Anda di halaman 1dari 13

BARU

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 1

Topik : Recovery from deformation bahan cetak alginat

Kelompok : C-3

Tanggal Praktikum : 21 Februari 2019

Pembimbing : Devi Rianti, drg., MKes.

Penyusun:

1. Alif Fakhri Muhammad 021811133125


2. Enrico Faiz Fernanda 021811133126
3. Annisa Rahmaputri 021811133127
4. Ryan Hafidz Putra Pamungkas 021811133128
5. Raissa Callista Anyndya 021811133129

DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2019
1. TUJUAN

Setelah praktikum mahasiswa mampu memanipulasi material cetak alginat dengan


benar dan melakukan uji recovery from deformation material cetak alginat dengan
benar.
2. CARA KERJA

2.1 Alat
1. Mangkuk karet
2. Spatula
3. Ring besar dan kecil
4. Lempeng kaca besar dan kecil
5. Waterbath
6. Alat uji recovery form deformation
2.2 Bahan
1. Bubuk alginate: 1 sendok takar alginat tipe normal set
2. Air: 1 bagian takaran gelas ukur alginat
2.3 Cara Kerja
1. Menentukan setting time alginat
2. Pembuatan sampel
a. Sebelum praktikum dimulai alat dan bahan disiapkan terlebih
dahulu.
b. Ring besar diletakkan di atas lempeng kaca besar.
c. Menuangkan air sebanyak 10 ml dalam mangkuk karet, kemudian
dimasukkan bubuk alginat sebanyak 4.2 gram, diaduk dengan cara
memutar dan menekan spatula pada dinding mangkuk karet dengan
cara memutar mangkok karet secara perlahan. Diaduk sampai
menjadi adonan halus selama 30 detik.
d. Ring besar diisi dengan adonan alginate setinggi ¾ ring.
e. Ring kecil ditekan ke dalam ring besar sampai dasar ring kecil
menyentuh lempeng kaca. Alginat akan naik ke permukaan ring
bahkan keluar dari ring. Permukaan alginate diratakan menggunakan
spatula ditunggu selama 30 detik.
f. Lempeng kaca kecil diletakkan pada permukaan atas ring untuk
mengeluarkan kelebihan adonan alginate dan dilakukan fiksasi.
g. Ring dan lempeng kaca dimasukkan ke dalam waterbath suhu 37℃
selama waktu setting time yang telah ditentukan.
h. Sampel dikeluarkan dari waterbath.
i. Sampel dikeluarkan dari ring.
3. Pengukuran recovery from deformation
a. Sampel alginat diletakkan di atas meja alat deformasi. Permukaan
atas sampel alginate ditutup dengan lempeng kaca kecil.
b. Melakukan uji recovery from deformation, dengan cara:
1. Lama setting time +45 detik: jarum indiaktor diturunkan sampai
berkontak dengan lempeng kaca.
2. Lama setting time +55 detik: jarum indicator dibaca. Nilai
indicator dicatat sebagai nilai A, kemudian jarum diangkat ke
atas lagi.
3. Lama setting time +60 detik: sampel diletakkan dengan
menurunkan tuas sebanyak 4 mm dalam waktu 1 detik.
Penekanan dilakukan selama 5 detik, kemudian dilepas kembali.
4. Lama setting time +90: jarum indicator diturunkan sampai
berkontak dengan lempeng kaca di atas sampel
5. Lama setting time +100: Jarum indicator dibaca dan dicatat nilai
yang terbaca sebagai nilai B
c. Recovery from deformation material cetak alginate dihitung dalam
∆(𝐴−𝐵)
% dengan rumus: 100(1 − )
20
3. HASIL PRAKTIKUM

PERCOBAAN NILAI A NILAI B HASIL AKHIR


1 6.52 6.51 99.95%
2 6.46 6.29 99.55%
3 7.46 7.3 99.2%
4 4.54 4.4 99.3%
5 6.65 6.48 99.15%
RATA-RATA 99.43%
∆(𝐴−𝐵)
Perhitungan dilakukan dengan rumus: 100(1 − )
20
4. TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Definisi Alginat


Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak digunakan
selama beberapa tahun terakhir. Bahan cetak ini memiliki kelebihan antara lain
mudah pada manipulasi, nyaman pada pasien, harga yang lebih ekonomis dan
tidak membutuhkan banyak peralatan saat dilakukan pencetakan (Anusavice,
2004).
Alginat diklasifikasikan sebagai bahan cetak hidrokoloid irreversible, sebab
substansi dasarnya berupa koloid yang direaksikan dengan air sebagai medium
pendispersi, serta tidak dapat kembali menjadi wujud dasarnya setelah bereaksi
membentuk wujud sol. Material cetak alginat berubah bentuk dari gel menjadi
sol melalui reaksi kimia (Sakaguchi 2011, Hal. 280). Material cetak ini terbuat
dari asam alginat hasil ekstraksi dari ganggang coklat tertentu. Semakin tinggi
asam guluronat dalam material cetak alginat, interaksi dengan kalsium akan
semakin kuat (Anusavice 2012, p.171)
Bahan cetak alginat juga memiliki kekurangan berupa perubahan dimensi.
Perubahan dimensi adalah berubahnya ukuran cetak alginat dari keadaan
semula. Perubahan dimensi bahan cetak alginat meliputi proses sineresis dan
imbibisi. Cetakan alginat bisa mengalami ekspansi atau mengembang apabila
berkontak dengan air dalam waktu tertentu, hal ini disebabkan oleh sifat
cetakan alginat yang bersifat imbibisi atau menyerap air. Alginat juga dapat
mengalami sineresis yaitu pengerutan karena penguapan kandungan air
sehingga alginat tampak menyusut. Imbibisi dan sineresis tersebut bisa
menyebabkan ketidakakuratan dimensi bahan cetak (Imbery dkk., 2010).
4.2 Komposisi Alginat
Komponen aktif utama bahan cetak hidrokoloid ireversibel adalah salah satu
alginat yang larut air, seperti natrium, kalium, atau alginat trietanolamin. Bila
alginat larut air dicampur dengan air, bahan tersebut akan membentuk sol.
Bubuk alginat yang diproduksi pabrik mengandung sejumlah komponen.
Komposisi alginat bervariasi tergantung pada produsen, namun ada konsentrasi
relatif konsisten untuk masing-masing bahan (McCabe, 2008).
Bila alginat larut air dicampur dengan air, bahan tersebut membentuk
sol.Solsangat kental meskipun dalam konsentrasi yang rendah. Alginat dapat
larut membentuk sol dengan cepat bila bubuk alginat dan air dicampur dengan
kuat.Beratmolekul dari campuran alginat amat bervariasi, bergantung pada
buatan pabrik. Semakin besar berat molekul, semakin kental sol yang terjadi
(Phillips, 2003, Pg 103).

Tabel 2. Komposisi dan fungsi bahan-bahan penyusun material


cetak alginat (Anusavice 2012, p.172)
5. PEMBAHASAN

Alginat merupakan bahan cetak hidrokoloid yang paling banyak digunakan


selama beberapa tahun terakhir. Bahan cetak ini memiliki kelebihan antara lain
mudah pada manipulasi, nyaman pada pasien, harga yang lebih ekonomis dan tidak
membutuhkan banyak peralatan saat dilakukan pencetakan (Anusavice, 2004).

Bahan cetak alginat juga memiliki kekurangan berupa perubahan dimensi.


