Anda di halaman 1dari 10

PERAWATAN KELAS I KOMPOMER PADA GIGI SULUNG

Yurika (090600033) Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara Jalan Alumni No.2, Medan 20155

Pendahuluan
Selama beberapa tahun belakangan ini, dental amalgam telah menjadi bahan restorasi utama karena tahan lama, mudah dibentuk dan relatif murah. Namun, para ahli telah mulai meningkatkan perhatian mereka akan zat toksik berupa merkuri yang terkandung dalam amalgam dan pengaruhnya bagi kesehatan dan lingkungan. Hal ini menyebabkan usaha untuk menemukan atau mengembangkan bahan alternatif lain sebagai pengganti amalgam semakin tinggi, salah satunya adalah kompomer.3 Kompomer adalah salah satu material baru yang dikembangkan dan diperkenalkan oleh para ahli pada awal 1990-an. Kompomer mengandung bahan utama komposit (resin) dan glass ionomer (polyalkanoic acid and glass filler) kecuali air. Kompomer menggabungkan keunggulan sifat dari kedua bahan restorasi ini, dimana resin komposit dapat memberikan nilai estetis yang baik, sedangkan glass ionomer dapat mengeluarkan fluor sebagai antikariogenik.3,9 Kompomer merupakan pilihan restorasi yang tepat untuk merestorasi gigi anterior dan posterior sulung karena konduktivitas termisnya yang relatif rendah, dapat mempertahankan struktur gigi dalam preparasi kavitas, kuat, ekonomis, dan memiliki estetis yang baik.2 Selain itu, karena kompomer mengandung dua monomer asam dan dan glass ionomer yang dapat mengabsorpsi air, dia dapat memicu reaksi yang bisa melepaskan fluor dan bisa menetralkan lingkungan rongga mulut yang asam. Banyak peneliti yang mengamati kompomer dan telah disimpulkan bahwa kompomer dapat beradaptasi dengan baik pada gigi anak-anak dan memiliki teknik penanganan yang sederhana sehingga sangat berguna dalam kedokteran gigi anak.4,5 Kompomer dapat digunakan pada kavitas klas I desidui, klas II desidui, klas III dan IV, serta pit dan fissure sealant. Penggunaan kompomer terutama pada restorasi klas III dan V.1,6 Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menguraikan komposisi, sifat-sifat, mekanisme pengerasan, indikasi dan kontraindikasi kompomer, perawatan klas I kompomer pada gigi sulung, serta kelebihan dan kekurangan dari kompomer.

Komposisi, mekanisme pengerasan dan sifat kompomer


Kompomer yang disebut juga sebagai polyacid-modified composite resin, adalah bahan material yang estetis untuk merestorasi gigi yang rusak diakibatkan oleh karies. Kompomer diperkenalkan oleh para ahli pada awal tahun 90-an, yang merupakan suatu bahan restorasi baru yang mengombinasikan keestetisan tradisional komposit resin dengan GIC yang dapat mengeluarkan fluor dan memiliki sifat adhesi yang baik. Nama compomer diambil dari dua bahan ini, yaitu comp berasal dari composite dan omer berasal dari ionomer.9 Kompomer dipasarkan sebagai bahan dental baru yang akan memberikan manfaat gabungan dua unsur pembentuk utama, yaitu dimethacrylate monomer dengan dua kelompok carboxylic dan filler, sama dengan semen ionomer kaca yang dapat melepaskan ion. Komposisi dari bahan ini tidak mengandung air, dan partikel yang dapat melepaskan ion akan terinisiasi sebagian untuk membentuk suatu ikatan dengan matriks. Bahan ini akan mengeras oleh radikal bebas dari reaksi polimerisasi, tidak memiliki kemampuan untuk melekat pada jaringan gigi yang keras dan mempunyai level pengeluaran fluor yang lebih rendah dari GIC. Walaupun rendah, pernah dilaporkan bahwa pengeluaran fluor dapat bertahan paling tidak dalam 300 hari.10 Komponen utama dari kompomer sama dengan resin komposit, yaitu bulky macromonomers, seperti bisglycidyl ether dimethacrylate (bisGMA) dan urethane dimethacrylate (UDMA) yang dipadukan dengan viscosity-reducing diluents, seperti triethylene glycol dimethacrylate (TEGDMA). Sistem polimer ini diisi oleh serbuk inorganik non reaktif seperti quartz atau silicate glass (0,04 m), misalnya SrAlFSiO4 yang dilapisi silane untuk meningkatkan kekuatan ikatan antara filler (bahan pengisi) dan matriks pada saat pengerasan.9 Polyacid modified composite resin mengeras dengan aktivasi sinar pada matriks resin komposit. Tanpa penyinaran, bahan ini tidak akan mengeras (monomer-monomer tidak mengalami polimerisasi). Pengerasan berdasarkan polimerisasi sinar ini dimulai dengan terbentuknya radikal bebas. Kemudian dengan penyerapan air dari gigi dan rongga mulut dapat juga menyebabkan reaksi asam basa antara rantai poliacid dari matriks resin dengan bahan pengisi, yang menimbulkan pelepasan fluor dan ikatan silang polimer lebih lanjut. Namun reaksi asam basa ini kecil sekali kontribusinya pada kemampuan fisik bahan. Polyacid modified composite resin, mengalami reaksi asam basa yang berlangsung cepat pada permukaan paling luar tumpatan. Tingkat reaksi asam basa yang diawali penyerapan air pada permukaan ini

