Anda di halaman 1dari 16

BARU

LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU MATERIAL KEDOKTERAN GIGI II

TOPIK : Semen Glass Ionomer


KELOMPOK : B8
HARI PRAKTIKUM : Selasa
TANGGAL PRAKTIKUM : 13 Oktober 2020
PEMBIMBING : Prof.Dr. Anita Yuliati,drg.,M.Kes

Penyusun :
Alifiya Afita Sari (021911133049)

Visilmi Kaffah Putri Ayna (021911133050)

Kurnia Dwi Wulan (021911133051)

Rizentya Salsabila (021911133052)

Sesaria Junita Mega Rahma S. (021911133053)

Adinda Putri Salsabila (021911133054)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
1. Tujuan Praktikum

a. Mahasiswa mampu memanipulasi GIC untuk material restorasi menggunakan


alat dengan benar.
b. Mahasiswa mampu membedakan setting time GIC berdasarkan variasi rasio
bubuk/cairan dengan benar.

2. Alat dan Bahan

2.1 Alat

a. Pengaduk plastic
b. GIC spatel
c. Glass lab
d. Cetakan teflon ukuran diameter 5 mm dan tebal 2 mm
e. Plastic filling instrument
f. Sonde
g. Paper pad
h. Stopwatch

2.2 Bahan

a. Bubuk GIC
b. Cairan GIC

Gambar 1.1 Satu set material GIC

1
3. Cara Kerja

a. Mempersiapkan bahan dan alat yang akan digunakan untuk praktikum.


b. Cetakan teflon diletakkan di atas glass lab.
c. Botol bubuk GIC dikocok terlebih dahulu, kemudian mengambil 1 sendok takar
bubuk GIC dengan memiringkan posisi botol bubuk GIC, diletakkan di atas
paper pad dan dibagi menjadi dua bagian.

A. B.
Gambar 1.2 A. Cara mengambil bubuk GIC. B. Membagi bubuk
GIC di atas paper pad

d. Cairan GIC diteteskan sebanyak 1 tetes di atas paper pad dekat bubuk dengan
cara: botol dipegang secara vertikal 1 cm di atas paper pad ditekan sedikit
sampai cairan menetes.

A. B.
Gambar 1.3 A. Cara meneteskan cairan GIC. B. Persiapan mulai
mengaduk GIC

e. Waktu awal pencampuran dicatat posisi stopwatch pada posisi 00:00. Bubuk
GIC yang telah dibagi dua, pada bagian pertama dicampur ke cairan dan diaduk
selama 10 detik, kemudian ditambahkan bubuk bagian kedua diaduk kurang
lebih selama 25-30 detik (maksimal 60 detik) sampai homogen.

2
f. Hasil pengadukan GIC yang sudah homogen dimasukkan ke dalam cetakan
teflon menggunakan plastic filling instrument kemudian permukaan diratakan
(stopwatch masih tetap hidup).

A. B.

Gambar 1.4 A. Pengadukan GIC bagian pertama selama 10 detik.


B. Pengadukan GIC bagian kedua selama 25-30 detik

g. Setelah adonan GIC pada permukaan teflon rata, mulai dilakukan pengukuran
setting time dengan cara: permukaan GIC pada cetakan teflon ditusuk sonde
dengan interval waktu 5 detik untuk setiap kali tusukan. Setting time dinyatakan
selesai apabila pada permukaan sampel tidak ada bekas tusukan sonde. Waktu
pengerasan GIC dicatat.
h. Setting time dicatat yang dihitung sejak awal pencampuran hingga semen
mengeras.
i. Setelah GIC mengeras dilepas dari cetakan.
j. Tahapan di atas diulang dengan menggunakan rasio ¾ sendok bubuk GIC : 1
tetes cairan GIC.
k. Tahapan di atas diulang dengan menggunakan rasio 1¼ sendok bubuk GIC: 1
tetes cairan GIC.

4. Hasil Praktikum

Tabel 4.1 Universal Restorative

W/P Ratio Konsistensi Setting Time

1:1 Normal 4 menit 8 detik

1:¾ Encer 13 menit 20 detik

1:1¼ Kental 8 menit 7 detik

3
Pada hasil percobaan GIC, percobaan pertama untuk universal restorative
dengan w/p ratio 1:1 memiliki konsistensi adonan GIC yang normal atau sesuai anjuran
pabrik dan memiliki setting time 4 menit 8 detik. Pada percobaan dengan w/p ratio 1 :
¾ konsistensi lebih encer dengan setting time 13 menit 20 detik. Sedangkan pada
percobaan dengan w/p ratio 1 : 1 ¼ memiliki konsistensi ketal dikarenakan jumlah
bubuk lebih banyak sehingga memiliki setting time 8 menit 7 detik.

