2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan hasil diskusi kelompok yang berjudul “Makan nggak enak senyum
pun malu”. Dalam penulisan laporan hasil diskusi kelompok ini kami pun mendapat banyak
ilmu yang berguna, bagi diri sendiri dan pembaca untuk kedepannya.
Laporan hasil diskusi kelompok ini disusun untuk menyelesaikan tugas Pemicu 4
sebagai bagian dari produk. Laporan hasil diskusi kelompok ini juga bertujuan agar
pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuan tentang ulkus dan penanganannya selain itu
juga dengan adanya laporan ini diharapkan bagi pembaca agar dapat mengembangkannya
lagi. Laporan hasil diskusi kelompok yang kami buat ini, kami ambil dari berbagai sumber,
dari internet dan beberapa buku pegangan.
Semoga laporan hasil diskusi kelompok yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi
pembaca, serta dapat memberikan wawasan yang lebih luas bagi kita semua. Kami
menyadari laporan hasil diskusi kelompok yang kami buat ini memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kami mohon maaf bila ada kesalahan dalam penyusunan atau penulisan
laporan praktikum ini, dan kami mohon untuk saran dan kritiknya demi kesempurnaan
laporan hasil diskusi kelompok atau tugas yang akan datang
Medan,
Tim Penyusun
3
DAFTAR ISI
2. TUJUAN ............................................................................................................... 5
BAB II : PEMBAHASAN
4. PEMBAHASAN PRODUK ................................................................................. 8
BAB I
4
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Rongga mulut terdiri dari gigi dan struktur penunjangnya. Struktur penunjangnya adalah
gingiva, jaringan periodontal dan tulang alveolar. Dimana antara gigi dan struktur
penunjangnya saling berhubungan, apabila salah satunya mengalami kelainan/cedera maka
akan berdampak pada struktur lainnya, oleh karena itu sangat perlu untuk menjaga
kesehatan gigi dan struktur pendukungnya agar keseimbangan di dalam rongga mulut tetap
terjaga.
Periodontitis adalah “suatu penyakit inflamasi pada jaringan penyokong gigi yang
disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, mengakibatkan kerusakan progresif pada
ligamen periodontal dan tulang alveolar dengan pembentukan poket, resesi atau
keduanya.” Penampakan klinis yang membedakan periodontitis dengan gingivitis adalah
keberadaan kehilangan perlekatan (attachment loss) yang dapat dideteksi. Hal ini sering
disertai dengan pembentukan poket periodontal dan perubahan densitas serta ketinggian
tulang alveolar di bawahnya. Pada beberapa kasus, resesi gingiva marginal dapat menyertai
attachment loss, yang menyembunyikan perkembangan penyakit apabila hanya dilakukan
pengukuran kedalaman poket tanpa dilakukan pengukuran tingkat perlekatan klinis
Tanda klinis inflamasi seperti perubahan warna, kontur dan konsistensi serta pendarahan
pada saat probing, tidak selalu menjadi indikator positif terjadinya attachment loss. Namun,
timbulnya pendarahan yang berkelanjutan pada saat probing dalam pemeriksaan yang
berulang telah menjadi suatu indikator yang terpercaya terhadap adanya inflamasi dan
potensi terjadinya attachment loss pada daerah yang berdarah. Menurut The 2017 World
Workshop on the Classification of Periodontal and Peri-Implant Diseases and Conditions,
periodontitis memiliki 4 stage (stage I-1V) dan 3 grade (A,B,C).
2. TUJUAN
5
2. Mengasah kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan sebuah permasalahan
secara bersama
3. Memperoleh pendapat dan jawaban yang dapat dipergunakan dalam pengambilan
kesimpulan.
