Anda di halaman 1dari 19

ASKEP KLIEN KELOMPOK KHUSUS PSIKOTIK

GELANDANGAN

OLEH :

KELOMPOK 10

FIDARLIN HULU (18301050)


MEIGY MARIANTO (18301055)
RESTI JULITA (18301064)
VIOLA WINDANI PUTRI (18301075)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES PAYUNG NEGERI

PEKANBARU

2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt yang telah
melimpahkan segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Askep Pada Klien Kelompok Khusus Psikotik Gelandangan” untuk
memenuhi tugas Keperawatan Jiwa II.Penulis menyadari kelemahan serta
keterbatasan yang ada sehingga dalam menyelesaikan makalah ini memperoleh
bantuan dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih.

Pekanbaru, 05 Oktober 2020

Kelompok 10

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................
1.1 Latar belakang ......................................................................................
1.2 Tujuan penulisan....................................................................................
1.3 Manfaat penulisan..................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORITIS....................................................


2.1 Pengertian Psikotik..................................................................................
2.2 Kriteria Psikotik......................................................................................
2.3 Faktor Penyebab Psikotik........................................................................
2.4 Pengertian Gelandangan Psikotik...........................................................
2.5 Penyebab gelandangan dan psikotik.......................................................
2.6 Ciri gelandangan psikotik.......................................................................
2.7 Layanan yang dibutuhkan oleh gelandangan dan psikotik.....................
2.8 Langkah-langkah rehabilitasi sosial pada psikotik dan gelandangan.....
2.9 Pengkajian pada klien dengan psikotik...................................................
2.10 Membuat anailisis hasil pengkajian......................................................
2.11 Diagnosa keperawatan .........................................................................
2.12 Implementasi dengan psikotik dan gelandangan...................................
2.13 Evaluasi psikotik dan gelandangan.......................................................

BAB III PENUTUP ……………………………………………..


3.1 Simpulan .................................................................................................
3.2 Saran........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diantara problem sosial saat ini yang menjadi beban berat pembangunan
nasional adalah gelandangan (Arif Rohman, 2010: 2). Sebagai masalah
sosial, gelandangan diduga telah ada sejak ciri-ciri kehidupan kota mulai
timbul. Dampak modernisasi, industrialisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan
serta teknologi telah mengubah tatanan kehidupan masyarakat, sehingga
ditengarai berpengaruh langsung terhadap timbul dan berkembangnya gejala
yang disebut gelandangan itu.Gelandangan boleh jadi dampak sosial, ketika
orang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan, pada gilirannya dapat
menimbulkan ketegangan (stress) pada dirinya.Ketegangan merupakan faktor
pencetus, penyebab atau akibat dari suatu penyakit mental, sehingga taraf
kesehatan fisik dan kesehatan jiwa seseorang dapat berkurang atau menurun
(Hawari, 1997: 2).

Para pemerhati gelandangan telah sepakat bahwa gelandangan merupakan


permasalahan multidimensional.Berbagai kajian tentang pola dan strategi
terpadu untuk mencari alternatif penanggulangan masalah gelandangan telah
dilakukan Lembaga Riset sejak tahun 1982, menyebutkan bahwa
gelandangan mempunyai berbagai stigma sosial (Ramdlon, 1983: 12).
Gelandangan tergolong sebagai anggota masyarakat yang “tuna mental tanpa
keterampilan”, kelompok individu yang menunjukkan salah satu ciri sebagai
tuna wisma, tuna karya, dan mengikuti pola hidup yang menyimpang dari dan
atau di bawah pola hidup yang berlaku dalam masyarakat umum.

