Anda di halaman 1dari 16

BLOK ILMU KESEHATAN GIGI DAN

MASYARAKAT I (IKGM I)
KOMUNIKASI EFEKTIF

Fasilitator:
drg. Pindobilowo, M.Kes.

Disusun Oleh:
Nurul Irba Somadinata (201911121) Putri Novthalia (201911126)
Oldilia Yolanda (201911122) Raafid Shidqi Marsel (201911127)
Oriza Sativa (201911123) Raisya Nabila Ayudya (201911128)
Oxy Asfuridah Ansori (201911124) Ratu Inneke Aliefia (201911129)
Puja Sitna H. Latupono (201911125) Regina Amanda (201911130)
Kelompok 1

KELAS E
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)
Tahun Ajaran 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan akan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
nikmat dan karunia-Nya sehingga makalah kami yang berjudul “Komunikasi
Efektif” dapat terselesaikan.

Makalah ini dibuat dan disusun untuk memenuhi salah satu tugas
kelompok pada mata kuliah ilmu kesehatan gigi dan masyarakat satu. Dalam
penyusunan makalah ini, pastinya kami mengalami hambatan selama penyusunan
berjalan. Namun, dengan ketekunan serta pertolongan dari Tuhan Yang Maha Esa,
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak–pihak yang telah


membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya
bagi kami selaku penulis dan umumnya bagi pihak yang membaca. Mohon maaf
dan harap dimaklumi atas segala kekurangan dalam makalah ini.

Jakarta, 24 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 2
2.1 Dasar-Dasar Komunikasi Dan Komunikasi Kesehatan........ 2
2.2 Komunikasi Efektif Dokter, Pasien, dan Masyarakat.......... 3
2.3 Komunikasi Interprofessional Education (IPE) .................. 6
2.3.1 Hubungan Dokter dengan Pasien .............................. 7
2.3.2 Hubungan Dokter dengan Tenaga Kesehatan ........... 8
2.3.3 Hubungan Dokter dengan Masyarakat ..................... 9
2.3.4 Hubungan Tenaga Kesehatan dengan Pasien ........... 9
2.3.5 Hubungan Tenaga Kesehatan dengan Masyarakat . . 10
BAB III KESIMPULAN ......................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
Komunikasi dalam kehidupan masyarakat antara satu individu dengan
individu lain ataupun satu kelompok dengan kelompok lain dalam berinteraksi
merupakan sesuatu yang penting dalam individu untuk dapat menjalankan
kehidupan bermasyarakat. Seseorang individu untuk dapat bisa menyampaikan
segala sesuatu dan untuk mengetahui sesuatau dari individu lain baik tujuan,
harapan, dan hasrat seseorang individu akan melakukan komunikasi.
Komunikasi dapat berjalan dengan baik dengan aktifnya pendengaran
dalam hal ini penerima informasi (individu atau masyarakat) dapat memahami
penyampaian informasi yang disampaikan oleh informan, dengan informasi yang
efektif dapat mencapai tujuan dari informasi tersebut. Dalam komunikasi akan
terdapat unsur pendidikan, buda, agama dll.
Dalam ruang lingkup kesehatan komunikasi berperan penting dalam
menjalankan ruang lingkup kesehatan, dalam hal ini komunikasi antar tenaga
kesehatan (dokter, dokter gigi, perawat, dll) dengan masyarakat yang berperan
menjadi pasien. Komunikasi dalam bidang kesehatan merupakan komunikasi
untuk menyampaikan pesan serta mempengaruhi proses keputusan yang
berhubungan dengan upaya meningkatkan dan mengolah kesehatan oleh individu
maupun kelompok masyarakat. Komunikasi dalam bidang kesehatan ini memiliki
tujuan dimana untuk menyampaikan informasi kesahatan kepada individu atau
masyarakat, untuk dapat memberikan pengarahan kesehatan terhadap individu
atau masyarakat selaku penerima informasi, dan untuk mempengaruhi, mengubah
sikap individu atau masyarakat.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar-Dasar Komunikasi dan Komunikasi Kesehatan
Komunikasi adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan
dari seseorang yang dibagi kepada orang lain. Berkomunikasi berarti
membantu menyampaikan pesan untuk kemudian diketahui dan pahami
bersama. Pesan dalam komunikasi digunakan dalam memilih dan
pengambilan keputusan. Dasar dalam semua komunikasi antara manusia
seperti, komunikasi verbal (bahasa-based), dan non-verbal. Konsep
komunikasi adalah sebuah rancangan dan ide yang disusun agar sebuah
proses penyampaian pesan kepada orang lain dapat terorganisasi dan bias
langsung memahami pesan tersebut serta memberikan feedback yang
baik.1,2
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide,
gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Komunikasi dilakukan secara
lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila
tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi
masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badann
menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu, dan cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.
Komunikasi adalah proses pengoperasian rangsangan (stimulus) dalam
bentuk lambang atau simbol bahasa atau gerak (non verbal), untuk
mempengaruhi perilaku orang lain. Stimulus atau rangsangan ini dapat
berupa suara/bunyi atau bahasa lisan, maupun berupa gerakan, tindakan
atau simbol-simbol yang diharapkan dapat dimengerti oleh pihak lain, dan
pihak lain merespon atau bereaksi sesuai dengan maksud pihak yang
memberikan stimulus. Menurut Liliweri tahun 2010, komunikasi dapat
diartikan sebagai pengalihan suatu pesan dari satu sumber kepada
penerima agar dapat dipahami. Proses komunikasi biasanya melibatkan
dua pihak, baik antar individu dengan individu, individu dengan kelompok

