GELANDANGAN
OLEH :
KELOMPOK 10
PEKANBARU
2020
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt yang telah
melimpahkan segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Askep Pada Klien Kelompok Khusus Psikotik Gelandangan” untuk
memenuhi tugas Keperawatan Jiwa II.Penulis menyadari kelemahan serta
keterbatasan yang ada sehingga dalam menyelesaikan makalah ini memperoleh
bantuan dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih.
Kelompok 10
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................
1.1 Latar belakang ......................................................................................
1.2 Tujuan penulisan....................................................................................
1.3 Manfaat penulisan..................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
belum mampu menekan populasi menyandang masalah sosial, disebabkan
oleh tidak seimbangnya antara percepatan perkembangan populasi
penyandang masalah sosial dengan sumber daya yang dimiliki Dinas Sosial
untuk menangani masalah tersebut. Berdasarkan data Direktorat Rehabilitasi
Sosial Tuna Sosial, bahwa jumlah gelandangan di 33 Provinsi tahun 2011
sebanyak 48.645 jiwa dan sebanyak 1.318 jiwa diantaranya ada di Jawa
Tengah (Pusdatin Kemensos, 2012: 63). Data ini dapat dipastikan bergerak
seperti fenomena puncak gunung es (tips of ice berg) di mana angka riilnya
dimungkinkan dapat lebih tinggi, mengingat pendataan pada kelompok
gelandangan ini relatif sulit karena mobilitas mereka yang tinggi.
2
9. Untuk mendiskripsikan tentang pengkajian pada klien dengan
psikotik
10. Untuk mendiskripsikan tentang analisis hasil pengkajian
11. Untuk mendiskripsikan tentang diagnose keperawatan
12. Untuk mendiskripsikan tentang implementasi psikotik dan
gelandangan
13. Untuk mendiskripsikan tentang evaluasi psikotik dan
gelandangan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Seseorang dikatakan sakit jiwa apabila ia tidak mampu lagi berfungsi secara
wajar dalam kehidupan sehari-harinya, di rumah, di sekolah, di tempat kerja,
atau di lingkungan sosialnya (Hawari, 1997: 2). Ciri yang menonjol dari sakit
jiwa adalah tingkah laku yang menyolok, berlebih-lebihan pada seseorang
sehingga menimbulkan kesan aneh, janggal dan berbahaya bagi orang lain.
Pada umumnya apa yang disebut pasien jiwa sebenarnya menderita emotional
mal adjustment, yaitu orang-orang yang tidak dapat menyesuaikan diri
dengan wajar dan tidak sanggup memahami masalah secara realistis
(Soejono, 1982: 184).
b. Psikotik Fungsional
Psikotik yang tidak disebabkan oleh kerusakan organik tetapi
gangguan terutama terdapat aspek-aspek kepribadian, serta yang bersifat
psikogenik yaitu skizofrenia (perpecahan kepribadian), psikotik paranoid
(selalu curiga pada orang lain), psikotik afektif, psikotik reaktif.
4
2.3 Faktor Penyebab Psikotik
Adapun faktor penyebab psikotik anatara lain yaitu:
a.Faktor Biologi
5
manusia yang bekerja terisolasi dari yang lain (Hutchison, 2003), dan
cara kerja sistem biologi ini mempengaruhi buruk atau baiknya kesehatan
mental atau perilaku kita.Salah satu faktor biologi yang dianggap
mempengaruhi kemunculan gangguan mental psikotik adalah komponen
genetika. Kerentanan genetik adalah konsep yang mengacu pada gen yang
meningkatkan resiko seseorang mengalami gangguan mental tertentu. Namun
lebih jauh faktor kerentanan genetik ini juga tidak bisa dilepaskan dari
pengaruh lingkungan yang mungkin memperburuk potensi dan perkembangan
gangguan (Kaplan, dkk, 1996).
