Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK

BLOK 10 – SISTEM STOMATOGNASI

PEMICU 5

“Gigiku sakit”

Disusun Oleh:
Kelompok 3

Narasumber:

Cek Dara Manja, drg., Sp.RKG (K);


Minasari, drg., MM;
Dewi Kartika, drg., MDSc

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2022
TIM PENYUSUN

Ketua : Siti Syafira Rojakti Rengen (210600133)

Sekretaris : Nursavera (210600023)

Anggota : Salwa Fahira Putri Iskandar (210600022)

Nur Afifah Lubis (210600024)

Tasya Mayati (210600025)

Salsabila Nazhifah (210600026)

Adi Trianta Sembiring (210600027)

Namira Tri Adilah (210600028)

Nada Marwasalika Siregar (210600029)

Zahrah Nabilah. (210600030)

Rezky Nadira (210600031)

Yosefine Tri Utami Samosir (210600098)

Aurellia Saragih (210600099)

Debora Bintang Maratur Napitupulu (210600100)

Aisyah Anindya Pasha Ketaren (210600101)

Zetta Anyora Ginting (210600102)

Fellita Thanniel (210600103)

Michelle Angel Ligatsyah (210600104)

Syva Afiana (210600105)

Angel Julia Santy Sinambela (210600106)

Tri Yulita Simanjuntak (210600107)

Charlize Khung Pau Tze (210600135)


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Laporan ini berisi
tentang hasil diskusi Pemicu 5 pada Blok 10 yang berjudul “Gigiku sakit”

Laporan ini tidak akan selesai tanpa bimbingan dari dosen pengampu dan begitu pula
dengan fasilitator yang sudah membantu kami dalam diskusi dan memberikan kami berbagai
masukan yang berarti.

Untuk kesempurnaan makalah ini di masa mendatang, saran dan pendapat yang
konstruktif dari pembaca sangat diharapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa
selaku peserta didik serta pihak-pihak lain. Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.

Medan, 16 November 2022

Tim Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Pemeriksaan radiografi merupakan pemeriksaan penunjang yang sangat
berguna dalam praktek kedokteran gigi dan merupakan sarana yang dibutuhkan dalam
penentuan diagnosa dan perawatan; khususnya untuk penyakit atau kelainan dalam
rongga mulut. Radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi berdasarkan
teknik pemotretan dan penempatan film, dapat dibagi menjadi dua, yaitu teknik
ekstraoral dan teknik intraoral. Teknik radiografi ekstraoral, film rontgen diletakkan di
luar mulut pasien, diantaranya adalah teknik radiografi panoramik, proyeksi lateral
sefalometri, dan lain-lain.
Ada dua hal penting dalam pemeriksaan radiografi; pertama adalah teknik
pembuatan radiograf gigi tersebut dan kedua yang juga tidak kalah penting adalah
bagiamana menginterpretasikan secara akurat gambaran lesi atau kelainan yang
radiograf tersebut. Kedua hal tersebut saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Khusus
mengenai interpretasi lesi-lesi di rongga mulut memiliki tantangan tersendiri bagi
dokter gigi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kesesuaian atau konsistensi
dalam membaca radiograf kedokteran gigi hanya antara 60-70%. Hal ini disebabkan
interpretasi radiografi lesi/penyakit di rongga mulut mempunyai variasi dan
kompleksitas struktur anatomi yang tinggi dan berbeda dibandingkan bagian tubuh
yang lain.
1.2. DESKRIPSI TOPIK
Nama Pemicu : Gigiku sakit
Penyusun : Cek Dara Manja, drg., Sp.RKG (K); Minasari, drg., MM; Dewi
Kartika, drg., MDSc
Hari/Tanggal : kamis/17 November 2022
Jam : 07.30-09.30WIB
Skenario :

Seorang wanita berusia 52 tahun, datang ke RSGM mengeluhkan geraham sebelah


kanan bawah berlubang besar, gusi bengkak tetapi pasien tidak merasakan sakit. Pasien ingin
melakukan pemeriksaan dan pengobatan terhadap keluhan/ penyakit yang dideritanya. Hasil
pemeriksaan klinis oleh dokter gigi ditemukan gigi 17 non vital dan bengkak pada gingiva, gigi
24 terlihat karies dengan pulpa yang sudah terbuka test vitalitas terasa sakit, serta gigi 48 erupsi
sebagian. Dokter gigi merujuk untuk dilakukan pemeriksaan radiografi. Hasil radiograf, pada
apikal gigi 17 terlihat gambaran radiolusen, oval, dengan batas tegas, gigi 48 mengarah ke
mesial.