Permasalahan gelandangan sebenarnya telah lama mendapatkan perhatian


serius baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun lembaga
swadaya masyarakat (Evers & Korf, 2002: 294).Bahkan Dinas Sosial
Provinsi Jawa Tengah terus mengupayakan penanganan masalah sosial yang
melibatkan peran aktif masyarakat dan dunia usaha.Namun hasil yang dicapai

1
belum mampu menekan populasi menyandang masalah sosial, disebabkan
oleh tidak seimbangnya antara percepatan perkembangan populasi
penyandang masalah sosial dengan sumber daya yang dimiliki Dinas Sosial
untuk menangani masalah tersebut. Berdasarkan data Direktorat Rehabilitasi
Sosial Tuna Sosial, bahwa jumlah gelandangan di 33 Provinsi tahun 2011
sebanyak 48.645 jiwa dan sebanyak 1.318 jiwa diantaranya ada di Jawa
Tengah (Pusdatin Kemensos, 2012: 63). Data ini dapat dipastikan bergerak
seperti fenomena puncak gunung es (tips of ice berg) di mana angka riilnya
dimungkinkan dapat lebih tinggi, mengingat pendataan pada kelompok
gelandangan ini relatif sulit karena mobilitas mereka yang tinggi.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang dapat penulis ambil pada makalah ini
adalah “ Bagaimana asuhan keperawatan klien kelompok khusus :
psikotik gelandangan?’’.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mendeskripsikan bagaimana asuhan keperawatan klien
kelompok khusus : psikotik gelandangan
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mendeskripsikan tentang defenisi psikotik
2. Untuk mendeskripsikan tentang kriteria psikotik
3. Untuk mendeskripsikan tentang factor penyebab psikotik
4. Untuk mendeskripsikan tentang defenisi gelandangan psikotik
5. Untuk mendiskripsikan tentang penyebab dan gelandangan
psikotik
6. Untuk mendiskripsikan tentang ciri gelandangan psikotik
7. Untuk mendiskripsikan tentang layanan yang dibutuhkan
gelandangan dan psikotik
8. Untuk mendiskripsikan tentang rehabilitasi social pada psikotik
dan gelandangan

2
9. Untuk mendiskripsikan tentang pengkajian pada klien dengan
psikotik
10. Untuk mendiskripsikan tentang analisis hasil pengkajian
11. Untuk mendiskripsikan tentang diagnose keperawatan
12. Untuk mendiskripsikan tentang implementasi psikotik dan
gelandangan
13. Untuk mendiskripsikan tentang evaluasi psikotik dan
gelandangan

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Psikotik


Psikotik (sakit jiwa) adalah bentuk disorder mental atau kegalauan jiwa
yang dicirikan dengan adanya disintegrasi kepribadian dan terputusnya
hubungan jiwa dengan realitas (Kartono, 1981: 115).

Seseorang dikatakan sakit jiwa apabila ia tidak mampu lagi berfungsi secara
wajar dalam kehidupan sehari-harinya, di rumah, di sekolah, di tempat kerja,
atau di lingkungan sosialnya (Hawari, 1997: 2). Ciri yang menonjol dari sakit
jiwa adalah tingkah laku yang menyolok, berlebih-lebihan pada seseorang
sehingga menimbulkan kesan aneh, janggal dan berbahaya bagi orang lain.
Pada umumnya apa yang disebut pasien jiwa sebenarnya menderita emotional
mal adjustment, yaitu orang-orang yang tidak dapat menyesuaikan diri
dengan wajar dan tidak sanggup memahami masalah secara realistis
(Soejono, 1982: 184).

2.2 Kriteria Psikotik


a. Psikotik organik
Psikotik Organik yaitu psikotik yang faktor penyebabnya ialah adanya
gangguan pada pusat susunan syaraf dan psikotik yang disebabkan oleh
kondisi fisik termasuk gangguan endoktrin, gangguan metabolisme,
keadaan psikotik karena adanya infeksi tubuh, intoksikosi obat, setelah
pembedahan dan lain-lain.Gangguan tersebut meliputi gangguan orientasi,
daya ingatan, fungsi berfikir.

b. Psikotik Fungsional
Psikotik yang tidak disebabkan oleh kerusakan organik tetapi
gangguan terutama terdapat aspek-aspek kepribadian, serta yang bersifat
psikogenik yaitu skizofrenia (perpecahan kepribadian), psikotik paranoid
(selalu curiga pada orang lain), psikotik afektif, psikotik reaktif.

