Anda di halaman 1dari 36

BLOK KELAINAN JARINGAN KERAS

GIGI DAN PULPA 1


Prosedur dan Teknik Klinis Tumpatan GIC
dan RMGIC

Fasilitator:
Solva Yuditha, drg, MARS

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Nurul Irba Somadinata (201911121) Putri Novthalia (201911126)
Oldilia Yolanda (201911122) Raafid Shidqi Marsel (201911127)
Oriza Sativa (201911123) Raisya Nabila Ayudya (201911128)
Oxy Asfuridah Ansori (201911124) Ratu Inneke Aliefia (201911129)
Puja Sitna H. Latupono (201911125) Regina Amanda (201911130)

KELAS E
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)
Tahun Ajaran 2020/2021
ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan akan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
nikmat dan karunia-Nya sehingga makalah kami yang berjudul “Prosedur dan
Teknik Klinis Tumpatan GIC dan RMGIC” dapat terselesaikan.
Makalah ini dibuat dan disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok
pada mata pelajaran kelainan jaringan keras gigi dan pulpa 1. Dalam penyusunan
makalah ini, pastinya kami mengalami hambatan selama penyusunan berjalan.
Namun, dengan ketekunan serta pertolongan dari Tuhan Yang Maha Esa kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak–pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi kami selaku penulis dan
umumnya bagi pihak yang membaca. Mohon maaf dan harap dimaklumi atas segala
kekurangan dalam makalah ini.

Jakarta, April 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1. 1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1. 2 Rumusan Masalah ................................................................. 2
1. 3 Tujuan Pembelajaran ............................................................. 2
1. 4 Manfaat Pembelajaran ........................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 3
2.1 Glass Ionomer Cements ........................................................... 3
2.2 Prosedur Pengadukan dan Aplikasi GIC .................................. 17
2.3 Komposisi, Indikasi, Manipulasi RMGIC ............................... 18
2.4 Restorasi Sandwich .................................................................. 21
2.5 Polyacid Modified Composite Resin (Compomer) .................. 25
2.6 Metal Reinforced Glass Ionomer.............................................. 28
BAB III KESIMPULAN ............................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 31

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Glass ionomer cement (GIC) konvensional diperkenalkan pada tahun
1972 oleh Wilson dan Kent, yang merupakan gabungan dari semen silikat dan
semen polikarboksilat dengan tujuannya untuk mendapatkan sifat translusen.
Keuntungan GIC yaitu pelepasan fluoride dari semen silikat, sedangkan
semen polikarboksilat mempunyai kemampuan melekat secara kimia pada
struktur gigi. Fluoride dalam kandungan GIC memiliki kemampuan
antikariogenik. Indikasi penggunaan GIC untuk perawatan gigi anak yang
mempunyai resiko karies tinggi dan pada dewasa digunakan restorasi untuk
kelas III dan V.
Glass ionomer cement dibagi menjadi beberapa tipe; tipe I untuk
material perekat, tipe II untuk material restorasi, tipe III untuk basis. GIC tipe
II sebagai bahan tumpatan gigi memiliki sifat antara lain, sifat fisik keras,
kekuatan tekan relatif tinggi, daya tahan terhadap fraktur dan keausan rendah.
Namun, kekuatan GIC lebih rendah dan rentan terhadap keausan
dibandingkan dengan komposit, karena itu GIC tidak dianjurkan untuk
merestorasi gigi dengan beban besar.
Resin modified glass ionomer cement (RMGIC) adalah material
restorasi hasil penggabungan sifat dari GIC konvensional dengan resin
komposit. Material ini dikembangkan untuk mengatasi kekurangan GIC
konvensional. Komposisi RMGIC terdiri dari asam vinildimodifikasi
polyalkenoic, metacrylate yang larut dalam air seperti hidroksietil metakrilat
(HEMA) dan ion- leachable kaca dan air. Kelebihan dari penambahan HEMA
dapat memperbaiki kekurangan dari GIC terutama pada sifat estetik dan
mekani. Keuntungan dari resin modified glass ionomer cement adalah setting
time lebih pendek.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang yang ada, maka tercetuslah
rumusan makalah sebagai berikut:
1. 2. 1 Apa saja penjelasan tentang Glass Ionomer Cements?
1. 2. 2 Bagaimana prosedur pengadukan dan aplikasi GIC?
1. 2. 3 Apa saja komposisi, indikasi, manipulasi RMGIC?
1. 2. 4 Apa itu restorasi sandwich?
1. 2. 5 Apa yang dimaksud dengan Polyacid Modified Composite Resin
(Compomer)?
1. 2. 6 Apa yang dimaksud dengan Metal Reinforced Glass Ionomer?

1.3 Tujuan Pembelajaran


Guna mempertegas alur pembelajaran, maka tujuan pembelajaran
sebagai berikut:
1. 3. 1 Untuk memahami dan mengetahui penjelasan tentang Glass Ionomer
Cements.
1. 3. 2 Untuk memahami prosedur pengadukan dan aplikasi GIC.
1. 3. 3 Untuk mengetahui komposisi, indikasi, manipulasi RMGIC.
1. 3. 4 Untuk mengetahui apa itu restorasi sandwich.
1. 3. 5 Untuk memahami dan mengetahui apa itu Polyacid Modified
Composite Resin (Compomer)?
1. 3. 6 Untuk memahami dan mengetahui apa itu Metal Reinforced Glass
Ionomer.

1.4 Manfaat Pembelajaran


Adapun manfaat yang dapat diperoleh yakni diharapkan penulis
maupun pembaca dapat memahami dan mempelajari mengenai Prosedur dan
Teknik Klinis Tumpatan GIC dan RMGIC.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 Glass Ionomer Cement


Definisi GIC
Glass Ionomer Cements adalah bahan restorasi yang paling akhir
berkembang dan mempunyai sifat perlekatan yang baik. Semen ini melekat
pada enamel dan dentin melalui ikatan kimia. Kekurangan GIC jika
dibandingkan dengan bahan tumpatan lain adalah kurang estestik, sulit
dipolish, dan mempunyai sifat brittle.1
Semen ionomer kaca terdiri dari campuran bubuk dan cairan yang
kemudian dicampur dengan air. Bubuk semen ionomer kaca adalah kaca
aluminosilikat dan cairannya adalah larutan dari asam poliakrilik. Beberapa
sifat yang dimiliki semen ionomer kaca adalah bersifat biokompatibilitas
terhadap jaringan gigi, sifat perlekatan baik secara kimia terhadap dentin dan
enamel, serta mempunyai beberapa sifat fisis.1
Semen ionomer kaca melepaskan ion fluor dalam jangka waktu yang
cukup lama sehingga dapat menghilangkan sensitivitas dan mencegah
terjadinya karies sekunder. Kemampuan dalam melepaskan ion fluor terhadap
compressive strength dari bahan restorasi Semen ionomer kaca,
mengakibatkan korelasi negatif antara pelepasan ion fluoride dengan
compressive strength. Bahan material yang memiliki tingkat pelepasan ion
fluoride yang lebih tinggi, secara umum mempunyai kekuatan yang lebih
rendah dari material yang memiliki tingkat pelepasan ion fluoride yang
rendah. 1

Komposisi GIC
Semen ionomer kaca terdiri dari bubuk dan cairan yang dapat mengeras
setelah dilakukan manipulasi.
1. Komposisi Bubuk

