FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2016
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................................2
2.1 Definisi.........................................................................................................................3
2.2 Etiologi.........................................................................................................................5
2.4 Patofisiologi..................................................................................................................8
2.5 Penatalaksanaan...........................................................................................................9
BAB IV PENUTUP...................................................................................................................23
4.1 Simpulan....................................................................................................................23
4.2 Saran..........................................................................................................................23
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
fokus pada satu topik untuk waktu yang lama. Skizofrenia tidak sama dengan
gangguan kepribadian ganda. Skizofrenia memiliki gejala yang berbahaya yaitu
berkembang dari waktu ke waktu, dan gejala mungkin tidak diketahui untuk sebelum
diagnosis. Gejala dibagi menjadi dua yaitu positif dan negative. Gejala positif
skizofrenia dapat dianggap sebagai gejala-gejala yang mencerminkan "kelebihan" atau
distorsi dari fungsi normal termasuk halusinasi, delusi, pemikiran kacau, dan perilaku
kacau. Delusi biasanya tetap, keyakinan palsu yang tidak dapat diubah oleh logika
atau bukti nyata. Biasanya, pasien menunjukkan delusi keagungan, penganiayaan, atau
rasa bersalah. Halusinasi adalah persepsi sensorik palsu. Mereka dapat mempengaruhi
salah satu dari lima indera; delusi pendengaran dan visual adalah yang paling umum.
Misalnya, seseorang mungkin melihat orang yang tidak orang lain lihat, atau
mendengar suara-suara yang tidak orang lain yang dengar. gejala negatif skizofrenia
dapat dianggap sebagai hilangnya fungsi normal termasuk tidak mau bicara, tidak ada
kemauan, apatis, tidak bahagia, dan isolasi sosial. Diperkirakan bahwa ini adalah
gejala yang paling menyusahkan dari skizofrenia karena mereka tetap individu yang
ingin menjalani hidup normal (Williams & Hopper, 2007). Maka dari itu sangat
penting untuk mengetahui bagaimana pendekatan proses keperawatan yang tepat pada
pasien skizofrenia.
1.2 Tujuan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Psikosis adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of
reality). Kelainan seperti ini dapat diketahui berdasarkan gangguangangguan pada
perasaan, pikiran, kemauan, dan motorik, sehingga perilaku penderita tidak sesuai lagi
dengan kenyataan. Perilaku penderita Psikosis tidak dapat di mengerti oleh orang
normal, sehingga orang awam menyebut penderita sebagai orang gila (W.F.Maramis,
2012).
a. Psikosa fungsional
b. Psikosa organic
5
Merupakan gangguan jiwa yang disebabkan karena ada kelainan atau
gangguan pada aspek tubuh, misalnya ada tumor atau infeksi pada otak,
keracunan ( intoksikasi ) NAZA.
1. Skizofrenia Simplex
2. Skizofrenia Hebefrenik
Umumnya dialami atau timbul pada masa remaja antara 15-25 tahun
dengan gejala berupa reaksi-reaksi emosional yang makin bertambah
indiferen, adanya gangguan proses berpikir dan tingkah laku infantile,
seperti tiba-tiba menangis atau tertawa tetapi tidak berkaitan dengan situasi
yang sedang terjadi, makan secara berlebihan dan berceceran, buang air
kecil atau buang air besar sembarang tempat, berpakaian seperti bayi, dan
lain-lain.
6
3. Skizofrenia Katatonik
Penderita tipe ini menunjukkan satu dari dua pola yang dramatis,
yakni;
a) Stupor
b) Excitement
4) Skizofrenia paranoid
b) Pola paranoid: system delusi lebih masuk akal dan logis, kontak
dengan realita (realita testing) juga relative tidak terganggu.
2.2 Etiologi
1. Gen
2. Lingkungan
4. Perspektif Psikodinamika
5. Infeksi Virus
7
Gejala-gejala skizofrenia jatuh menjadi tiga kategori besar: positif, negatif, dan
gejala kognitif
2.3.1 Gejala Positif
Perilaku psikotik yang pada umumnya tidak terlihat di orang sehat.