4
2.3 Faktor Penyebab Psikotik
Adapun faktor penyebab psikotik anatara lain yaitu:

a. Tekanan-tekanan kehidupan emosional dan konflik batin.

b. Kekecewaan (frustasi) yang tidak pernah mendapatkan penyelesaian.

c. Hambatan-hambatan yang terjadi pada masa perkembangan.

d. Kecelakaan yang menimbulkan kerusakan pada jaringan otak.

e. Sosial budaya yaitu yang menyangkut ketidakmampuan menyesuaikan diri


dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan hidup.

2.4 Pengertian Gelandangan Psikotik


Gelandangan sebagai identitas sosial merupakan orang-orang yang hidup
dalam keadaan yang tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam
masyarakat setempat, serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan
yang tetap di wilayah tertentu dan hidup mengembara di tempat umum (PP
No. 31 tahun 1980 tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis).

Penyebutan istilah gelandangan psikotik adalah penderita gangguan jiwa


kronis yang keluyuran di jalan-jalan umum, dapat mengganggu ketertiban
umum dan merusak keindahan lingkungan.

2.5 Penyebab permasalahan sosial gelandangan dan psikotik

Adapun penyebab permasalahn sosial gelandangan dan psikotik ini dapat


disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu dianataranya:

a.Faktor Biologi

Banyak gangguan perilaku yang serius merupakan hasil dari penyakit di


dalam tubuh serta gangguan pada integrasi antara tubuh dan fikiran.Terdapat
pula bukti-bukti yang kuat adanya hubungan antara faktor fisik, psikologis,
dan lingkungan sosial yang berpengaruh pada kesehatan mental secara umum.
Fungsi-fungsi biologis merupakan hasil dari interaksi yang kompleks diantara
semua fungsi biologis yang lain. Tidak ada satu sistem biologi pada tubuh

5
manusia yang bekerja terisolasi dari yang lain (Hutchison, 2003), dan
cara kerja sistem biologi ini mempengaruhi buruk atau baiknya kesehatan
mental atau perilaku kita.Salah satu faktor biologi yang dianggap
mempengaruhi kemunculan gangguan mental psikotik adalah komponen
genetika. Kerentanan genetik adalah konsep yang mengacu pada gen yang
meningkatkan resiko seseorang mengalami gangguan mental tertentu. Namun
lebih jauh faktor kerentanan genetik ini juga tidak bisa dilepaskan dari
pengaruh lingkungan yang mungkin memperburuk potensi dan perkembangan
gangguan (Kaplan, dkk, 1996).

b. Faktor Psikososial Stres dan Gangguan

KognitifGangguan stres dapat melengkapi kerentanan biologis untuk


memunculkan gangguan psikotik.Stres merupakan reaksi yang muncul akibat
seseorang berada dalam lingkungan dengan tekanan yang tidak bisa ditoleransi
oleh orang tersebut. Artinya kemampuan orang dalam ketahanan terhadap
stres akan sangat berbeda. Saat gangguan psikotik sudah muncul, maka
penyandang gangguan menjadi sangat rentan terhadap stres.Mereka lebih
reaktif terhadap berbagai stresor yang dihadapi dalam kehidupan
keseharian.Hirsch dkk, (1996) menemukan bahwa peningkatan stres
kehidupan meningkatkan kekambuhan mereka.

c.Faktor Lingkungan Terdekat

Penyebab stres adalah karena adanya stresor (pemicu) yang datang dari
lingkungan sekitar.Fenomena stres ini menggambarkan bagaimana aspek
psikologis dipengaruhi oleh keadaan lingkungan.Perspektif psikososial dalam
pekerjaan sosial dapat menjelaskan bagaimana penyandang gangguan psikotik
terlibat dengan keadaan lingkungan yang beresiko sehingga menempatkan
mereka pada situasi yang buruk.Dengan asumsi bahwa keadaan psikologis
dianggap tidak bisa berdiri sendiri namun terus berinteraksi dengan sistem
biologi dan sistem sosial (Woods&Robinson, dalam Turner, 1996), maka akar
pemasalahan dapat dilacak dari ketiga faktor tersebut. Jika faktor biololgi