Tabel 4.2 Posterior Restorative

W/P Ratio Konsistensi Setting Time

1:1 Normal 8 menit 30 detik

1:¾ Encer 18 menit 17 detik

1:1¼ Kental 7 menit 30 detik

Apabila untuk restorasi gigi posterior, pada w/p ratio 1:1 sesuai anjuran pabrik
memiliki konsistensi normal dengan setting time 8 menit 30 detik, w/p ratio 1 : ¾
memiliki konsistensi encer dengan setting time 18 menit 17 detik. Sedangkan pada
percobaan 1 : 1 ¼ dengan konsistensi kental memiliki setting time 7 menit 30 detik.

5. Pembahasan

5.1 Pengertian GIC

GIC adalah nama umum untuk bahan yang didasarkan pada reaksi bubuk kaca
dan asam poliakrilat. Semen ini dikembangkan pada tahun 1970-an untuk
meningkatkan kinerja klinis dibandingkan dengan semen silikat dan untuk mengurangi
risiko kerusakan pulpa (Anusavice, 2013).

Bahan GIC yang pertama kali diperkenalkan pada bidang kedokteran gigi oleh
Wilson dan Kent tahun 1972 (Iz, 2013). Mereka menggabungkan keunggulan sifat
translusen dan pelepasan ion fluor dari semen silikat serta biokompatibilitas dan sifat

4
adhesif dari semen polikarboksilat. GIC pada awalnya hanya diindikasikan untuk
restorasi karies servikal atau lesi abrasi karena tekanan mekanis yang rendah. GIC terus
mengalami perbaikan dalam beberapa sifat fisik dan mekanik dalam upaya untuk
memperluas aplikasi GIC dalam bidang kedokteran gigi (AlJamhan, 2011).

5.2 Klasifikasi GIC


GIC telah digunakan untuk restorasi estetik gigi anterior, misalnya, kavitas
kelas III dan V, sebagai semen luting, sebagai perekat untuk alat ortodontik dan
restorasi menengah, sebagai pit dan fissure sealant, liners dan base, dan sebagai bahan
buildup core. GIC diklasifikasikan di bawah ini:

1. Tipe I : luting mahkota, jembatan, dan braket ortodontik


2. Tipe IIa : semen restoratif estetik
3. Tipe IIb : semen restoratif reinforced
4. Tipe III : semen lining, base

5.3 Komposisi GIC


Komposisi GIC bervariasi tiap pabrik, tetapi selalu mengandung silika, kalsium,
alumina, dan fluorida. Perbandingan alumina dengan silika adalah kunci reaktivitasnya
dengan asam poliakrilat. Barium, strontium, atau oksida logam dengan nomor atom
lebih tinggi lainnya akan meningkatkan radiopaque. Kaca silika dilebur pada suhu
antara 1100 ° C dan 1500 ° C, tergantung pada bahan mentah dan komposisi
keseluruhan (Anusavice, 2013).

5
Secara umum, larutan encer dari asam poliakrilat (sekitar 40% sampai 50%)
digunakan, tetapi cairan tersebut kental dan memiliki umur simpan yang pendek karena
gelasi. Saat ini, cairan yang digunakan adalah kopolimer dari asam itakonik, maleat,
atau trikarboksilat. Asam tartarat adalah aditif pengontrol laju dalam cairan GIC yang
memungkinkan penggunaan kaca yang lebih luas, meningkatkan sifat penanganan,
menurunkan viskositas, memperpanjang umur simpan sebelum pembentuk gel cairan
terjadi, meningkatkan working time, dan mempersingkat setting time (Anusavice,
2013).