Orang dengan gejala positif mungkin "kehilangan sentuhan" dengan beberapa
aspek realitas. Untuk beberapa orang, gejala ini datang dan pergi. Bagi orang
lain, mereka tetap stabil selama. Kadang-kadang mereka parah, dan pada
waktu lain hampir tidak terlihat. Keparahan gejala positif mungkin tergantung
pada apakah orang tersebut menerima pengobatan. Gejala positif meliputi:
- Halusinasi adalah pengalaman sensorik yang terjadi dalam ketiadaan
sebuah rangsangan. Ini dapat terjadi pada salah satu dari lima indera
(penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, atau sentuhan). "Voices"
(halusinasi pendengaran) adalah yang paling umum jenis halusinasi pada
skizofrenia. Banyak orang dengan mendengar gangguan suara. Suara-
suara dapat menjadi internal seakan datang dari dalam satu pikiran
sendiri, atau mereka dapat eksternal, dalam hal ini mereka bisa untuk
menjadi nyata seperti orang lain berbicara. Suara-suara bisa berbicara
dengan orang tentang nya atau perilakunya, perintah orang untuk
melakukan sesuatu, atau memperingatkan orang dari bahaya. Kadang-
kadang suara berbicara satu sama lain, dan kadang-kadang orang dengan
skizofrenia berbicara dengan suara-suara yang mereka dengar. orang
dengan schizophrenia mungkin mendengar suara-suara untuk waktu yang
lama sebelum keluarga dan teman-teman melihat masalah. Jenis lain dari
halusinasi termasuk orang melihat atau benda yang tidak ada, berbau bau
yang tidak ada orang lain mendeteksi, dan perasaan hal-hal seperti jari
tak terlihat menyentuh tubuh mereka ketika tidak ada dekat.
- Delusi sangat memegang keyakinan yang salah yang tidak konsisten
dengan budaya seseorang. Delusi bertahan bahkan ketika ada bukti
bahwa keyakinan yang tidak benar atau logis. Orang dengan skizofrenia
dapat memiliki delusi yang tampak aneh, seperti percaya bahwa tetangga
dapat mengendalikan perilaku mereka dengan gelombang magnetik.
Mereka juga percaya bahwa orang-orang di televisi yang mengarahkan
pesan khusus kepada mereka, atau bahwa stasiun radio penyiaran pikiran
mereka dengan suara keras kepada orang lain. Ini disebut "delusi acuan."
kadang-kadang mereka percaya bahwa mereka adalah orang lain, seperti
8
yang terkenal sejarah angka. Mereka mungkin memiliki delusi paranoid
dan percaya bahwa orang lain mencoba menyakiti mereka, misalnya
dengan kecurangan, melecehkan, keracunan, memata-matai, atau
berkomplot melawan mereka atau orang-orang yang mereka sayangi.
keyakinan ini disebut "delusi persecutory."
- Gangguan Pikiran
Cara yang tidak biasa atau disfungsional berpikir. Satu formulir disebut
"berpikir teratur." Ini adalah ketika seseorang memiliki kesulitan
mengorganisir nya pikiran atau menghubungkan mereka secara logis. Dia
mungkin berbicara dengan cara kacau yang sulit dimengerti. Hal ini sering
disebut "kata salad" bentuk lain disebut pikir menghalangi" ini adalah
ketika seseorang berhenti berbicara tiba-tiba di tengah-tengah pikiran.
Ketika ditanya mengapa ia atau ia berhenti berbicara, orang mungkin
mengatakan bahwa ia merasa seolah-olah pikiran itu memiliki telah
dibawa keluar dari kepala nya. Akhirnya, orang dengan gangguan pikiran
mungkin membuat kata-kata bermakna, atau "neologisme."
- Gangguan Pergerakan
Muncul sebagai gerakan tubuh gelisah. Seseorang dengan gangguan
gerakan dapat mengulang gerakan tertentu berulang. Di ekstrem yang
lain, seseorang bisa menjadi katatonik. Catatonia adalah sebuah negara
dimana seseorang tidak bergerak dan tidak menanggapi orang lain.
Katatonia jarang hari ini, tapi itu lebih umum ketika pengobatan untuk
skizofrenia itu tidak tersedia.
