Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KLIEN KELOMPOK

KHUSUS: PSIKOTIK GELANDANGAN

“Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
II”
Dosen Pengampu: Ns. Ari Setyawati, S.Kep., M.Kep.

Disusun oleh:

Kelompok 8/ Kelas 3A

Dea Puspita Dewi (2020270001)

Arum Setiani Sangadah (2020270015)

Rifqi Agung Jehian (2020270027)

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SAINS AL QUR’AN JAWA TENGAH
WONOSOBO
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun
guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas I yang diampu oleh
Ibu Ari Setyawati, S.Kep., Ns., M.Kep. di Universitas Sains Al-Qur’an Jawa
Tengah Wonosobo.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Ari Setyawati,
S.Kep., Ns., M.Kep. selaku pengampu mata kuliah ini, dengan bimbingan beliau
kami dapat menyusun makalah ini dengan semaksimal mungkin. Tugas makalah
yang diberikan ini semoga dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca
terkait materi “Asuhan Keperawatan Jiwa Kelompok Khusus: Psikotik
Gelandangan”.
Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Demikian, kami sampaikan terimakasih.

Wassalamu’alaikum wr. wb

Wonosobo, 5 Januari 2022

(Punyusun)

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar Isi...................................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan
1. Latar Belakang...........................................................................................1
2. Tujuan........................................................................................................2
Bab II Tinjauan Teori
1. Definisi Psikotik Gelandangan..................................................................3
2. Etiologi......................................................................................................3
3. Manifestasi Klinis......................................................................................4
4. Tahap Kekambuhan...................................................................................4
5. Rentang Respon.........................................................................................4
6. Layanan Yang Dibutuhkan Oleh Gelandangan dan Psikotik....................5
7. Rehabilitasi Sosial Pada Psikotik dan Gelandangan..................................5
8. Penatalaksanaan.........................................................................................6
9. Konsep Asuhan Keperawatan....................................................................7
Bab III Tinjauan Kasus
1. Ilustrasi Kasus............................................................................................11
2. Pengkajian.................................................................................................11
3. Diagnosa....................................................................................................15
4. Intervensi...................................................................................................17
5. Implementasi dan Evaluasi........................................................................18
Bab IV Penutup
1. Kesimpulan................................................................................................20
2. Saran..........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu indikator kesejahteraan yang harus
dimiliki oleh seseorang. Sebagai individu, manusia memiliki dua komponen
kesehatan yang harus dipenuhi kebutuhannya, yaitu kesehatan fisik dan psikis.
Pengobatan bagi orang dengan gangguan fisik akan lebih mudah dibanding
dengan gangguan psikis, karena para penderita gangguan fisik sadar bahwa
dirinya mengalami sakit yang pastinya memerlukan pengobatan. Hal itu tidak
terjadi pada penderita gangguan psikis, mereka merasa bahwa dirinya sehat.
Mereka tidak memerlukan bantuan untuk menyembuhkan penyakitnya, karena
merasa sehat, tidak memiliki gangguan apapun. Semua keputusan terkait
pengobatan bagi penderita gangguan psikis ada di tangan keluarga maupun
orang-orang dekat di sekitar penderita. Salah satu masalah kesehatan jiwa yang
erat sekali hubungannya dengan keluarga dan lingkungan sekitar yaitu
gelandangan psikotis.
Psikotik Gelandangan adalah mereka yang hidup di jalan dan mengalami
gangguan kejiwaan yakni mental dan sosial, sehingga mereka hidup
mengembara, berkeliaran, atau menggelandang di jalanan. Psikotik
gelandangan tidak memiliki pola pikir yang jelas dan mereka sudah tidak lagi
mementingkan mengenai norma dan kebiasaan yang ada dalam masyarakat,
tidak memiliki rasa malu dan memiliki amarah yang tidak bisa di kontrol
(Ningsih, 2018). Psikotik gelandangan yang hidup keluyuran dijalan-jalan
umum dapat mengganggu ketertiban umum dan merusak keindahan lingkungan
(Kundarto dan Karnadi, 2014). Untuk itu penting bagi tenaga kesehatan
memahami dan diharapkan nantinya dapat ikut ndil dalam menangani masalah
tersebut. Salah satu peran profesi keperawatan ikut andil dalam masalah
tersebut yaitu dengan memberikan asuhan keperawatan yang benar dan tepat
kepada klien dengan masalah khusus gelandangan psikotik.

