Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENYAKIT GANGGUAN SYARAF

(PSIKOSIS)

Oleh:

1. Azka Ulil Avifah (P27825019010)


2. Dyah Faridatul Islamiyah (P27825019013)
3. Elvina Triana Febrianti (P27825019015)
4. Maishiela Ratnadevi F (P27825019021)
5. Yunita Zulfariza M (P27825019040)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKESSURABAYA

PRODI D-III KEPERAWATAN GIGI

2019/2020
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat


dan rahmat-Nya, sehingga makalah ‘Penyakit Gangguan Syaraf (Psikosis)” dapat
terselesaikan tepat waktu.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Akhirnya, semoga makalah ini dapat berguna dan memberikan manfaat


bagi setiap pihak terutama bagi mereka para pembaca.Terima kasih.

Surabaya, 19 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………… ii
Daftar Isi……………………………………………………………………….........iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………... 1
1.3 Tujuan…………………………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Psikosis……………………………………………………….. 2
2.2 Kebersihan Rongga Mulut…………………………………………….. 4
2.3 Cara Mengatasi Penderita Psikosis……………………………………. 5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………... 7
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive), kemauan
(volition), emosi (affective), dan tindakan (psychomotor). Dari berbagai
penelitian dapat dikatakan bahwa gangguan jiwa adalah kumpulan dari
keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik,
maupun dengan mental. Keabnormalan tersebut dibagi ke dalam dua golongan
yaitu gangguan jiwa (neurosa/neurosis) dan sakit jiwa (psikosa/psikosis).
Neurosis adalah gangguan mental yang melibatkan kondisi tertekan yang
kronis tetapi tidak mengalami delusi atau halusinasi. Sedangkan psikosis
adalah gangguan mental yang menyebabkan ketidakmampuan seseorang
menilai realita dengan fantasi dirinya. Keabnormalan terlihat dalam berbagai
macam gejala yang terpenting diantaranya adalah ketegangan (tension), rasa
putus asa dan murung, gelisah, cemas perbuatan-perbuatan yang terpaksa
(convulsive), histeria, rasa lemah, tidak mampu mencapai tujuan, takut,
pikiran-pikiran buruk dan sebagainya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja gejala dari penyakit psikosis ?
2. Bagaimana kondisi rongga mulut pada penderita psikosis ?
3. Bagaimana cara mengatasi penderita psikosis?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui gejala penyakit psikosis
2. Mengetahui kondisi rongga mulut penderita psikosis
3. Untuk mengetahui cara mengatasi penderita psikosis

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Psikosis


Psikosa/psikosis adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa
kenyataan ( sense of reality ) atau dengan kata lain, psikosa adalah tingkah
laku secara keseluruhan dalam kepribadiannya berpengaruh tidak ada
kontak dengan realitas sehingga tidak mampu lagi menyesuikan diri dalam
norma-norma yang wajar dan berlaku umum .
 Tanda-tanda atau gejala-gejala psikosa yaitu :
1. Gejala sebelum psikosis muncul :
 Penurunan performa kerja di kantor atau nilai di sekolah
 Kesulitan dalam berkonsentrasi atau berpikir jernih
 Merasa curiga dan tidak tenang di sekitar orang lain
 Kurang menjaga kebersihan diri
 Menghabiskan waktu sendirian lebih lama dari biasanya
 Merasakan emosi yang terlalu intens
 Terkadang tidak merasakan emosi apapun
2. Gejala awal psikosis :
Gejala yang muncul pada tiap orang dapat berbeda-beda,
tergantung penyebab, usia, dan keparahan kondisi. Seseorang yang
mengalami psikosis akan memiliki gejala utama berupa delusi dan
halusinasi.
A. Delusi atau waham adalah kondisi di mana seseorang memiliki
keyakinan yang kuat dan tidak dapat dipatahkan terhadap sesuatu
yang tidak nyata, misalnya mempercayai bahwa dirinya menderita
penyakit yang mematikan, meskipun pada kenyataannya kondisi
orang tersebut sehat.
B. Halusinasi adalah kondisi di mana seseorang mendengar,
melihat, merasakan, atau mencium sesuatu yang tidak ada dan

