Anda di halaman 1dari 13

1.

TUJUAN
a. Mahasiswa mampu memanipulasi GIC untuk material restorasi menggunakan alat
dengan benar.
b. Mahasiswa mampu membedakan setting time GIC berdasarkan variasi rasio
bubuk atau cairan dengan benar.
2. ALAT DAN BAHAN
2.1 Material Praktikum
a. Bubuk dan cairan GIC merk GC Gold Label (exp. 2016-09).

(a)

(b)

(c)

Gambar 1. (a) Kemasan bubuk dan cairan GIC merk Gold Label, (b) Bubuk GIC, (c) Cairan GIC.

2.2 Alat Praktikum


a. Pengaduk plastic.
b. Glass lab.
c. Cetakan Teflon ukuran diameter 5 mm,
tebal 2 mm.
d. Plastic filling instrument.
e. Sonde.
f. Pisau model.
g. Paper Pad.
h. Sendok takar GIC merk GC Gold Label.
i. Stopwatch.
c
g

h
1

Gambar 2. (a) pengaduk plastik; (b) glass lab;


(c) cetakan Teflon; (d) plastic filling instrument;
(e) sonde; (f) pisau model; (g) paper pad; (h)
sendok takar.

3. CARA KERJA
a. Material dan alat yang akan digunakan dipersiapkan terlebih dahulu.
b. Cetakan teflon diletakkan di atas glass lab.

Gambar 3. Cetakan teflon diatas glass slab.

c. Botol bubuk GIC dikocok terlebih dahulu, kemudian bubuk diambil menggunakan sendok
takar GIC merk GC Gold Label sebanyak 1 sendok dengan cara memiringkan posisi botol
bubuk. Setelah itu bubuk diambil tanpa tekanan kemudian diratakan dengan pengaduk
plastik dan kemudian diletakkan di atas paper pad dan botol bubuk ditutup.

d. Bubuk dibagi menjadi dua bagian yang sama rata di atas paper pad.

Gambar 3. Bubuk dibagi dua bagian sama rata di atas paper pad

e. Cairan GIC merk GC Gold Label diteteskan sebanyak 1 tetes di atas paper pad dengan
jarak yang dekat dengan bubuk, dengan cara: botol dipegang secara vertikal 1 cm di atas
paper pad kemudian ditekan sedikit (jika perlu) hingga cairan menetes. Seharusnya botol
liquid tidak boleh ditekan namun dibiarkan hingga menetes dengan sendirinya, namun
telah terjadi reaksi antara liquid dengan udara yang menyebabkan liquid sulit keluar
sehingga perlu ditekan.

Gambar 4. Cairan GIC diteteskan di atas paper pad

f. Stopwatch diposisikan pada 00.00.

g. Bubuk bagian pertama dicampur ke cairan dan diaduk dengan pengaduk plastik selama 10
3

detik diatas paper pad dengan cara pengaduk plastik diposisikan horizontal atau sejajar
dengan paper pad, kemudian bubuk digeser ke cairan lalu dicampur dan diaduk dengan
cara ditekan, diputar dan sesekali dilipat.

Gambar 5. Bubuk bagian pertama dicampur ke cairan, kemudian diaduk

h. Kemudian ditambahkan bubuk bagian kedua menggunakan pengaduk plastik, lalu diaduk
selama 25-30 detik (maksimal total waktu 60 detik) hingga homogen.
i. Hasil pengadukan GIC yang sudah homogen dikumpulkan terlebih dahulu menggunakan
pengaduk plastik, setelah itu dimasukkan ke dalam cetakan teflon menggunakan plastic
filling instrument sedikit demi sedikit sambil cetakan teflon ditahan di atas glass lab agar
tidak berubah posisi. Kemudian permukaan diratakan, sedangkan stopwatch masih tetap
berjalan.