1
B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan
gambaran terkait asuhan keperawatan jiwa kelompok khusus gelandangan
psikotik.
b. Tujuan Khusus
Penulisan makalah ini bertujuan agar penyusun mampu memberikan
gambaran terkait asuhan keperawatan dan juga contoh studi kasus masalah
gelandangan psikotik, yang meliputi pengertian, etiologi, manifestasi
klinis, tahapan kekambuhan, rentang respon, konsep asuhan keperawatan
dan juga tinjauan kasus.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Psikotik Gelandangan


Psikotik Gelandangan adalah mereka yang hidup di jalan dan mengalami
gangguan kejiwaan yakni mental dan social, sehingga mereka hidup
mengembara, berkeliaran, atau menggelandang di jalanan. Psikotik
genlandangan tidak memiliki pola pikir yang jelas dan mereka sudah tidak lagi
mementingkan mengenai norma dan kebiasaan yang ada dalam masyarakat,
tidak memiliki rasa malu dan memiliki amarah yang tidak bisa dikontrol
(Ningsih, 2018).
Gelandangan psikotik adalah seseroang yang hidup dijalanan dan
mengalami gangguan kejiwaan mental dan social. Seorang gelandangan
psikotik biasanya tingkah lakunya menyimpang dari norma-norma dan
mempunyai kehidupan yang jauh dari kata layak dalam masyarakat, tidak
memiliki rasa malu dan memiliki amarah yang tidak bisa dikontrol, tidak
mempunyai tempat tinggal dan tidak mempunyai pekerjaan.

B. Etiologi
Menurut Ningsih (2018) penyebab psikotik gelandangan adalah kehadiran
mereka tidak diterima oleh keluarga dan masyarakat sekitar. Penyebab ini
menjadi kondisi terburuk pada kelompok gelandangan yang mengalami
gangguan mental (psikotik). Sedangkan menurut UU No. 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan dan Ilmu Kedokteran Jiwa bahwa munculnya gelandangan
psikotik disebabkan oleh beberapa faktor berikut:
1. Keluarga tidak peduli,
2. Keluarga malu,
3. Keluarga tidak tahu,
4. Obat tidak diberikan,
5. Tersesat ataupun karena urbanisasi yang gagal.

3
C. Manifestasi Klinis
Menurut Karnadi & Sadiman Al Kundarto (2014) ciri-ciri gelandangan
psikotik ini antara lain:
1. Ditandai dengan tubuh yang kotor sekali,
2. Rambutnya seperti sapu ijuk,
3. Pakaiannya compang-camping,
4. Membawa bungkusan besar yang berisi macam-macam barang,
5. Bertingkah laku aneh seperti tertawa sendiri serta sukar diajak
berkomunikasi.
Tursilarini, dkk dalam Rosita (2019), juga menjelaskan ciri-ciri tingkah
laku pribadi psikotik gelandangan seperti: kurang atau tidak memiliki
kesadaran sosial, suka mengembara kemana-mana tanpa tujuan, serta emosi
dan kepribadian tidak stabil. Respon motorik pada psikotik gelandangan tidak
sesuai dengan norma dalam masyarakat seperti tidak menggunakan pakaian,
dan makan makanan sisa dari tempat sampah.

D. Tahapan Kekambuhan
1. Tahap 1: kewalahan berlebih (mengeluh kewalahan, gejala anxietas yang
intensif)
2. Tahap 2: pembatasan kesadaran (gejala anxietas sebelumnya bergabung
dengan gejala depresi)
3. Tahap 3: rasa malu (biasanya hipomania dan halusinasi dan klien tidak bisa
mengendalikan)
4. Tahap 4: disorganisasi Psikotik (tahap ini gejala gangguan jiwa jelas terjadi,
halusinasi, waham)
5. Tahap 5: resolusi Psikotik (tahap ini di rumah sakit dan terjadi
penyembuhan psikotik)

E. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

4
1. Pikiran logis 1. Distorsi pikiran ilusi 1. Gangguan pikir/delusi
2. Persepsi akurat 2. Reaksi 2. Halusinasi
3. Emosi konsisten emosi berlebihan 3. Sulit merespon emosi
dengan pengalaman 3. Perilaku aneh atau 4. Perilaku disorganisasi
4. Perilaku sesuai tidak biasa
5. Berhubungan sosial 4. Menarik diri