menurun dengan cepat ke arah dalam tumpatan. Hal ini menunjukkan bahwa bahan pengisi berikatan secara kimia dengan matriks melalui reaksi asam basa hanya terjadi pada permukaan luar saja.5,10,11 Sifat-sifat kompomer terdiri dari sifat mekanis, pelepasan fluor, pelepasan ion dan sebagai penyeimbang asam basa (buffering). 1. Sifat-sifat mekanis Secara umum, sifat-sifat mekanis kompomer tidak jauh berbeda dari sifat-sifat komposit resin. Perbedaan keduanya yang paling signifikan adalah dalam hal ketahanan terhadap tekanan. Untuk mendapatkan kekuatan pengunyahan yang besar dalam rongga mulut, suatu bahan pengisi yang dipakai dalam jangka waktu panjang membutuhkan compressive strength. Compressive strength adalah kemampuan bahan untuk menahan suatu beban tanpa terjadi fraktur. Kekuatan resin komposit dalam menerima tekanan kunyah berkisar 1,75-1,92 MPa dan kompomer berkisar 0,97-1,23 MPa. Oleh karena terjadinya penurunan resistensi terhadap terjadinya fraktur, kompomer seharusnya tidak digunakan pada daerah yang menerima beban yang besar.9 2. Pelepasan fluor Kompomer didesain untuk melepaskan fluor. Flour terdapat pada reactive glass filler, dan akan dilepaskan apabila terjadi reaksi antara glass filler dengan bahan asam yang dipicu oleh adanya penyerapan air (lembab) ke dalam.Selain itu, kompomer komersial mengandung senyawa fluorida seperti fluorida stronsium atau fluorida ytterbium yang mampu melepaskan ion fluorida bebas di bawah kondisi klinis.Fluor akan dilepaskan apabila terjadi peningkatan kondisi lingkungan yang asam dan sebagai penyeimbang (buffer) bagi asam laktat. Beberapa peneliti percaya bahwa kompomer mampu bertindak sebagai reservoir fluorida dengan mengabsorpsi fluorida dari lingkungannya, seperti pada waktu aplikasi fluorida topikal, dan dengan cara ini bahan ini dapat mengisi persediaan fluorida.9 3. Pelepasan ion Pelepasan ion oleh kompomer telah diteliti oleh Sales dkk, dan Nicholson dan Czarnecka. Kedua penelitian ini membandingkan antara kondisi lingkungan yang netral dan asam, dan keduanya menyimpulkan bahwa pengeluaran/pelepasan ion jauh lebih besar apabila kondisi lingkungan asam daripada netral. Penelitian dari Nicholson dan Czarnecka menyatakan bahwa kompomer melepaskan sodium, kalsium, stronsium, aluminium, fosfor dan silikon

