Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN BIOLOGI ORAL PRAKTIKUM I

TOPOGNOSIS GIGI

Disusun oleh :
1. Fildzah Farahiyah 021811133134
2. Naufal Zhaffrano 021811133135
3. Hafidzah Nareswari 021811133136
4. Zabrina Luthfiana 021811133137
5. Dewi Cahya K. 021811133138
6. Hana Syafa K. 021811133139
7. Shelsabilla P 021811133140
8. Vinda Putri K 021811133141
9. Rivaldi Amarsha 021811133143
10. Amalia Nur R 021811133144
11. Jihan Hijriya N 021811133145
12. Najla Salsabila 021811133146
13. Leanita Berliani 021811133147
14. Ivan Nur F 021811133148
15. M Naufal Hatta 021811133150
16. Fathur Nabila 021811133151
17. Nabilla Q 021811133152

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………………………………………………………………..i

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… ..1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………….1

1.2 Tujuan Penulisan…………………………………………………..1

1.3 Manfaat Penulisan………………………………………………...1


BAB II MATERIAL PRAKTIKUM……………………………………...2
2.1 Alat dan Bahan……………………………………………………..2
2.2 Cara Kerja………………………………………………………….2
BAB III HASIL PRAKTIKUM………………………………………….. 3
BAB IV PEMBAHASAN………………………………………………….4
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………6
DAFTAR PERTANYAAN………………………………………………...7

i
ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Topognosis adalah kemampuan untuk menentukan suatu lokasi suatu
rangsangan, kemampuan ini melibatkan jalur sensorik somatik mulai dari reseptor
sensorik, sarag afferent, synatic di medula spinalis, columna dorsalis, sampai
pusat sensorik di korteks serebri.
Topognosis gigi adalah kemampuan untuk menentukan lokasi gigi yang
diberi rangsangan. Reseptor tekan dan raba pada gigi terletak pada periodontal
ligamen tekanan sentuhan pada gigi akan diteruskan menuju periodontal ligamen
dan selanjutnya mengikuti lintasan sensorik somatik lainnya.
Fenomena di klinik menunjukkan pasien sering salah menentukan lokasi gigi
yang dirangsang.

1.2 Tujuan Penulis


untuk melihat kesalahan penetuan lokasi gigi yang diberi rangsangan.

1.3 Manfaat Penulisan


Dapat menambah wawasan terkait penetuan lokasi gigi yang diberi
rangsangan.

1
BAB II
MATERIAL PRAKTIKUM

2.1 ALAT DAN BAHAN


1. Kaca Mulut

2. Pinset

3. burnisher

4. Nierbeken

5. Kapas & Alkohol

2.2 CARA KERJA

2
1. Satu mahasiswa sebagai orang coba (subyek), satu yang lainnya sebagai pelaku
percobaan (tester) dan satu lainnya mencatat.
2. Subyek harus mahasiswa dengan gigi permanen yang lengkap dan tidak ada
restorasi gigi atau sedang perawatan orthodonsi.
3. Tester dan subyek duduk berhadapan.
4. Subyek harus relax dan tidak boleh tegang.
5. Tester menyentuh / menekan ringan salah satu gigi secara random.
6. Sentuhan kurang dari 1 detik.
7. Subyek menyentuh atau menyebutkan nomor gigi yang disentuh.
8. Catat jawaban subjek benar atau salah.
9. Bagilah zona rangsangan menjadi 6 zona sebagai berikut : a. Regio posterior
kanan atas b. Regio anterior atas c. Regio posterior kiri atas d. Regio posterior
kiri bawah e. Regio anterior bawah f. Regio posterior kanan bawah
10. Lakukan 3 percobaan secara random pada tiap zona 11. Hitung jumlah
jawaban yang benar dan salah dari tiap zona

3
BAB III
HASIL PRAKTIKUM

1. 2. 3.
13 : S 36 : B
16 : B
12 : B 35 : S
15 : S
21 : B 37 : B
14 : S

45 : S 42 : S 35 : B

46 : S 32 : B 34 : B

47 : S 33 : B 36 : S

6. 5. 4.

Anterior : Benar 66,67%


Salah 33,3%
Posterior : Benar 41,6%
Salah 58,325%

4
BAB IV
PEMBAHASAN

Topognis adalah kemampuan untuk menentukan lokasi suatu rangsangan


(Corsini, RJ. 1999). Kemampuan ini melibatkan jalur sensorik somatik, mulai dari
resptor sensorik, saraf afferent, simpatik di medulla spinalis, columna dorsalis, sampai
pusat sensorik di koreteks serebri. Reseptor tekan dan raba pada gigi terletak pada
5
perodontal ligamen. Tekanan dan sentuhan pada gigi akan diterima melalui
periodontal ligamen kemudian diteruskan mengikuti lintasan sensorik lainnya,
Topognosis gigi adalah kemampuan untuk menentukan lokasi gigi yang diberi
rangsangan.

