Anda di halaman 1dari 13

REVISI

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II

Topik : Glass Ionomer Cement (GIC)

Kelompok : A10

Tgl. Praktikum : 28 Agustus 2017

Pembimbing : Priyawan Rachmadi, drg., Ph.D

Penyusun :

1. Salsalia Siska Azizah (021611133045)

2. Intan Savina Noer A (021611133046)

3. Anisa Nur Afifah (021611133047)

4. Tata Prasantat M (021611133048)

DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERSN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017
1. TUJUAN
Mahasiswa mampu memanipulasi GIC untuk material restorasi
menggunakan alat dengan benar dan mampu membedakan setting time GIC
berdasarkan variasi rasio bubuk dengan benar

2. ALAT DAN BAHAN


2.1 Bahan
a. Bubuk dan cairan GIC tipe II

A B
Gambar 1. A. Bubuk GIC B. Cairan GIC

2.2 Alat
a. Pengaduk plastik
b. Glass slab
c. Cetakan telfon ukuran diameter 5 mm, tebal 2 mm
d. Plastis filling instrument
e. Sonde half-moon
f. Pisau malam
g. Stopwacth
h. Paper pad
i. Sendok takar bubuk GIC
B
C
D F E
H I
A
Gambar 2. Peralatan untuk pengadukan GIC Gambar 3. Stopwatch

3. CARA KERJA
a. Alat dan bahan disiapkan di atas meja praktikum.
b. Cetakan teflon diletakkan di atas glass slab.
c. Botol bubuk GIC dikocok terlebih dahulu, memiringkan posisi botol
bubuk GIC di atas paper pad lalu bubuk GIC diambil 1 sendok takar dan
diratakan, diletakkan di atas paper pad dan dibagi menjadi dua bagian.
d. Cairan GIC diteteskan sebanyak 1 tetes di atas paper pad dekat bubuk
dengan jarak 1 cm. Botol dipegang secara vertikal 2 cm di atas paper pad ,
botol perlu ditekan sedikit hingga cairan keluar dan ditunggu menetes
dengan sendirinya.
Gambar 4. Cairan GIC diteteskan sebanyak 1 tetes di atas paper pad. Botol
dipegang secara vertikal 1 cm di atas paper pad

a. Bubuk GIC dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama diarahkan ke


cairan dan diaduk selama 10 detik dengan gerakan memutar dan sedikit
ditekan lalu dengan gerekan melipat sampai adonan homogen.
b. Tambahkan bagian bubuk kedua dan diaduk kurang lebih selama 20-30
detik (maksimal 60 detik) sampai adonan homogen serta tidak terdapat
sisa bubuk GIC diatas paper pad.

Gambar 5. Mengaduk bubuk GIC sampai homogen

c. Adonan GIC yang telah homogen dikumpulkan dari paper pad


menggunakan pengaduk plastik dan diletakkan pada plastic filling
instrument .
d. Memasukkan hasil pengadukan GIC ke dalam cetakan teflon
menggunakan plastis filling instrument dan diratakan permukaannya.
e. Mengukur setting time dengan cara permukaan GIC pada cetakan teflon
ditusuk sonde dengan interval waktu 5 detik untuk setiap kali tusukan.
Setting time dinyatakan selesai apabila pada permukaan sampel tidak ada
bekas tusukan sonde. Waktu pengerasan GIC dicatat.
f. Setting time dicatat sejak awal pencampuran hingga GIC mengeras.
g. Melepas GIC dari cetakan setelah mengeras.
h. Praktikum mengukur setting time GIC diulangi dengan mengubah rasio
bubuk sebanyak bubuk : 1 tetes cairan , dan 1 bubuk : 1 tetes cairan.