F. Layanan Yang Dibutuhkan Oleh Gelandangan dan Psikotik


1. Kebutuhan fisik, meliputi kebutuhan makan, pakaian, perumahan dan
kesehatan
2. Kebutuhan layanan psikis meliputi terapi medis psikiatris. keperawatan dan
psikologis
3. Kebutuhan sosial seperti rekreasi, kesenian dan olah raga
4. Layanan kebutuhan ekonomi meliputi ketrampilan usaha, ketrampilan kerja
dan penempatan dalam masyarakat.
5. Kebutuhan rohani (Dias, 2013)

G. Rehabilitasi Sosial Pada Psikotik dan Gelandangan


1. Tahap Identifikasi
Perlu dilakukan pengkajian terkait masalah sosial, yang mana merupakan
fenomena yang muncul dalam kehidupan masyarakat, perwujudannya dapat
merupakan masalah lama yang mengalami perkembangan ataupun masalah
baru yang muncul akibat perkembangan dan perubahan kehidupan sosial,
ekonomi dan kultural (Dias, 2013).
2. Tahap Diagnosis
Setelah masalah sosial teridentifikasi, maka akan mendorong timbulnya
respon masyarakat berupa tindakan bersama untuk memecahkan masalah
bersama (Dias, 2013).
3. Tahap Treatment
a. Pendekatan awal  
5
1) Razia oleh petugas
2) Kemitraan dengan lembaga atau pihak lain rumah sakit dan dinas
sosial. 
b. Penerimaan dan pengasramaan  
1) Pengungkapan masalah
2) Pelaksanaan rehabilitasi sosial
1. Bimbingan fisik
2. Bimbingan mental
3. Bimbingan sosial
c. Resosialisasi  
Serangkaian bimbingan yang bertujuan untuk mempersiapkan klien agar
dapat berintergrasi penuh dalam kehidupan masyarakat secara normatif
dan juga mempersiapkan masyarakat untuk dapat menerima klien
d. Penyaluran  
Serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengembalikan klien
kedalam kehidupan masyarakat secara normatif.
e. Bimbingan lanjut 
Serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk lebih memantapkan klien
kembali dalam kehidupan masyarakat
f. Evaluasi  
Bertujuan untuk memastikan proses pelaksanaan rehabilitasi sosial
berjalan dengan baik (Dias, 2013).

H. Penatalaksanaan
Kebutuhan pelayanan bagi penderita psikotik gelandangan tidak hanya
membuthkan pelayanan medis, tetapi juga membutuhkan pelayanan sosial.
Usaha pengobatan harus menyiapkan penderita secara fisik, mental dan sosial
dapat menyesuaikan diri di lingkungan masyarakat, dapat mandiri serta
pengakuan hak asasi sebagai manusia seutuhnya. Hak-hak dasar akan
kebutuhan yang diperlukan psikotik gelandangan adalah dengan memenuhi
menurut Maslow yaitu kebutuhan fisiologi, kebutuhan akan keselamatan
6
(perlindungan, bebas dari rasa takut, bebas dari rasa cemas dan kekalutan),
kebutuhan akan rasa memiliki dan rasa cinta, kebutuhan akan harga diri, dan
kebutuhan aktualisasi diri (Rosita, 2019).
Perawatan berkelanjutan pada pasien psikotik gelandangan juga diperlukan
dikarenakan masalah keperawatan sebagian belum teratasi sehingga perlu
dilakukan tindakan keperawatan berulang-ulang. Bahkan perawatan
berkelanjutan tetap dilakukan ketika pasien dipulangkan dari rumah sakit.
Perawatan berkelanjutan di rumah sakit dilakukan oleh perawat melalui
program perencanaan pulang atau discharge planning. Program perencanaan
pulang atau discharge planning merupakan program pengobatan yang
dilakukan sejak pasien psikotik gelandangan masuk rumah sakit. Pada program
ini perawat sebagai bagian dari tim kesehatan ikut terlibat. Keterlibatan
perawat dalam proses perencanaan pulang antara lain memperbaiki
kemampuan pasien psikotik gelandangan dalam melakukan aktivitas harian
seperti makan dan minum, eliminasi, personal hygiene, berpakaian, aktivitas,
dan tidur. Menurut Windarini (2014), program perencanaan pulang dapat
meningkatkan perawatan berkelanjutan bagi psikotik gelandangan. Hal ini
didukung oleh Yusuf, Fitryasari, Nihayati, (2014) yang menyatakan bahwa
discharge planning yang dilakukan oleh perawat dengan kategori baik dapat
menurunkan angka kekambuhan pasien psikotik.

I. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Adalah tindakan yang bertujuan untuk mengidentifikasi data status
kesehatan klien sebagai dasar perumusan diagnosis keperawatan klien.
Metode yang digunakan meliputi wawancara (anamnesis), observasi
(evaluasi psikiatris), pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik.
Pendokumentasian pengkajian jiwa ini dalam bentuk format yang
ditentukan, baik data obyektif maupun data subyektif.
Dalam pengkajian keperawatan jiwa, hal yang perlu dikaji diantaranya
adalah sebagai berikut;
7
a. Identitas klien
b. Keluhan utama/alasan masuk
c. Faktor predisposisi
d. Aspek fisik/biologis
e. Aspek psikososial
f. Status mental
g. Kebutuhan persiapan pulang
h. Mekanisme koping
i. Masalah psikososial dan lingkungan
j. Pengetahuan
k. Aspek medis
Adapun data dari pengkajian tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2
macam yaitu:
a. Data objektif yang ditemukan secara nyata. Dapat ini didapatkan
melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
b. Data subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan
keluarga. Perawat dapat menyimpulkan kebutuhan atau masalah klien
dari kelompok data yang dikumpulkan. Kemungkinan kesimpulan
adalah sebagai berikut.
1. Tidak ada masalah tetapi ada keluhan.
a. Klien tidak memerlukan peningkatan kesehatan, tetapi hanya
memerlukan pemeliharaan kesehatan dan memerlukan tindak
lanjut (follow-up) secara periodik karena tidak ada masalah, serta
klien telah mempunyai pengetahuan untuk antisipasi masalah.
b. Klien memerlukan peningkatan kesehatan berupa upaya prevensi
dan promosi, sebagai program antisipasi terhadap masalah.
2. Ada masalah dengan kemungkinan.
a. Resiko terjadi masalah karena sudah ada factor yang dapat
menimbulkan masalah.
b. Aktual terjadi masalah disertai data pendukung
2. Diagnosa
8
Diangnosa yang mungkin muncul pada masalah gelandangan psikotik
sangat komplek yaitu Halusinasi, Isolasi sosial, Defisit Perawatan Diri,
Waham, Resiko Perilaku Kekerasan, Gangguan Konsep Diri. Rumusan
diagnosa keperawatan merupakan tunggal tanpa etiologi.
3. Intervensi
Perencanaan keperawatan terdiri dari tiga aspek, yaitu tujuan umum,
tujuan khusus, dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum berfokus
pada penyelesaian permasalahan (P) secara umum. Tujuan khusus
merupakan rumusan kemampuan yang perlu dicapai atau dimiliki klien.
Rencana tindakan disesuaikan dengan standar asuhan keperawatan jiwa
Indonesia atau standar keperawatan Amerika yang membagi karakteristik
tindakan menjadi: tindakan konseling/psikoterapeutik, pendidikan
kesehatan, perawatan mandiri dan aktvitas hidup sehari-hari, terapi
modalitas keperawatan, perawatan berkelanjutan (continuity-care), tindakan
kolaborasi (terapi somatic dan psikofarmaka). Pada dasarnya, tindakan
keperawatan terdiri dari tindakan observasi dan pemantauan (monitoring),
terapi keperawatan, pendidikan kesehatan, dan tindakan kolaborasi.
Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri perawat, kerjasama
dengan klien, kerjasama dengan keluarga, kerja sama dengan kelompok, dan
kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa yang lain.
4. Implementasi
Implementasi asuhan keperawatan adalah kegiatan yang dilakukan
seorang perawat untuk membantu seorang pasien terhadap masalah status
kesehatan pasien yang dihadapi dengan baik, yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan. Implementasi dengan menggunakan respon objektif
dan subjektif pada klien. Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan
dengan rencana tindakan keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus-menerus pada respon
klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi
9
dibagi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai
melaksanakn tindakan, evaluasi hasil sumatif yang dilakukan dengan
membandingkan antara respon klien dan tujuan khusus serta umum yang
telah dilakukan.