3. DESKRIPSI PEMICU
Pemicu 4
Penyusun : Irma Ervina, drg., Sp. Perio (K), Dr. drg. Wilda Hafni Lubis, Msi., Dr. Drg.,
Trelia Boel., M.Kes., Sp.RKG (K)
Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke RSGM USU Medan dengan keluhan gusi
sering berdarah dan ada luka pada pipi bagian dalam. Berdasarkan anamnesis keadaan
umum pasien baik. Pasien mengobati gusi berdarah menggunakan minyak cengkeh. Pasien
memiliki kebiasaan merokok sejak remaja Pemeriksaan intraoral menunjukkan gigi 16, 11,
21 dan 26 mobiliti derajat 1, gigi 37, 36, 31, 41, 42, 46 dan 47 mobiliti derajat 2, dengan
konsistensi gingiva oedematous. Pada gigi 46 bila ditekan keluar pus. Rata-rata kedalaman
poket antara 5 - 8 mm. Pada gigi 26 terdapat lesi furkasi derajat 2. Skor OHIS 2,2. Pada
mukosa bukal terlihat erosi, berkerut, dan berwarna putih.
Produk:
1. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis kelainan periodontal
6
3. Jelaskan diagnosis banding kelainan periodontal dan mukosa tersebut !
7. Apakah perlu dilakukan pemeriksaan penunjang pada kelainan periodontal dan mukosa
tersebut? Jelaskan !
BAB II
PEMBAHASAN
7
2.1 PEMBAHASAN PRODUK
• Tempramen
• Sikap
• Usia fisiologis
• Obesitas
2. Riwayat Medis
Penilaian terhadap kesehatan umum pasien berdasarkan jawaban pasien atas pertanyaan
yg diajukan si pemeriksa.
3. Riwayat Dental
8
Adanya perdarahan gusi, gusi goyang, diastema pada gigi, rasa tidak
enak/busuk di mulut
Foto panoramik dapat juga dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara over-
all mengenai distribusi dan keparahan kerusakan pada tulang.
• Kunjungan Kedua
Pemeriksaan Oral :
1. Higiena oral
Dinilai berdasarkan banyak atau sedikitnya penumpukan plak, debris, materi alba dan
stein pd gigi.
2. Bau mulut
Penyakit periodontal & gingiva sering disertai kelainan pada nodus limfe.
2. Stein
3. HIpersensitivitas
5. Mobiliti Gigi
9
N (normal): Secara klinis tdk terlihat ada mobiliti gigi
Derajat 2 : Gigi bergerak dlm arah vestibular maupun oral > 1mm.
Derajat 3 :Gigi bergerak dlm arah vestibular maupun oral > 1mm & arah vertikal
6. Migrasi Patologis
9. Trauma Oklusi
Pemeriksaan Periodonsium
2. Gingiva
periksa: warna, tekstur permukaan, besar dan kontur gingiva, konsistensi, pendarahan.
3. Poket Periodontal
Diperiksa dengan melihat ciri-ciri saku dibantu dgn alat prob periodontal.
• Kedalaman saku
A. Selipkan prob ke dalam saku dgn prob tetap berkontak dengan gigi sampai dirasa ada
tahanan. Baca kalibrasi pada prob.
B. Kedalaman saku pada setiap gigi diukur pada 6 tempat: distal, tengah dan mesial
permukaan vestibular, serta distal, tengah dan mesial permukaan oral.
10
• Level perlekatan
C. BSE tersingkap, KGB migrasi apikallevel perlekatan= jarak dasar saku ke BSE
D. KGB koronal dari BSEukur jarak KGB ke BSE. Level perlekatan= kedalaman saku
- jarak KGB ke BSE.
A. Saku gusi :
Pada probing dasar saku atau bagian koronal epitel penyatu terlebih dulu terasa
menyentuh/setentang BSE belum ada kehilangan perlekatan.
B. Saku periodontal :
Prob bisa penetrasi melewati BSE tanpa mencederai jaringanada kehilangan perlekatan.
Saku supraboni
Saku infraboni
• Gingiva Cekat
11
Positif: gingiva bebas bergerak menjauhi gigi.