4. HASIL PRAKTIKUM
Tabel 1. Pengamatan setting time GIC dengan perbandingan bubuk yang
berbeda

Setting Setting Rata-Rata


Percobaan W/P Ratio Time I Time II Setting

(tidak exp) (exp) Time

I Normal 3:30 menit 4:11 menit 3:7 menit

Encer
II 4:31 menit 5:00 menit 4:7 menit
( bubuk : 1 tetes )

Kental
III 2:50 menit 3:11 menit 2:8 menit
(1 bubuk : 1 tetes)

Pada percobaan semen Glass ionomer pertama menggunakan w/p


rasio normal (sesuai aturan pabrik) yaitu 1 tetes cairan dan 1 sendok bubuk
diperoleh setting time rata-rata 3 menit 7 detik. Percobaan kedua
menggunakan w/p rasio encer yaitu 1 tetes cairan dan sendok bubuk
diperoleh setting time rata-rata 4 menit 7 detik. Percobaan ketiga
menggunakan w/p rasio kental yaitu 1 tetes cairan dan 1 sendok bubuk
diperoleh setting time rata-rata 2 menit 8 detik.

5. PEMBAHASAN

Glass ionomer cement (GIC) adalah nama material yang diambil dari
reaksinya yaitu serbuk kaca silikat dengan asam poliakrilat(Anusavice dan
Kenneth J, 2013 hal: 320). Penggunaan polyacrylic acid pada GIC berguna untuk
luting. GIC menjadi bahan yang unggul dalam bidang kedokteran gigi karena
sifatnya yang translucent dan adheren.
GIC dapat dikelompokkkan menjadi 4 tipe (Anusavice dan Kenneth J, 2013 hal:
320) :
a. Tipe 1 : luting, jembatan, dan braket orthodonsia
b. Tipe 2 : restorasi
c. Tipe 3 : liner dan base
Sifat penting dari glass ionomer adalah (1) modulus elastisitas yang mirip
dengan dentin, (2) kekuatan ikatan ke dentin dari 2 sampai 3 MPa, (3) koefisien
ekspansi sebanding dengan struktur gigi, (4) kelarutannya rendah, dan (5) opacity
cukup tinggi. Fluoride dalam kaca rilis antikariogenik secara perlahan pada plak
gigi yang berdekatan dan struktur gigi. Meskipun kekuatan ikatan dari ionomer
kaca untuk dentin lebih rendah dibandingkan resin komposit, penelitian klinis
telah menunjukkan bahwa retensi glass ionomer di daerah cervical erosion jauh
lebih baik daripada komposit. Ketika dentin yang dikondisikan (terukir)
menggunakan larutan encer (15% sampai 25%) asam poliakrilat, glass ionomer
dapat diberikan tanpa preparasi kavitas (Sakaguchi dan Power, 2013, hal. 152).

Glass Ionomer Cement tersedia dalam bentuk bubuk dan liquid.


Komposisi bubuk kaca pada GIC bervariasi antar pabrik, tapi selalu mengandung
silica, alumina, dan flouride, seperti pada tabel 1. Rasio alumina terhadap silica
adalah kunci untuk reaktivitas dengan asam poliakrilat. Barium, strontium, atau
oksida logam lainnya dengan nomor atom yang lebih tinggi ditambahkan ke
dalam kaca untuk meningkatkan radiopacity. (Anusavice, 2013, hal 320)

Tabel 1. Komposisi 3 macam bubuk GIC (%) (Anusavice, 2013, hal 321)
Komponen Komposisi A Komposisi B Komposisi C
SiO2 41.9 35.2 2030
Al2O3 28.6 20.1 1020
AlF3 1.6 2.4
CaF2 15.7 20.1
NaF 9.3 3.6
AlPO4 3.8 12.0
F 1015
Na2O 15
BaO 1020
CaO 1020
P2O5 15

Dalam material asli ionomer kaca, komponen cairan adalah berupa 50%
larutan akuous atau cairan dari asam poliakrilat, tetapi cairan tersebut kental dan
memiliki masa penyimpanan yang pendek karena proses gelasi. Saat ini
komponen cairan dapat mengandung suatu larutan akuous dari asam akrilat atau
dari suatu ko-polimer asam maleat/asam akrilat. Asam tartat, yang digunaka untuk
mengontrol karateristik setting, juga disertakan di dalam komponen cairan oleh
pabrik yang memproduksi (Mc Cabe dan Walls, hal: 245).