9
- Sedikit berbicara
Bagi sebagian orang, gejala kognitif skizofrenia halus, tetapi untuk orang
lain, mereka lebih parah dan pasien mungkin melihat perubahan memori atau
aspek lain dari pemikiran. Mirip dengan gejala negatif, gejala kognitif mungkin
sulit untuk mengenali sebagai bagian dari gangguan tersebut.
2.4 Patofisiologi
Stressor
Predisposisi
Presipitasi
10
Perubahan pada aktivitas dopamin
Jalur mesocortical
GEJALA POSITIF
GEJALA NEGATIF
11
yang efekitif untuk mngobati Skizofrenia. Terdapat 3 kategori obat
antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu antipsikotik konvensional, newer
atypical antipsycotics, dan Clozaril (Clozapine).
a. Antipsikotik Konvensional
Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut
antipsikotik konvensional. Walaupun sangat efektif,
antipsikotik konvensional sering menimbulkan efek samping
yang serius. Contoh obat antipsikotik konvensional antara
lain:
1. Haldol (Haloperidol) 5. Stelazine
2. Mellaril (Thioridazine) 6. Thorazine
3. Navane (Thiothixene) 7. Trilafon
4. Prolixin (Fluphenazine)
Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik
konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer
atypical antipsycotic. Namun ada indikasi yang digunakan untuk menggunaka
antipsikotik konvensional, diantaranya adalah : (1) pada pasien yang sudah
mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat menggunakan antipsikotik
konvensional tanpa efek samping yang berarti, (2) bila pasien mengalami
kesulitan minum pil secara reguler. Prolixin dan Haldol dapat diberikan dalam
jangka waktu yang lama (long acting) dengan interval 2-4 minggu (disebut
juga depot formulations). Dengan depot formulation, obat dapat disimpan
terlebih dahulu di dalam tubuh lalu dilepaskan secara perlahan-lahan. Sistem
depot formulation ini tidak dapat digunakan pada newer atypic antipsycotic.
a. Newer Atypcal Antipsycotic
Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena
prinsip kerjanya berbeda, serta sedikit menimbulkan efek samping
bila dibandingkan dengan antipsikotik konvensional. Beberapa
contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia, antara lain :
- Risperdal (risperidone)
- Seroquel (quetiapine)
- Zyprexa (olanzopine)
Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani
pasien-pasien dengan Skizofrenia.
1) Clozaril
Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik atipikal
yang pertama. Clozaril dapat membantu 25-50% pasien yang tidak merespon
(berhasil) dengan antipsikotik konvensional. Sangat disayangkan, Clozaril
memiliki efek samping yang jarang tapi sangat serius dimana pada kasus-kasus
yang jarang (1%), Clozaril dapat menurunkan jumlah sel darah putih yang
12
berguna untuk melawan infeksi. Ini artinya, pasien yang mendapat Clozaril harus
memeriksakan kadar sel darah putihnya secara reguler. Para ahli
merekomendaskan penggunaan Clozaril bila paling sedikit 2 dari obat antipsikotik
yang lebih aman tidak berhasil.
Sediaan Obat Anti Psikosis dan Dosis Anjuran
No Nama Generik Sediaan Dosis
1 Klorpromazin Tablet 25 dan 100 150 - 600 mg/hari
mg
Injeksi 25 mg/ml
13
b. Terapi Berorintasi-Keluarga
Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali
dipulangkan dalam keadaan remisi parsial, keluraga dimana pasien
skizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga
yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan
segera, topik penting yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses
pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali, anggota
keluarga, didalam cara yang jelas mendorong sanak saudaranya yang
terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur terlalu cepat.
Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan
tentang sifat skizofreniadan dari penyangkalan tentang keparahan
penyakitnya.
Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti
skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian
telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif dalam
menurunkan relaps. Didalam penelitian terkontrol, penurunan angka
relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga
sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.
c. Terapi Kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada
rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok
mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika
atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan
isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes
realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara
suportif, bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya paling
membantu bagi pasien skizofrenia.
d. Psikoterapi Individual
Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual
dalam pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi alah
membantu dan menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep
penting di dalam psikoterapi bagi pasien skizofrenia adalah
perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami pasien sebagai
aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli
terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli
terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien.
Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang
ditemukan di dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan
14
hubungan seringkali sulit dilakukan; pasien skizofrenia seringkali
kesepian dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan dan
kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika
seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia,
perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap
kaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas yang prematur
dan penggunaan nama pertama yang merendahkan diri. Kehangatan atau
profesi persahabatan yang berlebihan adalah tidak tepat dan
kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau
eksploitasi.
15
penderita menerima aliran listrik yang terputus putus. Tegangan yang digunakan
100-150 Volt dan waktu yang digunakan 2-3 detik 2,7 .
Indikasi pemberian terapi ini adalah pasien skizofrenia katatonik dan bagi
pasien karena alasan tertentu karena tidak dapat menggunakan antipsikotik atau
tidak adanya perbaikan setelah pemberian antipsikotik. Kontra indikasi Elektro
konvulsiv terapi adalah Dekompensasio kordis, aneurisma aorta, penyakit tulang
dengan bahaya fraktur tetapi dengan pemberian obat pelemas otot pada pasien
dengan keadaan diatas boleh dilakukan. Kontra indikasi mutlak adalah tumor
otak.
Sebagai komplikasi terapi ini dapat terjadi luksasio pada rahang, fraktur pada
vertebra, Robekan otot-otot, dapat juga terjadi apnue, amnesia dan terjadi
degenerasi sel-sel otak.
16
17
BAB III
PEMBAHASAN
KASUS PSIKOSA:
Nasib perempuan berusia 35 tahun ini memang tidak beruntung. Dia dirawat
di RSJ sejak 10 hari yang lalu dengan alasan marah-marah, tidak minum obat sejak
2 bulan sebelum dibawa ke RSJ, berbicara sendiri, sering menyendiri di kamar,
tidak mau makan dan membersihkan diri serta tidak bisa tidur. Klien pernah
dirawat di RSJ 3 tahun yang lalu dengan alasan yang sama.
Menurut keluarga, 3 tahun sebelum sakit klien pernah mengalami kegagalan menikah
dan pemutusan hubungan kerja. Ayah klien adalah penjual es keliling, sehingga klien
sangat diharapkan keluarga dapat membantu perekonomian keluarga. Pada saat
pengkajian, klien mengatakan mendengar suara suara yang menertawainya dan
menyuruhnya untuk bunuh diri. Klien seringkali terganggu dengan suara suara yang
didengarnya akan tetapi klien tidak kuasa untuk tidak mengikuti perintah suara suara
yang didengarnya. Klien terlihat sering melamun dan menangis. Menolak berinteraksi
dengan teman seruangan dan juga perawat. Hanya mau berinteraksi dengan perawat
tertentu saja. Penampilan klien sesuai akan tetapi ketika berinteraksi dengan perawat
klien lebih sering menggaruk garuk kepala, ketika dikaji ternyata di kepala klien
ditemukan banyak kutu. Ketika ditanya perawat, klien mengatakan sedih dan merasa
tidak berguna karena tidak dapat membantu ayahnya mencari nafkah dan malu telah
mengalami sakit yang disebut masyarakat sakit gila.
18
j. Suku : (perlu dikaji)
k. Sumber data : Keluarga
19
3.2 Pemeriksaan Fisik
3.2.1 Pemeriksaan tanda-tanda vital : TD, RR, HR, dan Suhu biasanya dalam
keadaan normal / stabil. Kecuali saat pasien berada dalam kondisi cemas
yang berat sehingga nilai tanda-tanda vital dapat meningkat.
3.2.2.Pemilihan pasien: Sifat keluhan pasien adalah penting dalam menentukan
apakah diperlukan pemeriksaan fisik yang lengkap. Keluhan dimasukkan
kedalam tiga kategori yaitu tubuh, pikiran, dan interaksi sosial.
3.2.3 Pertimbangan-pertimbangan Psikologis: Bahkan suatu pemeriksaan fisik
rutin dapat menyebabkan reaksi yang merugikan, instrumen, prosedur, dan
ruang periksa mungkin menakutkan. Seorang pasien yang mempunyai rasa
takut yang mendalam akan keganasan untuk tes-tes lainnya yang
dimaksudkan untuk memberikan ketentraman biasanya tidak diharapkan.