• Lesi Furkasi
58% gigi molar pertama maksila dan mandibula muara furkasinya lebih sempit dibanding
diameter kuret periodontal.
• Abses periodontal
Analisis Fungsi
Sesuai dengan The 2017 World Workshop on the Classification of Periodontal and Peri-
Implant Diseases and Conditions, kasus diatas diklasifikasikan sebagai periodontitis stage
III, seperti tabel diatas tertulis untuk stage III terdapat kedalaman probing ≥6 mm
sedangkan pada kasus rata-rata kedalaman probing 5-8 mm. Gigi 16, 11, 21 dan 26
12
mobiliti derajat 1, gigi 37, 36, 31, 41, 42, 46 dan 47 mobiliti derajat 2. Pada tabel, tertulis
terjadi furcation involvement class II or III , pada kasus kita dikatakan terdapat lesi furkasi
derajat 2.
Grade C karena pada tabel dikatakan bahwa tandanya periode perkembangan penyakit
cepat, seperti pada kasus baru berusia 30 tahun namun telah mengalami kehilangan
tulang/kerusakan, gigi yang mobiliti dan kedalaman prob 5-8 mm.
Traumatik ulser adalah lesi yang paling sering terjadi pada jaringan lunak rongga mulut.
Traumatik ulser dapat terjadi karena trauma fisik, kimia, termal ataupun bibir, lidah, dan
mukosa bukal. Luka akibat kimia dapat disebabkan oleh penggunaan bahan kimia seperti
aplikasi obat topikal untuk mengurangi rasa sakit gigi. Beberapa bahan adalah aspirin,
natrium perborate, hidrogen peroksida, bensin, terpentin, alkohol gosok, asam baterai,
isopropil alkohol, fenol, eugenol, karbid peroksidase, bifosfonat, klorpromazin, dan
promazin. Luka bakar kimia menghasilkan nekrosis mukosa dengan gambaran klinis
yang lebih parah. Jika terpapar dalam waktu singkat dengan bahan kimia, mukosa
superfisial menjadi putih dan berkerut, tetapi paparan yang lebih lama menyebabkan
denudasi lapisan epitel dan perkembangan membran fibrinopurulen kekuningan di area
yang terkena paparan.
Cengkeh yang digunakan pada kasus untuk mengobati gusi berdarah mengandung eugenol
82%. Bahan ini dapat menyebabkan efek terbakar pada mukosa oral. Eugenol umumnya
bersifat sitotoksik pada konsentrasi tinggi dan memiliki efek buruk pada sel-sel fibroblas
dan osteoblas. Jadi pada konsentrasi tinggi ia menghasilkan nekrosis dan mengurangi
penyembuhan. Efek ini terkait dosis dan berpotensi mempengaruhi semua pasien.
• Abses Periodontal
Abses periodontal merupakan infeksi lokal purulen di dalam dinding gingiva pada saku
13
periodontal yang dapat menyebabkan destruksi ligamen periodontal dan tulang alveolar.
Abses periodontal secara khusus ditemukan pada pasien dengan periodontitis yang tidak
dirawat dan berhubungan dengan saku periodontal yang sedang dan dalam, biasanya
terletak diluar daerah mukogingiva. Gambaran klinisnya terlihat licin, pembengkakan
gingiva mengkilat disertai rasa sakit, daerah pembengkakan gingivanya lunak karena
adanya eksudat purulen dan meningkatnya kedalaman probing, gigi menjadi sensitif bila
diperkusi dan mungkin menjadi mobiliti serta kehilangan perlekatan periodontal dengan
cepat dapat terjadi.
• Leukoplakia Homogen
Disebut juga sebaia leukoplakia simplex yang terjadi pada sekitar 84 % kasus biasanya
tanpa gejala. Gambaran klini menunjukkan leukoplakia homogen yaitu datar, tipis atau
berkertu dan semuanya berwarna putih dan penyakit ini sering dijumpai pada pasien yang
memiliki kebiasaan merokok.