2
atau antar kelompok dengan kelompok yang berinteraksi dengan aturan-
aturan yang disepakati bersama. Adapun fungsi komunikasi itu sendiri
yakni :3,4
1. Menyampaikan pesan (informasi) atau menyebarluaskan informasi
kepada orang lain artinya dalam, penyebarluasan informasi ini
diharapkan penerima informasi akan mengetahui apa yang ingin
diketahui
2. Menyampaikan pesan (informasi) atau menyebarluaskan informasi
yang bersifat mendidik orang lain. Artinya, dari penyebarluasan
informasi ini diharapkan penerima informasi akan menambah
pengetahuan tentang sesuatu yang ingin diketahui.
3. Memberikan instruksi kepada penerima pesan.Untuk mempengaruhi
dan mengubah sikap penerima pesan.
4. Mempengaruhi dan mengubah sikap penerima pesan.

2.2 Komunikasi Efektif Dokter, Pasien, dan Masyarakat


Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang
ditimbulkan oleh ketiga pihak tersebut, yaitu pasien-dokter-masyarakat.
Menurut Kurtz, S., Silverman, J. Dan Drapper, J. (2005) dalam Prihantini
(2014) mengatakan bahwa sebenarnya tidak memerlukan waktu lama untuk
melakukan sebuah komunikasi yang efektif. Ketika dokter terampil
memahami kebutuhan pasien, maka komunikasi yang berjalan tidak akan
berlangsung lama dan lebih efektif. Komunikasi yang efektif diharapkan
dapat memudahkan dokter untuk mengelola permasalahan kesehatan pasien.
Konsil Kedokteran Indonesia (KKI, 2009) menyebutkan bahwa sebenarnya,
inti dari komunikasi efektif yang terjalin antara pasien-dokter adalah
menyatukan sudut pandang pasien maupun dokter menjadi sebuah bentuk
relasi dimana keduanya saling bekerja sama untuk menyelesaikan masalah
kesehatan pasien.5