2
3

tidak dialami orang lain, misalnya mendengar suara orang


berbincang ketika dirinya tengah sendirian di suatu tempat.
C. Pada anak-anak, aktivitas yang menggambarkan perilaku
halusinasi, misalnya memiliki teman imajinasi, bukan berarti
merupakan gejala psikosis. Hal itu hanya suatu bentuk imajinasi
anak-anak, serta merupakan tahapan yang normal dan tergolong
wajar.
Selain delusi dan halusinasi, beberapa gejala lain yang dapat
muncul ketika seseorang mengalami psikosis, meliputi :
- Sulit berkonsentrasi
- Gangguan tidur
- Gelisah
- Merasa curiga
- Gangguan berinteraksi dengan orang lain
- Berbicara melantur dan tidak sesuai topik
- Merasakan dorongan untuk bunuh diri
- Suasana hati menurun (depresi)
Adapun gejala lainnya yaitu :
 Mendengar, melihat, atau merasakan sesuatu yang orang lain
tidak rasakan
 Meyakini atau berpikir mengenai sesuatu, tidak peduli dengan
apa kata orang lain
 Menarik diri dari keluarga dan teman-teman
 Tidak lagi menjaga atau memerhatikan diri sendiri
 Kehilangan kemampuan berpikir jernih atau fokus pada sesuatu

3. Gejala episodik psikosis : akan mengalami halusinasi dan delusi

 Psikosa umumnya terbagi dalam dua golongan besar yaitu:


1. Psikosa Fungsional
Merupakan gangguan yang disebakan karena terganggunya
fungsi sistem transmisi sinyal pengahantar saraf
( neurotransmitter ). Factor penyebabnya terletak pada aspek
4

kejiwaan, disebabkan karena sesuatu yang berhubungan dengan


bakat keturunan, bisa juga disebabkan oleh perkembangan atau
pengalaman yang terjadi selama sejarah kehidupan seseorang.
2. Psikosa organic
Merupakan gangguan jiwa yang disebabkan karena ada
kelainan atau gangguan pada aspek tubuh, misalnya ada tumor atau
infeksi pada otak, keracunan ( intoksikasi ) NAZA.
 Penyebab Psikosis :

1. Obat-obatan

Obat-obatan, misalnya obat untuk penyakit Parkinson dan


kejang-kejang, steroid, dan kemoterapi, serta obat-obatan terlarang
(misalnya, LSD, kokain, alkohol, amfetamin, ganja, PCD) juga
bisa menyebabkan gangguan mental, sehingga psikosis dapat
muncul.

2. Trauma

Kejadian traumatik seperti kehilangan orang yang dicintai,


pelecehan seksual, atau menjadi korban peperangan dapat memicu
munculnya psikosis. Jenis trauma dan umur saat sedang mengalami
trauma tersebut juga berpengaruh.

3. Cedera dan penyakit tertentu

Psikosis dapat muncul apabila penderitanya pernah


mengalami cedera otak, misalnya kecelakaan. Ada pula
kemungkinan psikosis adalah salah satu gejala dari penyakit
tertentu, misalnya pada penderita human immunodeficiency virus
(HIV), penyakit Parkinson, Alzheimer, penyakit Huntington,
malaria, stroke, tumor otak, dan penyakit kejang.

4. Menderita penyakit kejiwaan


5

Kondisi ini juga dapat muncul sebagai salah satu gejala


gangguan kejiwaan, seperti:

a. Skizofrenia
b. Kelainan skizoafektif
c. Brief psychotic disorder
d. Kelainan delusional
e. Psikosis bipolar
f. Psikosis postpartum (postnatal)

2.2 Kebersihan Rongga Mulut


Pengaruh Laju Aliran Saliva Terhadap Kondisi Periodontal Pada Penderita
Gangguan Jiwa Yang Mengkonsumsi Obat Antipsikosis Pasien dengan
gangguan jiwa rentan untuk menderita masalah rongga mulut khususnya
masalah periodontal. Hal ini mungkin oleh karena ketidakmampuan dan
kepedulian diri yang kurang berhubungan dengan gangguan jiwa, ketakutan
pada perawatan, ketidakmampuan untuk mengakses layanan kesehatan gigi
dan efek samping dari berbagai obat-obatan yang digunakan dalam psikiatri.
Antipsikotik juga mempengaruhi sistem neurotransmitter lain seperti
kolinergik (muscarinic), alpha-adrenergik, histaminergik dan mekanisme
serotonergik. Penggunaannya akibatnya dapat meningkatkan risiko berbagai
efek samping yang tidak diinginkan. Obat ini juga dapat memberi efek saraf
pada bagian atas otak yang dapat menstimulasi adrenoseptor tertentu dalam
korteks frontal yang dapat menghasilkan efek penghambatan pada nuklei
saliva dan juga dapat menyebabkan xerostomia tanpa mempengaruhi jalur
saraf. Obat antipsikosis dapat menurunkan aliran saliva dengan
menyebabkan vasokonstriksi di kelenjar ludah. Penelitian sebelumnya telah
menemukan kesehatan mulut yang lebih buruk pada pasien dengan
skizofrenia, termasuk kenyataan bahwa penderita tersebut memiliki lebih
banyak gigi yang hilang daripada populasi umum