dalam kondisi lingkungan baik asam maupun netral, di mana yang membedakannya adalah kadar pelepasan masing-masing ionnya, pada kondisi lingkungan yang asam, ion-ion ini akan lebih banyak dilepaskan daripada ketika kondisi lingkungan netral.9 4. Penyeimbang asam basa (buffering) Kompomer memiliki sifat buffering yang dapat mengubah pH asam menjadi pH netral. Sifat ini dimiliki oleh glass ionomer cements, tapi tidak dimiliki oleh komposit konvensional. pH asam dari kompomer lebih kecil sehingga dapat mengurangi asiditas terhadap asam yang menyebabkan karies agar risiko perkembangan karies dapat dikurangi. Dalam suatu penelitian digunakan empat merek dagang kompomer seperti Dyract AP, Compoglass F, Hytac dan Ana Compomer, semuanya membuktikan meningkatnya pH kompomer sebesar 0,26 pada daerah lembab untuk memicu reaksi asam basa antara filler dan monomer.9

Indikasi dan kontraindikasi kompomer


6

Indikasi penggunaan kompomer , yaitu:

- kelas I desidui - kelas II desidui - kelas III - kelas V, untuk restorasi servikal dan karies akar karena daya tahan terhadap abrasi lebih bagus daripada resin komposit hybrid. - pit dan fissure sealant
6,12

Kontraindikasi penggunaan kompomer, yaitu:

- Klas I, Klas II, Klas IV, Klas VI - Jika pasien mempunyai riwayat alergi terhadap satu atau lebih bahan restorasi resin, termasuk sistem adhesive. - Preparasi proksimal yang terlalu besar pada gigi molar permanen.

- Pada tempat/lokasi dimana lapangan kerja tidak bisa diisolasi, seperti preparasi bagian distal dari gigi molar 3. - Restorasi lesi karies di bagian akar, dimana daerah tersebut lebih cocok menggunakan glass ionomer cements. - Pada kotak interproksimal yang dalam, karena peningkatan jarak dari sumber cahaya.

Perawatan klas I kompomer pada gigi sulung


Preparasi kavitas:
13

Metode preparasi kavitas klas I kompomer pada gigi sulung sebenarnya sama dengan preparasi

kavitas klas I resin komposit pada gigi sulung. 1. Tentukan outline form untuk mendapatkan retensi mekanis antara tambalan dengan gigi. 2. Dapatkan akses ke jaringan gigi yang karies menggunakan bur bulat dengan kecepatan rendah. Tidak perlu melakukan preparasi bentuk box dengan sudut-sudut yang tajam (sharp internal line angles) seperti pada preparasi amalgam. 3. Kavitas diperdalam dengan memasukkan bur perlahan-lahan sehingga kedalaman kavitas yang tercapai sekitar 0,5 1 mm. 4. Kavitas diperluas dengan menggunakan bur silindris.
7,8,13

Pengisian/penumpatan kompomer:

1. Setelah selesai dipreparasi, bersihkan permukaan gigi dengan pumice dan air untuk meningkatkan adhesi, kemudian keringkan sampai lembab, jangan overdrying. 2. Aplikasikan liner yang sesuai sebagai basis untuk menggantikan dentin apabila preparasi yang dilakukan mencapai dentin yang dalam. Liner yang digunakan bisa berupa resinmodified glass ionomer. 3. Aplikasikan self-etching resin bonding system (seperti Prompt L-Pop, 3M ESPE, St. Paul, Minn) untuk melekatkan compomer pada enamel gigi dan liner.

4. Bahan kompomer yang sudah tersedia dalam bentuk pasta injeksi disemprotkan/diinjeksikan ke dalam kavitas. Pada kavitas yang besar, penambalan dilakukan selapis demi selapis 5. Pada setiap lapisan kompomer yang kita tumpatkan ke dalam kavitas, di light cure selama 30 detik. 6. Gunakan bur bulat besar dengan kecepatan rendah untuk membuang kelebihan kompomer dan untuk membentuk permukaan oklusal dari gigi yang dipreparasi. 7. Lakukan pemeriksaan oklusi sentrik maupun dinamis dengan menggunakan kertas artikulasi. 8. Polishing pada tumpatan kompomer dapat dilakukan dengan menggunakan white stone, lanjutkan dengan menggunakan metal strips atau linen strips (biasa untuk tumpatan klas II dan IV), kemudian terakhir menggunakan brush yang halus. 9. Terakhir, boleh aplikasikan fissure sealant untuk melindungi permukaan oklusal yang mudah karies (mencegah terjadinya karies sekunder akibat microleakage).