3.2.4 Menunda Pemeriksaan Fisik: Kadang-kadang, keadaan menyebabkan
diperlukan atau lebih disukai untuk menunda pemerikasaan fisik yang
lengkap. Seorang pasien yang waham atau manik mungkin bersikap
melawan atau mementang atau keduanya. Dalam keadaan tersebut suatu
riwayat medis harus didapatkan dari anggota keluarga jika mungkin, tetapi,
kecuali terdapat alasan yang mendesak untuk melanjutkan pemeriksaan,
maka pemeriksaan harus ditunda sampai pasien dapat menurut
20
diri
- Klien merasa terganggu
dengan suara yang
didengarnya tetapi klien tidak
kuasa untuk tidak mengikuti
perintah suara tersebut
3. DO: Isolasi sosial
21
No Tujuan Tindakan Keperawatan Strategi Pelaksanaan (SP)
. untuk Klien
22
a) Menghardik Pasien dilatih untuk - Mengevaluasi jadwal
halusinasi mengatakan tidak
kegiatan harian klien
terhadap halusinasi yang - Melatih klien mengendalikan
- Menjelaskan cara
menghardik halusinasi
- Memperagakan cara
menghardik
- Meminta pasien
memperagakan ulang
- Memantau penerapan
cara ini, menguatkan
perilaku pasien
23
c) Melakukan Menyibukkan diri dengan
aktivitas yang aktivitas yang teratur dari
terjadwal bangun pagi sampai tidur
malam, tujuh hari dalam
seminggu, dengan
beraktivitas secara
terjadwal, pasien tidak
akan mengalami banyak
waktu luang sendiri yang
seringkali mencetuskan
halusinasi.
Tahapan intervensinya
sebagai berikut:
- Menjelaskan
pentingnya
aktivitas yang
teratur untuk
mengatasi
halusinasi.
- Mendiskusikan
aktivitas yang
biasa dilakukan
oleh pasien
- Melatih pasien
melakukan
aktivitas
- Menyusun jadwal
aktivitas sehari-
hari sesuai dengan
aktivitas yang
telah
dilatih. Upayakan
pasien mempunyai
aktivitas dari
24
d) Menggunaka Tindakan keperawatan
obat secara agar pasien patuh
teratur menggunakan obat:
Jelaskan guna obat
Jelaskan akibat bila
putus obat
Jelaskan cara
mendapatkan
obat/berobat
Jelaskan cara
menggunakan obat
dengan prinsip 5 benar
(benar obat, benar pasien,
benar cara, benar waktu,
benar dosis)
3. Pasien mengikuti Strategi Pelaksanaan (SP3)
program untuk Klien:
pengobatan secara
- Mengevaluasi jadwal
optimal
kegiatan harian klien
- Melatih klien mengendalikan
halusinasi dengan
melakukan kegiatan
(kegiatan yang biasa
dilakukan klien di rumah)
- Menganjurkan klien
memasukkan dalam
kegiatan jadwal kegiatan
harian
4. Untuk mengetahui Strategi Pelaksanaan (SP4)
hasil untuk Klien:
- Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian klien
- Memberikan pendidikan
25
kesehatan tentang
penggunaan obat secara
teratur
- Menganjurkan klien
memasukkan dalam
kegiatan jadwal kegiatan
harian
26
hadapan pasien. klien halusinasi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
4.2 Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
Walker, E., Mitial, V., Tessner, K., & Trotman, H. (2008). Schizophrenia and the
psychotic spectrum. In Dziegielewski, S. F. (2014). DSM-IV-TR in Action (Vol.
Second edition). Canada: John Wiley & Sons.
28
Sadock, Benjamin J. & Sadock, Virginia A. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis.
Jakarta: EGC
Sinaga, Benhard Rudyanto. 2007. Skizofrenia & Diagnosis Banding. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Mueser, Kim T & McGurk, Susan R. 2004. Schizophrenia. The Lancet. Diakses
dari
http://search.proquest.com/docview/199040179/fulltextPDF/8959CDFC4E6B4D2
9P Q/33?accountid=48290 pada 5 November 2016
29