3
Bubuk semen ionomer kaca adalah kaca alumina-silikat.
Walaupun memiliki karakteristik yang sama dengan silikat tetapi
perbandingan alumina-silikat lebih tinggi pada semen silikat.2
2. Komposisi Cairan
Cairan yang digunakan semen ionomer kaca adalah larutan dari
asam poliakrilatdalam konsentrasi kira-kira 50%. Cairan ini cukup
kental cenderung membentuk gel setelah beberapa waktu. Pada
sebagian besar semen, cairan asam poliakrilat adalah dalam bentuk
kopolimer dengan asamitikonik, maleic atau asam trikarbalik. Asam-
asam ini cenderung menambah resktifitas dari cairan, mengurangi
kekentalan dan mengurangi kecenderungan membentuk gel. 2
Asam tartarik juga terdapat dalam cairan yang memperbaiki
karakteristik manipulasi dan meningkatkan waktu kerja, tetapi
memperpendek pengerasan. Terlihat peningkatan yang
berkesinambungan secara perlahan pada kekentalan semen yang tidak
mengendung asam tartarik. Kekentalan semen yang mengandung asam
tartarik tidak menunjukkan kenaikan kekentalan. 2
Pada saat bubuk dan cairan semen ionomer kaca dicampurkan,
cairan asam akan memasuki permukaan partikel kaca kemudian
bereaksi dengan membentuk lapisan semen tipis yang akan mengikuti
inti. Selain cairan asam, kalsium, aluminium, sodium sebagai ion-ion
fluoride pada bubuk semen ionomer kaca akan memasuki partikel kaca
yang akan membentuk ion kalsium (Ca2+) kemudian ion aluminium
(Al3+) dan garam fluor yang dianggap dapat mencegah timbulnya
karies sekunder. Selanjutnya partikel-partikel kaca lapisan luar
membentuk lapisan. 2

Sifat GIC
A. Terpenting Sifat Fisis3
• Anti karies ion fluor yang dilepaskan terus menerus
membuat gigi lebih tahan terhadap karies.

4
• Termal ekspansi sesuai dengan dentin dan enamel
• Tahan terhadap abrasi, ini penting khususnya pada
penggunaan dalam restorasi dari groove
B. Sifat Mekanis3
• Compressive strength: 150 Mpa, lebih rendah dari silikat
• Tensile strength: 6,6 Mpa, lebih tinggi dari silikat
• Hardness: 4,9 KHN, lebih lunak dari silikat
• Fracture toughness: beban yang kuat dapat terjadi
fraktur
C. Sifat Kimia
Semen ionomer kaca melekat dengan baik ke enamel dan
dentin, perlekatan ini berupa ikatan kimia antara ion kalsium
dari jaringan gigi dan ion COOH dari semen ionomer kaca.
Ikatan dengan enamel dua kali lebih besar daripada ikatannya
dengan dentin. Dengan sifat ini maka kebocoran tepi tambalan
dapat dikurangi. semen ionomer kaca tahan terhadap suasana
asam, oleh karena adanya ikatan silang diantara rantai-rantai
semen ionomer kaca. Ikatan ini terjadi karena adanya polyanion
dengan berat molekul yang tinggi.2

Klasifikasi GIC Berdasarkan Bahan Pengisi


1. Semen Ionomer Kaca Konvensional
Semen ionomer kaca secara luas digunakan untuk kavitas Klas V,
hasil klinis dari prosedur ini baik meskipun penelitian in vitro
berpendapat bahwa semen ionomer kaca modifikasi resin dengan
ketahanan fraktur yang lebih tinggi dan peningkatan kekuatan perlekatan
memberikan hasil yang jauh lebih baik. Beberapa penelitian berpendapat
bahwa versi capsulated lebih menguntungkan karena pencampuran oleh
mesin sehingga memberikan sifat merekatkan yang lebih baik.
Penggunaan semen ionomer kaca telah meluas antara lain sebagai bahan
perekat, pelapik dan bahan restoratif untuk restorasi konservatif Klas I

5
dan Klas II karena sifatnya yang berikatan secara kimia pada struktur gigi
dan melepaskan fluorida. Selain itu respon pasien juga baik karena teknik
penempatan bahan yang konservatif dimana hanya memerlukan sedikit
pengeboran sehingga pasien tidak merasakan sakit dan tidak memerlukan
anastesi lokal. Meskipun demikian GIC tidak dianjurkan untuk restorasi
Klas II dan klas IV karena sampai saat ini formulanya masih kurang kuat
dan lebih peka terhadap keausan penggunaan jika dibandingkan dengan
komposit. 5
GIC konvensional pertama kali diperkenalkan pada tahun 1972 oleh
Wilson dan Kent. Berasal dari asam polyalkenoat cair seperti asam
polyacrilic dan komponen kaca yang biasanya adalah
fluoroaluminosilikat. Saat bubuk dan cairandi campur terjadi reaksi asam
basa kemudian asam polyalkenoat mengalami percepatan hingga terjadi
pengentalan sampai semen mengeras. Bahan ini dapat dijadikan sebagai
bubuk kaca yang melepaskan ion dan larut dengan campuranyang
mengandung asam polyacrilic cair dengan dikeringkan melalui
pembekuan untuk dicampur dengan air murni. Pabrik juga dapat
menambahkan sedikit asam tartarik pada air yang dapat memperkirakan
reaksi pengerasan yang lebih tepat. 6
2. Semen Ionomer Hybrid
Komponen bubuk terdiri dari partikel kaca ion-leachable
fluoroaluminosilicate dan inisiator untuk light curing atau chemical
curing. Komponen cairan biasanya terdiri dari air dan asam polyacrylic
atau asam polyacrilyc yang dimodifikasi dengan monomer methacrylate
hydroxyethyl methacrylate. Komponen yang dua terakhir bertanggung
jawab untuk polimerisasi. Reaksi pengerasan awal dari bahan ini terjadi
melalui polimerisasi dari gugus methacrylate. Reaksi asam basayang
lambat pada akhirnya akan bertanggung jawab pada proses pematangan
yangunik dan kekuatan akhir. Kandungan air secara keseluruhan lebih
sedikit untuk tipe ini untuk menampung bahan yang berpolimerisasi.6

6
Perbedaan yang paling nyata adalah berkurangnya translusensi dari
bahan ini karena adanya perbedaan yang besar pada indeks pembiasan
antara bubuk dengan matrix resin yang mengeras. Tes in vitro dari semen
ionomer hibrid melepaskan florida dalam jumlah yang sebanding dengan
yang dilepaskan semen ionomer kaca konvensional. Kekuatan tarik dari
ionomer kaca hibrid lebih tinggi dari ionomer kaca konvensional.
Peningkatan ini di akibatkan oleh modulus elastisitasnya yang lebih
rendah dan deformasi plastis yang lebih banyak yang dapat ditahan
sebelum terjadinya fraktur. Sifat-sifat yang lain sulit untuk dibandingkan
karena formulasi bahan dan cara pengetesan. 7
Mekanisme pengikatan terhadap struktur gigi dari semen ini sama
dengan ionomer kaca konvensional. Aktifitas ionik yang lebih sedikit
diharapkan karena adanya pengurangan dari asam karboksilat dari cairan
ionomer kaca dengan modifikasi resin; namun bagaimanapun kekuatan
ikat pada struktur gigi bisa lebih tinggi dari semen ionomer kaca
konvensional. Bila dibandingkan dengan ionomer kaca konvensional
maka ionomer kaca dengan modifikasi resin memperlihatkan kekuatan
ikat yang lebih tinggi kepada komposit berbasis resin. Ini sepertinya
dikontrol oleh gugus fungsi non polimerisasi residu di dalam semen
ionomer kaca konvensional. Akibat polimerisasi, bahan ini seharusnya
memilki derajat penyusutan yang lebih besar ketika mengeras. Lebih
sedikitnya kandungan air dan asam karboksilat juga mengurangi
kemampuan semen untuk membasahi substrat gigi, yang mana akan
meningkatkan kebocoran micro dibandingkan semenionomer kaca
konvensional. 2
Biokompatibilitas dari ionomer kaca hibrid dapat dibandingkan
dengan ionomer kaca konvensional. Tindakan pencegahan yang sama
harus dilakukan, seperti penggunaan kalsium hoidroksida untuk
preparasi yang dalam. Peningkatan suhu sementara yang berhubungan
dengan proses polimerisasi juga menjadi pertimbangan. 6