10
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Ilustrasi Kasus
Seorang aktivis LSM di desa Kalibeber bernama Tn. A sedang berkunjung
ke rumah saudaranya di Magelang. Ketika di perjalanan ia bertemu dengan
seorang gelandangan dengan pakaian compang-camping yang sedang duduk
dipinggir jalan sambil berbicara sendiri. Setelah didekati ternyata gelandangan
psikotikm tersebut merupakan tetangganya bernama Tn. X yang selama ini
hilang kabar keberadaannya. Kemudian ia membawanya ke rumah sakit jiwa
terdekat di Magelang. Saat diperjalanan menuju RS, Tn. X terus berbicara
sendiri layaknya sedang mengobrol dengan orang lain, dan sesekali tampak
gelisah. Ketika dilakukan pengkajian oleh perawat, ternyata Tn. X memang
memiliki riwayat gangguan mental dikarenakan pernah mengalami kekerasan
dalam keluarganya. Tn. X merupakan anak laki-laki pertama dan berperan
sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab untuk mencari nafkah, akan
tetapi terkendala situasi dan kondisi sehingga Tn. X menjadi pengangguran dan
menimbulkan perselisihan hingga kekerasan dalam keluarganya.
B. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 6 Januari 2023
Jam Pengkajian : 08.00 WIB
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama : Tn. X
Umur : 36 Tahun
Informan : Tetangga klien, status klien dan komunikasi dengan klien
b. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tetangga Tn. X
Umur : 44 Tahun
Alamat : Kalibeber, Mojotengah, Wonosobo
2. Alasan Masuk
11
3. Faktor Predisposisi
Klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya karena kekerasan
dalam keluarga, dengan pengobatan berhasil karena klien teratur minum
obat, namun penyakit yang diderita kambuh kembali dikarenakan pasien
berhenti minum obat. Saat ini pasien masih sering mendengar suara-suara,
namun suaranya tidak jelas.
Masalah Keperawatan : Halusinasi Pendengaran
4. Pengkajian Fisik
1. Tanda vital:
TD : 130/90 mmHg
N : 96 x/menit
S : 36,9 ºC
R : 24x/menit.
2. Ukur:
TB : 160 cm
BB : 60 Kg
3. Keluhan Fisik: Tidak ada
Masalah Keperawatan: Tidak ada
5. Psikososial
a. Genogram

Tn. X

Keterangan:
12
Klien mempunyai ayah satu dan ibu satu, serta mempunyai adik
perempuan satu. Klien adalah anak pertama dari dua bersaudara, dan
tidak ada riwayat gangguan jiwa pada keluarga klien. Klien tinggal
bersama istri, anak, dan juga mertua klien.
b. Konsep Diri
1) Gambaran Diri
Klien mengatakan bagian tubuh yang disukai adalah seluruh anggota
tubuhnya, tidak ada anggota tubuhnya yang tidak disukai, klien tidak
mengalami kelainan fisik.
2) Identitas Diri
Klien adalah laki-laki, berusia 36 tahun, merupakan anak pertama dan
sudah menikah
3) Peran
Klien mengatakan saat dirumah dia berperan sebagai kepala keluarga.
4) Ideal Diri
Klien berharap ingin cepat sembuh
5) Harga Diri
Klien mengatakan bahwa hubungan dengan orang lain khususnya
hubungannya dengan keluarga kurang baik karna klien enggan
berkomunikasi dengan orang lain.
Masalah Keperawatan: Isolasi Sosial
6. Hubungan Sosial
1) Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang paling berarti dalam hidup klien adalah
istri klien.
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan di masyarakat karena
selalu tinggal dirumah.
3) Hambatan dalam berbuhungan dengan orang lain
Klien tidak mudah akrab/ berhubungan dengan orang lain yang dia tidak
kenal.
13
Masalah Keperawatan: Isolasi Sosial
7. Hubungan Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan: Klien menganut agama islam
b. Kegiatan Ibadah: Klien tidak pernah beribadah
8. Status Mental
a. Penampilan
Klien tampak kurang rapi dalam berpakaian. Klien mengatakan jarang
mandi hanya mandi ketika berkeinginan.
Masalah Keperawatan: Defisit perawatan diri
b. Pembicaraan
Pembicaraan klien cepat saat dilakukan wawancara, bicara klien sesuai
apa yang ditanyakan akan tetapi terkadang tidak nyambung atau tidak
sesuai dengan apa yang dibicarakan. Terkadang klien jurtru terlihat
bicara sendiri.
Masalah Keperawatan: Halusinasi Pendengaran
c. Aktivitas Motorik
Klien terkdadang tampak gelisah, dan mengatakan bisa melakukan
aktivitas sehari-hari.
d. Suasana perasaan
Klien terkadang merasa khawatir saat mendengar suara ketukan sapu.
e. Afek
Afek klien sesuai dengan stimulus pada saat sedih ekspresi wajah sedih,
pada saat senang ekspresi wajah senang.
f. Interaksi
Selama wawancara klien tampang kurang kooperatif, karena terkadang
apa yang dibicarakan tidak sesuai. Akan tetapi klien tetap mau diajak
bicara dengan diawali.
g. Persepsi
Klien tidak dapat memproses cepat setiap orang berbicara atau bertanya
padanya. Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang tidak
nyata.
14
Masalah Keperawatan: Halusinasi Pendengaran
h. Proses Pikir
Ketika diajak bicara pembicaraan klien berbelit-belit tetapi sampai pada
tujuan sesuai dengan topik dan mampu menjelaskan apa yang terjadi
i. Isi Pikir
Klien mengalami fobia terhadap sapu karna pernah mengalami kekerasan
dalam keluarga. Tidak ada waham pada klien.
j. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran klien baik.
k. Memori
Tidak ada gangguan memori pada klien
l. Tingkat konsentrasi berhitung
Klien tidak mudah konsentrasi, dan perhatian klien mudah dialihkan.
m. Kemampuan penilaian
Terdapat gangguan kemampuan penilaian ringan pada klien, ketika
diminta mengambil keputusan klien memerlukan bantuan orang lain
n. Daya tilik diri
Klien tidak menyadari gejala penyakit yang dialaminya.
9. Mekanisme Koping
Klien mengalami mekanisme koping maladaptif yaitu klien cenderung
menghindar dari lingkungan sekitar.
10. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Klien mengatakan sulit berteman dengan orang lain karena klien kesulitan
dan tidak suka berinteraksi dengan orang lain.
Masalah Keperawatan: Menarik diri
11. Pengetahuan
Klien tidak mengetahui tentang penyakit gangguan jiwa dan klien tidak
tahu obat apa yang harus diminum untuk mengatasi gangguan jiwanya.