• Stomatitis Nicotina
Stomatitis Nikotina merupakan salah satu kelainan pada mukosa mulut sebagai akibat
kebiasaan pengunaan tembakau dalam jumlah besar dan waktu yang lama. Kelainan ini
sering terjadi pada palatum keras. Mula-mula dengan gejala kemerahan yang difus,
kemudian menjadi keabuan dan kemungkinan mengalami pengerutan pada waktunya,
terlihat banyak papula-papula keratotik khas dengan tengah yang merah cekung dan
berhubungan dengan duktus ekskretorius kelenjar liur minor yang melebar serta
meradang, papula –papula yang terpisah tetapi dengan yang tengah merah yang menonjol
14
adalah umum.
• Leukoedema
Merupakan plak putih yang terletak pada mukosa bukal yang dianggap sebagai variasi
normal. Leukoedema biasanya asimptomatik dan simetris terdapat pada mukosa bukal.
Lesi muncul secara menyebar (difus), abu-abu putih, filmy, memiliki permukaan seperti
susu.
• Lichen Planus
Penyakit autoimun yang bersifat kronis dapat mengenai kuku, kulit, rambut & membran
mukosa biasanya ditandai dengan reticular atrophic & erosive mucosal. Lichen planus
dapat memberikan gambaran suatu lesi seperti plak.
• Abses Gingiva
Abses gingiva merupakan infeksi lokal purulen yang terletak pada marginal gingiva atau
papila interdental dan merupakan lesi inflamasi akut yang mungkin timbul dari berbagai
faktor, termasuk infeksi plak mikroba, trauma, dan impaksi benda asing. Gambaran
klinisnya merah, licin, kadang-kadang sangat sakit dan pembengkakan sering
berfluktuasi.
• Abses Periapikal
Abses periapikal merupakan pus yang terlokalisir yang menghancurkan
jaringan periradikuler akibat adanya infeksi dan supurasi jaringan sebagai respon
inflamasi terhadap iritan mikroba dan iritan non mikroba dari pulpa yang nekrosis.
Primer : Penumpukan bakteri plak pada permukaan gigi merupakan penyebab utama
15
penyakit periodontal. Pada soal diketahui pasien memiliki skor OHIS 2.2 yang berarti
sedang (Gigi di tutupi oleh debris lebih dari 1/3 tetapi kurang dari 2/3 dari luas permukaan
gigi). Bakteri yang biasa terlibat dalam penyakit periodontitis ada Aggregatibacter
actinomycetemcomitans, Porphyromonas gingivalis, Prevotella intermedia, dan
Fusobacterium nucleatum.
Tar?
Disebabkan oleh iritan lokal yaitu adanya bahan kimia didalam rongga mulut dalam hal ini
minyak cengkeh yang mengandung eugenol akhirnya mengenai mukosa oral.
• Abses Periodontal
Abses periodontal memiliki 2 etiologi yaitu berhubungan dengan periodontitis dan tidak
berhubungan dengan periodontitis. Pada kasus ini etiologinya berdasar hubungan dengan
penyakit periodontitis.
3. Perubahan dalam komposisi mikroflora, virulensi bakteri, atau dalam pertahanan host
bisa juga membuat lumen saku tidak efisien dalam meningkatkan pengeluaran suppurasi.
4. Pengobatan dengan antibiotik sistemik tanpa debridemen subgingiva pada pasien dengan
periodontitis lanjut juga dapat menyebabkan pembentukan abses.
16
Pada kasus ini poin 1,2 dan 3 yang cocok untuk etiologi kasus diatas.
17
6. Jelaskan rencana perawatan kelainan periodontal dan mukosa tersebut!
2. Drainase abses
Drainase abses gingiva dilakukan apabila permukaan lesi lunak konsis-
tensinya. Mula-mula permukaan abses diberi anestesi topikal. Setelah
anestesi berjalan, daerah abses yang paling lunak diinsisi dengan skalpel.