7
Karakteristik dari penanganan ionomer kaca hibrid telah diatur
sehingga dapat digunakan sebagai liners atau bases. Kekuatan tekan dan
tarik dari liners lebih rendah dari pada semen restorasi yang lain.
Kegunaan yang paling utama dari liners ionomer kaca adalah untuk
bertindak sebagai bahan pengikat lanjut antara gigi dan restorasi
komposit. Karena adanya adhesi pada dentin, maka kemungkinan dari
formasi celah pada tepi ginggival yang terletak pada dentin,sementum
atau keduanya disebabkan oleh penyusutan polimerisasi dari resin. 7
Keuntungan dari ionomer kaca di atas resin bonding agent yang
menjamin ikatan adhesive, mengurangi sensitivitas tekhnik dan
membentuk mekanisme anti kariogenik melalui pelepasan florida. Ketika
digunakan pada keadaan ini, prosedur yang lebih di anjurkan adalah
tekhik sandwich. Tekhnik ini memberikan keuntungan berupa kualitas
yang diinginkan dari ionomer kaca yang memberik anestetika dari
restorasi komposit. Tekhnik sandwich di rekomendasikan untuk restorasi
komposit kelas 2 dan 5 ketika pasien individual memiliki resiko karies
yang tinggi. Hal tersebut berlaku untuk formulasi semen ionomer kaca
konvensional dan semen ionomer kaca hibrid like-curable.7
3. Semen Ionomer Tri-cure
Terdiri dari partikel kaca silicate, sodium florida dan monomer yang
dimodifikasi polyacid tanpa air. Bahan ini sangat sensitif terhadap cairan,
sehingga biasanya disimpan didalam kantong anti air. Pengerasan
diawali oleh foto polimerisasi dari monomer asam yang menghasil bahan
yang kaku. Selama restorasi digunakan bahan yang telah dipasang
menyerap air di dalam saliva dan menambah reaksi asam basa antara
gugus fungsi asam dengan matrix dan partikel kaca silicate. Reaksi asam
basa yang di induce memungkinkan pelepasan floridakarena tidak
adanya air dalam formulasi, pengadukan semen tidak self-adhesive
seperti semen ionomer kaca konvensional dan hibrid. Sehingga dentin-
bonding agent yang terpisah diperlukan untuk kompomer yang
digunakan sebagai bahan restorasi. 6

8
Akhir-akhir ini, beberapa bahan dengan 2 komponen, yang terdiri
dari bubuk dan cairan atu yang terdiri dari 2 pasta telah dipasarkan
sebagai kompomer untuk penerapan luting (luting application).
Bubuknya memiliki komposisi srontium aluminum fluorosilicate,
metalik oksida, inisitor dengan aktivasi kimia atau cahaya. Cairannya
terdiri dari monomer asam karboksilat atau methacrylate yang bisa
berpolimerisasi, monomer multifunctional acrylate, dan air. Sedangkan
yang berbentuk pasta memilki bahan yang sama disesuaikan dengan
bubuk dan cairan. Karena adanya air di dalam cairan, maka bahan ini
bersifat self-adhesive dan reaksi asam basa dimulai pada saat
pengadukan. 7
Kekuatan ikat dari kompomer terhadap struktur gigi memiliki
rentang yangsama dengan semen ionomer kaca karena penggunaan
dentin-bonding agent. Meskipun kompomer satu pasta terutama di
terapkan untuk restorasi pada area dengan tegangan rendah, data klinis
saat ini dibatasi mengingat penggunaan kompomer untuk restorasi
kavitas kelas 3 dan 5 sebagai alternative ionomer kaca atau komposit
resin. 7
4. Semen Ionomer Kaca yang Diperkuat Dengan Metal
Semen glass ionomer kurang kuat, dikarenakan tidak dapat menahan
gayamastikasi yang besar. Semen ini juga tidak tahan terhadap keausan
penggunaan dibandingkan bahan restorasi estetik lainnya, seperti
komposit dan keramik. Ada 2 metode modifikasi yang telah dilakukan,
metode I adalah mencampur bubuk logam campur amalgam yang
berpartikel sferis dengan bubuk glass ionomer tipe II. Semen ini disebut
gabungan logam campur perak. Metode II adalah mencampur bubuk kaca
dengan partikel perak dengan menggunakan pemanasan yang tinggi.
Semen ini disebut sebagai cermet. Mikrograf skening elektron dari bubuk
cermet menunjukan partikel-partikel bubuk perak melekat ke permukaan
dari partikel-partikel bubuk semen. Jumlah dari fluoride yang dilepaskan
dari kedua sistem modifikasi logam ini cukup besar. Namun, fluoride

9
yang dilepaskan dari semen cermet lebih sedikit daripada yang
dilepaskan dari semen ionomer kaca tipe II. Hal ini dikarenakan sebagian
partikel kaca, yang mengandung fluoride telah dilapisi logam. Pada
awalnya semen gabungan melepas lebih banyak fluoride daripada semen
tipe II. Tetapi besarnya pelepasan ini menurun dengan berjalannya
waktu. Karena partikel-partikel logam pengisi tidak terikat pada matriks
semen, sehingga permukaan antar semen menjadi berjalan untuk
pertukaran cairan. Ini sangat meningkatkan daerah permukaan yang
tersedia untuk pelepasan fluoride. 2
Dengan meningkatnya daya tahan terhadap keausan dan potensi
anti-kariesnya, semen-semen dengan modifikasi logam ini telah
dianjurkan untuk penggunaan yang terbatas sebagai alternative dari
amalgam atau komposit untuk restorasi gigi posterior. Meskipun
demikian, bahan-bahan ini masih diklasifikan sebagai bahan GIC yang
rapuh. Karena alasan inilah penggunaan bahan tersebut umumnya
terbatas pada restorasi konservatif dan umumnya kelas I. 7
Semen-semen ini mengeras dengan cepat sehingga dapat menerima
tindakan penyelesaian dalam waktu yang relatif singkat. Bersamaan
dengan potensi adhesi dan daya tahannya terhadap karies, sifat-sifat
menjadikan semen tersebut digunakan untuk membangun badan inti
untuk gigi yang akan diperbaiki dengan mahkota cor penuh. Namun,
karena rendahnya kekuatan terhadap fraktur dan sifatnya yang rapuh,
sebaiknya dilakukan pendekatan yang konservatif. Bahan ini sebaiknya
tidak digunakan jika bagian yang akan menggunakan semen adalah lebih
besar 40% dari keseluruhan. Untuk kasus seperti ini sebaiknya digunakan
pasak atau retensi bentuk lainnya. 6

Klasifikasi GIC Berdasarkan Kegunaannya


a. Type I – Luting cements
GIC tipe luting semen sangat baik untuk sementasi permanen mahkota,
jembatan, veneer dan lainnya. Dapat digunakan sebagai liner komposit.

