Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK

PROBLEM SOLVING
SKENARIO 3 BLOK 10

KELOMPOK 6/F
Ketua : Alfin Efendi NIM: 195160107111007
Sekretaris : Ayu Nabilatul Ummah NIM: 195160107111008
Anggota : Yuan Marcelita NIM: 195160101111030
Farhan Al Rasyid Munthe NIM : 195160107111001
Diva Mutiara Afina NIM: 195160107111002
Herlambang Pangestu NIM: 195160107111003
Vivi Anggia Puspita sari NIM: 195160107111004
Salima izzati NIM: 195160107111005
Rizky Akbar Nimastama Putra NIM: 195160107111006
Rania Luthfiyah El Ma’suma NIM: 195160107111010
Mutiara Azzahra NIM: 195160107111012
Ramadhan Waskita Gemilang NIM: 195160107111013
Luluk Nadzifah Ranitasari NIM: 195160107111014

PS 1 : Senin/ 29 November 2021


FASILITATOR :
drg. FENI ISTIKHAROH

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya.
Tak lupa kami ucapkan terimakasih drg. Feni Istikharoh atas bimbinganya dalam diskusi berlangsung,
sehingga penulis dapat menyusun laporan ini dengan tepat waktu. Laporan ini dibuat dalam rangka
memenuhi tugas laporan Problem Solving.
Penyusunan laporan ini tentunya tidak lepas dari berbagai hambatan dan kesulitan. Namun berkat
kerjasama teman-teman, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Terkait dengan hal ini, penyusun
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran pembuatan tugas
laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, sehingga dapat memperbaiki
penulisan karya tulis selanjutnya. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover .........................................................................................................................................................
Kata Pengantar ....................................................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................................................... iii
I. Skenario ..................................................................................................................................... 1
II. Instruksi Untuk Mahasiwa ......................................................................................................... 2
III. Pembahasan ............................................................................................................................... 3
Daftar Pustaka ......................................................................................................................................... 8

iii
PROBLEM SOLVING MODUL 4
SKENARIO 3
Keluhan
Pasien laki-laki berusia 39 tahun datang dengan keluhan terdapat benjolan pada rahang bawah kanan daerah
geraham sejak 10 tahun lalu. Awalnya benjolan dirasakan kecil sebesar kelereng di rahang bawah kanan
daerah geraham, kemudian benjolan berangsur angsur semakin membesar dan meluas kearah anterior dan
kiri rahang bawah. Pasien merasakan kadang - kadang ada keluar cairan asin didalam mulut dan keluar
darah sewaktu meludah. Keluhan susah makan akibat ukuran tumor yang membesar dirasakan dalam satu
tahun terakhir. Pasien mengeluhkan giginya yang goyang dan tidak bisa makan hingga mengalami
penurunan berat badan sekitar 4 kg dalam satu tahun terakhir.
Riwayat Pasien
Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, jantung, asma disangkal
Pemeriksaan Klinis
- Keadaan umum: baik
- Kesadaran : Compos mentis
- TD : 145/ 112 mmHg
- Nadi : 107x/ menit
- Suhu : 36,4 oC
- Pernapasan : 18x/ menit
Status Lokalis
Pemeriksaan Ekstra Oral :
Tampak massa di regio mandibula anterior meluas ke posterior dextra ukuran ± 8 x 4 x 3 cm berbatas jelas,
konsistensi keras, permukaan licin, tidak terasa nyeri dan warna dan suhu sama dengan jaringan sekitar.
Pasien dapat membuka mulut sebesar 1,5 jari. Terdapat pembesaran pada KGB level 1B sinistra ukuran
±2x1,5 cm, mobile, konsistensi lunak, tidak terdapat nyeri tekan serta warna dan suhu sama seperti jaringan
sekitar.
Pemeriksaan Intra Oral :
Oral hygiene pasien sedang. Terdapat kegoyangan derajat 2 pada gigi 31,32,33,34,35,45 sisa akar pada gigi
36 dan impaksi pada gigi 38 dan 48. Tampak massa di rahang bawah regio gigi 35 hingga gigi 48 dengan
ukuran ± 8 x 3 x 3 cm dan mengalami perluasan ke arah bukal dan lingual, berbatas jelas, konsistensi keras,
permukaan licin, tidak terasa nyeri, warna dan suhu sama seperti jaringan sekitar. Terdapat blood discharge
pada bagian mukosa pipi rahang bawah bagian kiri.
Pemeriksaan Radiologi :
Pada foto panoramik tampak lesi radiolusen multilokus di mandibula sisi angulus dextra hingga ke regio
gigi 35, kehilangan gigi 41,42,43,44 dan gigi 31 tipping, dan terdapat resorbsi akar pada gigi 31,32,33 dan
34
Gambaran Klinis :

1
INSTRUKSI UNTUK MAHASISWA
1. Step 1 : Mengidentifikasi aspek utama
Apakah organ/ hal penting yang menjadi aspek utama dalam permasalahan? Bagaimana kondisi
normal dan fungsinya?