C. Diagnosa
1. Analisa Masalah
15
Data Masalah
DS: Halusinasi pendengaran
Klien mengatakan sering mendengar
suara-suara tidak jelas hilang timbul.
DO:
Klien terlihat sering berbicara
sendiri, terkadang klien tampak
gelisah.
DS: Defisit perawatan diri
Klien mengatakan jarang mandi dan
mandi ketika berkeinginan, tidak
pernah berganti pakaian.
DO:
Klien tampak lusuh, bau, dan
berpakaian compang camping.
DS: Isolasi Sosial
Klien mengatakan enggan
berinteraksi dengan masyarakat
sekitar.
DO:
Klien kurang kooperatif saat
dilakukan pengkajian.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Halusinasi pendengaran
2) Isolasi Sosial
3) Defisit perawatan diri
3. Pohon Masalah

Akibat Defisit Perawatan Diri


16

Masalah Utama Halusinasi Pendengaran

Penyebab Isolasi Sosial

D. Intervensi
Tgl No Diagnosa Intervensi
Dx
Tujuan Kriteria Intervensi
Evaluasi

1 Halusinasi TUM: 1.Klien 1. Bina hubungan


Pendengaran Klien dapat menunjukan saling percaya
mengontrol tanda-tanda dengan
halusinasi percaya mengungkapka
yang kepada n prinsip
dialaminya perawat terapeutik
2.Klien dapat 2. Adakan kontrak
TUK: menyebutkan sering dan
1. Klien dapat waktu, isi, singkat secara
membina frekuensi dan bertahap
hubungan situasi yang 3. Bantu klien
saling menimbulkan mengenal
percaya halusinasi halusinasinya
2. Klien dapat 3.Klien dapat 4. Identifikasi
mengenal memilih dan bersama klien
halusinasin memeragakan cara atau
ya cara tindakan yang
3. Klien dapat mengatasi dilakukan jika
mengontrol halusinasi terjadi
halusinasin (dengan cara
17
ya menghardik) halusinasi
5. Diskusikan cara
untuk
memutus/meng
ontrol
timbulnya
halusinasi (SP
1: Menghardik)
6. Bantu klien
memilih cara
yang sudah
dianjurkan dan
latih untuk
mencobanya
7. Evaluasi hasil
dan beri pujian
jika berhasil