10
Secara kimiawi berikatan dengan dentin enamel, logam mulia dan porselen.
Memiliki translusensi yang baik dan warna yang baik, dengan kekuatan tekan
tinggi. GIC yang diberikanpada dasar kavitas akan menghasilkan ion fluorida
serta berkurangnya sensitifitas gigi, perlindungan pulpa dan isolasi. Hal ini
mengurangi timbulnya kebocoran mikro (micro-leakage) ketika digunakan
sebagai semen inlay komposit atau onlay. 4
b. Type II – Restorasi
Karena sifat perekatnya, kerapuhan dan estetika yang cukup
memuaskan, GIC juga digunakan untuk mengembalikan struktur gigi yang
hilang seperti abrasi servikal. Abrasi awalnya diakibatkan dari iritasi kronis
seperti kebiasaan menyikat gigi yang terlalu keras. 4
c. Type III – Liners and Bases
Pada teknik sandwich, GIC dilibatkan sebagai pengganti dentine, dan
komposit sebagai pengganti enamel. Bahan-bahan lining dipersiapkan
dengan cepat untuk kemudian menjadi reseptor bonding pada resin komposit
(kelebihan air pada matriks GIC dibersihkan agar dapat memberikan
kekasaran mikroskopis yang nantinya akan ditempatkan oleh resin sebagi
pengganti enamel). 2
d. Type IV – Fissure Sealants
Tipe IV GIC dapat digunakan juga sebagai fissure sealant.
Pencampuran bahan dengan konsistensi cair, memungkinkan bahan mengalir
ke lubang dan celah gigi posterior yang sempit. 2
e. Type V - Orthodontic Cements
Pada saat ini, braket ortodonti paling banyak menggunakan bahan resin
komposit. Namun GIC juga memiliki kelebihan tertentu. GIC memiliki ikatan
langsung ke jaringan gigi oleh interaksi ion Polyacrylate dan kristal
hidroksiapatit, dengan demikian dapat menghindari etsa asam. Selain itu, GIC
memiliki efek antikariogenik karena kemampuannya melepas fluor. Bukti
dari tinjauan sistematis uji klinis menunjukkan tidak adanya perbedaan dalam
tingkat kegagalan braket Ortodonti antara resin modifikasi GIC dan resin
adhesive. 2

11
f. Type VI – Core build up
Beberapa dokter gigi menggunakan GIC sebagai inti (core), mengingat
kemudahan GIC dalam jelas penempatan, adhesi, fluor yang dihasilkan, dan
baik dalam koefisien ekspansi termal. Logam yang mengandung GIC
(misalnya cermet, Ketac perak, EspeGMbH, Germanyn) atau campuran GIC
dan amalgam telah populer. Saat ini, banyak GIC konvensional yang
radiopaque lebih mudah untuk menangani daripada logamyang mengandung
bahan-bahan lain. Namun demikian, banyak yang menganggap GIC tidak
cukup kuat untuk menopang inti (core). Maka direkomendasikan bahwa gigi
harus memiliki minimal dua dinding utuh jika menggunakan GIC. 3
g. Type VII - Fluoride releasing
Banyak laboratorium percobaan telah mempelajari fluorida yang
dihasilkan GIC dibandingkan dengan bahan lainnya. Namun, tidak ada
review sistematis dengan atau tanpa meta-analisis yang telah dilakukan. Hasil
dari satu percobaan, dengan salah satu tindak lanjut periode terpanjang,
menemukan bahwa GIC konvensional menghasilkan fluorida lima kali lebih
banyak daripada kompomer dan 21 kali lebih banyak dari resin komposit
dalam waktu 12 bulan. Jumlah fluorida yang dihasilkan, selama 24 jam
periode satu tahun setelah pengobatan, adalah lima sampai enam kali lebih
tinggi dari kompomer atau komposit yang mengandung fluor. 4
h. Type VIII - ART (atraumatic restorative technique)
ART adalah metode manajemen karies yang dikembangkan untuk
digunakan di negara-negara dimana tenaga terampil gigi dan fasilitas terbatas
namun kebutuhan penduduk tinggi. Hal ini diakui oleh organisasi kesehatan
dunia. Teknik menggunakan alat-alat tangan sederhana (seperti pahat dan
excavator) untuk menerobos enamel dan menghapus karies sebanyak
mungkin. Ketika karies dibersihkan, rongga yang tersisa direstorasi dengan
menggunakan GIC viskositas tinggi. GIC memberikan kekuatan beban
fungsional. 4

12
i. Type IX - Deciduous teeth restoration
Restorasi gigi susu berbeda dari restorasi di gigi permanen karena
kekuatan kunyahdan usia gigi. Pada awal tahun 1977, disarankan bahwa
semen ionomer kaca dapat memberikan keuntungan restoratif bahan dalam
gigi susu karena kemampuan GIC untuk melepaskan fluor dan untuk
menggantikan jaringan keras gigi, serta memerlukan waktu yang cepat dalam
mengisi kavitas. Hal ini dapat dijadikan keuntungan dalam merawat gigi pada
anak-anak. Namun, masih diperlukan tinjauan klinis lebih lanjut. 4

Kelebihan dan Kekurangan GIC


Sebelum mengaplikasikan bahan GIC seorang operator harus
mengetahui kekurangan dan kelebihan dari bahan yang akan digunakan agar
nantinya dapat dipertimbangkan bahan yang cocok untuk diaplikasikan pada
kavitas. Adapun kelebihan dan kekurangan dari bahan restorasi GIC adalah
sebagai berikut:4
Kelebihan:
1) Potensi antikariogenik
2) Translusen
3) Biokompatibel
4) Melekat secara kimia dengan struktur gigi
5) Sifat fisik yang stabil
6) Mudah dimanipulasi
Kekurangan:
1) Water in and water out
2) Compressive strenght kurang baik
3) Resistensi terhadap abrasi menurun
4) Estetik kurang baik
5) Warna tambalan lebih opaque, sehingga dapat dibedakan secara
jelas antara tambalan dengan gigi asli

13
Indikasi dan Kontraindikasi GIC
Setiap bahan semen memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing yang nantinya dari semua itu dapat dindikasikan untuk kavitas seperti
apa bahan tersebut. Untuk Glass ionomer cement (GIC) sendiri memiliki
indikasi dan kontraindikasi sebagai berikut: 4
Indikasi:
1) Restorasi pada lesi erosi/abrasi tanpa preparasi kavitas
2) Penumpatan pit dan fisura oklusal
3) Restorasi gigi sulung
4) Restorasi lesi karies kelas V
5) Restorasi lesi karies kls III lebih diutamakan pembukaannya lingual
6) Reparasi kerusakan tepi restorasi mahkota
Kontraindikasi:
1) Kavitas-kavitas yang ketebalannya kurang
2) Kavitas-kavitas yang terletak pada daerah yang menerima tekanan
3) Lesi karies kelas IV atau fraktur insisal
4) Lesi yang melibatkan area luas pada email labial yang
mengutamakan faktor estetika

Reaksi Pengerasan GIC


Reaksi pengerasan dimulai saat cairan asam polielektrolit berkontak
dengan permukaan kaca aluminosilikat yang kelak akan menghasilkan
pelepasan sejumlah ion. GIC mengalami 3 fase reaksi pengerasan yang
berbeda dan saling overlapping. Fase pertama adalah fase pelepasan ion yang
diawali reaksi ionisasi radikal karboksil (COOH) yang terdapat dalam rantai
asam (asam poliakrilat) menjadi ion COO- (ion karboksilat) dan ion H+. Ion
H+ bereaksi pertama kalipada permukaan partikel kaca menyebabkan
terlepasnya ion-ion seperti Ca2+ dan Na+ ke dalam cairan. Kemudian ion H+
tersebut berpenetrasi kembali hinggamencapai struktur yang kurang
terorganisasi menyebabkan terlepasnya ion Al3+. Saat fase ini, dilepaskan