5.4 Manipulasi GIC


Glass ionomer cement tersedia dalam bentuk dua botol atau kapsul berisi bubuk
dan cairan yang proporsional. Kapsul lebih mudah dan menawarkan rasio w/p yang
konsisten dengan variasi yang lebih sedikit daripada spatulasi tangan (Anusavice 2013,
p 323).
Untuk botol bubuk harus disentak dengan lembut sebelum pengeluaran. Bubuk
dan cairan dikeluarkan pada paper pad. Bubuk dibagi menjadi dua bagian yang sama.
Bagian pertama dari bubuk dicampur dengan spatula kaku ke dalam cairan sebelum
bagian berikutnya ditambahkan. Sisa bubuk ditambahkan, dan total waktu
pencampuran 30 sampai 40 detik, hingga setting time yang biasanya 4 menit. Setelah
restorasi dipasang dan di kontur dengan sesuai, permukaan harus dilindungi dari saliva
dengan pengaplikasian varnish. Trimming dan finishing dilakukan setelah 24 jam
(Powers & Wataha 2017, p. 53 ).
Kavitas gigi harus diisi sedikit demi sedikit dengan restorasi GIC. Campuran
glass ionomer yang baru disiapkan bersifat higroskopis, yang berarti dapat menyerap
air dari lingkungan sekitarnya. Setelah penumpatan, permukaan GIC harus ditutup
dengan matriks plastik selama sekitar 5 menit untuk melindungi material dari gaining
atau kehilangan air selama initial set. Air mengencerkan kation dan anion pembentuk
matriks, menghancurkan kemampuan untuk membentuk matriks terhidrasi. Saat
matriks dilepas, permukaan harus segera dilindungi dengan varnish yang disertakan
dengan GIC atau dengan petrolatum sementara sisa GIC dihilangkan dari margin.
Finishing dilakukan jika semen sudah setting sekaligus terlindungi, yang mana dapat
menurunkan risiko dehidrasi dan kecenderungan craze permukaan, yang akan membuat
restorasi lebih buram. Sebelum pasien dipulangkan, restorasi GIC tipe II harus dilapisi
dengan varnish, karena semen yang terbuka masih rentan terhadap dehidrasi sampai

6
benar-benar matang dalam beberapa minggu. Jika prosedur yang direkomendasikan ini
tidak diikuti, permukaan pasti akan menjadi berkapur (Anusavice 2013, p 323).

5.5 Setting GIC

Untuk bahan bubuk / cair, bubuk terdiri dari glass natrium alumino-silikat
dengan komposisi yang mirip dengan yang digunakan dalam bahan silikat. Rasio
alumina terhadap silika dalam kaca meningkat dibandingkan dengan yang digunakan
dalam silikat. Hal ini meningkatkan reaktivitas glass ke tingkat di mana ia bereaksi
cepat dengan asam poliakrilat, yang merupakan asam yang lebih lemah daripada asam
fosfat yang digunakan dalam bahan silikat. Sedangkan untuk silikat, glass mengandung
kadar fluorida yang signifikan yang, meskipun tidak terlibat langsung dalam reaksi
pengaturan, dapat berpengaruh pada kerentanan karies pada substansi gigi di sekitarnya
(Anusavice, 2013).

Reaksi setting GIC melalui reaksi asam basa:

Proses setting GIC meliputi tiga tahap berikut:

1. Dissolution

Ketika air dicampur dengan bubuk, asam masuk ke larutan dan bereaksi dengan
lapisan luar kaca. Lapisan ini menjadi terkuras ion aluminium, kalsium, natrium
dan fluor, sehingga hanya silika gel yang tersisa. biasanya, setting time
membutuhkan 3 sampai 6 menit tergantung apakah itu adalah filling atau semen
luting (Noort, 2013).

7
2. Gelation

Initial set disebabkan oleh aksi cepat ion kalsium, yang awalnya lebih melimpah
dan divalen, bereaksi lebih mudah dengan gugus karboksil asam daripada ion
aluminium trivalen (Noort, 2013).

3. Hardening.

Setelah fase gelation terdapat fase hardening yang dapat bertahan selama tujuh
hari. Membutuhkan waktu 30 menit untuk menyerap ion aluminium menjadi
signifikan, namun ion aluminium yang menyediakan kekuatan akhir untuk semen,
karena bertanggung jawab untuk pengenalan crosslink tersebut (Noort, 2013).