6
sudah dijelaskan sebelumnya, maka berikutnya akan dijelaskan situasi
lingkungan yang beresiko memunculkan gangguan psikotik. Faktor
lingkungan yang berkaitan dengan gangguan piskotik dapat dikategorikan
pada dua kategori yaitu lingkungan pengasuhan (nurturing environment) dan
struktur sosial yang lebih luas.Pada kondisi lingkungan pengasuhan,
lingkungan keluarga merupakan faktor penting dalam berkontribusi pada
gangguan ini.

2.6 Ciri-ciri gelandangan psikotik

Adapun ciri-ciri gelandangan psikotik ini ditandai dengan:

a. tubuhyang kotor sekali


b. rambutnya seperti sapu ijuk,
c. pakaiannya compang
d. camping, membawa bungkusan besar yang berisi macam-macam barang,
e. bertingkah laku aneh seperti tertawa sendiri serta sukar diajak
berkomunikasi.

2.7Layanan yang dibutuhkan untuk gelandangan dan psikotik

Secara garis beras pelayanan yang dibutukan bagi klien atau klien psikotik
adalah sebagai berikut :

1. Pelayanan Pengobatan Antipsikotik (Farmakologi) Pada gangguan mental


serius seperti psikotik, diperlukan medikasi oleh dokter atau psikiater
untuk diberikan pengobatan, dan dilakukan monitoring efek dari
pengobatan.Pemberian pelayanan dukungan medikasi seperti
pendampingan mengkonsumsi obat-obatan.

2. Pelayanan Konseling/Psikoterapi: Terapi Psikososial Penyandang


Gangguan Psikoedukasi untuk Keluarga

3. Pelayanan Keluarga Klien Akibat dari Keadaan Gangguan: Membantu


keluarga melalui masa-masa duka cita akibat ada anggota keluarga yang
mengalami gangguan psikotik, memberi informasi terkait gangguan yang

7
dialami anggota keluarga yang sakit, membicarakan kemungkinan
kekhawatiran keluarga seperti terjadinya kekerasan fisik baik yang
dilakukan penyandang gangguan atau yang dilakukan orang lain pada
penyandang gangguan. Membicarakan kemungkinan kekhawatiran terkait
keputusan finansial untuk pembiayaan pengobatan atau perawatan.,
mendorong anggota keluarga untuk terlibat dengan kelompok pendukung
atau kelompok bantu diri, menghubungkan keluarga yang tidak mampu
secara finansial kepada sistem sumber pembiayaan kesehatan dan memberi
infomasi yang relevan terkait hal tersebut.

4. Pelayanan Edukasi Kesehatan Mental Untuk Pendukungan (Supportive)


Dan Pencegahan (Preventive)

5. Pelayanan After Care

6. Pelayanan Sistem Jaminan Kesehatan

Berbagai pelayanan tersebut terorgansisir dalam pengelolaan lembaga


pelayanan baik itu rumah sakit jiwa atau lembaga pelayanan rehabilitasi
mental, rumah singgah dan di rumah. Proses perawatan akan sangat
tergantung pada hasil asesmen ataupun evaluasi treatment baik itu medis
maupunpsikososial sehingga penyandang gangguan akan ditempatkan
sesuai kebutuhan perawatannya apakah itu rawat inap, rawat jalan, atau
rumah singgah.

2.8 Rehabilitasi social psikotik dan gelandangan

Adapun ehabilitasi social psikotik dan gelandangan dapt dilakukan oleh beberapa
cara atau tahap, yitu dinataranya:

1. Tahap identifikasi

Masalah social merupakan fenomena yang muncul dalam kehidupan


masyarakat, perwujudannya dapat merupakan masalah lama yang

8
mengalami perkembangan ataupun masalah baru yang muncul akibat
perkembangan dan perubahan kehidupan social, ekonomi, dan kultural