Gambar 6. Hasil pengadukan GIC dimasukkan ke dalam cetakan teflon.

j. Setelah adonan pada permukaan teflon rata, pengukuran setting time dimulai dengan cara
adonan pada teflon ditusuk menggunakan sonde dengan interval waktu 5 detik untuk
setiap kali tusukan pada area yang berbeda (memutar).
k. Setting time dinyatakan selesai apabila pada permukaan sampel tidak ada bekas tusukan
4

sonde.
l. Waktu pengerasan GIC dicatat.
m. Kemudian percobaan dilakukan dengan mengganti rasio bubuk dan cairan, yaitu
sendok bubuk : 1 tetes cairan, 1 sendok bubuk : 1 tetes cairan, dan 1 sendok bubuk : 1
tetes cairan (satu kali lagi).

4. HASIL PRAKTIKUM

No.

Konsistensi

Bubuk

Cairan

Setting Time

1.

Normal

1 sendok

1 Tetes

3 menit 27 detik

2.

Kental

1 Sendok

1 Tetes

2 menit 15 detik

3.

Cair

Sendok

1 Tetes

3 menit 56 detik

Pada praktikum ini bahan utama yang digunakan adalah Glass Ionomer Cement
(GIC) tipe II yang biasanya digunakan sebagai bahan restorasi. Dari beberapa percobaan,
telah didapatkan hasil setting time GIC berdasarkan variasi dari rasio bubuk dan cairan
(w/p ratio) yang digunakan. Perbedaan variasi rasio bubuk dan cairan yang didapatkan
adalah dengan mengubah jumlah dari bubuk GIC. Yaitu untuk konsistensi normal
menggunakan 1 sendok bubuk, untuk konsistensi kental menggunakan 1 sendok
bubuk, untuk konsistensi cair menggunakan sendok bubuk dan untuk takaran tiap
cairan GIC adalah tetap yaitu 1 tetes. Hasil yang didapatkan dirata - rata dan didapatkan
hasil setting time untuk konsistensi adonan GIC normal adalah 3 menit 27 detik ,
konsistensi kental 2 menit 15 detik, dan untuk konsistensi cair didapatkan setting time 3
menit 56 detik.
Menurut hasil praktikum diatas, setting time dengan konsistensi normal dapat
disimplkan bahwa jumlah bubuk semakin banyak atau memilki konsistensi kental akan
menghasilkan setting time yang lebih cepat. Sedangkan dengan jumlah bubuk yang
sedikit atau konsistensi cair maka akan menghasilkan setting time yang lebih lama.
5. PEMBAHASAN
5

Material glass ionomer telah digunakan sejak tahun 1970-an dan berasal dari semen
silikat dan semen polycarboxylate (McCabe, 2008, p. 245). Penggunaan polyacrylic acid
membuat GIC menjadi mampu berikatan dengan struktur gigi. GIC digolongkan pada
semen superior karena mudah melekat dan tembus pandang. Terdiri dari beberapa
formula tergantung pada aplikasi klinis. GIC sudah digunakan untuk restorasi estetik gigi
depan, pada kelas III dan V digunakan sebagai semen luting, sebagai restorativ
intermediasi, pit fissure sealants, liner, basis, dan sebagai pembentuk core (Annusavice,
2012, p. 320).
Tipe I

: Luting pada crowns, bridges, dan orthodontic brackets.

Tipe II a : Semen restorativ estetik.


Tipe II b : Penguat semen restorativ.
Tipe III : Semen lining, basis.
Pembagian tipe ini bedasarkan formulasi asli GIC bedasarkan partikel silicate glass
dan larutan polyacrylic acid (Annusavice, 2012, p. 320).
1. Komposisi :
Terdiri dari powder dan liquid atau powder yang dicampur air (McCabe, 2008, p. 245).