Penyebab stres adalah karena adanya stresor (pemicu) yang datang dari
lingkungan sekitar.Fenomena stres ini menggambarkan bagaimana aspek
psikologis dipengaruhi oleh keadaan lingkungan.Perspektif psikososial dalam
pekerjaan sosial dapat menjelaskan bagaimana penyandang gangguan psikotik
terlibat dengan keadaan lingkungan yang beresiko sehingga menempatkan
mereka pada situasi yang buruk.Dengan asumsi bahwa keadaan psikologis
dianggap tidak bisa berdiri sendiri namun terus berinteraksi dengan sistem
biologi dan sistem sosial (Woods&Robinson, dalam Turner, 1996), maka akar
pemasalahan dapat dilacak dari ketiga faktor tersebut. Jika faktor biololgi
6
sudah dijelaskan sebelumnya, maka berikutnya akan dijelaskan situasi
lingkungan yang beresiko memunculkan gangguan psikotik. Faktor
lingkungan yang berkaitan dengan gangguan piskotik dapat dikategorikan
pada dua kategori yaitu lingkungan pengasuhan (nurturing environment) dan
struktur sosial yang lebih luas.Pada kondisi lingkungan pengasuhan,
lingkungan keluarga merupakan faktor penting dalam berkontribusi pada
gangguan ini.
Secara garis beras pelayanan yang dibutukan bagi klien atau klien psikotik
adalah sebagai berikut :
7
dialami anggota keluarga yang sakit, membicarakan kemungkinan
kekhawatiran keluarga seperti terjadinya kekerasan fisik baik yang
dilakukan penyandang gangguan atau yang dilakukan orang lain pada
penyandang gangguan. Membicarakan kemungkinan kekhawatiran terkait
keputusan finansial untuk pembiayaan pengobatan atau perawatan.,
mendorong anggota keluarga untuk terlibat dengan kelompok pendukung
atau kelompok bantu diri, menghubungkan keluarga yang tidak mampu
secara finansial kepada sistem sumber pembiayaan kesehatan dan memberi
infomasi yang relevan terkait hal tersebut.
Adapun ehabilitasi social psikotik dan gelandangan dapt dilakukan oleh beberapa
cara atau tahap, yitu dinataranya:
1. Tahap identifikasi
8
mengalami perkembangan ataupun masalah baru yang muncul akibat
perkembangan dan perubahan kehidupan social, ekonomi, dan kultural
2. Tahap diagnosis
3. Tahap treatment
a. Pendekatan awal
1) Pendekatan awal: Razia oleh petugas dan kemitraan dengan lembaga
atau pihak lain rumah sakitdan dinas social.
Tahap pendekatan awal yang di proses secara bertahap sesuai dengan
pelayanan publik, yaitu pemberian layanan keperluan orang lain atau
masyarakat yang mempunyai kepentingan. Sebelum penyandang
gangguan psikotik ini di terima oleh panti sosial, gelandangan psikotik ini
akan di seleksi dan di identifikasi apakah mereka benar benar memilki
gangguan psikotik atau tidak, dengan melihat ciri-ciri memiliki emosional
yang tidak stabil, tidak mampu bekrja sesuai fungsinya, tidak
memperdulikan penampilan dan kebersihan diri, berfikir aneh, dan
berbicara tidak sesuai keadaaan, sulit tidur dan enggan melakukan segala
hal.
2) Penerimaan dan pengasramaan: Pengungkapan masalah dan
pelaksanaan rehabilitasi social, terdiri dari: bimbingan fisik, bimbingan
mental, bimbingan social
Gelandangan psikotik yang telah di terima di panti sosial
akanmendapatkan pelayanan melalui rehabilitasi. Rehabilitasi adalah suatu
proses atau teknik mendidik serta mengarahkan kembali sikap motoivasi
mereka, sehingga perilaku dan perbuatannya sesuai dengan norma
masyarakat yang berlaku.
9
ii
3) Resosialisasi
Serangkaian bimbingan yang bertujuan untuk mempersiapkan klien agar
dapat berintregrasi penuh dalam kehidupan masyarakat secara normative
dan juga mempersiapkan masyarakat untuk dapat menerima klien.