Kelebihan dan kekurangan kompomer


6,12

Kompomer dan resin komposit memiliki kelebihan yang sama. Yang membedakannya

adalah kompomer mampu melepaskan fluor dan memiliki teknik penanganan yang lebih sederhana daripada resin komposit. Telah dibuktikan dari waktu ke waktu bahwa kompomer mampu melekat ke struktur dentin gigi tanpa memerlukan sistem adhesif. Adapun kelebihan lain dari kompomer adalah sebagai berikut: - Light cure membuat bahan tumpatan menjadi cepat mengeras sehingga bisa segera dilakukan finishing dan polishing.

- Apabila restorasinya sudah ditumpatkan dengan benar ke dalam kavitas gigi, maka akan mencegah terjadinya celah tepi (marginal leakage), yang akan menyebabkan terjadinya staining, hipersensitivitas dentin, dan sekunder karies. - Sistem light cure memungkinkan kita untuk dapat menambah bahan restorasi yang baru walaupun bahan restorasi yang semula telah mengeras. Ini sangat menguntungkan para dokter gigi karena apabila kompomer yang kita tumpatkan ternyata kurang, kita bisa memperbaiki restorasi tersebut dengan menambah kompomer di kavitas tersebut di lain waktu. - Warnanya estetis (sewarna dengan gigi) serta mudah diaplikasikan (dikemas dalam satu komponen berbentuk pasta). - Pembuangan jaringan tidak invasif.
12

Adapun kekurangan daripada kompomer adalah sebagai berikut:

- Dapat terjadi polimerisasi shrinkage sekitar 2-3% yang akan menyebabkan adaptasi marginal antara gigi dan bahan restorasi menjadi buruk sehingga mempermudah terjadinya fraktur dari cusp gigi. Hal ini dapat dikompensasi apabila tindakan restorasi dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada. - Ikatan (bonding) terhadap dentin bisa jadi bermasalah, terutama pada preparasi di daerah marginal, contohnya pada dasar kavitas/box yang berada di bawah cemento-enamel junction (CEJ) pada preparasi proksimal. - Penggantian cusps gigi yang hilang pada preparasi yang besar di gigi posterior telah dianggap tidak sesuai apabila menggunakan kompomer yang ditumpatkan secara langsung. - Absorpsi air akan menyebabkan terjadinya diskolorisasi (staining) pada daerah permukaan dan marginal dari tumpatan setelah beberapa tahun. - Pasien dan operator sensitif terhadap komponen dari adhesif resin, khususnya

hydroxyethylmethacrylate (HEMA). - Sulit untuk melakukan diagnosa dan interpretasi restorasi kompomer apabila ditinjau dari segi radiografi.