3
Seorang dokter perlu menguasai kemampuan komunikasi verbal dan
non-verbal dengan semua pasien, tidak terbatas pada usia tertentu, pekerjaan
tertentu ataupun masyarakat tertentu. Apabila dokter lalai dan tidak berhati-
hati maka bisa saja terkena sanksi atau ancaman hukuman.5
Dalam kurikulum kedokteran dan kedokteran gigi, membangun
komunikasi efektif dokter-pasien-masyarakat belum menjadi prioritas.
Untuk itu perlunya memberikan pedoman (guidance) untuk dokter guna
memudahkan berkomunikasi dengan pasien, atau keluarganya. Melalui
pemahaman tentang hal-hal penting dalam pengembangan komunikasi
dokter-pasien-masyarakat diharapkan terjadi perubahan sikap dalam sebuah
hubungan.5
Menurut kuarzt tahun 1998, dalam dunia kedokteran ada 2 (dua)
pendekatan komunikasi yang digunakan:5
a. Disease centered communication style atau doctor centered
communication style.
Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha
menegakkan diagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran klinik
mengenai tanda dan gejala-gejala.
b. Ilness centered communication style atau patient centered
communication style.
Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang
penyakitnya yang secara individu merupakan pengalaman unik. Disini
termasuk pendapat pasien, kekhawatirannya, harapannya, apa yang
menjadi kepentingannya serta apa yang dipikirkannya.

Dengan kemampuan dokter memahami harapan, kepentingan,


kecemasan, serta kebutuhan pasien, patient centered communication style
sebenarnya tidak memerlukan waktu lebih lama dari pada doctor centered
communication style.5

Bentuk hubungan Komunikasi antara dokter dan pasien ditekankan


pada terjadinya komunikasi efektif antara dokter dan pasien yang

4
memberikan manfaat. Edelmann tahun 2000 mengidentifikasi empat faktor
utama yang mungkin mempengaruhi sifat dan efektivitas komunikasi antara
dokter dan pasien, yaitu:6
1. Karakteristik dokter (jenis kelamin dan pengalaman).
2. Karakteristik pasien (jenis kelamin, kelas sosial, usia, pendidikan dan
keinginan akan informasi).
3. Perbedaan antara kedua belah pihak dalam hal kelas sosial dan
pendidikan sikap, keyakinan dan harapan.
4. Faktor-faktor situasional (beban pasien, tingkat kenalan dan sifat
masalah yang diajukan).

Dokter merupakan agen perubahan di tingkat mikro yang berhadapan


langsung dengan pasien atau masyarakat. Komunikasi sebagai peran sentral
untuk mengubah perilaku masyarakat, dari perilaku sakit ke perilaku sehat.
Dokter memegang peran penting dengan melakukan komunikasi promotif
dan preventif, sebagai individu atau kelompok menuju paradigma sehat.
Beberapa contoh hasil komunikasi efektif:1,6
1. Pasien merasa dokter menjelaskan keadaan penyakitnya sesuai tujuannya
berobat. Berdasarkan pengetahuan tentang kondisi kesehatan, pasien
mengerti anjuran dokter, misalnya perlu mengatur diet, minum atau
menggunakan obat secara teratur, melakukan pemeriksaan (laboratorium,
foto/rontgen, scan) dan memeriksakan diri sesuai jadwal, memperhatikan
kegiatan (menghindari kerja berat, istirahat cukup), dan sebagainya.
2. Pasien memahami konsekuensi dari penyakit yang dideritanya
(membatasi diri, biaya pengobatan), sesuai penjelasan dokter.
3. Pasien merasa dokter mendengarkan keluhannya dan memahami
keterbatasan kemampuannya lalu mencari alternatif sesuai kondisi dan
situasinya, dengan segala konsekuensinya.
4. Pasien mau bekerja sama dengan dokter dalam menjalankan semua upaya
pengobatan/perawatan kesehatannya. Komunikasi yang terbuka dengan
maksud dan tujuan jelas disertai ekspektasi yang jelas, maka akan

5
tumbuh rasa percaya. Sikap percaya berkembang bila setiap komunikan
menganggap komunikan lainnya berlaku jujur. Kejujuran menyebabkan
perilaku dapat diduga, yang mendorong orang lain akan menaruh
kepercayaan kepada orang lain yang dianggap memiliki kemampuan,
keterampilan atau pengalaman di bidang tertentu.