Topognosis melibatkan fungsi sensoris yang dihantarkan oleh reseptor sentuhan


yang terdapat pada ligamen periodontal. Ligamen periodontal adalag jaringan ikat
yang melekatkan gigi ke tulang alveolar. Fungsi dari ligamen periodontal adalah
memberikan nutrisi kepada cementum, tulang alveolar, dan gingiva, menghantarkan
stimulus berupa rangsangan tekan, sentuhan dan rasa nyeri melalui serabut saraf
sensoris, melindungi pembuluh darah dan serabut saraf dari cedera mekanik, sebagai
perlekatan gigi dengan tulang, serta sebagai penopang gigi pada soketnya dan
menyerap beban yang mengenai gigi. Sesuai dengan praktikum yang telah kami
lakukan, kemungkinan untuk menebak gigi posterior dengan benar lebih kecil
daripada gigi anterior.

Pada bagian somatosensoris posterior terdapat lebih banyak kolumna ventrikalis


yang adaptasi reseptornya lambat. Pada bagian paling posterior area somatosensoris
terdapat kira-kira 6% kolumna ventrikasi yang hanya merespon bila diberi
rangsangan. Penggunaan perhitungan dengan vektor menunjukkan perbedaan reseptor
periodontal pada setiap jenis gigi. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dilihat bahwa
terjadi penurunan jumlah vektor dari gigi anterior ke molar, yang artinya adalah
jumlah periodontal ligamen dari gigi anterior ke posteror semakin berkurang. Oleh
karena itu, mobilitas gigi anterior lebih tinggi dibandingkan gigi bagian posterior.

Nervus sensori pada rahang dan gigi berasar dari nervus trigeminus yang
mempersarafi gigi pada maksila, palatum, dan gingiva di maksila. Nervus trigeminus
kemudian bercabang menjadi menjadi nervus alveolaris superor yang akan bercabang
lagi menjadi tiga, yaitu

1. nervus alveolaris superior anterior yang mempersarafi gingiva dan gigi


anterior,
2. nervus alveolaris superior medii, mempersarafi gigi premolar dan gigi molar I
bagian mesial
3. nervus alveolaris superior posterior, mempersarafi gingiva dan gigi molar
bagian I distal, molar II, dan molar III.

6
Pada mandibula hanya diinervasi oleh N. Alveolaris inferior melalui cabang N.
Mentalis ke seluruh mandibula. Jumlah nervus pada maksilla lebih banyak
dibandingkan dengan mandibula sehingga maksila memiliki kepekaan rangsangan
yang lebih tinggi.

7
DAFTAR PUSTAKA

Trulsson, M. 2006. Sensory-motor function of human periodontal


mechanoreceprtors. Journal of Oral Rehabilitation, 33(4), 262-273.

Guyton A.C dan Hall J.E.2016. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi Revisi

Berwarna ke-12. Diterjemahkan oleh: Ermita I. Ibrahim Ilyas. Singapore. Elsevier

8
DAFTAR PERTANYAAN

1. Jelaskan mengapa terjadi kesalahan penentuan lokasi rangsangan gigi


berdasarkan pendekatan anatomis dan fisiologis.
2. Jelaskan beberapa fenomena di klinik sehubungan dengan topognosis gigi.

Jawab :

1. Terjadinya kesalahan dalam penentuan lokasi rangsangan pada gigi dapat


terjadi akibat saraf-saraf yang menginervasi gigi satu dengan yang lainnya,
seperti contohnya adalah nervus alveolaris superior media yang mempersarafi
gigi premolar serta molar 1 rahang atas. Gigi molar 1 rahang atas yang diberi
rangsang tekan, tetapi orang coba akan merasakan tekanan terjadi pada
premolar rahang atas karena hanya dilakukan satu kali percobaan tekan dan
tidak secara keras. Hal tersebut akhirnya membuat otak salah dalam
9
menafsirkan sinyal yang diberikan. Penyimpangan sendorik dan penurunan
sensai dapat menyebabkan gangguan reseptor sensorik.

2. Beberapa fenomena yang terjadi di klinik dan sehubungan dengan topognosis


ialah ketika memeriksa adanya kelainan di jaringan periodontal dan bisa
dilakukan tes vitalitas, salah satunya yaitu tes perkusi. Tes tersebut
merupakat pengetukan pada gigi yang akan dilakukan perawatan dengan
menggunakan ujung pegangan instrumen. Pasien yang dapat merasakan
nyeri pada gigi yang dilakukan tes tersebut dapat disimpulkan sebagai gigi
yang masih vital. Akan tetapi, terkadang pasien dapat melakukan kesalahan
dalam menyebutkan apakah gigi tersebut nyeri atau tidak.

10

Anda mungkin juga menyukai