Anda di halaman 1dari 2

Indikasi dan Kontraindikasi Penggunaan Resin Komposit menurut ADA ADA (American Dental Association) mendukung resin komposit

digunakan dalam : 1. Resin preventive pada pit dan fisur Preventive resin restoration merupakan suatu prosedur klinik yang digunakan untuk mengisolasi pit dan fisur dan sekaligus mencegah terjadinya karies pada pit dan fisur dengan memakai tehnik etsa asam. Tehnik ini diperkenalkan pertama kali oleh Simonsen pada tahun 1977, meliputi pelebaran daerah pit dan fisur kemudian pembuangan email dan dentin yang telah terkena karies sepanjang pit dan fisur. Tujuan dari restorasi pencegahan (resin preventive) adalah untuk menghentikan proses karies awal yang terdapat pada pit dan fisur, terutama pada gigi molar permanen yang memiliki pit dan fisur, seklaigus melakukan tindakan pencegahan terhadap karies pada pit dan fisur yang belum terkena karies pada gigi yang sama. Pit dan fisur yang dalam dan sempit atau pit dan fisur yang memiliki bentuk seperti leher botol, secara klinis merupakan daerah yang sangat mudah terserang karies, karena sewaktu gigi disikat bagian dalam pit dan fisur tidak dapat dijangkau oleh bulu sikat gigi (Yoga, 1997). 2. Lesi awal kelas I dan II yang menggunakan modifikasi preparasi konservatif Restorasi yang berukuran kecil dan sedang, terutama dengan margin email Kebanyakan restorasi pada premolar atau molar pertama, terutama ketika mempertimbangkan segi estetik Restorasi yang tidak menyediakan seluruh kontak oklusal Restorasi yang tidak memiliki kontak oklusal yang berat Restorasi yang dapat diisolasi selama prosedur dilakukan Beberapa restorasi yang dapat berfungsi sebagai landasan mahkota Sebagian besar restorasi yang digunakan untuk memperkuat sisa struktur gigi yang melemah Jarak faciolingual preparasi kavitas tidak melebihi 1/3 jarak intercuspal. (Summit dkk, 2001) 3. Restorasi pada tempat-tempat yang memerlukan estetika Sejalan dengan kesadaran pasien akan pentingnya faktor estetika suatu restorasi gigi, penggunaan bahan restorasi estetik mengalami peningkatan. Resin komposit merupakan material restorasi yang paling pesat perkembangannya dibandingkan material restorasi sewarna gigi lainnya, seperti : silikat, resin akrilik dan semen ionomer kaca. Hal ini dikarenakan karakteristik tertentu dari resin komposit seperti warnanya yang hampir menyerupai warna gigi, tidak larut dalam cairan mulut, dan kemampuannya berikatan dengan gigi secara mikromekanis. 4. Restorasi pada pasien yang alergi atau sensitivitas terhadap logam Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan logam yang terkandung dalam bahan tambal seperti amalgam. Selain itu, beberapa waktu

setelah penambalan, pasien seringkali mengeluhkan rasa sensitif terhadap rangsang panas atau dingin. ADA tidak mendukung penggunaan komposit (kontraindikasi) pada gigi dengan: 1. Tekanan oklusal yang besar Jika semua kontak oklusi terletak pada bahan restorasi maka resin komposit sebaiknya tidak digunakan. Hal ini karena resin komposit mempunyai kekuatan menahan tekanan oklusi lebih rendah dibandingkan amalgam. Tumpatan menggunakan komposit pada gigi posterior akan cepat rusak pada pasien dengan tenaga pengunyahan yang besar atau bruxism. 2. Tempat atau area yang diisolasi Resin komposit tidak dianjurkan untuk diaplikasikan pada dinding kavitas yang hanya terdapat sedikit, atau sama sekali tidak ada email. Lalu, pada penggunaan bahan restorasi resin komposit, daerah operasi harus sama sekali terbebas dari kontaminasi cairan seperti saliva atau darah. 3. Pasien dengan alergi atau sensitivitas terhadap material komposit. Reaksi alergi yang dilaporkan akibat penggunaan bahan resin komposit sangat sedikit. Sensitifitas setelah pembuatan restorasi gigi dengan bahan resin komposit jarang ditemui. Namun, perlekatan monomer resin pada beberapa individu dapat menyebabkan reaksi alergi. Selain itu, beberapa laporan menyebutkan bahwa sering terjadi reaksi alergi berupa dermatitis pada jari dokter gigi yang berkontak langsung dengan monomer yang tidak bereaksi.

Anda mungkin juga menyukai