2. Step 2 : Mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan


Apa saja informasi yang dapat diketahui dari hasil anamnesis dan pemeriksaan yang
menggambarkan kondisi rongga mulut pasien ?

(Tanda dan gejala dilihat dari aspek keilmuan penyakit mulut, oral biologi dan radiologi)

3. Step 3 : Menghubungkan aspek utama dengan data/ informasi


Bagaimanakah hubungan dari setiap data/ informasi yang diperoleh dari step 2 dengan hasil yang
didapatkan pada step 1?

(Hubungan dari permasalahan utama dengan tanda dan gejala, dilihat dari aspek keilmuan penyakit
mulut, oral biologi dan radiologi

4. Step 4 : Menjelaskan patomekanisme penyakit/ kelainan


Bagaimanakah hubungan sebab akibat yang dapat menjelaskan terjadinya tanda dan gejala penyakit/
kelainan? Apakah faktor risiko dari penyakit/ kelainan?

(Patomekanisme penyakit dilihat dari aspek keilmuan penyakit mulut, oral biologi dan radiologi)

5. Step 5 : Membuat diagnosis


Apa dugaan diagnosis/kelainan tersebut ?

(Dilihat dari aspek keilmuan penyakit mulut, oral biologi dan radiologi)

6. Step 6 : Menjelaskan alasan menetapkan diagnosis


Apakah hal- hal yang menjadi pertimbangan dalam memutuskan diagnosis tersebut? (Dilihat dari
aspek keilmuan penyakit mulut, oral biologi dan radiologi)

7. Step 7 : Membuat rencana perawatan


Apakah rencana perawatan dan penatalaksanaan yang tepat untuk kelainan tersebut? (Dilihat dari
aspek keilmuan penyakit mulut, oral biologi dan radiologi)

2
PEMBAHASAN
1. Step 1 : Mengidentifikasi aspek utama
Apakah organ/ hal penting yang menjadi aspek utama dalam permasalahan?
Bagaimana kondisi normal dan fungsinya?
 Aspek Utama : Mandibula, Gingiva, Gigi, Jaringan Periodontal
 Kondisi Normal dan Fungsinya
1) Mandibula
Bentuk normal : rahang bawah melengkung, dan berbentuk seperti tapal kuda.
Fungsi : mandibula merupakan bagian dari muka dan kepala yang ikut menentukan bentuk wajah
seseorang sehingga berfungsi estetik. Mandibula juga berfungsi sebagai alat pengunyah, penelan,
dan pengucapan.
2) Gingiva
Bentuk Normal : Saat gigi erupsi, marginal gingiva dan sulkus gingiva terletak di ujung mahkota.
Seiring berjalanya waktu, gingiva terlihat lebih dekat dengan akar. Marginal gingiva berada 1-3
mm di atas CEJ, menutupi akar gigi dan jaringan gingiva. Secara anatomi, gingiva dibagi menjadi
marginal gingiva, sulkus gingiva, attached gingiva, dan interdental gingiva. Berwarna merah muda
atau merah salmon , warna ini tergantung dari derajat vaskularisasi, ketebalan epitel, derajat
keratinisasi dan konsentrasi pigmen melanin. Konturnya berlekuk, berkerut-kerut seperti kulit jeruk
dan licin.
Fungsi : Gingiva normal melindungi tulang alveolar dan akar gigi sampai di bagian koronal dari
CEJ.

■ Kondisi normal Interdental Papil


a. Berbentuk piramida atau col
b. Papila interdental menutupi bagian interdental sehingga tampak lancip
■ Kondisi normal Margin Gingiva
a. Berada 1-3 mm di atas CEJ, menutupi akar gigi dan jaringan gingiva

