DISUSUN OLEH
FITRI SYAHRINA
1811111320020
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
1.1 Latar Belakang ................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................1
1.3 Tujuan Praktikum.............................................................................2
1.4 Manfaat Praktikum...........................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................3
2.1 Definisi GIC.....................................................................................3
2.2 Komposisi GIC.................................................................................3
2.3 Sifat GIC...........................................................................................3
2.3.1 Sifat Biologi ............................................................................3
2.3.2 Sifat Fisik.................................................................................4
2.3.3 Sifat Mekanik..........................................................................4
2.4 Klasifikasi GIC.................................................................................4
2.6 Reaksi Pengerasan GIC....................................................................6
BAB III METODE PRAKTIKUM...........................................................7
3.1 Bahan ...............................................................................................7
3.2 Alat...................................................................................................7
3.3 Cara Kerja.........................................................................................7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................11
4.1 Hasil Pengamatan..........................................................................11
4.2 Analisis Hasil Pengamatan............................................................11
4.3 Pembahasan...................................................................................12
BAB V PENUTUP....................................................................................14
5.1 Kesimpulan.....................................................................................14
5.2 Saran...............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
BAB I
3
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wilson dan Kent memperkenalkan Glass ionomer kaca (GIC) untuk
pertama kalinya pada tahun 1972 sebagai bahan restorasi gigi. Bahan ini
terdiri atas bubuk dan liquid: bubuknya ialah bubuk kaca fluoroaluminosilikat
dan liquidnya berupa asam polialkenoat. Bahan ini adalah hibrida antara
semen silikat dan semen polikarboksilat. Terdapat beberapa klasifikasi dari
GIC, tetapi susunan untuk semua kategori tidak berbeda dan perbedaannya
ialah pada rasio antara bubuk-liquid serta ukuran partikel yang di sesuaikan
dengan fungsinya. Kelebihan GIC dibandingkan dengan material restorasi lain
ialah kemampuan beradhesi dengan permukaan gigi secara kimia, melepaskan
fluor dan biokompatibel (Nagaraja UP, et al 2005)
Glass Ionomer ialah nama generik dari sekelompok bahan yang
menggunakan bubuk kaca silikat dan larutan asam poliakrilat. Bahan ini
mendapatkan namanya dari formulanya yaitu bubuk kaca dan asam ionomer
yang mengandung gugus karboksil. Juga dapat disebut asam polialkenoat.
Penggunaan semen ionomer kaca telah meluas yaitu sebagai bahan perekat,
pelapik, bahan restoratif untuk restorasi konservatif kelas I dan II, sebagai
penutup pit and fissure. Meskipun demikian, GIC tidak disarankan untuk
restorasi kelas II dan IV karena formulanya masih kurang kuat dan lebih peka
terhadap keausan penggunaan jika dibandingkan dengan komposit
( Anusavice, 2013; Nagaraja UP, et al 2005)
Salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh material yang digunakan pada
tubuh manusia adalah bersifat biokompatibel. biokompabilitas SIK sebagai
bahan restorasi sudah tidak diragukan lagi dan walaupun toksisitasnya masih
kontroversi, namun bahan ini terus dikembangkan baik dalam komposisi
komponen maupun indikasi penggunaannya. Kini, selain sebagai bahan
restorasi, SIK juga digunakan penutup apeks, penutup perforasi, atau pada
perawatan pulp capping (Mitra S, 2005; Nagaraja UP, et al 2005)
BAB II
5
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Glass Ionomer Cement
Glass ionomr cement atau semen ionomer kaca merupakan bahan restorasi
yang sering digunakan oleh dokter gigi dan terus menerus dikembangkan. GIC
memiliki kemampuan berikatan secara fisikokimiawi baik pada email maupun
dentin. GIC merupakan salah satu bahan restorasi yang sering dipakai karna
material ini dianggap paling biokompatibel (Noort, 2007)
7
b. Type II – Restorasi
Karena sifat perekatnya, kerapuhan dan estetika yang cukup memuaskan,
GIC juga digunakan untuk mengembalikan struktur gigi yang hilang
seperti abrasi servikal
c. Type III – Liners and Bases
Pada teknik sandwich, GIC dilibatkan sebagai pengganti dentin, dan
komposit sebagai pengganti enamel. Bahan-bahan lining dipersiapkan
dengan cepat untuk kemudian menjadi reseptor bonding pada resin
komposit (kelebihan air pada matriks GIC dibersihkan agar dapat
memberikan kekasaran mikroskopis yang nantinya akan ditempatkan oleh
resin sebagi pengganti enamel.