Gambar 7 : Material restorativ glass ionomer dalam bentuk powder dan liquid. Keproporsionalan
diperoleh dengan menggunakan scoop dan liquid nya dengan tetesan. Powder dan liquid dicampur
pada mixing pad (Sumber : McCabe, 2008, p. 246).

a. Powder.
Pada dasarnya, larutan asam kalsium aluminosilikat kaca yang mengandung
fluoride dan dibentuk dengan menggabungkan silika + alumina + kalsium fluorit, oksida
logam dan fosfat logam pada suhu 1100-1500C serta kemudian menuangkan lelehan ke
pelat logam atau ke dalam air. Kaca yang terbentuk kemudian digerus menjadi bentuk
bubuk dengan ukuran 20 - 50m tergantung akan digunakan untuk apa dan terurai oleh
asam karena kehadiran Al3+ ion yang dapat dengan mudah masuk ke dalam silika (Singh,
2011, p. 26).
Fungsi dari masing-masing komponen dalam bubuk adalah alumina dapat
meningkatkan sifat opacity, silika dapat meningkatkan translucency, calcium fluoride
meningkatkan sifat opacity dan mempermudah aliran dan alumunium phosphate
menurunkan titik didih dan menaikkan translucency. Di dalam bubuk juga ditambahkan
fluoride yang berfungsi untuk menurunkan titik lebur, antikaries, meningkatkan
translucency, working time, dan kekuatan.(Singh, 2011: 26).
b. Liquid
Liquid mengandung homopolimer dari acrylic acid atau kopolimer akrilik, itaconic,
maleat, dan asam trikarboksilat. Secara keseluruhan, berat molekul tinggi dan
peningkatan konsentrasi asam dapat meningkatkan sifat fisik dari setting semen, tetapi
juga dapat meningkatkan viskositas cairan. Oleh karena itu, aturan pabrik menggunakan
polyacids dengan rata-rata berat molekul 10.000 g/mol dan konsentrasi sekitar 45 %
massa.
Dextrotartaric, atau (+)- tartaric, asam (sekitar 5% massa) merupakan komponen
penting cairan, karena dapat mempercepat setting tanpa memperpendek working time.
Kehadirannya meningkatkan kekuatan semen dan memungkinkan untuk penggunaan
glass dengan kandungan fluoride yang lebih tinggi dan translucency yang lebih tinggi.
(Sakaguchi and Powers, 2012, p.339).
7

2. Setting reaksi
Ketika powder dicampur dengan liquid, asam akan mulai memecah glass, melepas
ion kalsium, ion aluminum, ion sodium, ion fluorin. Air bertindak sebagai medium reaksi.
Rantai asam poliakrilik kemudian akan cross-linked oleh ion kalsium, setelah 24 jam
kemudian ion kalsium akan digantikan oleh ion aluminum. Ion sodium dan fluorin dari
glass tidak berpartisipasi dalam proses cross-linking semen. Beberapa ion sodium akan
akan menggantikan ion hidrogen dari grup carboxylic, ion fluorin akan terpecah dalam
cross-linked ketika semen akan mengeras. Fase cross-link akan terhidrasi seiring
bertambahnya waktu. Material tidak larut dari glass akan tertutupi oleh gel silica yang
terbentuk pada permukaan glass. Sehingga, semen yang sudah mengeras akan
mengandung material tidak larut dari partikel glass dengan gel silica melapisi dan
tersusun menjadi matriks kalsium hidrat dan aluminum polysalts mengandung fluoride
(Annusavice, 2012, p. 321).

Gambar 8 : Diagram menunjukkan struktur GIC. Partikel bewarna biru tua menunjukkan partikel
glass yang tidak bereaksi yang dikelilingi oleh gel (bewarna biru muda) bentukan itu terbentuk
ketika ion Al3+ dan Ca2+ luluh dari glass dan sebagai hasil dari serangan asam poliakrilik (Sumber :
Annusavice, 2012, p. 322).

Gambar 9 : Ilustrasi diagram setting reaksi GIC (Sumber : McCabe, 2008, p. 248).

Gambar 10 : Struktur formula (a) asam poliakrilik (b) proses cross-linking melalui ion kalsium dan
aluminium (Sumber : McCabe, 2008, p. 247).