3
b. Mengelilingi daerah leher gigi
c. Berbentuk lekukan seperti kulit kerang
■ Kondisi Normal Attached Gingiva
a. Melekat erat pada sementum mulai dari sepertiga bagian akar periosteum tulang alveolar
b. Terdapat bintik-bintik atau lekukan kecil yang disebut stippling
■ Kondisi Normal Sulkus Gingiva
a. Bagian dalam celah berbentuk seperti V dan kedalamannya berkisar 0-6 mm, dengan rata-
rata 1,8 mm (Carranza et al, 2019)
3) Gigi
Bentuk Normal : Lapisan gigi terdiri dari enamel, dentin, dan pulpa sedangkan pada akar terdiri
dari sementum, dentin dan pulpa. Tumbuh secara normal dan benar sesuai garis lengkung oklusal.
Tidak terjadi pergeseran atau kelainan pada gigi. Berwarna putih kebiruan untuk gigi desidui.
Berwarna putih untuk gigi permanen.
Fungsi gigi secara umum :
- Fungsi mastikasi
- Fungsi estetik
Bentuk gingiva sehat berperan dalam memberi kesan
ideal saat tersenyum.
- Fungsi bicara
Gingiva dapat membantu dalam berbicara
- Fungsi perlindungan terhadap jaringan pendukungnya
Gingiva memiliki epitelium berkeratin yang tahan terhadap iritasi bakteri, kimia, suhu,
dan mekanik. Dengan demikian dapat membantu mencegah penyebaran radang ke
jaringan periodontal yang lebih dalam.
Keempat fungsi tersebut dapat optimal bila gigi dalam keadaan normal dan oklusi yang baik.
4) Jaringan periodontal :
Bentuk Normal : Merupakan jaringan ikat yang melekatkan gigi dengan jaringan disekitarnya.
Jaringan ini membentuk persendian syndesmosis yang memiliki nama khusus yaitu sendi
gomposis. Jaringan ini terdiri dari atas gingiva, Ligamen perio, sementum, tulang alveolar. Inervasi
jaringan perio ini dari N. Alveolaris superior dan N. Alveolaris inferior
Fungsi : sebagai jaringan penyangga gigi, meredam kekuatan pengunyahan, dan memberikan
nutrisi melalui pembuluh darah didalamnya.

2. Step 2 : Mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan


Apa saja informasi yang dapat diketahui dari hasil anamnesis dan pemeriksaan yang menggambarkan
kondisi rongga
mulut pasien ?
(Tanda dan gejala dilihat dari aspek keilmuan penyakit mulut, oral biologi dan radiologi)
Anamnesis
- Benjolan rahang bawah kanan daerah geraham sejak 10 tahun yang lalu
- Awalnya benjolan dirasakan kecil sebesar kelereng di rahang bawah kanan daerah geraham,
kemudian benjolan berangsur angsur semakin membesar dan meluas kearah anterior dan kiri
rahang bawah.

4
- Pasien merasakan kadang - kadang ada keluar cairan asin didalam mulut dan keluar darah sewaktu
meludah.
- Keluhan susah makan akibat ukuran tumor yang membesar dirasakan dalam satu tahun terakhir.
- Pasien mengeluhkan giginya yang goyang dan tidak bisa makan hingga mengalami penurunan berat
badan sekitar 4 kg dalam satu tahun terakhir.
Pemeriksaan Klinis
- Keadaan umum: baik
- Kesadaran : Compos mentis
- TD : 145/ 112 mmHg
- Nadi : 107x/ menit
- Suhu : 36,4 oC
- Pernapasan : 18x/ menit
Pemeriksaan ekstra oral
- Massa di regio mandibula anterior yang meluas ke posterior dextra dgn ukuran 8x4x3 cm
- Berbatas jelas, konsistensi keras, permukaan licin, tidak terasa nyeri, warna dan suhu sama
dengan jaringan sekitar
- Pasien membuka mulut sebesar 1,5 jari
- Terdapat pembesaran KGB level 1B sinistra ukuran 2x1,5 cm, mobile, konsistensi lunak,
- Tidak terdapat nyeri tekan
- Warna dan suhu sama seperti jaringan sekitar
Pemeriksaan Intra Oral
- Terdapat kegoyangan derajat 2 pada gigi 31, 32, 33, 34, 35,45, sisa akar gigi 36, impaksi gigi 38
dan 48
- Terdapat blood discharge pada bagian mukosa pipi rahang bawah bagian kiri
- Tampak massa di rahang bawah regio gigi 35 hingga gigi 48 dengan ukuran ± 8 x 3 x 3 cm dan
mengalami perluasan ke arah bukal dan lingual, berbatas jelas, konsistensi keras, permukaan licin,
tidak terasa nyeri, warna dan suhu sama seperti jaringan sekitar
Pemeriksaan radiologi
- Pada foto panoramik tampak lesi radiolusen multilokus di mandibula sisi angulus dextra hingga ke
regio gigi 35
- Kehilangan gigi 41,42,43,44 dan gigi 31 tipping, dan terdapat resorbsi akar pada gigi 31,32,33 dan
34