Kemudian daerah yang diinsisi dibersihkan dengan air hangat, lalu
ditekan dengan kain kasa untuk menghentikan pendarahan. Daerah abses
yang telah diinsisi diperiksa kembali untuk menyingkirkan benda asing
yang tertancap di dalam gingiva.
•Kontrol plak, Kontrol diet (bagi penderita karies rampan) , Penskeleran dan
18
dan restorasi (sementara /permanen tergantung prognosis gigi yg final dan
• Bedah periodontal
• Restorasi final
19
Pemeriksaan periodontal
• Kunjungan berkala
20
7. Apakah perlu dilakukan pemeriksaan penunjang pada kelainan periodontal dan
pemeriksaan klinis sperti panjang akar dan tinggi tulang yang tertinggal.
evaluasi pasca trauma gigi yang melibatkan tulang dan evaluasi implan paska
21
8. Jelaskan jenis radiografi yang tepat pada kasus tersebut !
Jenis radiografi yang dapat digunakan adalah periapikal dengan teknik paralel. Teknik
radiografi intraoral ini digunakan untuk melihat beberapa gigi dan jaringan pendukung
disekitar apeks. Setiap gambar radiografi periapikal memperlihatkan dua sampai empat
gigi dengan gambaran dari mahkota hingga tulang alveolar disekitarnya.
Jenis radiogafi lainnya yang juga dapat digunakan adalah teknik panoramik.
Panoramik merupakan foto ronsen ekstra oral yang menghasilkan gambaran yang
memperlihatkan struktur fasial termasuk mandibula dan maksila beserta struktur
pendukungnya. Struktur periodontal yang teridentifikasi dalam radiografi meliputi lamina
dura, tulang alveolar, ruang ligamen periodontal dan sementum. Foto panoramik dapat
mendiagnosa penyakit periodontal pada kasus yang parah dan sebagai pemeriksaan
tambahan pada jaringan tulang marginal.
22
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN & SARAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Fatima Siti Maulidya Bachrudin, Aisyah Putri Rezeki. Tata laksana lesi oral pada anak
laki-laki usia 9 tahun. Prosiding dies natalis 57 fakultas kedokteran gigi Universitas
Padjadjaran, Bandung, 2017: 236.
23
2. Taufiqurrahman, Herdini Camelia. Metastasis leher tersembunyi pada karsinoma lidah
T1-T2. J Kesehatan Andalas 2014; 3(3): 552-3.
4. Athika Rahmawati, Tofrizal. Gambaran sitologi eksfoliatif pada apusan mukosa mulut
murid SD Negeri 13 Sungai Buluh Batang Anai Padang Pariaman. J Kesehatan Andalas
2018; 7(2): 247.
6. Gondo Mastutik, Rahmi Alia. Skrining kanker serviks dengan pemeriksaan pap smear
di Puskesmas Tanah Kali Kedinding Surabaya dan Rumah Sakit Mawadah Mojokerto.
Majalah Obstetri & Ginekologi 2015; 23(2): 57-9.
8. Suci Rahmadhani, Aswiyanti Asri. Akurasi fine needle aspiration biopsy sebagai
prosedur diagnostik nodul tiroid di Laboratorium Patologi Anatomi Rumah Sakit
Umun Pusat DR M Djamil Padang. J Kesehatan Andalas 2018; 7(3):412-4. A
rtikel Penelitian
9. Savitri Restu Wardhani. Biopsi dalam bidang dermatologi. JKM 2005;5(2): 16-8.
10. Dwi Wahyuni, Nurul Huda. Studi fenomenologi: pengalaman pasien kanker stadium
lanjut yang menjalani kemoterapi. JOM 2015; 2(2):1041-1045.
11. Abraham Simatupang, Pedoman WHO tentang penulisan resep yang baik sebagai
bagian penggunaan obat yang rasional. Majalah Kedokteran FK UKI 2012; 28(1): 27-
31.
24