Kesimpulan
Kompomer yang disebut juga sebagai polyacid-modified composite resin yang merupakan suatu bahan restorasi baru yang mengombinasikan keestetisan tradisional komposit resin dengan GIC yang dapat mengeluarkan fluor dan memiliki sifat adhesi yang baik. Polyacid modified composite resin mengeras dengan aktivasi sinar pada matriks resin komposit. Tanpa penyinaran, bahan ini tidak akan mengeras (monomer-monomer tidak mengalami polimerisasi). Kekuatan kompomer dalam menerima tekanan kunyah adalah berkisar 0,97-1,23 MPa. Oleh karena itu, kompomer seharusnya tidak digunakan pada daerah yang menerima beban yang besar. Kompomer didesain untuk melepaskan flour, fluor akan dilepaskan apabila terjadi peningkatan kondisi lingkungan yang asam dan sebagai penyeimbang (buffer) bagi asam laktat. Beberapa peneliti percaya bahwa kompomer mampu bertindak sebagai reservoir fluorida dengan mengabsorpsi fluorida dari lingkungannya. Selain itu,kompomer juga mampu melepaskan ion yang jauh lebih besar pada kondisi lingkungan yang asam dan mampu bertindak sebagai buffering untuk mengubah pH asam menjadi pH netral. Kompomer diindikasikan untuk kelas I dan II desidui, kelas III, kelas V, serta pit dan fissure sealant, sedangkan kontra indikasinya adalah untuk kelas I, II, IV, dan VI. Sebelum melakukan preparasi kavitas kelas I kompomer gigi sulung, harus ditentukan terlebih dahulu outline formnya, kemudian akses jaringan karies menggunakan bur bulat dengan kecepatan rendah, perdalam kavitas sekitar 0,5-1 mm, lalu perluas kavitas dengan menggunakan bur silindris. Setelah selesai dipreparasi, bersihkan kavitas dengan menggunakan air atau pumice dan keringkan sampai lembab. Kemudian aplikasikan liner yang sesuai dan self etching resin bonding system. Injeksikan kompomer ke dalam kavitas lalu light cure setiap lapisan selama 30 detik, gunakan bur bulat besar untuk membuang kelebihan kompomer, lalu periksa oklusi gigi dengan menggunakan kertas artikulasi. Lakukan polishing dengan menggunakan white stone dan brush yang halus. Adapun beberapa kelebihan daripada kompomer adalah dapat melepaskan fluor, memiliki warna yang estetis dengan gigi serta memiliki teknik penanganan yang sederhana sehingga sangat cocok untuk kedokteran gigi anak, sedangkan kekurangan dari kompomer

adalah dapat terjadi polimerisasi shrinkage sekitar 2-3%, absorpsi air akan menyebabkan terjadinya diskolorisasi pada permukaan dan marginal dari tumpatan setelah beberapa tahun, dan serta sulit untuk melakukan diagnosa dan interpretasi bila ditinjau dari segi radiografi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Hatrick CD, Eakle WS, Bird WF. Dental materials: clinical applications for dental assistants and dental hygienists.2nd Ed. America: Saunders,2011: 63. 2. Pascon FM, Kantovitz KR, Teixeira ASC,et al. Clinical evaluation of composite and compomer restorations in primary teeth: 24-month results. Journal of Dentistry 2006;34: 381-8. 3. Kitty MY, Stephen HY. Clinical evaluation of compomer in primary teeth: 1-year results. J Am Dent Assoc 1997; 128: 1088-96. 4. Soncini JA, Maserejian NN, Trachtenberg F, Tavares M, Hayers C. The longevity of amalgam versus compomer/composite restorations in posterior primary and permanent teeth. J Am Dent Assoc 2007; 138: 763-72. 5. Christensen GJ. Compomers vs resin-reinforced glass ionomers. J Am Dent Assoc 1997; 128: 479-80. 6. Pradhana MY. Kompomer. <http://dhanajournal.blogspot.com/2009/07/kompomer.html>. (20 Sept 2011). 7. Pradhana MY. Desain preparasi kavitas untuk restorasi kompomer.

<http://dhanajournal.blogspot.com/2009/07/desain-preparasi-kavitas-untuk.html>. (20 Sept 2011). 8. Pradhana MY. Aplikasi kompomer. <http://dhanajournal.blogspot.com/2009/07/aplikasikompomer.html>. (20 Sept 2011). 9. Nicholson JW. Review: Polyacid-modified composite resins (compomers) and their use in clinical dentistry. Academy of Dental Materials 2007; 23: 615-22. 10. Ruse ND. What is a compomer? J Can Dent Assoc 1999; 65: 500-4. 11. Barnes DM, Blank LW, Gingell JC, Gilner PP. A clinical evaluation of resin-modified glass ionomer restorative material. J Am Dent Assoc 1995; 126: 1245-53.

12. Ireland R. Clinical textbook of dental hygiene and therapy. United Kingdom: Blackwell Munksgaard, 2006: 212-9. 13. Croll TP, Helpin ML, Donly KJ. Multi-colored dual-cured compomer. Pediatr Dent 2004; 26: 273-6.

Anda mungkin juga menyukai