3. Sifat
Sifat dari GIC dijelaskan pada standar ISO untuk air berbahan semen (ISO 9917).

Gambar 11 : Yang diperlukan Glass Ionomer sebagai outline (McCabe, 2008, p. 248-249).

4. Persiapan permukaan.
Permukaan gigi yang bersih adalah penting untuk adhesi berkelanjutan. Pengolesan
dapat dilakukan dengan dengan etsa menggunakan phosporic acid (34%-37%) atau
9

dengan asam organik seperti polyacrylic acid (10%-20%) selama 10 sampai 20 detik
kemudian diikuti dengan membilas dengan air selama 20 sampai 30 detik. Setelah dibilas
permukaan harus dikeringkan dan harus terjaga dari saliva atau darah. Pada kasus dimana
residu ketebalan dentin dari pulpa kurang dari 0,5 mm, dianjurkan dilakukan liner dengan
kalsium hidroxide (Annusavice, 2012, p. 322).
5. Persiapan material.
Rasio W/P yang dianjurkan oleh pabrik harus diikuti. Paper pad atau glass slab
yang dingin dan kering boleh digunakan ketika mengaduk untuk memperpanjang
working time. Glass slab tidak boleh lebih dingin dari embun. Powder dan liquid harus
dibuang atau ditiadakan sebelum pencampuran dimulai, jika tidak penguapan air akan
meningkatkan rasio asam atau air pada liquid. Sedangkan powder-nya harus digabungkan
dengan cepat ke dalam liquid menggunakan spatula yang kaku untuk pengaplikasian
restorativ atau dengan besi fleksibel atau spatula plastik, untuk pengaplikasian luting.
Umumnya, setengah dari powder dicampur dengan liquid selama 5 sampai 15 detik,
sisanya powder kemudian ditambahkan dengan cepat dan diaduk dengan melipat semen
sampai homogeny dan tampilan luarnya berkilau (glossy). Waktu pengadukan tidak boleh
melebihi 45 detik tetapi boleh kurang dari itu. Permukaan gigi yang sudah direstorasi
dengan GIC tampak mengkilat mengindikasikan adanya polyacid yang tidak tereaksi.
Permukaan yang tumpul mengidentifikasikan bahwa asam sudah bereaksi terlalu lama
dengan partikel glass (Annusavice, 2012, p. 323).
6. Mixing (pengadukan).
Pada praktikum ini, pengadukan bubuk dan cairan dilakukan diatas paper pad.
Glass slab tidak digunakan sebagai tempat mengaduk karena Glass ionomer cement
dapat melekat erat pada permukaan kaca, sehingga akan sulit untuk diambil dan
dibersihkan apabila Glass ionomer cement mencapai fase setting. Glass slab yang dingin
dan kering dapat digunakan untuk menghambat reaksi dan memperpanjang working time.
Glass lab tidak boleh digunakan jika suhunya dibawah dew point. Bubuk dan cairan
harus dikeluarkan ke slab tepat sebelum prosedur pencampuran dimulai, karena kontak