14
panas dengan suhu berkisar antara 3oC sampai 7oC. Semakin besar rasio
bubuk dan cairan GIC maka panas yang dilepaskan akan semakin besar. 4
Selama tahap awal tersebut terjadi, GIC berikatan dengan struktur gigi.
Secara fisik GIC terlihat berkilau. Penempatan pada struktur gigi harus
dilakukan padafase ini karena matriks poliasam bebas yang dibutuhkan untuk
perlekatan ke gigi tersedia dalam jumlah yang maksimum. Pada tahap akhir
dari fase pelepasan ionini, yang ditandai dengan hilangnya tampilan berkilau
GIC, matriks poliasam bebas bereaksi dengan kaca sehingga kurang mampu
berikatan dengan struktur gigi atau struktur lainnya. 4
Fase kedua dari reaksi pengerasan GIC adalah fase hidrogel. Fase
hidrogel terjadi 5 sampai 10 menit setelah pencampuran dilakukan. Selama
fase ini, ion-ionkalsium yang dilepas dari permukaan kaca akan bereaksi
dengan rantai poliasam polianionik yang bermuatan negatif untuk
membentuk ikatan silang ionik. Pada fase hidrogel ini mobilitas rantai
polimer berkurang sehingga menyebabkan terbentuknya gelasi awal matriks
ionomer. Selama fase hidrogel berlangsung, permukaan GIC harus dilindungi
dari lingkungan yang lembab dan kering karena ion kalsium yang bereaksi
dengan rantai poliasam polianionik mudah larut dalam air. Jika GIC tidak
dilindungi, maka ikatan silang ionik yang mudah laruttersebut akan
melemahkan GIC secara keseluruhan dan terjadi penurunan derajat
translusensi sehingga turut mempengaruhi estetika. 4
Pada fase hidrogel ini, GIC memiliki bentuk yang keras dan opak.
Opaksitastersebut disebabkan adanya perbedaan yang besar pada indeks
refraksi antarafiller kaca dan matriks. Opaksitas GIC ini sifatnya sementara
dan akan menghilang selama reaksi pengerasan akhir terjadi. Fase terakhir
adalah gel poligaram, yang terjadi ketika GIC mencapai pengerasan akhir,
dapat berlanjut selama beberapa bulan. Matriks yang terbentuk akan menjadi
mature ketika ion-ion aluminium, yang pelepasannya dari permukaan kaca
lebih lambat, terikat ke dalam campuran semen membantu membentuk
hidrogel poligaram yang menyebabkan semen menjadi lebih kaku. 2

15
Fase gel poligaram ini menyebabkan GIC terlihat lebih menyerupai
gigi, disebabkan indeks refraksi gel silika yang mengelilingi filler kaca
hampir sama dengan matriks. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya
penyebaran cahaya dan opaksitas. Jika GIC masih terlihat opak, maka hal
tersebut mengindikasikan bahwa gel poligaram tidak terbentuk disebabkan
karena adanya kontaminasi air. GIC yang telah mengeras secara sempurna
terdiri atas tiga komponen, yaitukaca pengisi, gel silika, dan matriks
poliasam. 2

Pertimbangan Klinis Penggunaan GIC


a) Pasien dengan risiko karies tinggi
Semen ionomer dengan viskositas tinggi digunakan dalam amanjemen
pasien yang risiko kariesnya tinggi karena sifat GIC adhesive,
ketahanan terhadap abrasi cukup baik, dan memiliki sifat mengeluarkan
fluor.8
b) Restorasi sementara darurat
Restorasi yang fraktur dapat distabilkan untuk sementara dengan
menggunakan GIC karena sifatnya yang adhesive yang bias memberi
retensi bahkan jika dukungan mekanisnya tidak ada. GIC digunakan
dalam menutup dentin yang terpajang agar pasien merasa nyaman tanpa
terlalu banyak membuang waktu.8

16
2. 2 Prosedur Pengadukan dan Aplikasi GIC
1. Ambil powder satu sendok takar dan letakkan diatas paper pad.
Botol liquid dipegang dengan posisi horizontal dan tahan
beberapa saat agar viskositas cairan masuk ke tip dan
gelembung udara hilang, Kemudian botol ditegakkan secara
vertikal, lalu teteskan liquid disamping powder.9

2. Bagi bubuk menjadi 2 bagian dengan porsi sama rata


menggunakan spatula. Cairan diletakkan di pad dan diaduk
dengan sebagian bubuk. 9

3. Jika bagian pertama sudah teraduk semua selama 10 detik,


Kemudian aduk bagian kedua. Aduk dengan cara melipat /
menggulung. 9

17
4. Adukan kedua sebaiknya selesai dalam waktu 15 detik. Jangan
menghabiskan waktu untuk mencoba karena campuran sudah
mulai set. Sebaiknya segera tumpatkan GIC pada saat adukan
masih mengkilap (glossy) dan lengket (slump). 9

5. Aplikasikan GIC menggunakan plastis filling instrument


kedalam kavitas dan untuk pembentukan anatomi dengan
burnisher (selama 3 menit). 9
6. Aplikasikan coco butter dengan cotton pellet pada permukaan
tumpatan setelah tahap finishing.9
7. Lakukan pemolesan 24 jam kemudian agar GIC setting dengan
sempurna.9

2. 3 Komposisi Indikasi, Manipulasi RMGIC


Resin-Modified Glass Ionomers (hybrid ionomer) merupakan bahan
tumpatan yang digunakan untuk restorasi pada area stres rendah (low stress-
bearing area) dan direkomendasikan untuk pasien dengan risiko karies
tinggi. Restorasi ini lebih estetik daripada glass ionomer dikarenakan
kandungan resinnya. Resin-Modified Glass Ionomers dipengaruhi oleh
asam-basa dan reaksi polimerisasi. Bahan tumpatan ini tersedia dalam
bentuk bubuk cair, pasta, kapsul, glass ionomer luting cement yang
dimodifikasi dengan resin dan diindikasikan untuk sementasi permanen
mahkota logam-keramik dan protesa tetap berupa inlay, onlay, serta
mahkota logam, cor, keramik inti berkekuatan tinggi, dan pemasangan
peralatan ortodontik.10

18
Gambar 1.1 A. Abrasi pada gigi premolar rahang bawah, B. Setelah
direstorasi dengan RMGIC. 10

Tabel 1.1 peringkat sifat dari ionomer hibrid dan ionomer kaca. 10

A. Komposisi RMGIC
Bubuk Resin-Modified Glass Ionomers (RMGIC) serupa
dengan bubuk ionomer kaca. Cairan tersebut mengandung
monomer, asam poliak, dan air. Ionomer kaca yang
dimodifikasi resin yang diatur oleh reaksi ionomer asam-basa
gabungan dan light cured polimerisasi resin dari 2-hidroksietil
metakrilat. Menempatkan bahan pengikat sebelum
memasukkan RMGIC merupakan kontraindikasi, karena
mengurangi serapan fluorida oleh dentin dan enamel. 10
Resin-Modified Glass Ionomers (RMGIC) lebih kompleks
daripada glass ionomer konvensional. Pada RMGIC dengan
bentuk sediaan bubuk (powder) dan cairan (liquid). Sediaan