Pada praktikum yang dilakukan digunakan semen GIC tipe dua yakni
sebagai restorasi. Reaksi Settingnya sebagai berikut:
Ketika bubuk dan cairan dicampur untuk membentuk semen GIC, asam
mulai larut ke partikel kaca, mengeluarkan ion kalsium, aluminium, sodium, dan
fluorine. Air berfungsi sebagai medium reaksi.Kemudian rantai asam poliakrilat
mengalami cross-linked oleh karena adanya ion kalsium. Kemudian setelah 24
jam , ion kalsium digantikan oleh ion aluminium. Ion sodium dan fluorine tidak
berperan dalam pembentukan cross-linked. Beberapa ion natrium dapat
mengganti ion hidrogen dari kelompok karboksilat, sedangkan ion tersisa
tersebar merata dalam set semen bersama dengan ion fluor. Fase cross-linked
menjadi terhidrasi over time dengan air yang sama yang digunakan untuk
mencampur. Proses ini disebut pematangan. Bagian yang tidak bereaksi dari
partikel kaca diselubungi oleh gel silika yang berkembang selama pemindahan
dari permukaan partikel. Demikian set semen terdiri dari aglomerasi partikel
bubuk yang tidak bereaksi yang dikelilingi oleh silika gel di dalam matriks
amorf kalsium terhidrasi dan aluminum polysalts Anusavice dan Kenneth J,
2013 hal: 321)

Glass ionomer terjadi sebagai akibat dari garam logam jembatan antara Al
++ dan Ca ++ ion luluh darikaca dan gugus asam pada polimer. Reaksi
berlangsung perlahan-lahan, dengan pembentukan cross-linked gel matriks pada
initial set dan aluminiumion exchange yang memperkuat cross-linked pada final
set. Sebuah efek khelasi berlangsung dengan kalsium pada permukaan gigi yang
terkena, yang akan menciptakan ikatan perekat. Permukaan restorasi harus
dilindungi dari saliva selama initial set dengan lapisan pelindung (Sakaguchi dan
Power, 2013, hal: 152)

Gambar 5. Ikatan cross-linked dari polyacrylic acid dengan kalsium dan


aluminium

Proses setting dari GIC terjadi melalui tiga proses, yaitu dissolution,
gelation, dan hardening.
1. Dissolution

Ketika cairan dicampur dengan bubuk, asam masuk ke dalam larutan dan
bereaksi dengan lapisan luar calcium fluoroaluminosilicate glass sehingga terjadi
pelepasan ion aluminium, kalsium, natrium, dan fluor. Ion hidrogen yang
dilepaskan dari tartaric acid menggantikan ion-ion yang terlepas. Biasanya,
setting time membutuhkan 3 sampai 6 menit tergantung digunakan untuk filling
atau semen luting (Noort, 2002).
2. Gelation
Tahap ini merupakan tahap initial setting, yaitu aksi yang cepat dari ion
kalsium yang memiliki valensi 2 dan berjumlah lebih banyak lebih mudah
bereaksi dengan gugus karboksil dari asam dari pada ion aluminium yang
bervalensi 3 (van Noort 2002).
3. Hardening
Setelah fase gelation terdapat fase hardening yang dapat bertahan selama
tujuh hari. Membutuhkan waktu 30 menit untuk menyerap ion aluminium menjadi
signifikan, namun ion aluminium yang menyediakan kekuatan akhir untuk semen
karena ion aluminium melakukan crosslink (Noort, 2007).
Hal ini terjadi karena perbedaan laju pada setiap ion yang dilepaskan dari
kaca dan laju pada setiap matriks garam yang terbentuk. Ion kalsium lebih cepat
dilepas daripada ion aluminium. Hal ini karena ion kalsium hanya terikat longgar
dalam struktur kaca, sedangkan ion aluminium merupakan bagian dari jaringan
kaca, yang lebih sulit untuk memecah. Kalsium dan ion aluminium pada akhirnya
akan membentuk matriks garam. Ion natrium dan fluorin tidak mengambil bagian
dalam proses setting tetapi bergabung untuk dilepaskan sebagai natrium fluorida
(Noort, 2007).