10

yang terlalu lama dengan atmosfer dapat mengubah rasio asam/air pada cairan
(Annusavice, 2013, p.322)
Selain menggunakan paper pad, pengadukan juga dilakukan dengan menggunakan
agate spatula yang terbuat dari plastik. Pengadukan tidak dilakukan dengan pengaduk
dari bahan logam, karena partikel Glass ionomer cement dapat bereaksi dengan pengaduk
yang terbuat dari logam, yang dapat mengakibatkan terjadinya metal abrasion.
Pengadukan dilakukan dengan cara membagi dua sama rata bubuk di atas paper
pad. Setengah dari bubuk diambil dan dicampurkan di cairan selama 5-15 detik. Sisa
bubuk yang ada kemudian ditambahkan dan diaduk dengan gerakan melipat lipat sampai
didapatkan hasil yang homogen dan mengkilap didapat. Waktu pengadukan tidak boleh
lebih dari 45 detik, tapi dapat kurang untuk beberapa produk. Hasil yang tampak
mengkilap didapatkan dari adanya polyacid yang tidak bereaksi, yang merupakan
material yang sangat penting untuk perlekatan semen dengan gigi. Hasil yang tampak
kusam menandakan bahwa polyacid telah bereaksi terlalu banyak dengan partikel kaca
untuk perlekatan yang baik. (Annusavice, 2013, p. 323).
7. Penempatan material.
Pada kavitas, pemberian GIC restorativ harus sedikit. Campuran GIC yang masih
baru adalah higroskopik yang artinya bahwa GIC menyerap air dari lingkungan
sekitarnya. Setelah diletakkan, permukaan GIC harus ditutupi dengan plastik matrik
selama 5 menit untuk melindungi material dalam mendapat atau kehilangan air selama
initial set. Air melarutkan kation dan anion pembentukan matriks sehingga
menghancurkan kemampuan untuk membentuk matriks hidrasi.
Ketika kelebihan GIC dipisah dari tepi, permukaan harus segera dilapisi dengan
varnish yang dilengkapi dengan GIC atau petrolatum. Apabila selama proses setting
semen dilindungi, akan menurunkan resiko dehidrasi, dan menurunkan kecenderungan
crazed (retak), chalky (bewarna pucat) pada permukaan, sehingga membuat restorasi
opaque.

11

Pada GIC tipe II setelah melakukan restorasi, GIC harus dilapisi varnish karena
semen yang terpapar masih bisa mengalami dehidrasi sampai semen menjadi matur
setelah satu minggu. Pada pengaplikasian lutting, GIC diaplikasikan dengan
menggunakan spatula plastik ke alat prostetik. Kelebihan semen bisa dihilangkan dengan
segera setelah waktu yang telah ditentukan oleh pabrik. Pada proses ini tidak memerlukan
perlindungan matriks selama initial set. Melapisi tepi semen dengan varnish setelah
membersihkan kelebihan semen akan meningkatkan maturasi semen GIC (Annusavice,
2012, p. 323).

Gambar 12 : Permukaan yang mengalami crazed atau retak hasil dari perlindungan material selama
proses maturasi yang tidak memadai (Sumber: Annusavice, 2012, p. 324).

8. Pelepasan fluoride.
Setelah setting, glass ionomer melepaskan fluoride dalam jumlah yang sebanding
dengan yang dilepaskan pada semen silikat. Di mana pada pembelajaran in vitro
menunjukkan kemampuan restorasi glass ionomer untuk menghambat enamel dan dentin
mengalami demineralisasi dengan menghasilkan acidic gels atau demineralisasi larutan
buffer, namun tidak semua penelitian mengklarifikasikan kemampuan GIC dalam
mencegah secondary caries tersebut (Annusavice, 2012, p. 323).

12

6. KESIMPULAN
Setting time semen glass ionomer dipengaruhi oleh rasio bubuk atau cairan.
Semakin tinggi rasio bubuk atau cairan, semakin cepat setting time semen glass ionomer
dan sebaliknya jika rasio bubuk atau cairan rendah, setting time semen glass ionomer
semakin lama.
7. DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, Kenneth J. 2012. Science of Dental Material. 12th ed. St. Louis : WB
Saunders. p. 310, 321-324.
Anusavice KJ, Shen C, Rawls HR. 2013. Phillips Science of Dental Materials 12th ed.
Saunders. Elsevier. p. 322-323.
McCabe, JF., Walls, AWG. 2008. Applied Dental Materials. 9th ed. Blackwell :
Munksgaard.p. 245-249.
Singh TR Mahesh, Suresh P, Sandhyarani J, dan Sravanthi J. 2011. Glass Ionomer
Cements In Dentistry : Review. Internal Journal of Plant, Animal, and Environmental
Science.

13

Anda mungkin juga menyukai