2. Tahap diagnosis

Setelah masalah social teridentifikasi, maka akan mendorong timbulnya


respon masyarakat berupa tindakkan bersama untuk memecahkan masalah
bersama

3. Tahap treatment

a. Pendekatan awal
1) Pendekatan awal: Razia oleh petugas dan kemitraan dengan lembaga
atau pihak lain rumah sakitdan dinas social.
Tahap pendekatan awal yang di proses secara bertahap sesuai dengan
pelayanan publik, yaitu pemberian layanan keperluan orang lain atau
masyarakat yang mempunyai kepentingan. Sebelum penyandang
gangguan psikotik ini di terima oleh panti sosial, gelandangan psikotik ini
akan di seleksi dan di identifikasi apakah mereka benar benar memilki
gangguan psikotik atau tidak, dengan melihat ciri-ciri memiliki emosional
yang tidak stabil, tidak mampu bekrja sesuai fungsinya, tidak
memperdulikan penampilan dan kebersihan diri, berfikir aneh, dan
berbicara tidak sesuai keadaaan, sulit tidur dan enggan melakukan segala
hal.
2) Penerimaan dan pengasramaan: Pengungkapan masalah dan
pelaksanaan rehabilitasi social, terdiri dari: bimbingan fisik, bimbingan
mental, bimbingan social
Gelandangan psikotik yang telah di terima di panti sosial
akanmendapatkan pelayanan melalui rehabilitasi. Rehabilitasi adalah suatu
proses atau teknik mendidik serta mengarahkan kembali sikap motoivasi
mereka, sehingga perilaku dan perbuatannya sesuai dengan norma
masyarakat yang berlaku.

9
ii
3) Resosialisasi
Serangkaian bimbingan yang bertujuan untuk mempersiapkan klien agar
dapat berintregrasi penuh dalam kehidupan masyarakat secara normative
dan juga mempersiapkan masyarakat untuk dapat menerima klien.
4) Penyaluran
Serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengembalikan klien kedalam
kehidupan masyarakat secara normative
5) Bimbingan lanjut
Serangkaian bimbingan yang bertujuan untuk lebih meetapkan klien
kembali dalam kehidupan masyarakat
6) Evaluasi
Bertujuan untuk memastikan proses pelaksanaan rehabilitasi social
berjalan dengan baik.

2.9 Pengkajian pada klien dengan psikotik

A. Factor predisposisi
a. Genetic : Gen yang berpengaruh dalam skizofernia belum
diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh
b. Neurobiologis : Penurunan volume otak dan perubahan
system neuron transmitter
c. Teori virus dan infeksi
B. Factor presipitasi
a. Biologis : kecelakaan yang menyebabkan kerusakan/gangguan otak
b. Sosialkultural : Tiidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
masyarakat
c. Psikologis : Tekanan-tekanan kehidupan (emosional), kekecewaan yang
tidak terselesaikan
d. Penilaian terhadap stressor

Rentang respon neurobiologis

10
Respon adaptif Respon mal adaptif
1. Berfikir logis 1. Pemikkiran 1. Gangguan
2. Persepsi akurat sesekali terdistorsi pemikiran
3. Emosi konsisten 2. Ilusi waham/halusinas
dengan 3. Reaksi emosi i
pengalaman berlebihan 2. Kesulitan
4. Perilaku sesuai 4. Dan tidak pengolajan emosi
5. Berhubungan bereaksi 3. Perilaku kacau
sosial 5. Perilaku aneh dan dan isolasi sosial
penarikan tidak
biasa

C. Sumber koping : Disonasi kognitif (gangguan jiwa aktif), pencapaian


wawasan, kognitif yang konstan, bergerak menuju prestasi kerja
D. Mekanisme koping : Regresi (berhubungan dengan masalah dalam proses
informasi dan pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam upaya mengelola
anxietas), proyeksi (upaya untuk menjelaskan presepsi yang
membingungkan dengan menetapkan tanggung jawab kepada oranglain),
menarik diri dan pengingkaran