Gambar 6. Diagram ilustrasi setting GIC. (McCabe, 2008)


Pada praktikum yang telah dilakukan, w/p rasio dari ketiga percobaan
dibedakan satu sama lain dengan kontrol variasi jumlah bubuk. Pada percobaan
pertama digunakan w/p rasio normal, 1 sendok bubuk GIC : 1 tetes cairan .
Setelah itu pada percobaan kedua digunakan w/p rasio dengan konsistensi encer,
sendok bubuk GIC : 1 tetes cairan. Yang terakir menggunakan w/p rasio
kental, 1 sendok bubuk GIC: 1 tetes cairan. Berdasarkan hasil praktikum, pada
semen dengan konsistensi yang encer dan normal, pengadukan lebih mudah
daripada pengadukan semen pada konsistensi yang kental. Pada konsistensi encer,
setting time terhitung lebih panjang dibandingkan konsistensi normal dan kental.
Hal ini disebabkan karena cairan yang tersedia lebih banyak, sehingga bubuk
semen memerlukan waktu yang lebih lama agar semua partikel glass dapat
berikatan dengan ion H+.

Pada percobaan yang dilakukan, konsistensi kental menggunakan jumlah


bubuk yang lebih banyak menyebabkan manipulasi untuk konsistensi kental lebih
cepat mengalami setting dibandingkan manipulasi pada konsistensi encer, yaitu 2
menit 50 detik. Selain itu pengadukan lebih susah daripada pengadukan semen
pada konsistensi yang kental.

Semen glass ionomer dengan konsistensi kental lebih lama mencapai


setting time karena bubuk semen glass ionomer akan menghasilkan Ca2+ dan
Al3+ lebih banyak dibandingkan cairan asam. Cross-link yang terjadi antara
kation dengan polyacid membentuk polyalkenoate tidak perlu menunggu
terurainya kation sehingga proses pengerasan berlangsung cepat (Anusavice dan
Kenneth J, 2013 hal: 321). Hal ini menyebabkan semen glass ionomer konsistensi
kental lebih cepat setting timenya.

Selain faktor w/p rasio terdapat faktor lain yang dapat memepengaruhi
setting time dari GIC, salah satunya dapat dipengaruhi oleh kontaminasi bahan
dengan atmosfer dan kadaluarsa bahan. Hal ini mengakibatkan penurunan kualitas
dari bahan. Jika bahan semen glass ionomer kontak dengan udara terlalu lama
ataupun sudah kadaluarsa maka setting time menjadi lebih lama (Anusavice dan
Kenneth J, 2013 hal: 326) Teori ini sesuai dengan hasil praktikum yang telah
dilakukan, yaitu untuk percobaan dengan rasio bubuk dan cairan normal 1:1
menghasilkan waktu setting time 4 menit 35 detik.

6. KESIMPULAN

Dari hasil praktikum yang telah kami lakukan diperoleh kesimpulan


bahwa semakin besar (encer) w/p rasio yang digunakan dalam campuran maka
semakin memperlambat reaksi setting time GIC.

7. DAFTAR PUSTAKA

Annusavice K. J. 2013. Philips Science of Dental Materials. 12th ed. St


Louis : Elsevier Saunders. pp 320-321, 326.
Mc Cabe, J.F dan A.W.G. Walls. Applied Dental Material. 9th ed. 2008.
Blackwell Science publ. pp 245
Sakaguchi RL and Power JM. 2012. Craigs Restorative Dental Materials
13th ed. USA : Mosby Inc. pp 152

Noort RV. 2002. Introduction to Dental Materials. Spain : Mosby

Noort RV. 2007. Introduction to Dental Materials. Spain : Mosby

Anda mungkin juga menyukai