2.3 Cara Mengatasi Penderita Psikosis

Penatalaksanaan
6

Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang psikotik akut


berikut hak dan kewajibannya.
Informasi yang perlu untuk pasien dan keluarga
1)    Episode akut sering mempunyai prognosis yang baik, tetapi lama
perjalanan penyakit sukar diramalkan hanya dengan melihat dari satu
episode akut saja.
2)    Agitasi yang membahayakan pasien, keluarga atau masyarakat,
memerlukan hospitalisasi atau pengawasan ketat di suatu tempat yang
aman. Jika pasien menolak pengobatan, mungkin diperlukan tindakan
dengan bantuan perawat kesehatan jiwa masyarakat dan perangkat desa
serta keamanan setempat
3)    Menjaga keamanan pasien dan individu yang merawatnya:
a)    Keluarga atau teman harus mendampingi pasien.
b)    Kebutuhan dasar pasien terpenuhi (misalnya, makan, minum,
eliminasi dan kebersihan).
c)    Hati hati agar pasien tidak mengalami cedera.
Konseling pasien dan keluarga
1)    Membantu keluarga mengenal aspek hukum yang berkaitan dengan
pengobatan psikiatrik antara lain hak pasien, kewajiban dan tanggung
jawab keluarga dalam pengobatan pasien.
2)    Mendampingi pasien dan keluarga untuk mengurangi stress dan
kontak dengan stresor.
3)    Memotivasi pasien agar melakukan aktivitas sehari – hari setelah
gejala membaik.
Pengobatan
1. Berikan obat antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik
a. Haloperidol 2-5 mg, 1 sampai 3 kali sehari, atau
b. Chlorpromazine 100-200 mg, 1 sampai 3 kali sehari
Dosis harus diberikan serendah mungkin untuk mengurangi efek
samping, walaupun beberapa pasien mungkin memerlukan dosis yang
lebih tinggi
7

2. Obat antiansietas juga bisa digunakan bersama dengan neuroleptika


untuk mengendalikan agitasi akut (misalnya: lorazepam 1-2 mg, 1
sampai 3 kali sehari)
3. Lanjutkan obat antipsikotik selama sekurang-kurangnya 3 bulan
sesudah gejala hilang. Apabila saudara menemukan pasien gangguan
jiwa di rumah dengan perilaku di bawah ini, lakukan kolaborasi dengan
tim untuk mengatasinya.
4. Berikan terapi untuk mengatasi efek samping yang mungkin timbul:
a. Kekakuan otot (Distonia atau spasme akut), bisa ditanggulangi
dengan suntikan benzodiazepine atau obat antiparkinson
b. Kegelisahan motorik berat (Akatisia), bisa ditanggulangi dengan
pengurangan dosis terapi atau pemberian beta-bloker
c. Gejala parkinson (tremor/gemetar, akinesia), bisa ditanggulangi
dengan obat antiparkinson oral (misalnya, trihexyphenidil 2 mg 3
kali sehari)
5. Rujukan
Tindakan rujukan diperlukan bila terjadi kondisi-kondisi yang tidak
dapat diatasi melalui tindakan yang sudah dilakukan sebelumnya
khususnya pada :
a. Kasus baru gangguan psikotis
b. Kasus dengan efek samping motorik yang berat atau timbulnya
demam, kekakuan, hipertensi, hentikan obat antipsikotik lalu rujuk
.

BAB III

PENUTUP
8

A. SIMPULAN
Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive), kemauan
(volition), emosi (affective), dan tindakan (psychomotor). Dari berbagai
penelitian dapat dikatakan bahwa gangguan jiwa adalah kumpulan dari
keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik,
maupun dengan mental. Penderita psikosis tidak dapat lagi berhubungan
dengan realitas, penderita hidup dalam dunianya sendiri. Dengan kata lain
psikosis adalah gangguan pribadi yang menyebabkan ketidakmampuan
seseorang menilai realita dengan fantasi pada dirinya. Orang dengan
psikosis mungkin memiliki satu atau lebih hal berikut : halusinasi, delusi,
pemikiran gangguan dan skala.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Psikosis

https://www.slideshare.net/thesincerely/psikosis

https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-neurosis-atau-
psikoneurosis/116849

http://eprints.ums.ac.id/16040/4/BAB_SATU.pdf

http://diar13-midyuin08.blogspot.com/2010/04/makalah-patologikelompok-7.html

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/51871/Chapter
%20II.pdf;sequence=4

https://perawatpskiatri.blogspot.com/2008/11/psikotik-psychotic.html

https://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.com/2017/06/makalah-skizofrenia-dan-
gangguan.html

Anda mungkin juga menyukai