3. Step 3 : Menghubungkan aspek utama dengan data/ informasi


Bagaimanakah hubungan dari setiap data/ informasi yang diperoleh dari step 2 dengan hasil yang
didapatkan pada step 1?
(Hubungan dari permasalahan utama dengan tanda dan gejala, dilihat dari aspek keilmuan penyakit mulut,
oral biologi dan radiologi
1. Mandibula tidak berfungsi sebagai pengunyahan karena terdapat benjolan dirahang bawah kanan
sehingga pasien kesulitan makan dan turun berat badan
2. Benjolan sudah muncul lama (tumbuh lambat) yaitu sekitar 10 tahun, sedangkan mandibula yang
normal seharusnya tidak ada benjolan
3. Pada gambaran radiologis terdapat radiolusen multilokus pada di mandibula sisi angulus dextra
serta adanya resorpsi akar gigi

5
4. Benjolan berukuran 8x3x3 cm di rahang bawah di regio 35 sampai dengan 48 meluas ke bukal dan
lingual, awalnya kecil semakin membesar. → perubahan pada lesi seperti pembesaran secara
bertahap merupakan tanda neoplasia

4. Step 4 : Menjelaskan patomekanisme penyakit/ kelainan


Bagaimanakah hubungan sebab akibat yang dapat menjelaskan terjadinya tanda dan gejala penyakit/
kelainan?
Apakah faktor risiko dari penyakit/ kelainan?
(Patomekanisme penyakit dilihat dari aspek keilmuan penyakit mulut, oral biologi dan radiologi)
Sebab akibat terjadinya tanda dan gejala kelainan (Patogenesis):
Neoplasma ini berasal dari mandibula atau maksila dari epitel yang terlibat dalam pembentukan gigi.
Lebih jarang, ameloblastoma mungkin timbul di lokasi jaringan lunak di dalam gingiva daerah bantalan
gigi. Sumber epitel potensial termasuk organ email, sisa odontogenik (sisa Malassez, sisa Serres), epitel
email berkurang, dan lapisan epitel kista odontogenik, terutama kista dentigerous. Pemicu atau stimulus
untuk transformasi neoplastik dari residu epitel ini tidak diketahui.Mekanisme dimana ameloblastoma
memperoleh pertumbuhan dan keuntungan invasi termasuk yang terkait dengan tumorigenesis dan
diferensiasi serta molekul lain yang terkait dengan perkembangan tumor. Ini termasuk, tetapi tidak terbatas
pada, overekspresi reseptor faktor pertumbuhan epidermal (EGFR), tumor necrosis factor-alpha (TNFa),
faktor osteolitik (aktivator reseptor ligan faktor nuklir-kB [RANKL]), protein anti-apoptosis (Bcl-2, Bcl-
xL), dan protein antarmuka (fibroblast growth factor [FGF], matriks metaloproteinase [MMPs]).
Ameloblastoma, bagaimanapun, memiliki tingkat proliferasi yang rendah, seperti yang ditunjukkan oleh
pewarnaan untuk protein yang berhubungan dengan siklus sel, Ki-67. Mutasi pada onkogen BRAF (jalur
pensinyalan kinase) pada tumor mandibula dan SMO (jalur pensinyalan landak) pada tumor rahang atas
telah ditemukan pada sebagian besar ameloblastoma (Regezi DDS MS et al., 2017).

5. Step 5 : Membuat diagnosis


Apa dugaan diagnosis/kelainan tersebut ?
(Dilihat dari aspek keilmuan penyakit mulut, oral biologi dan radiologi)
DX : Ameloblastoma
DD : dentigerous cyst, odontoge- nic keratocyst, adenomatoid odontogenic tumor

6. Step 6 : Menjelaskan alasan menetapkan diagnosis


Apakah hal- hal yang menjadi pertimbangan dalam memutuskan diagnosis tersebut? (Dilihat dari aspek
keilmuan penyakit mulut, oral biologi dan radiologi)
 Ameloblastoma tumbuh dengan lambat, pasien mengalami benjolan sejak 10 tahun lalu, kemudian
membesar dan meluas ke arah anterior dan kiri rahang bawah.
 Ameloblastoma banyak terjadi di mandibula, terutama pada area molar-ascending molar, pada pasien
benjolan terjadi di rahang bawah.
 Gigi pada area yang terlibat dapat mengalami perpindahan (displaced) dan menjadi goyang (Ghom,
2015) à pada pemeriksaan IO Terdapat kegoyangan derajat 2 pada gigi 31,32,33,34,35,45.
 Tumor biasanya asimptomatik dengan gambaran klinis berupa pembengkakan yang tidak sakit serta
ekspansi ke rahang (Neville, 2012) ---> pada pemeriksaan EO Terdapat pembesaran pada KGB level
1B sinistra ukuran -2x1,5 cm, mobile, konsistensi lunak, tidak terdapat nyeri tekan serta warna dan
suhu sama seperti jaringan sekitar.