Perubahan dimensi adalah berubahnya ukuran cetak alginat dari keadaan semula.
Perubahan dimensi bahan cetak alginat meliputi proses sineresis dan imbibisi.
Cetakan alginat bisa mengalami ekspansi atau mengembang apabila berkontak
dengan air dalam waktu tertentu, hal ini disebabkan oleh sifat cetakan alginat yang
bersifat imbibisi atau menyerap air. Alginat juga dapat mengalami sineresis yaitu
pengerutan karena penguapan kandungan air sehingga alginat tampak menyusut.
Imbibisi dan sineresis tersebut bisa menyebabkan ketidakakuratan dimensi bahan
cetak (Imbery dkk., 2010).

Alginat diklasifikasikan sebagai bahan cetak hidrokoloid irreversible, sebab


substansi dasarnya berupa koloid yang direaksikan dengan air sebagai medium
pendispersi, serta tidak dapat kembali menjadi wujud dasarnya setelah bereaksi
membentuk wujud sol. Material cetak alginat berubah bentuk dari gel menjadi sol
melalui reaksi kimia (Sakaguchi 2011, Hal. 280). Material cetak ini terbuat dari
asam alginat hasil ekstraksi dari ganggang coklat tertentu. Semakin tinggi asam
guluronat dalam material cetak alginat, interaksi dengan kalsium akan semakin kuat
(Anusavice 2012, hal.171)

Komposisi material bahan cetak alginat antara lain terdiri dari (Power & Sakaguchi
2006, p. 275):

1. Sodium atau potassium alginate (18%) sebagai pelarut dan bereaksi dengan
ion kalsium.

2. Calsium sulfate dihydrate (14%) akan bereaksi dengan potassium alginate


untuk membentuk gel calsium alginate.
3. Potassium sulfate, potassium zink fluor, silikat atau borak (10%) sebagai
penyeimbang efek inhibisi dari hydrocolloid pada saat setting dari bahan
pengisi cetakan (gips keras) dan membuat permukaan die halus

4. Sodium phosphate (2%) akan bereaksi dengan ion kalsium untuk


memperpanjang working time sebelum proses gelasi

5. Diatomaceous earth atau bubuk silikat (56%) sebagai pengontrol


konsistensi pencampuran dan fleksibilitas bahan cetak saat bahan cetak
setting

6. Organic glycols (sedikit) Berfungsi agar bubuk tidak berdebu

7. Wintergreen, peppermint, anise (sedikit) menghasilkan rasa yang


menyenangkan

8. Pigments (sedikit) sebagai pewarna

9. Quaternary ammonium salts atau klorheksidin (1-2%) sebagai desinfektan

Waktu kerja merupakan waktu yang dihitung mulai dari proses pengadukan
alginat hingga bahan cetak dapat ditempatkan di dalam rongga mulut tanpa
mengalami distorsi (Craig, 2012). Waktu pengadukan amatlah penting dalam
manipulasi bahan cetak alginat, karena kekuatan gel dapat berkurang sampai 50%
bila pengadukan tidak sempurna. Waktu pengadukan untuk pengadukan secara
manual dengan tangan adalah 45 detik sampai 1 menit bergantung pada merek dan
jenis alginat, sedangkan untuk pengadukan secara mekanis dibutuhkan waktu 15
detik. Hasilnya harus berupa campuran seperti krim yang halus serta tidak menetes
dari spatula ketika diangkat dari mangkuk (Anusavice,2004 ; Nandini, 2008).

Waktu gelasi (setting time) diukur dari mulai pengadukan sampai terjadinya
gelasi, harus menyediakan cukup waktu bagi dokter gigi untuk mengaduk bahan,
mengisi sendok cetak, dan meletakkannya di dalam mulut pasien. Sekali gelasi
terjadi, bahan cetak tidak boleh diganggu karena fibril yang sedang terbentuk akan
terjadi distorsi.

Alginat yang berbentuk bubuk akan dicampurkan dengan air untuk


mendapatkan bentuk adonan yang seperti gel. Terdapat dua reaksi utama yang akan
terjadi ketika bubuk alginate bereaksi dengan air selama waktu setting. Pertama,
ketika sodium fosfat bereaksi dengan kalsium sulfat untuk menghasilkan waktu
kerja yang adekuat.