2.3 Komunikasi Interprofessional Education (IPE)


Komunikasi Interprofessional Education (IPE) dapat didefinisikan
beberapa pengertian sebagai berikut:8
1. Menurut the Centered for the Advancement of Interprofessional
Education (CAIPE) Tahun 1997.
Interprofessional Education (IPE) merupakan dua atau lebih
profesi dengan belajar bersama tentang satu sama lain dimaan untuk
meningkatkan kolaborasi dan kualitas dari pelayanan.
2. Menurut American Collage of Clinical Pharmacy (ACCP) Tahun
2009.
Interprofessional Education (IPE) merupakan pendekatan proses
pendidikan dua atau lebih disiplin ilmu yang berbeda berkolaborasi
proses belajar-mengajar dengan tujuan untuk membina interdisipliner
atau interaksi interprofessional yang meningkatkan praktek disiplin
masing-masing.
3. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2010.
Interprofessional Education (IPE) merupakan prosses sekelompok
mahasiswa atau profesi kesehatan yang memiliki perbedaan latar
belakang profesi melakukan pembelajaran bersama dalam periode
tertentu, berinteraksi sebagai tujuan yang utama, sera berkolaborasi
dalam upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan jenis
pelayanan kesehatan yang lain.1

Komunikasi kesehatan merupakan suatu proses komunikasi yang


melibatkan pesan kesehatan, unsur-unsur atau peserta komunikasi. Dalam

6
komunikasi Interprofessional Educcation (IPE) juga kesehatan berbagai
peserta yang terlibat dalam proses kesehatan antara dokter, pasien,
perawat, profesional kesehatan dan masyarakat.7
2.3.1 Komunikasi Kesehatan Antara Dokter dengan Pasien
Komunikasi antara dokter dengan pasien adalah bentuk
komunikasi kesehatan yang bersifat interpersonal yang kompleks.
Proses komunikasi ini dikonrol bagaimna bentuk hubungan yang
berlangsung dalam proses komunikasi tersebut. Macam pola konro
komuniakasi anatara dokter dengan pasien sebagai berikut:1
a. Menurut Roter dan Hall Tahun 1992.
Komunikasi dokter dan pasien menggambarkan 4 (empat)
dasar bentuk hubungan anatar dokter dan pasien yaitu:
1. Bentuk standart (Default)
2. Bentuk patemalistik (Paternalistic)
3. Konsumtif (Consumerist)
4. Mutualistik (Mutualistic)
b. Menurut Edelmen Tahun 2000
Edelmann mengidentifikasi 4 (empat) faktor utama yang
dapat mempengaruhi sifat dan efektivitas komunikasi anatara
pasien, yaitu:
1. Karakteristik dokter (jenis kelamin dan pengalaman)
2. Karakteristik pasien (jenis kelamin, kelas sosial, usia,
pendidikan, dan keinginan akan informasi)
3. Perbedaan antara kedua belah pihak dalam hal kelas sosial
dan pendidikan sikap, keyakinan dan harapan
4. Faktor-faktor situasional (beban pasien, tingkat kenalan dan
sifat masalah yang diajukan).
c. Menurut Ong. Tahun 1995 dikutip dari Damian Berry
Tahun 2007
Menurut Ong, dkk tahun 1995 yang dikutip oleh
Dianne Berry tahun 2007 pada halaman 28 mengemukaann

7
bahwa ada 3 (tiga) tujuan yang berbeda komunikasi antara
dokter dan pasien, yaitu:
1. Menciptakan hubungan interpersonal yang baik (Creating a
good interpersonal relationship)
2. Pertukaran informasi (Exchange of information)
3. Pengambilan keputusan medis (Medical decision making).
2.3.2 Hubungan Dokter dengan Tenaga Kesehatan
Kerjasama interprofesi diartikan sebagai sesuatu kolaborasi
yang terkoordinasi di antara berbagai profesi tenaga kesehatan baik
hubungan dokter dengan tenaga kesehatan dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan kepada pasien untuk dapat mengoptimalkan
efektifitas kerja, efisien biaya, dan meningkatkan kepuasan pasien.7
Karakter dalam komunikasi interprofesi kesehatan yang
telah ditemuakan melalui serangkaian penelitian ilmiah bersama
dengan profesi dokter, perawat, apoteker dan gizi kesehatan dan
telah mendapatkan validasi oleh pakar komunikasi dari Indonesia
maupun Eropa (Claramita, et.al, 2012):7
1. Mampu menghormati (Respect) tugas, peran dan tanggung
jawab profesi kesehatan lain, yang dilandasi kesadaran/sikap
masing-masing pihak bahwa setiap profesi kesehatan dibutukan
untuk saling bekerjasama demi keselamtan pasien (Patient
safety) dan keselamatan petugas kesehatan (Provider safety).
2. Membina hubungan komunikasi dengan prinsip kesetaraan antar
profesi kesehatan.
3. Mampu untuk menjalin komunikasi dua arah yang efektif antar
petugas kesehatan yang berbeda profesi dalam.
4. Berinisiatif membahas kepentingan pasien bersama profesi
kesehatan lain.
5. Pembahasan mengenai masalah yang dialami pasien dengan
tujuan keselamatan pasien bisa.
2.3.3 Hubungan Dokter dengan Masyarakat