19
bubuk mengandung partikel kaca fluoroaluminosilikat yang
komposisinya mirip dengan yang ditemukan pada glass ionomer
konvensional. Pada bubuk ditambahkan katalis untuk self-cure
polimerization (redoks). Sedangkan, cairan mengandung poli
(asam akrilat) yang dimodifikasi dengan gugus metakrilat
liontin menggantikan sebagian kecil radikal karboksilat, HEMA
(2-hidroksietil metakrilat), air, dan asam tartarat. HEMA
menggantikan sebagian air dan merupakan molekul kecil (berat
molekul: 130 g / mol) yang larut dalam air karena adanya gugus
hidroksil dalam strukturnya. Formulasi cairan lain mengandung
konsentrasi yang sama (masing-masing sekitar 25% -30%)
kopolimer poli (asam akrilat), HEMA, dan air, dan sejumlah
kecil resin dimetakrilat dengan viskositas rendah (seperti uretan
atau trietileneglikol dimetakrilat). Selain itu, terdapat inisiator
untuk polimerisasi light-cured pada cairan. 10
RMGIC dalam bentuk bahan sediaan pasta memiliki
komposisi tersendiri. Pada dasarnya, pasta mengandung partikel
kaca, HEMA, dan zat pendispersi. Air dan zat pereduksi dari
aktivasi penyembuhan sendiri mungkin ada, atau dimetakrilat
uretan. Beberapa pasta lainnya mengandung poli (asam akrilat)
yang dimodifikasi, air, zat pengoksidasi dari sistem aktivasi,
dan pengisi dan dapat menghadirkan HEMA atau monomer
dimetakrilat dengan viskositas tinggi, seperti Bis-GMA
(biphenol A glycidyl methacrylate).
B. Indikasi RMGIC
Indikasi dari penggunaan RMGIC antara lain adalah
restorasi bagi gigi sulung, restorasi kelas I kecil, restorasi kelas
III dan V, restorasi transisi, kegagalan pengisian dan undercut,
serta teknik laminasi dan sandwich.

20
C. Manipulasi RMGIC
Untuk ionomer hibrid yang dikemas dalam jumlah besar
sebagai cairan bubuk, manipulasinya sama seperti manipulasi
pada glass ionomer. Pencampuran mekanis kapsul dosis-unit
memberikan campuran merata dengan udara yang terperangkap
jauh lebih sedikit daripada spatulasi tangan. Rasio bubuk/cairan
yang optimal sangat penting untuk pemeliharaan sifat fisik
jangka panjang dan keberhasilan klinis restorasi. Tidak seperti
restorasi ionomer kaca, ionomer hibrid akan langsung set saat
di-light-curing dan dapat diselesaikan 5 hingga 10 menit setelah
set awal. Warna dapat dipertahankan dan tekstur permukaan
diperbaiki dengan menyelesaikan restorasi ionomer hibrid
dalam lingkungan basah (semprotan air atau pelumas yang larut
dalam air) dan kemudian dilapisi kembali dengan pernis
pelindung atau bahan pengikat. Glass ionomer sangat penting
dalam kedokteran gigi terutama untuk pasien yang menua
dengan insiden karies akar yang tinggi, pasien dengan
xerostomia dan aliran saliva yang berkurang, dan anak-anak
yang memiliki faktor risiko karies yang tinggi. 10

2. 4 Restorasi Sandwich
Resin komposit mempunyai keterbatasan dalam merestorasi kavitas
yang meluas ke dentin, karena dapat mengiritasi pulpa dan terbentuknya
celah mikro. Untuk menutupi keterbatasan ini, maka dipakailah semen
ionomer kaca sebagai basis, karena bahan ini memiliki biokompatibilitas
yang sangat baik antara struktur gigi dan semen. Berdasarkan kelebihan dan
kelemahan resin komposit dan semen glass ionomer, dikembangkanlah
suatu modifikasi tumpatan yang dikenal dengan nama restorasi sandwich.
Restorasi sandwich merupakan teknik restorasi yang menggunakan dua
bahan restorasi yang berbeda dalam satu restorasi seperti pemakaian glass

21
ionomer cement dan resin komposit ataupun glass ionomer cement dan
amalgam.2,13
A. Tujuan Restorasi Sandwich
Tujuan dari restorasi sandwich adalah untuk mendapatkan
fungsi estetis, pengunyahan, mencegah celah mikro serta
menambah kekuatan gigi. Fungsi estetis kita dapatkan dari
bahan resin komposit sebagai tumpatan karena resin komposit
memiliki translusensi yang lebih tinggi dibanding semen
ionomer kaca. Resin komposit selain memiliki niai estetis yang
sangat memuaskan juga dapat menerima tekanan kunyah yang
besar, untuk mencegah celah mikro, maka kita pakai semen
glass ionomer sebagai basis. Semen glass ionomer dapat
melepaskan fluor untuk mencegah terjadinya sekunder karies.
Dengan mendapatkan basis yang baik dan tumpatan yang tahan
terhadap fungsi pengunyahan maka akan menambah kakuatan
gigi.11,12
B. Prinsip Restorasi Sandwich
Prinsip design preparasi pada GIC kelas V:
1. Berbentuk ginjal, mengambil jaringan karies dalam sedikit
jaringan sehat.
2. Resistensi bentuk sesedikit mungkin jaringan yang sehat
sehingga restorasi dan Jaringan gigi yang Outline form masih
sehat sebagai penahan, dapat di dalam menahan tekanan kunyah
tanpa menimbulkan fraktur.
3. Retention fom Tanpa undercut karena restorasi GIC yang
melekat pada gigi oleh ikatan kimiawi yang timbul antara
material dan gigi yang dikondisikan. Tidak ada perlekatan
mekanik.
4. Penghapusan karies Karies tidak boleh tertinggal di dalam
kavitas karena jika terjadi kebocoran, bakteri yang tinggal di

22
dalam kavitas akan aktif dan dapat menimbulkan gejala sakit
dan masalah endodontik.
5. Finishing of the enamel wall Dinding enamel margin yang
halus dan rata agar mendapat kontak marginal serta adapatasi
tumpatan yang baik. Penghalusan dinding dan dasar kavitas
menggunakan finishing halus bur sampai halus dan rata. Pada
kunjungan berikutnya penghalusan akhir dapat dilakukan
dengan menggunakan batu putih, bur tungsten karbida, dan
karet abrasif dengan kecepatan rendah.
6. Bentuk kenyamanan membentuk kavitas sedemikian rupa
untuk memudahkan pengerjaan kavitas dan memasukkan bahan
ke dalam kavitas formulir kenyamanan dapat diperoleh dengan
cara:
1) Memperluas preparasi kavitas
2) Pemilihan alat yang dapat memudahkan pengerjaan
3) Pemasangan separator mekanis untuk retraksi gingiva
7. Tollet of the rongga Tindakan terakhir untuk membersihkan
kavitas dari puing-puing, Kavitas dibersihkan dengan air
hangat, menggunakan cavity cleanser atau aquadest.
C. Prosedur atau Tata Laksana Restorasi Sandwich
Prosedur penumpatan pada resorasi sandwich sangat
sederhana. Teknik preparasi pada semua kavitas sama
tergantung lokasi karies. Pada restorasi sandwich ini
dipergunakan prinsip preparasi minimal. Prosedur penumpatan
pada restorasi sandwich harus dilakukan dalam keadaan kering
agar didapat perlekatan resin komposit ke permukaan dentin
yang dilapisi glass ionomer.13
1. Preparasi dan Lining Kavitas dipreparasi, semua jaringan
karies dibuang dengan menggunakan bur diamond. Diamond
stone yang rata atau tungsten karbid bertujuan untuk
menyelesaikan tepi email. Linier kalsium hidroksida