E. Implementasi dan Evaluasi


Tgl/ Jam Diagnosis Implementasi Evaluasi
SP
6/1/2022 Halusinasi 1. Membina hubungan saling S:
14.00 SP 1 percaya dengan Klien mengatakan
mengungkapkan prinsip sudah lebih
terapeutik tenang setelah
2. Membantu klien mengenal tahu cara
halusinasinya dengan mengontrol
mengidentifikasi halusinasi halusinasi
(isi, frekuensi, wktu terjadi,
situasi pencetus, perasaan, O:

18
respon) Klien terlihat
3. Mendiskusikan cara untuk lebih tenang,
memutus/mengontrol intensitas klien
timbulnya halusinasi yaitu berbicara sendiri
dengan menghardik berkurang
4. Jelaskan cara mengontrol
halusinasi dengan cara A:
menghardik Masalah
5. Melatih cara mengontrol halusinasi
halusinasi dg menghardik pendengaran
6. Masukkan dalam jadwal teratasi sebagian
kegiatan untuk latihan
menghardik P:
7. Evaluasi hasil dan beri pujian Lanjut SP 2
jika berhasil

19
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Gelandangan psikotik adalah seseroang yang hidup dijalanan dan
mengalami gangguan kejiwaan mental dan social. Seorang gelandangan
psikotik biasanya tingkah lakunya menyimpang dari norma-norma dan
mempunyai kehidupan yang jauh dari kata layak dalam masyarakat, tidak
memiliki rasa malu dan memiliki amarah yang tidak bisa dikontrol, tidak
mempunyai tempat tinggal dan tidak mempunyai pekerjaan. Penyebab psikotik
gelandangan adalah kehadiran mereka tidak diterima oleh keluarga dan
masyarakat sekitar. Penyebab ini menjadi kondisi terburuk pada kelompok
gelandangan yang mengalami gangguan mental (psikotik). Ciri-ciri dari
gelandangan psikotik ini antara lain:
8. Ditandai dengan tubuh yang kotor sekali,
9. Rambutnya seperti sapu ijuk,
10. Pakaiannya compang-camping,
11. Membawa bungkusan besar yang berisi macam-macam barang,
12. Bertingkah laku aneh seperti tertawa sendiri serta sukar diajak
berkomunikasi.

B. Saran
Makalah ini diharapkan dapat menjadi masukan dan sumber informasi bagi
perawat dan juga sebagai pengembangan pengetahuan dalam keilmuan
keperawatan khususnya tentang Asuhan Keperawatan Jiwa Kelompok Khusus
Gelandangan Psikotik. Selain itu juga diharapkan pembaca dapat terus
meningkatkan motivasi critical thinking

20
DAFTAR PUSTAKA

Dias, Maria Frani Ayu Andari (2013). Asuhan Keperawatan Jiwa pada Masalah
Psikotik Gelandangan (Materi). STIKES Suaka Insan. Diakses pada 6
Januari 2013 melalui https://zenodo.org/record/4065106/files/Askep
%20pada%20Masalah%20Psikotik%20Gelandangan_Maria%20Dias.pdf

Karnadi dan Kundarto, S, A. (2014). Model Rehabilitasi Sosial Gelandangan


Psikotik Berbasis Masyarakat. Jurnal at-Taqaddum, 6(2) hal 236-264

Ningsih, W. (2018). Bentuk Dan Tahapan Rehabilitasi Gelandangan Psikotik Di


Lembaga Kesejahteraan Sosial Orang Dengan Kelainan (Lks Odk)
Ekpsikotik Aulia Rahma Kota Bandarlampung (Skripsi). Bandarlampung:
Universitas Lampung. Diakses pada 6 Januari 2023 melalui
http://digilib.unila.ac.id/32769/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB
%20PEMBAHASAN.pdf

Rosita (2019). Psikotik Gelandangan. Diakses pada 6 Januari melalui


https://rsj.babelprov.go.id/content/psikotik-gelandangan

Tursilarini, Y., Tateki., dkk. (2009). Uji Coba Model Penanganan Gelandangan
Psikotik. Yogyakarta: B2P3KS Press

Windarini. (2014). Sikap Caring Perawat dalam Memberikan Asuhan


Keperawatan pada Pasien di Ruang Intensive Care Unit RSUD Dr.
Soedirman Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri. Jurnal STIKES
Kusuma Husada Surakarta.

Yusuf, A., Fitryasari, R., Nihayati, H, E. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medik

21

Anda mungkin juga menyukai