8
Menurut Boelen tahun 1994 seorang dokter diharapkan
menjadi agen perubahan dalam kesehatan masyarakat. Seorang
dokter harus mampu berlaku sebagai komunikator yang melakukan
persuasi kepada masing-masing individu, keluarga dan masyarakat
untuk melakasanakan gaya hidup yang sehat dan menjadi mitra
dalam program kesehatan. Selain itu menurut Liliweri A pada
tahun 2008 seorang dokter harus ikut serta dalam membangun
mediasi dan advokasi kesehatan dengan melibatkan masyarakat
selain harus dengan melibatkan masayarakat selain harus mampu
menangani kesehatan individu.6
2.3.4 Hubungan Tenaga Kesehatan dengan Pasien.
Hubungan antara tenaga kesahaan dengan pasien adalah
hubungan interpersonal, dimana dalam hal ini tenaga kesehatan
sebagai sumber komunikasi yang mengirim pesan dan pasien
sebagai penerima pesan. Dalam ha ini dikenal sebagai wawancara
pengobatan. Pola dasar dalam hubungan dokter (tenaga kesehatan)
dengan pasien dalam pelayanan keshatan dibedakan dalam 3 (tiga)
pola hubungan, yaitu:9
1. Activity-Pasivity
Pola hubungan ini berlaku pada pasien yang keselamatan
jiwanya sedang terancam, sedang tidak sadar, atau menderita
gangguan mental, artinya pasien tidak dapat berkontribusi
dalam memberikan penjelasan mengenai kedaannya.
2. Guidance Copperation
Hubungan ini merupakan dimana walaupun pasien dalam
keadab sakit, pasien akan tetap sadar dan bersedia serta dapat
bekerjasama, dimana walaupun dokter dapat mengetahui lebih
banyak dari pasien, akan tetapi dokter tidak semata-mata dapat
menjalankan kekuasaan, namun mengharapkan kerjasama
pasien yang diwujudkan dengan menuruti nasehat atau anjuran
dokter.

9
3. Mutual Participation
Filosofi pola ini berdasarkan pada pemikiran bahwa setiap
manusia memiliki martabat dan hak yang sama. Pola ini terjadi
kepada pasien yang memelihara kesehatannya seperti medical
chek-up atau pada pasien penyakit kronis. Hal ini tidak dapat
diterapkan pada pasien berlatar belakang pendidikan dan sosail
yang rendah atau pasien anak dengan berkebutuhan khusus.
2.3.5 Hubungan Tenaga Kesehatan dengan Masyarakat.
Pada dasarnya hubungan komunikasi antara masyarakat
dengan petugas kesehatan mempunyai tujuan agar antara tenaga
kesehatan dan klien dapat saling bertukar pikiran, membantu
menyelesaikan masalah yang dihadap klien, membantu membuat
keputusan dan dapat melakukan tindakan yang sesaui dengan
kehidupan klien. Dalam hal ini klien yang dimaksud ialah seorang
masyarakat. Mendengarkan merupakan alat yang paling penting
bagi petugas dan klien untuk menerima pesan secara utuh satu
sama lain.10