2.10 Analisis Hasil Pengkajian

A. Gelandangan psikotik
Definisi dari gelandangan itu sendiri adalah seseorang yang
berkeliaran dan tidak mempunyai tempat tinggal tetap. Sedangkan
menurut Pasal 1 angka (2) Perda No 1 Tahun 2014 mengatakan, orang
yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma kehidupan yang
layak dalam masyarakat setempat serta tidak mempunyai tempat tinggal
dan pekerjaan tetap di wilayah tertentu dan hidup mengembara di tempat
umum.(Parsudi

11
Suparlan, 2005, Manusia, Kebudayaan dan Lingkungannya, Jakarta: Raja
Grafindo Persada)
Psikotik itu sendiri adalah gangguan yang memilki ciri hilangnya
reality testing dari penderitanya yaitu fikiran yang sangat bertolak
belakang dengan dunia nyata.Penderita dengan gangguan jiwa berat ini
tidak bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang tidak
nyata.Penderita ini memiliki ciri utama yakni mengalami delusi dan
halusinasi. (Budi Muhammad Taftazani, Pelayanan Sosial Bagi
Penyandang Psikotik, Jurnal Prosiding KS, Vol.4 No. 1, hlm 129)
B. Ciri gelandang psikotik
1. Tubuh kotor sekali
2. Rambut seperti sapu ijuk
3. Pakaian compang camping
4. Membawa bungkusan besar dan berisi macam-macam barang
5. Bertingkah laku aneh seperti tertawa sendiri dan sukar diajak
berkomunikasi dan bermusuhan
6. Pribadi tidak stabil
7. Tidak memiliki kelompok
C. Pengkajian
1. Faktor predisposisi
a. Genetic
b. Neurobiologis
c. Teori virus dan infeksi
2. Faktor presipitasi
a. Biologis
b. Social kultural
c. Psikologis
3. Penilaian terhadap stressor
4. Sumber koping
5. Mekanisme koping

12
Data yang perlu dikaji:

1. Perilaku klien
2. Ekpresi wajah klien saat diajak bicara
3. Respon verbal klien
4. Perawatan klien
5. Kepribadian klien
6. Aktivitas klien
7. Intake nutrisi dan cairan sehari-hari

2.11 Diagnosa Keperawaatan

a. Kerusakan komunikasi verbal b.d kekacauan pikiran


b. Gangguan proses piker b.d harga diri rendah

2.12 Implementasi dengan psikotik dan gelandangan

Dx: kerusakan komunikasi verbal b.d kekacauan pikiran

Tujuan: klien mau dan mampu berkomunikasi dengan verbal yang baik
dengan perawat, keluarga dan orang lain

Implementasi:

a. Menggunakan teknik validasi dan klarifikasi untuk memahami komunikasi


klien
b. Menjeelaskan pada klien tentang cara berkomunikasi dan pengungkapan
bahasa dalam berhubungan, jika klien terus menolak bicara, gunakan
teknik pengungkapan secara tidak langsung (berbagi persepsi)

2.13 Evaluasi psikotik dan gelandangan

Evaluasi:

Klien mampu berkomunikasi dengan verbal yang baik dengan perawat,


keluarga dan orang lain

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

3.2 Saran

14
DAFTAR PUSTAKA

Budi Muhammad Taftazani, Pelayanan Sosial Bagi Penyandang Psikotik, Jurnal


Prosiding KS, Vol.4 No. 1, hlm 129

Austrian, Sonia G. 2000. Mental Disorders, Medications, And Clinical Social


Work. New York : Columbia University Press.

Davison Gerald C, John M. Neale, Ann M. Kring. 2006. Psikologi


Abnormal.RajaGrafindo Persada.

Karnadi & Sadiman Al Kundarto.2014. Model Rehabilitasi Sosial Gelandangan


Psikotik Berbasis Masyarakat. at-Taqaddum. Volume 6 (2)
Parsudi Suparlan, 2005, Manusia, Kebudayaan dan Lingkungannya, Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Tateki Yoga Tursilarini. 2009. Stakeholders Dalam Penanganan Gelandangan
Psikotik Di Daerah. Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan
Sosial.Vol. 14 (2). 181 - 200

15

Anda mungkin juga menyukai