4) Penyaluran
Serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengembalikan klien kedalam
kehidupan masyarakat secara normative
5) Bimbingan lanjut
Serangkaian bimbingan yang bertujuan untuk lebih meetapkan klien
kembali dalam kehidupan masyarakat
6) Evaluasi
Bertujuan untuk memastikan proses pelaksanaan rehabilitasi social
berjalan dengan baik.
A. Factor predisposisi
a. Genetic : Gen yang berpengaruh dalam skizofernia belum
diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh
b. Neurobiologis : Penurunan volume otak dan perubahan
system neuron transmitter
c. Teori virus dan infeksi
B. Factor presipitasi
a. Biologis : kecelakaan yang menyebabkan kerusakan/gangguan otak
b. Sosialkultural : Tiidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
masyarakat
c. Psikologis : Tekanan-tekanan kehidupan (emosional), kekecewaan yang
tidak terselesaikan
d. Penilaian terhadap stressor
10
Respon adaptif Respon mal adaptif
1. Berfikir logis 1. Pemikkiran 1. Gangguan
2. Persepsi akurat sesekali terdistorsi pemikiran
3. Emosi konsisten 2. Ilusi waham/halusinas
dengan 3. Reaksi emosi i
pengalaman berlebihan 2. Kesulitan
4. Perilaku sesuai 4. Dan tidak pengolajan emosi
5. Berhubungan bereaksi 3. Perilaku kacau
sosial 5. Perilaku aneh dan dan isolasi sosial
penarikan tidak
biasa
A. Gelandangan psikotik
Definisi dari gelandangan itu sendiri adalah seseorang yang
berkeliaran dan tidak mempunyai tempat tinggal tetap. Sedangkan
menurut Pasal 1 angka (2) Perda No 1 Tahun 2014 mengatakan, orang
yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma kehidupan yang
layak dalam masyarakat setempat serta tidak mempunyai tempat tinggal
dan pekerjaan tetap di wilayah tertentu dan hidup mengembara di tempat
umum.(Parsudi
11
Suparlan, 2005, Manusia, Kebudayaan dan Lingkungannya, Jakarta: Raja
Grafindo Persada)
Psikotik itu sendiri adalah gangguan yang memilki ciri hilangnya
reality testing dari penderitanya yaitu fikiran yang sangat bertolak
belakang dengan dunia nyata.Penderita dengan gangguan jiwa berat ini
tidak bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang tidak
nyata.Penderita ini memiliki ciri utama yakni mengalami delusi dan
halusinasi. (Budi Muhammad Taftazani, Pelayanan Sosial Bagi
Penyandang Psikotik, Jurnal Prosiding KS, Vol.4 No. 1, hlm 129)
B. Ciri gelandang psikotik
1. Tubuh kotor sekali
2. Rambut seperti sapu ijuk
3. Pakaian compang camping
4. Membawa bungkusan besar dan berisi macam-macam barang
5. Bertingkah laku aneh seperti tertawa sendiri dan sukar diajak
berkomunikasi dan bermusuhan
6. Pribadi tidak stabil
7. Tidak memiliki kelompok
C. Pengkajian
1. Faktor predisposisi
a. Genetic
b. Neurobiologis
c. Teori virus dan infeksi
2. Faktor presipitasi
a. Biologis
b. Social kultural
c. Psikologis
3. Penilaian terhadap stressor
4. Sumber koping
5. Mekanisme koping
12
Data yang perlu dikaji:
1. Perilaku klien
2. Ekpresi wajah klien saat diajak bicara
3. Respon verbal klien
4. Perawatan klien
5. Kepribadian klien
6. Aktivitas klien
7. Intake nutrisi dan cairan sehari-hari
Tujuan: klien mau dan mampu berkomunikasi dengan verbal yang baik
dengan perawat, keluarga dan orang lain
Implementasi:
Evaluasi:
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
15