10
BAB III
KESIMPULAN
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, dan
gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Dasar dalam semua komunikasi antara
manusia seperti, komunikasi verbal (bahasa-based), dan non-verbal. Proses
komunikasi biasanya melibatkan dua pihak, baik antar individu dengan individu,
individu dengan kelompok atau antar kelompok dengan kelompok yang
berinteraksi dengan aturan-aturan yang disepakati bersama. Dalam Membangun
komunikasi efektif dokter-pasien-masyarakat belum menjadi prioritas. Untuk itu
perlunya memberikan pedoman (guidance) untuk dokter guna memudahkan
berkomunikasi dengan pasien, atau keluarganya. Apabila dokter lalai dan tidak
berhati – hati maka bisa saja terkena sanksi atau ancaman hukuman.
Menurut kuarzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan
komunikasi yang digunakan yaitu Disease centered communication style atau
doctor centered communication style dan Ilness centered communication style
atau patient centered communication style.
Seorang dokter diharapkan menjadi agen perubahan dalam kesehatan
masyarakat. Hal tersebut dapat di tuangkan dalam program-program, promosi
kesehatan, edukasi media massal dengan tujuan meningkatkan pengetahuan selain
itu, dokter memegang peran penting dengan melakukan komunikasi promotif dan
preventif, sebagai individu atau kelompok menuju paradigma komunikasi efektif.
Komunikasi interprofessional Education (IPE) dapat didefinisikan menjadi 3
(tiga), dari 3 (tiga) definisi terdapat perbedaan pada hal tujuannya dimana menurut
Menurut the Centered for thr Advancement of Interprofessional Education
(CAIPE) tahun 1997 bertujuan untuk meningkatkan kolaborasi dan kualitas dari
pelayanan. Menurut American Collage of Clinical Pharmacy (ACCP) tahun 2009
tujuan untuk membina interdisipliner atau interaksi interprofessional yang
meningkatkan praktek disiplin masing-masing sedangkan menurut World Health
Organization (WHO) tahun 2010. tujuan yang utama, sera berkolaborasi dalam
upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan jenis pelayanan kesehatan
yang lain. Hubungan interprofessional Education (IPE) meliputi :

11
1. Hubungan Dokter dengan pasien
2. Hubungan dokter dengan tenaga kesehatan
3. Hubungan dokter dengan masayarakat
4. Hubungan tenaga kesehatan dengan pasien
5. Hubungan tenaga kesehatan dengan masyarakat.

12
DAFTAR PUSTAKA
1. Arianto A. Komunikasi Kesehatan: Komunikasi Antara Dokter dan Pasien.
Jurnal Ilmu komunikasi. 2013; 3(2): 1-9
2. Harahap. Agustina R. Buku Ajar Komunikasi Kesehatan. Jakarta: Prenada
Media, 2019: 14
3. Rosihan A. Etika dan Komunikasi Dokter Pasien Mahasiswa. Banjarmasin:
Grafika Wangi Kalimantan, 2014: 1
4. Liliweri, Alo. Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan. Jakarta : Pustaka Pelajar,
2010: 15
5. Prihantini, Gita Sekar. Empati dan Komunikasi. Malang: UMM Press, 2014:
36-44
6. Adhani R. Etika dan Komunikasi. Banjar Baru: Grafik Wangi Kalimantan
(rOlly), 2014: 55-58
7. Sedyowirno M. Claramita M. Buku Acuan Umum CFCHC-IPE. Yogyakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, 2014: 17
8. Rasmita D. Timiyatun E. Pramitaretari GY. Gambar Presepsi Kesiapan
Mahasiswa Terhadap Implementasi IPE (Interprofessional Education) di
STIKEST Surya Global Yogyakarta. Jurnal Keperawatan Priority. 2 Juli;
1(2): 28-29.
9. Dewi RWL. Wajib Simpan Rahasia Kedokteran Versus Kewajiban Hukum
Sebagai Saksi Ahli. Jurnal Prespektif. 2013; 18(3); 37-38.
10. Hutagaol EE. Agustin H. Komunikasi Interpersonal Petugas Kesehatan dalam
Kegiatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Siberut Kabupaten
Mentawai. Maret-September 2012; 6(2): 108.

13

Anda mungkin juga menyukai