6
 Berdasarkan pemeriksaan radiologi:
a. Gambaran radiograf yang umum ditemui adalah lesi radiolusen multilocular yang
dideskripsikan sebagai tampilan “soap bubble” atau “honey comb” (Neville, 2012)à Pada foto
panoramik tampak lesi radiolusen multilokus di mandibula sisi angulus dextra hingga ke regio
gigi 35
b. Biasa ditemui Resorpsi gigi yang berdekatan dengan tumor (Neville, 2012) --> pasien
mengalami resorbsi akar pada gigi 31,32,33 dan 34
c. Pada banyak kasus gigi unerupsi, paling banyak M3 mandibula, berhubungan dengan defek
radiolusen (Neville, 2012)--> impaksi pada gigi 38 dan 48

7. Step 7 : Membuat rencana perawatan


Apakah rencana perawatan dan penatalaksanaan yang tepat untuk kelainan tersebut?
(Dilihat dari aspek keilmuan penyakit mulut, oral biologi dan radiologi)
Diagnosis ameloblastoma ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
penunjang. Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologi, yaitu dengan melakukan
insisonal biopsi diwarnai dengan hematoxylin dan eosin. Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan foto
rontgen panoramic.
Terdapat beberapa macam perawatan yang dapat digunakan sesuai dengan kondisi pasien. Pada
kasus ini dimana ameloblastoma dengan tipe multikistik, maka untuk planning terapinya dilakukan operasi
radikal yaitu reseksi mandibula, dilakukan dengan mengangkat tumor beserta tulang normalnya sebanyak
1 cm. Tepian tulang linier ini harus dikonfirmasi dari spesimen radiografis intra operasi. Tepi jaringan lunak
merupakan manajemen terbaik berkaitan dengan prinsip tepian barier anatomis dimana area yang tidak
terlibat ini akan dikorbankan sebagai batas tepian spesimen. Pasca dilakukan pembedahan dilakukan
kontrol untuk evaluasi perawatan. Ketika batas seluruh jaringan lunak dan keras dibuktikan negatif secara
histologis, pasien dianggap sembuh dari neoplasma.
Perawatan non-radikal umumnya digunakan pada tumor yang unikistik. Namun metode perawatan
ini, yang termasuk masupilisasi dan enukleasi diikuti dengan kuretase tulang yang benar, menunjukan hasil
yang sangat efisien dan mengurangi kebutuhan untuk reseksi bedah sehingga memperkuat indikasi untuk
pengobatan non-radikal untuk ameloblastoma

7
DAFTAR PUSTAKA

Adam, M., dkk. 2017. Ameloblastoma Hemimandibulectomy and Reconstruction with Free Fibular Graft -
A Case Report and Review of the Literature Introduction Case Report. International Journal of Head
and Neck Science. 1(4): 255-256

de Moraes, F. B., Cardoso, R. M., Rodrigues, S. V., Dutra, M. V., Pereira, U. R., & Borges, T. R. (2014).
Ameloblastoma: a clinical and therapeutic analysis on six cases. Revista brasileira de ortopedia,
49(3), 305–308. https://doi.org/10.1016/j.rboe.2014.04.006.

Neville, B.W., Damm, D.D., Allen, C.M. and Chi, A.C., 2012. Oral and maxillofacial pathology. Elsevier
Health Sciences.

Ghom, A.G. and Ghom, S.A.L. eds., 2015. Textbook of oral medicine. JP Medical Ltd.

Regezi, J.A., Sciubba, J.J. and Jordan, R.C., 2017. Oral pathology: clinical pathologic correlations. Elsevier
Health Sciences.

Malik, NA. 2012. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery. India. Jaypee Publisher.

Sapp.JP. 2004. Contemporary Oral and Maxillofacial Pathology. St. Louis. Mosby

Regezi JA, et al. 2017. Oral Pathology Clinical Pathologic Correlation 7th Edition. Elsevier

Fidya. 2018. Anatomi Gigi dan Mulut. Malang. UB Press

Neville BW, Damn DD and Allen CM. 2009. Oral and Maxillofacial Pathology 3rd Edition. Elsevier

Lewis M and Jordan R. 2013. Penyakit Mulut Diagnosis dan Terapi Edisi 2. Jakarta. EGC

Laskaris G. 2012. Atlas Saku Penyakit Mulut Edisi 2. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai