling gizi yang akan disampaikan kepada


masyarakat seputar Penyakit Tidak Menular (seperti diet untuk penyakit yang
tergolong PTM)

2.) Menyediakan media yang akan digunakan saat konseling gizi

3.) Menyediakan form atau catatan asuhan gizi pasien

4.) Mengisi form atau catatan asuhan gizi pasien

5.) Melakukan konseling gizi sesuai dengan materi atau topik permasalahan
pasien dengan menggunakan alat bantu media penyuluhan

6.) Membuka sesi diskusi atau tanya jawab untuk pasien

7.) Pasien diminta untuk mengulangi inti materi yang disampaikan oleh Ahli
gizi sebagai bahan untuk mengevaluasi pengetahuan dan pemahaman pasien
seputar diet yang akan dijalankan.

8.) Membuat evaluasi hasil kegiatan

9.) Membuat laporan hasil kegiatan

9
d.Target dari kegiatan konseling gizi : dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat dalam mencegah dan mengendalikan faktor resiko PTM dengan
menerapkan Diet terkait penyakit PTM yang diderita sehingga dapat merubah
sikap dan perilaku (pola makan) agar sesuai dengan diet yang harus dijalani sehingga
dapat mempertahankan atau meningkatkan kondisi kesehatan menjadi lebih baik dan
mencegah adanya komplikasi penyakit lainnya.

4.) Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (PGBM)

Pemulihan gizi berbasis masyarakat merupakan upaya yang dilakukan


masyarakat untuk mengatasi masalah gizi yang dihadapi dengan dibantuoleh
tenaga gizi puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya.Pendirian PGBM tergantung
kepada besaran masalah gizi di daerah.Dalam pelaksanaan PGBM dapat
merujuk kepada besaran masalah gizi di daerah.Dalam pelaksanaan PGBM dapat
merujuk buku pedoman pelayanan gizi buruk (Kementerian Kesehatan 2011).

a.Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan status gizi balita

b.Sasaran kegiatan ini adalah balita BGM dan balita gizi buruk tanpa komplikasi

c. Target dalam kegiatan Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat adalah Semua Balita
Gizi Buruk mendapatkan penanganan dan perawatan melalui program Pemulihan Gizi
Berbasis Masyarakat sehingga dapat meningkatkan kondisi kesehatan dan status gizi
balita.

5.) Surveilans Gizi

Kegiatan surveilens gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan


data yang dilakukan secara terus menerus, penyajian serta diseminasi informasi bagi
Kepala Puskesmas serta lintas program dan lintas sector terkait di tingkat
kecamatan. Informasi dari kegiatan surveilens gizi dimanfaatkan untuk
melakukan tindakan segera maupun untuk perencanaan program jangka
pendek, menengah, maupun jangka panjang.Sebagai acuan bagi petugas gizi

10
puskesmas dalam melakukan surveilens gizi bisa menggunakan buku surveilens
gizi (Kemeterian Kesehatan RI, 2014).

a.Tujuan :

1.) Tersedianya informasi berkala dan terus menerus untuk mengetahui


masalah gizi dan perkembangan di masyarakat

2.) Tersedianya informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui penyebab


masalah gizi dan factor terkait

3.) Tersedianya informasi kecenderungan masalah gizi di suatu daerah

4.) Menyedikan informasi intervensi yang paling tepat untuk dilakukan


(bentuk, sasaran, dan tempat)

b. Lingkup data surveilens gizi antara lain :

1.) Data status gizi

2.) Data konsumsi makanan

3.) Data cakupan program gizi

c. Sasaran : bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, WUS, ibu hamil, ibu
menyusui, pekerja serta lansia.

d. Dalam pelaksanaan surveilens gizi, tenaga gizi puskesmas berkoordinasi


dengan tenaga surveilens di Puskesmas melakukan kegiatan antara lain :

1.) Merencanakan surveilens mulai dari lokasi, metode, cara melakukan,


dan penggunaan data

2.) Melakukan surveilens gizi meliputi mengumpulkan data, mengolah


data, menghasilkan data, menganalisa data, melaksanakan diseminasi
informasi

11
3.) Membina kader posyandu dalam pencatatan dan pelaporan kegiatan gizi
di posyandu

4.) Melaksanakan intervensi gizi yang tepat

5.) Membuat laporan surveilens gizi

e. Contoh kegiatan dalam surveilens gizi antara lain :

1. Pemantauan Status Gizi (PSG)

Tujuan : mengetahui status gizi masyarakat sebagai bahan perencanaan

Sasaran : disesuaikan dengan kebutuhan setempat (bayi, balita, anak usia


sekolah, remaja, WUS, ibu hamil, ibu menyusui, pekerja serta lansia)

2. Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)

Tujuan : tersedianya informasi secara terus menerus, cepat, tepat dan akurat
sebagai dasar penentuan tindakan dalam upaya untuk pencegahan dan
penanggulangan masalah gizi, selain itu bertujuan untuk memantau situasi
pangan dan gizi antar desa atau kelurahan dalam 1 kecamatan

Sasaran : lintas program dan lintas sectoral di tingkat kecamatan di


wilayah kerja Puskesmas.

3. System kewaspadaan Dini –Kejadian Luar Biasa/SKD KLB Gizi Buruka)

Tujuan: mengantisipasi kejadian luar biasa gizi buruk di suatu wilayah pada
kurun waktu tertentu

Sasaran : balita dan keluarga, posyandu

4. Pemantauan Konsumsi garam beryodium di rumah tangga

1.) Memperoleh gambaran berkala tentang cakupan konsumsi garam


beryodium yang memenuhi syarat di masyarakat. Dilaksanakan setiap satu
tahun sekali.

12
2.) Sasarannya adalah ibu rumah tangga.

Hasil kegiatan surveilans gizi akan digunakan untuk merencanakan kegiatan


Program UKM pada periode selanjutnya.

D. Program Pengembangan Kota Sehat

Kota sehat adalah suatu kondisi dari suatu wilayah yang bersih, nyaman,
aman dan sehat untuk dihuni penduduknya dengan mengoptimalkan potensi
ekonomi masyarakat yang saling mendukung melalui koordinasi forum kecamatan
dan difasilitasi oleh sector terkaitdan sinkron dengan perencanaan masing –masing
desa.melalui terselenggaranya beberapa tatanan dan kegiatan yang terintegrasi yang
disepakati oleh masyarakat dan pemerintah daerahnya.

 DASAR HUKUM INDIKATOR KOTA SEHAT

1. PERMENDAGRI dan Menteri Kesehatan Nomor: 34 Tahun 2005 Nomor:


138/Menkes/PB/VIII/2005 tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota sehat

2. UU Nomor: 32 Tahun 2004tentang Pemerintahan Daerah

3. UU Nomor: 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

4. UU Nomor: 25 Tahun 2004 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

 TUJUAN

Tercapainya kondisi Kabupaten untuk hidup dengan bersih, nyaman, aman dan
sehat untuk dihuni dan bekerja

 SASARAN

1. Terlaksananya program kesehatan

2. Terbentuknya forum masyarakat yang mampu menjalin kerjasama

13
3. Terselenggaranya upaya peningkatan lingkungan fisik, sosial dan budaya
Terwujutnya kondisi yang kondusif bagi masyarakat untuk menigkatkan
produktifitas.

 CIRI-CIRI KOTA SEHAT

1. Pendekatan tergantung permasalahan yang dihadapi

2. Berasal dari kebutuhan masyarakat, dikelola oleh masayarakat.sedangkan


pemerintah sebagai fasilitator.

3. Mengutamakan pendekatan proses daripada target

4. Kegiatan didasarkan kesepakatan dari masyarakat

5. Pendekatannya juga merupakan master plan Kota.

6. Pemkab merupakan partner

7. Kegiatan dicapai melalui proses dan komitmen pimpinan daerah

8. Harus terintegrasi kondisi fisik, ekonomi, dan budaya

Pola pelaksanaan kegiatan kota sehat

1. Pelibatan partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

2. Pemberian dana stimulun untuk pembangunan sarana prasarana yang didukung


olehN dana partisipasi masyarakat

3. Dana stimulun diserahkan langsung kepada masyarakat melalui forum dan kelompok
kerja (pokmas) yang telah dibentuk

4. Pelaksanaan program atau kegiatan didampingi oleh tim pendamping dari dinas atau
sektor terkait sebagai tim teknis serta TPM

Program dalam Pengembangan Kota Sehat :

1. Program greenschool atau sekolah hijau merupakan pengembangan dari program


kota sehat dengan melibatkan dinas pendidikanyang berupa pengmbangan

14
kurikulum dan pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan lingkungan
sekolah. Selain itu Dinkes kota salati juga bekerjasama dengan Dinas Pengelola
Lingkungan Hidup (DPLH) melakukan pembagian tanaman keras dan program
pelestarian tanaman langka, dan program ini juga ditambahkan larangan merokok.

2. Program pengendalian merokok ditempat kerja yang telah dilakukan sosialisasi


program dengan lintas sector, perusahaan swasta, kelurahan dan kecamatan, di pindok
pesantren dan surat edaran SKPD tentang pengendalian merokok.

3. Program keluarga mandiri kelola sampah merupakan program unggulan


yang sudah disosialisasikan sampai tingkat RTatau RW, program ini juga membuat
tempat percontohan pengelolaan sampah rumah tangga, dan bekerjasama dengan
kantor lingkungan hidupmeberikan stimulantberupa tempat sampah dan grobag
sampah.

4. Program konservasi air dan penghijauan. Melalui program ini melakukan


kegiatan penanaman pohon di, seminar air dan urbanisasi, sepeda sehat kampanye
Go Green, uji kemurnian air minum dalam kemasan yang dikonsumsi
masyarakat serta penandatanganan perjanjian kesepahaman kerjasama dalam
pemeliharaan lingkungan hidup, penanaman pohon.

5. Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan melakukan sosialisasi di


masyarakat sampai ketingkat RTatau RW, kegiatan PSN bersama, dan
penandatanganan perjanjian kesepahaman kerjasam auntuk mewujudkan kota yang
bebas jentik.

15
KESIMPULAN

Ilmu kesehatan komunitas adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan


manusia kesehatan mulai dari tingkat individu hingga pada tingkatan ekosistem serta
perbaikan fungsi setiap unit dalam sistem hayati tubuh manusia mulai dari tingkat sub
sampai tingkat sistem tubuh. Komunitas adalah sekelompok manusia yang sering
berhubungan lebih sering dibandingkan manusia lain yang berada di luarnya serta saling
ketergantungan untuk memenuhi kebutuhan barang atau jasa yang penting untuk
mencukupi kebutuhan sehari- hari. Meliputi . Bagaimana program pembinaan kesehatan
komunitas, program pembinaan gizi masyarakat, program pengembangan desa sehat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Christenson, J. A., &Robinson, J. W. (1989). Community Development in


Perspective.Amerika Serikat: Lowa State University Press.

Mardikanto, T., & Soebiato, P. (2013). Pemberdayaan Masyarakat dalam


perspektif kebijakan publik.Bandung: Alfabeta.

Muchran, J., Ilham, W., Siddiq, M., & Susilawati. (2015). Model Perencanaan
Ruang Terbuka Hijau Taman Lingkungan Di Kota Banjarbaru kalimantan
selatan.

Rachmat, H. H. (2018). Penguatan Upaya Kesehatan Masyarakat dan


Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan di Indonesia.Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.

Setyawati, V. V., & Hartini, E. (2018). Buku Ajar Dasar Ilmu Gizi Kesehatan
Masyarakat.Yogyakarta: Deepublish.

Widjajanti, K. (2011). Model Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Ekonomi


pembangunan

17

Anda mungkin juga menyukai