5.6 Analisis Hasil Praktikum

Percobaan yang kami lakukan memiliki perbedaan pada w/p ratio untuk
mengetahui setting time dari GIC. Percobaan pertama menggunakan w : p yang
normal yaitu sesuai aturan pabrik ( 1 : 1 ) memiliki rata-rata setting time 4 menit 8
detik . Pada percobaan kedua menggunakan w : p yang encer dengan perbandingan
( 1 : ¾ ) memiliki rata-rata setting time 13 menit 7 detik . Sedangkan pada percobaan
yang ketiga menggunakan w/p ratio kental dengan perbandingan ( 1 : 1 ¼) memiliki
rata-rata setting time 8 menit 7 detik .

Pada percobaan normal, reaksi berjalan normal. Bubuk dicampurkan dengan


cairan, bubuk akan melepaskan ion kalsium dan ion alumunium. Kemudian terjadi
cross-link antara kation dengan asam poliakrilat, sehingga membentuk
polyalkenoate yang dapat membuat permukaan menjadi keras (setting). Pada
percobaan encer setting time menjadi lama dikarenakan kurangnya kation yang
dilepaskan oleh bubuk, sehingga cross-link berjalan lambat. sedangkan pada
percobaan kental setting time menjadi lebih cepat hal ini terjadi karena jumlah
kalsium dan alumuium yang dilepaskan lebih banyak dibandingkan jumlah asam
poliakrilat, sehingga cross-link yang terjadi antara kation tersebut dengan asam
poliakrilat berlangsung cepat. Pada praktikum ini tidak sesuai dengan teori yang ada
Pada konsentrasi encer w/p ratio tinggi artinya cairan lebih banyak daripada bubuk

8
sehingga membutuhkan setting time lebih lama daripada normal dan kental. Pada
konsentrasi kental w/ p ratio rendah artinya bubuk lebih banyak daripada cairan
sehingga lebih cepat manipulasi daripada yang encer dan normal. Untuk
memperpanjang working time dengan memperbanyak cairan sehingga adonan
menjadi encer sedangkan untuk mempercepat reaksi dengan memperbanyak bubuk
sehingga adonan menjadi kental. Jika working time cepat maka setting time juga
cepat begitu juga sebaliknya ( Anusavice, 2013 ).

Kondisi tersebut dapat terjadi karena perbedaan jenis bahan yang digunakan
untuk percobaan normal, encer dan kental. Konsentrasi normal menggunakan GIC
sedangkan untuk konsentrasi encer dan kental menggunakan Gipsum Tipe II. Pada
percobaan dengan w/p ratio normal didapatkan setting time 4 menit 8 detik dihitung
sejak awal pengadukan sampai mulai mengeras. Hal ini dapat dilihat dengan ada
tidaknya goresan saat menghitung setting time menggunakan sonde yang di
ketukkan pada permukaan restoratif GIC. Dari hasil percobaan tersebut
menunjukkan bahwa hasil percobaan normal sesuai dengan teori yaitu setting time
pada konsentrasi normal dicapai kurang lebih 4 menit. Dengan melihat diagram
dibawah ini menyatakan perbandingan viskositas GIC, polycarboxylate dan zinc
phosphate. Viskositas GIC meningkat pada menit ke-4 yang menandakan setting
time akan terjadi ( Anusavice,2013).

6. Kesimpulan

Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa mahasiswa mampu memanipulasi


glass ionomer cement tipe II untuk material restorasi dan mahasiswa juga mampu
membedakan setting time glass ionomer cement berdasarkan variasi rasio bubuk atau
cairan dengan benar.

9
DAFTAR PUSTAKA

Anusavice KJ, 2013. Philips buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi. Ed 11. Alih Bahasa;
Johan Arif Budiman, Susi Purwoko. Jakarta: EGC: 155-172.

AlJamhan AS. 2011. In-vitro wear and hardness of new conventional Glass Ionomer Cement
coated with nano- lled resin. Indiana University School of Dentistry; 5 – 7.

Iz GS, Ertugrul F, Eden E, Gurhan SI. 2013. Biocompatibility of Glass Ionomer Cements
with and without chlorhexidine. Europe Journal Dental. 7: 89 – 93.

Noort, Richard van. 2013. Introduction to Dental Materials. 4th ed Edinburgh ; New York:
Mosby Elsevier

Powers, MJ. 2017. Dental Materials : Foundations and Applications. 11th ed. St. Louis:
Mosby Elsevier. p. 53

10
LAMPIRAN

11
12
13
14
15

Anda mungkin juga menyukai