23
digunakan hanya apabila terlihat keadaan dentin yang
hampir terbuka dengan perkiraan dentin yang menutupinya
hanya sekitar 1 mm atau kurang. Walaupun demikian, ia
tidak boleh menutupi daerah yang besar yang dapat
mengganggu bonding (ikatan) glass ionomer. Setelah kavitas
dipreparasi, kemudian tepi email dibevel.13
2. Perawatan Permukaan Setelah kavitas dibersihkan,
dikeringkan kemudian dioleskan kondisioner pada
permukaan kavitas ikatan semen ionomer kaca ke gigi dapat
diperkuat dengan menggunakan larutan yang mengandung
asam poliakrilik, asam tannik atau dodicin.13
3. Pemberian Semen Kavitas dibcrsihkan dan dikeringkan
(dalam kasus larutan ITS, hanya cairan yang berlebihan yang
harus diserap). Semen ionomer kaca diinjeksikan ke dalam
kavitas dan dibirakan menutupi tepi kavosurface.
Alternatifnya, pencampuran dengan tangan secara standard
dapat digunakan dan semen tersebut diaduk sampai
menyerupai plastik yang berkilau sebelum digunakan.
Warna semen harus dipilih agar sesuai dengan warna dentin.
Pengerasan semen yang dianjurkan adalah dalam waktu 5
menit. Dalam paper ini dicontohkan pada kavitas klas V.13
4. Preparasi Semen Tepi Email
Setelah mengeras selama 5 menit, semen yang berlebihan
dilepaskan dari tepi- tepi enamel dan dikamfer ke dinding
dentin. Semen ionomer kaca yang dimasukkan dan dikontur
sampai ke tepi dentin dan email. Explorer yang harus
digunakan untuk penghalusan terakhir tepi-tepi.
5. Pemberian Resin Bonding
Salah satu bonding rang dipakai adalah agen bonding resin
liquid dioleskan segera ke basis semen dan dinding-dinding
kavitas, harus hati-hati untuk memastikan bahwa lapisan

24
tersebut tipis. Sistem visible light cured dianjurkan karena
pengerasan yang cepat dari agen bonding adalah penting
untuk menjamin semen dan permukaan email tidak
terkontaminasi. Semen yang dikeluarkan dari dinding email
dengan stone diamond bulat yang kecil dan dikontur tepat
setingkat dengan tepi dentin.
6. Pemberian Resin Komposit
Tumpatan resin dimasukkan dan dikontur ke posisinya.
Bahan tersebut tidak boleh berlebihan, dan adaptasi yang
tepat dapat dicapai dengan pemakaian matriks plastik
bening.
7. Penyelesaian
Setelah disinari, restorasi tersebut diselesaikan dengan bur
diamond rata atau bur karbid. Pemolesan restorasi dapat
diselesaikan dengan menggunakan "cup polishing" karet
abrasif dan bubuk aluminium oxida yang halus.13

2. 5 Polyacid Modified Composite Resin (Compomer)


Kompomer adalah suatu komponen tunggal yang terdiri dari suatu
gabungan dari resin yang diaktifkan dengan sinar yakni monomer dimetakrilat
yang pada strukturnya terdapat molekul polikarboksilat dan suatu bahan pengisi
dengan komponen kaca yang mampu melepaskan ion-ion. Mekanisme
pengerasannya dengan penyinaran, selanjutnya dengan penyerapan udara dari
gigi dan rongga mulut, reaksi asam basa juga dapat berlangsung. Bahan ini
mulai banyak dipakai karena manipulasinya mudah dan sifat-sifatnya yang
menguntungkan. Kompomer mudah dilaksanakan jenis-jenis bahan tumpatan
lain, teknik yang sulit, penyinaran tanpa batas waktu yang cepat dan finishing
mudah. Perusahaan ini telah mampu mengatasi kekurangan generasi
sebelumnya yang mengurangi sensitivitasnya terhadap kelembaban,
meningkatkan kekuatan dan menambah estetisnya sehingga bahan ini menjadi
suatu alternatif baru dalam pemilihan bahan tumpatan.14

25
1. Komposisi Polyacid Modified Composite Resin (Compomer)
Komposisi Polyacid Modified Composite Resin
(Compomer) pertama kali dikenal pada tahun 1993, yang
diperkenalkan oleh Antonucci. Istilah polyacid modified
composite resin (PMCR) menurut Mc. Lean, Nicholson dan
wilson (1994) adalah bahan yang mungkin mengandung salah
satu atau kedua komponen esensial dari air mani ionormer kaca
tetapi dalam ukuran yang tidak mencukupi untuk menimbulkan
reaksi pengerasan asam basa tanpa penyinaran.to Secara umum
polyacid modified composite resin yang terdiri dari komponen
matriks dan bahan pengisi. Matriks dalam hal ini merupakan
kombinasi dari resin yang diaktifkan dengan sinar yaitu
monomer dimetakrilat yang pada strukturnya terdapat molekul
polikarboksilat dengan perbandingan antara karboksilat dengan
rantai karbon kira-kira 1: 8, sedangkan bahan pengisi adalah
kaca yang melepaskan ion-ion seperti pada ionomer kaca
konvensional . Bahan pengisi termasuk barium dan silikat kaca
reaktif (72% w / w). Dalam komposisi bahan ini tidak ada udara
yang terkandung, resin Banyaknya dan ionomer kaca yang
terkandung pada masing-masing sediaan resin komposit
polyacid yang dimodifikasi bervariasi pada tiap produk.
Compoglass didominasi oleh resin 70% dan ionomer kaca 30%
.478 Reaksi pengerasan awal terjadi komposit resin komposit,
dengan polimerisasi yang diaktivasi sinar pada monomer
kelompok metakrilat. Dengan penyerapan udara dari gigi dan
rongga mulut reaksi asam-basa antara rantai poliakid dari
matriks resin dan bahan pengisi ionomer kaca mengakibatkan
pelepasan fluorida dan ikatan silang lebih lanjut dari polimer
68.9,11,12 Bahan ini merupakan suatu komponen tunggal
dengan konsistensi seperti dempul yang dikemas sebagai suatu

26
bahan pengawet cahaya dempul dalam suatu syringe sekali
pakai.14
2. Indikasi Polyacid Modified Composite Resin (Compomer)
a) Restorasi servikal Berdasarkan Ferrari dkk (1998) yang
dinyatakan bahwa Compomer (Dyract dan Compoglass)
diaplikasikan dengan kombinasi sistem bonding enamel
memberikan kemampuan penyegelan yang lebih baik
pada servikal atau tepi insisal dari perawatan restorasi
kavitas klas V. Disamping itu, kehalusan permukaan
bahan ini sangat baik, transparansinya lebih tinggi serta
mampu melepaskan fluorida sehingga bahan ini cocok
dipakai sebagai bahan restorasi servikal klas V.14
b) Restorasi posterior gigi desidui Pada gigi desidui,
kekuatan sangat penting. Ikatan dengan dentin benar-
benar lebih penting dari ikatan enamel. Adanya
melangkah lebih tepat untuk mengkonpensasikan
penyusutan sewaktu proses polimerisasi. Pada
penelitian Peter dan Kolter (1994) tentang pemakaian
Compomer (Dyract) di okfusal gigi susu menunjukkan
pemakaian minimal 12 bulan termasuk penggunaan
sebagai bahan tumpatan untuk lesi Klas I dan II gigi
desidui. Dan lagi sifat rilis fluorida bahan ini
bermanfaat untuk digunakan pada tumpatan klas II yang
berbatasan dengan lesi white spot.14
c) Restorasi Klas II Mungkin seluruh bahan yang ada pada
saat ini dapat memenuhi syarat untuk restorasi kavitas
klas III. Namun Compomer merupakan pilihan utama
karena permukaannya yang halus.14