d. Type IV – Fissure Sealants
Tipe IV GIC dapat digunakan juga sebagai fissure sealant. Pencampuran
bahan dengan konsistensi cair, memungkinkan bahan mengalir ke lubang
dan celah gigi posterior yang sempit.
e. Type V - Orthodontic Cement
GIC memiliki ikatan langsung ke jaringan gigi oleh interaksi ion
Polyacrylate dan kristal hidroksiapatit, dengan demikian dapat
menghindari etsa asam. Selain itu, GIC memiliki efek antikariogenik
karena kemampuannya melepas fluor. Bukti dari tinjauan sistematis uji
klinis menunjukkan tidak adanya perbedaan dalam tingkat kegagalan
braket Ortodonti antara resin modifikasi GIC dan resin adhesif
f. Type VI – Core build up
Beberapa dokter gigi menggunakan GIC sebagai inti (core), mengingat
kemudahan GIC dalam jelas penempatan, adhesi, fluor yang dihasilkan,
dan baik dalam koefisienekspansi termal. Banyak yang menganggap GIC
tidak cukup kuat untuk menopang inti (core). Maka disarankan bahwa gigi
harus punya minimal dua dinding utuh jika menggunakan GIC
g. Type VII - Fluoride releasing
GIC konvensional menghasilkan fluorida lima kali lebih banyak daripada
kompomer dan 21 kali lebih banyak dari resin komposit dalam waktu 12
bulan. Jumlah fluorida yang dihasilkan, selama 24 jam periode satu tahun
setelah pengobatan, adalah lima sampai enam kali lebih tinggi dari
kompomer atau komposit yang mengandung fluor
h. Type VIII - ART (atraumatic restorative technique)
ART adalah metode manajemen karies yang dikembangkan untuk
digunakan dinegara-negara dimana tenaga terampil gigi dan fasilitas
terbatas namun kebutuhan penduduk tinggi. Ketika karies
dibersihkan,rongga yang tersisa direstorasi dengan menggunakan GIC
viskositas tinggi. GIC memberikan kekuatan beban fungsional
i. Type IX - Deciduous teeth restoration
.Pada awal tahun 1977, disarankan bahwa glass ionomer cement dapat
memberikan keuntungan restoratif bahan dalam gigi susu karena
kemampuan GIC untuk melepaskan fluor dan untuk menggantikan
jaringan keras gigi, serta memerlukan waktu yang cepat dalam mengisi
kavitas
(Anusavice, 2013; Craig, et al 2004; Powers JM, et al 2008)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
9
3.1 Bahan
a. Bubuk dan cairan glass ionomer tipe II
3.2 Alat
a. Pengaduk plastic
b. Paper pad
c. Celluloid strip
d. Lempeng kaca
g. Sonde
11
c. Bubuk ditimbang dan beratnya dicatat, lalu diletakkan diatas paper pad.
d. Memegang botol cairan secara vertikal dan diteteskan tanpa ditekan di atas
paper pad.
e. Waktu awal pencampuran dicatat menggunakan stopwatch. Bubuk dibagi
menjadi dua bagian. Bagian pertama dicampur dengan cairan selama 5
detik, kemudian ditambahkan bubuk bagian kedua dan diaduk dengan
gerakan melipat kurang lebih selama 10 detik sampai homogen. Total
waktu pencampuran adalah 20 detik.
f. Spatula letaknya dimiring dengan sudut 45 derajat terhadap glass lab dan
ambil adonan semen, tarik ke atas, maka semen akan ikut terangkat ke atas
(tanpa jatuh), konsistensi adonan tersebut merupakan konsistensi untuk
luting (penyemenan).
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
No Rasio
Konsistensi Setting Time
. Powder : Liquid
1. 1:1 Normal 4 menit 39 detik
2. 2:1 Kental 3 menit 50 detik
3. 1:2 Encer 6 menit 11 detik
4.3 Pembahasan
Hal-hal yang dapat mempengaruhi setting time diantaranya adalah:
1. Suhu.
Setting dapat diperlambat dengan melakukan pencampuran pada lempeng
yang dingin, tetapi teknik ini akan berpengaruh pada kekuatannya
(Sakaguchi RL, et al 2012)
2. Rasio bubuk: cairan.
Penurunan rasio akan berakibat buruk pada sifat semen yang sudah
mengeras dan kerentanannya terhadap degradasi di dalam rongga mulut.
Semakin sedikit jumlah bubuk yang digunakan maka setting time akan
semakin lambat (Anusavice, 2013)
3. Varnish.
Bahan harus dilindungi dari kontaminasi kelembaban selama satu jam
terlebih dulu, jika tidak kekuatan dan kelarutan cenderung dipengaruhi.
Oleh karena itu perlu untuk memberikan varnish pada permukaan filling
segera setelah pengerasan awal. Varrnish yang digunakan terdiri dari resin
tahan air terlarut dalam pelarut yang mudah menguap seperti eter atau etil
asetat. Varnish ini diharapkan mampu perlindungan pada kaca ionomer
untuk variasi waktu, dari beberapa detik hingga satu jam atau lebih
tergantung pada secepat apa dia terlepas. (McCabe, et al 2008)
4. Waktu
15
Pada paper pad yang sudah diletakkan powder dan liquid secepatnya
dilakukan pencampuran. Apabila didiamkan dibiarkan pada udara terbuka
cukup lama maka akan berpengaruh pada keseimbangan liquid berupa
asam poliakrilat dan air di dalamnya, sehingga mempengaruhi setting time
(Craig, 2004)
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam percobaan praktikum ini dapat disimpulkan, glass ionomer
cement terdiri dari bubuk dan cairan. Manipulasi GIC dilakukan dengan
cara mencampurkan bubuk dan cairan dengan rasio yang sudah ditentukan.
Pencampuran tersebut dilakukan dengan gerakan melipat serta diberi
sedikit penekanan. Setting time merupakan waktu sejak awal pencampuran
hingga bahan tersebut setting. Setting dapat ditentukan dengan
menusukkan sonde pada bahan tersebut. Apabila, sudah tidak ada bahan
yang tersisa disonde tersebut maka bahan tersebut sudah setting. Pada
percoban ini, terdapat perbedaan rasio bubuk dan cairan yang digunakan
pada manipulasi GIC. GIC dengan lebih sedikit bubuk cenderung waktu
settingnya lebih lama, sedangkan dengan jumlah bubuk yang lebih banyak
maka waktu setting pun lebih cepat.
5.2 Saran
Melalui penyusunan makalah ini diharapkan mahasiswa lebih
mengerti mengenai semen ionomer kaca, yangs terdiri dari komposisi,
sifat serta mekanisme setting dan faktor-faktor yang mempengaruhi waktu
setting. Mahasiswa juga diharapkan memahami serta mampu dalam
memanipulasi semen ionomer kaca.
DAFTAR PUSTAKA
17
Anusavice KJ. 2013. Philips Buku Ajar Ilmu Kedokteran Gigi. Ed. 10.
Jakarta: EGC.
Craig, Robert G., Powers, John M., Wataha, John C. 2004. Dental Materials
Properties and Manipulation. 9th Edition. Missouri: Mosby.
Hatrick CD, Eakle WS, Bird WF. 2011. Dental Materials Clinical
Application for Dental Assistants and Dental Hygienists. 2nd Ed. Missouri:
Saunders.
McCabe, JF and Angus W.G. Walls. 2008. Applied dental materials, 9th
ed.Singapore : Blackwell
Sakaguchi RL, Powers JM. 2012. Craig’s Restorative Dental Material. 13th
Ed. United State: Mosby.
Van Noort R. 2007. Introduction Dental Materials. 3th Ed. St. Louis:
Mosby.
19