2Na3PO4 + 3CaSO4 Ca3(PO4)2 + 3Na2SO4

Kedua, setelah sodium fosfat bereaksi, kalsium fosfat yang ada akan bereaksi
dengan sodium alginate untuk membentuk kalsium alginate tak larut, yang
merupakan bentuk gel alginat setelah proses pencampuran dan pengadukan.

Na alginate (bubuk) + CaSO4 H2O Ca alginate (gel) + Na2SO4

Bahan cetak harus memiliki sifat elastis karena bentuk anatomi gigi yang
ukurannya berbeda antara undercut dan occlusal/incisal guna memudahkan saat
melepas adonan bahan cetak yang telah setting dari rongga mulut pasien. Bahan
cetak juga harus memiliki sifat recovery from deformation untuk memulihkan
perubahan selama pelepasan/pengambilan adonan bahan cetak di rongga mulut
pasien. Semakin besar nilai recovery from deformation, semakin akurat pula hasil
cetakan. Maka dari itu, recovery from deformation merupakan salah satu sifat yang
paling penting dalam suatu bahan material cetak.

Bahan cetak alginat biasanya mengalami penekanan sekitar 10% di daerah


undercut selama pelepasan dari rongga mulut. Besar tekanan ini sebenarnya
tergantung pada luas undercut dan ruang antara sendok cetak dan gigi. Spesifikasi
American National Standard/ American Dental Association (ANSI / ADA)
mensyaratkan bahwa elastic recovery lebih dari 95 % ketika bahan ditekan 20 %
selama 5 detik, yang merupakan waktu pelepasan cetakan alginat dari mulut.

Dari hasil percobaan yang sedikit berbeda yang kemungkinan dikarenakan


adanya perbedaan penekanan pada alginat saat pelepasan alginat dari cetakan, serta
kekuatan beberapa mahasiswa yang berbeda pada pengadukan campuran bubuk
alginat dan air. Selain itu recovery from deformation bahan material cetak alginat
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, yaitu :

 Durasi penyimpanan
Semakin lama alginat disimpan dalam suhu ruang semakin berkurang juga
kemampuan recovery from deformation dari alginat meskipun tidak terlalu
signifikan

 Komposisi alginate

Penambahan bahan-bahan tertentu dapat mempengaruhi besarnya recovery from


deformation. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penambahan bahan-bahan
seperti sari pati beras atau polisakarida daun cincau dapat memperbesar recovery
from deformation alginat.

 Kecepatan saat melepas alginat dari cetakan.

Semakin cepat waktu pelepasan cetakan dari dalam rongga mulut, semakin besar
pula kemampuan material cetak alginat untuk dapat kembali ke keadaan semula.
6. KESIMPULAN

Recovery from deformation material cetak alginat berguna untuk pemulihan


bentuk material cetak alginat ketika hasil cetakan dilepaskan dari rongga mulut
pasien. Menurut spesifikasi ANSI / ADA no.18 recovery from deformation paling
sedikit 95%. Material cetak alginat yang digunakan dalam percobaan memiliki nilai
recovery from deformation rata-rata sebesar 99,43% yang berarti telah memenuhi
nilai spesifikasi ANSI/ADA.
DAFTAR PUSTAKA

1. Anusavice KJ. 2012. Phillip’s Science of Dental Material. 12th ed. W.B
Saunders, St. Louis Missouri. Pp.171-2, 174-5
2. Powers, J & Sakaguchi, R 2006, Craig’s Restorative Dental Materials, 12th
ed, Mosby Elsevier, Missouri
3. McCabe JF, and Walls AWG. 2008. Applied Dental Materials, 9th ed.
Blackwell Publishing L.td., Australia. Pp.161
4. Ronald L. Sakaguchi, and John M. Powers. 2011, Craig’s Restorative Dental
Materials, 13th ed. Mosby, Michigan. Pp.284

Anda mungkin juga menyukai