27
2. 6 Metal Reinforced Glass Ionomer
Semen ionomer kaca bertulang logam pertama kali diperkenalkan pada
tahun 1977, dalam upaya untuk memperkuat semen ionomer kaca, dan untuk
membuat mereka cukup radiopak juga. Paduan logam timah perak digabungkan
dengan bubuk kaca, menghasilkan perak paduan campuran, atau disinter dengan
kaca, menghasilkan bahan kaca cermet. Penambahan bubuk paduan amalgam
perak untuk bahan-bahan nasional meningkatkan sifat mekanik semen yang
berbeda dan memberikan radiopasitas. Selanjutnya, partikel perak berada
disinter ke kaca, dan sejumlah produk kemudian muncul di mana kandungan
paduan amalgam telah diperbaiki pada tingkat yang diklaim menghasilkan sifat
fisik dan mekanik yang optimal untuk cermet gelas. Semen cermet dibuat
dengan sintering logam dan bubuk kaca bersama-sama. Ikatan logam yang kuat
ke kaca tercapai. Gelas fluorosilikat kalsium aluminium yang dapat dicuci
adalah ion digunakan dalam pembuatan bubuk kaca dan sejumlah bubuk logam
dicoba termasuk paduan perak dan timah, perak murni, emas, titanium dan
paladium. Emas dan perak adalah bahan yang paling cocok. Semen cermet
sangat meningkatkan ketahanan terhadap abrasi jika dibandingkan dengan
semen ionomer kaca dan kekuatan lenturnya juga ditemukan lebih tinggi.
Namun, kekuatan mereka masih tidak cukup untuk mengganti paduan amalgam
dan penggunaannya harus dibatasi pada preparat rongga bantalan tegangan
rendah.15
Semen ini memiliki waktu pengerasan yang singkat. Mereka bisa selesai
lima menit setelah dimulainya pencampuran. Karena itu, mereka kurang
tembus cahaya. mereka hanya digunakan di area di mana estetika tidak menjadi
perhatian. Jenis ini memiliki sifat mekanik dan kimia yang lebih baik
dibandingkan dengan semen ionomer kaca konvensional, seperti kekuatan
tekan yang lebih tinggi dan ketahanan aus yang lebih baik. Resistensi patah
tulang ditemukan mirip dengan tipe yang tidak diperkuat [10]. Namun, produk
ini memiliki daya rekat yang buruk pada struktur gigi [11]. Juga, yang pertama
kali dirilis penurunan fluorida dalam jumlah yang cukup besar dari waktu ke
waktu dibandingkan dengan GIC konvensional, jumlah fluorida yang lebih

28
rendah dilepaskan dari cer- bertemu semen, karena sebagian dari partikel kaca
dilapisi logam.15
Sebuah studi klinis baru-baru ini menunjukkan bahwa cermet memiliki daya
tahan semen ionomer sebagai restoratif posterior lebih rendah daripada semen
ionomer kaca konvensional.15

29
BAB III
KESIMPULAN

Glass Ionomer Cements adalah bahan restorasi yang paling akhir


berkembang dan mempunyai sifat perlekatan yang baik. Semen ini melekat pada
enamel dan dentin melalui ikatan kimia. Kekurangan GIC jika dibandingkan
dengan bahan tumpatan lain adalah kurang estestik, sulit dipolish, dan mempunyai
sifat brittle.

Untuk memenuhi kebutuhan klinis akan tumpatan yang baik, bisa di dapat
dari restorasi sandwich yang merupakan kombinasi dari semen ionomer kaca
sebagai basis dengan komposit sebagai tumpatannya, dengan tujuan untuk fungsi
pengunyahan, estetis, mencegah celah mikro serta meningkatkan kekuatan gigi
restorasi sandwich yang baik dipergunakan bahan-bahan: resin komposit, bonding
dan semen ionomer kaca. Tata laksana restorasi sandwich yaitu preparasi dan
lining, perawatan permukaan, pemberian semen, preparasi semen tepi email,
pemberian resin bfonding, pemberian komposit mikrofine, penyelesaian. Prinsip
restorasi sandwich menggunakan prinsip design preparasi pada GIC kelas V.

Polyacid Modified Composite Resin (Compomer) adalah suatu komponen


tunggal yang terdiri dari suatu gabungan dari resin yang diaktifkan dengan sinar
yakni monomer dimetakrilat yang pada strukturnya terdapat molekul
polikarboksilat dan suatu bahan pengisi dengan komponen kaca yang mampu
melepaskan ion-ion. Terdapat komposisi dan indikasi.

Metal reinforced glass ionomer, semen ionomer kaca bertulang logam


pertama kali diperkenalkan pada tahun 1977, dalam upaya untuk memperkuat
semen ionomer kaca, dan untuk membuat mereka cukup radiopak juga. Paduan
logam timah perak digabungkan dengan bubuk kaca, menghasilkan perak paduan
campuran, atau disinter dengan kaca, menghasilkan bahan kaca cermet.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Robert G., John M. Powers. 2002. Restorative Dental Materials : 11 th


edition. Missouri : Mosby Inc.
2. Anusavice KJ. Philips’ science of dental materials. 12th ed.Missouri:
Elsevier, 2013: 327
3. Powers, JM., Wataha, JC. 2008. Dental Materials: Properties and
Manipulation 9th edition. Missouri : Mosby.
4. Craig, Robert G., Powers, John M., Wataha, John C. 2004. Dental Materials
Properties and Manipulation 9th Edition. Mosby Elsevier, Missouri.
5. McCabe, John F., Walls, Angus W. 2008. Applied Dental Materials 9th
Edition. Blackwell Publishing, Oxford.
6. Gladwin, Marcia A, Bagby, Michael D. 2009. Clinical Aspects of Dental
Materials 3rd Edition.
7. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.Van Noort, Richard. 2007.
Introduction to Dental Materials 3rd Ed. China : Mosby, Elsevier.
8. Nisha G, Amit G. 2015. Konservasi Gigi. Edisi 3. Alih bahasa. Mirza A,
Indrya K, Citra K. Jakarta: EGC. Hal: 450-455
9. Mount GJ, An Atlas of Glass Ionomer Cement: a clinician’s guide. 3rd ed.
London: Martin Dunit; 2002: 9-13.
10. Sakaguchi R, Powers J. Craig's restorative Dental Daterials. 13th ed.
Philadelphia: Elsevier Mosby; 2012: 153-155, 189-190, 341-342.
11. Shortall AC. Marginal Seal of Class V Composite/Glass Ionomer Sandwich
Restotrative. Resine: JADA,1987: 167-172
12. Mc, Lean J.W. dan Wilson AD. The Clinical Development of the Glass
Ionomer Cement, It Some Clinical Aplication. Aust: Dent J, 1977: 120
13. J.W. Mc Lean. The Use of Glass-Ionomer Cements in Bonding Composite
Resins to Dentine. Br Dent, 1985: 158, 410
14. Dona IS. Bahan Restorasi Compomer. Medan: FKG-USU, 2002: 4,16.
Diakses 11 Juli 2008 pada laman:
(http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/84320)

31
15. Kilpatrick NM., et al. “The use of a reinforced glass-ionomer cermet for the
restoration of primary molars: a clinical trial”. British Dental Journal 179.5
(1995): 175-179

32

Anda mungkin juga menyukai