Pertanyaan:

1. Pemeriksaan apakah yang akan anda lakukan saat pertama kali pasien datang
dengan berbagai keluhan seperti yang tertera di atas (sebelum dirujuk untuk
dilakukan pemeriksaan radiografi)?
2. Pada kasus di atas, untuk gigi 17, jenis radiografi apa yang bisa digunakan untuk
melihat keadaan tersebut dan apa yang menjadi indikasi radiografi yang anda pilih
3. Keadaan gigi 48 adalah impaksi, jelaskan jenis-jenis radiografi yang mungkin
digunakan untuk melihat keadaan tersebut dan jenis mana yang dipilih serta
alasannya.
4. Ada berapa jenis radiografi yang mungkin digunakan untuk melihat kasus gigi 24
dan jelaskan teknik apa yang digunakan agar semua saluran akar untuk perawatan
saluran akar dapat terlihat.
5. Jelaskan anatomi normal yang dapat terlihat pada radiograf periapikal gigi 17, 24,
48 dan bagaimana densitasnya.
6. Jelaskan interpretasi radiodiagnosis gigi 17, 24, dan 48.
7. Apabila anda harus melakukan lebih dari satu kali radiografi, hal apa yang
menguatkan anda sehingga anda dibenarkan untuk melakukan hal ini?
8. Usaha apa yang akan anda lakukan agar pasien merasa aman akan bahaya radiasi
yang mungkin terjadi?
9. Jelaskan peran mikroorganisme terjadinya karies.
10. Jelaskan bakteri yang dominan gigi 17 yang menyebabkan kelainan periapikal
kasus tersebut. (MN-BO)
Learning Issue:
1. Jenis jenis radiografi
2. Indikasi masing masing jenis radiografi tersebut
3. Keuntungan dan kerugian dari radiografi tersebut
4. Hal hal yang menjadi faktor penentu agar hasil radiografi baik
5. Azas keselamatan (ALARA)
6. Bahaya radiasi Anatomi rongga mulut
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pemeriksaan apakah yang akan anda lakukan saat pertama kali pasien datang dengan
berbagai keluhan seperti yang tertera di atas (sebelum dirujuk untuk dilakukan pemeriksaan
radiografi)?
Jawaban:
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien bertujuan untuk mengetahui penyakit yang
dialami pasien sehingga dapat mendiagnosa penyakit yang pasien alami. Adapun
pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan subjektif, dan pemeriksaan
objektif.1
A. Subjective;
Pemeriksaan subjective merupakan catatan yang berhubungan dengan keluhan
pasien dan gejala yang dilaporkan, seperti saat rasa nyeri/linu, sakit, berapa lama hal
itu terjadi, kapan dan di mana keluhan itu terjadi, dan lain-lain. Bagian ini juga
mencakup catatan riwayat kesehatan gigi dan mulut saat pasien datang. Data subjektif
pada rekam medis biasanya disebut dengan anamnesis. Dalam pemeriksaan subjektif,
terdapat 7 hal, yakni:

1) Identitas pasien: data identitas pasien meliputi nama lengkap dan panggilan, tempat
& tanggal lahir, alamat tinggal, golongan darah, status pernikahan, status pekerjaan,
pendidikan, nomor telepon pasien
2) Keluhan utama: berkaitan dengan keluhan pasien datang ke dokter gigi. Keluhan
utama pasien akan berpengaruh terhadap pertimbangan dokter dalam menentukan
tindakan yang akan dilakukan kepada pasien.
3) Present illness: mencari tahu kapan pasien merasakan sakit/rasa tidak nyaman sejak
pertama kali dirasakan, apakah bersifat berselang atau terus menerus, dilihat apakah
pasien terlalu merasakan sakit, dilihat faktor pemicunya, seperti lokasi, faktor
pemicu, karakter, keparahan, penyebaran.
4) Riwayat medik: mencari tahu apakah pasien pernah menerima perawatan bedah,
radiologi, alergi obat dan makanan, anestesi, dan rawat inap di rumah sakit. Hal
tersebut dikarenakan penyakit riwayat umum.
5) Riwayat dental: pengumpulan data riwayat kesehatan gigi, seperti rutinitas
kunjungan ke dokter gigi, sikap pasien datang ke dokter gigi saat dilakukan
perawatan, keluhan gigi pasien, perawatan restorasi, dll.
6) Riwayat keluarga: berkaitan dengan permasalahan herediter yang berkaitan dengan
riwayat penyakit keluarga.
7) Riwayat social, Riwayat sosial yang dapat dipertimbangkan apakah pasien masih
memiliki keluarga, keadaan sosial ekonomi pasien, pasien pergi kekeluar negeri,
riwayat seksual pasien, kebiasaan merokok, minum alkohol, pengguna obat-obatan,
informasi tentang diet makan pasien.
B. Objektif
Pemeriksaan objektif merupakan pemeriksaan yang dilakukan operator pada objek
dengan keadaan sebagaimana adanya tanpa dipengaruhi oleh perasaan. Tujuannya
adalah untuk mengidentifikasi kelainan pada gigi dan mulut. pemeriksaan objektif
terdiri dari pemeriksaan ektra oral dan intra oral.
a. Pemeriksaan ekstra oral; Pemeriksaan yang dilakukan di tubuh pasien bagian luar
yaitu daerah muka, kepala, dan leher. Cara pemeriksaan ekstra oral:2
a) Membandingkan kesimetirsan sisi muka penderita sebelah kiri dengan sebelah
kanan.
b) Memeriksa warna dari gigi. Biasnaya pada gigi non vital sering ditemukan
diskolorasi (perubahan warna) yang menjadi semakin hitam karena pulpa yang
sudah nekrosis.
c) Memeriksa pembengkakan dengan palpasi atau meraba, yaitu meraba kelenjar,
misalnya kelenjar submandibula yaitu dengan cara penderita duduk pada posisi
tegak, pandangan mata ke depan posisi operator di belakang pasien. Dalam
keadaan normal akan teraba lunak dan tidak sakit, kadang-kadang tidak teraba.
Bila terdapat keradangan akut, maka kelenjar akan teraba lunak dan sakit. Jika
teraba keras dan tidak sakit berarti ada keradangan khronis, tetapi bila teraba
keras dan sakit berarti ada keradangan khronis eksaserbasi akut.
d) Meraba pada daerah pembengkakan dengan menggunakan punggung tangan.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui suhu di daerah pembengkakan tersebut
b. Pemeriksaan intra oral; Pemeriksaan intraoral bertujuan unutuk mengetahui
kondisi rongga mulut pasien mengenai jaringan keras dan juga jaringan lunak.
Adapun pemeriksaan intra oral:
1. Perkusi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mengetuk bagian gigi
yang dilakukan dengan cara menggunakan ujung-ujung sonde tanpa tekanan.
2. Sondasi adalah pemeriksaan gigi dengan memakai sonde, untuk melihat ada tidaknya
karies, kedalaman karies serta vitalitas gigi.
3. Probing, menggunakan alat probe untuk mengukur kedalaman jaringan periodontal.
Cara yang dilakukan adalah dengan memassukkan probe ke dalam attached gingiva,
kemudian mengukur kedalam poket periodontal dari gigi pasien yang sakit.
4. Mobility adalah untuk melihat derajat kegoyangan gigi. Dilakukan untuk mengetahui
integritas apparatus-aparatus pengikat di sekeliling gigi, mengetahui apakah gigi
terikat kuat atau longgar pada alveolusnya. Tes mobilitas dilakukan dengan
menggerakkan gigi ke arah lateral dalam soketnya dengan menggunakan jari atau
tangkai dua instrumen. Jumlah gerakan menunjukkan kondisi periodonsium, makin
besar gerakannya, makin jelek status periodontalnya.
5. Tes vitalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu gigi dapat dipertahankan atau
tidak. Tes vitalitas terdiri dari empat pemeriksaan yaitu:
o tes termal, merupakan tes kevitalan gigi yang meliputi aplikasi panas dan dingin
pada gigi untuk menentukan sensitivitas terhadap perubahan termal.
o Tes kavitas, bertujuan untuk mengetahui vitalitas gigi dengan cara melubangi gigi
menggunakan bur tajam.
o Tes jarum miller, diindikasikan pada gigi yang terdapat perforasi akibat karies
atau tes kavitas.
o Tes elektris, merupakan tes yang dilakukan untuk mengetes vitalitas gigi dengan
listrik, untuk stimulasi saraf ke tubuh. Alatnya
menggunakan Electronic pulp tester (EPT).

2. Pada kasus di atas, untuk gigi 17, jenis radiografi apa yang bisa digunakan untuk melihat
keadaan tersebut dan apa yang menjadi indikasi radiografi yang anda pilih
Jawaban:
Pada kasus di atas, untuk gigi 17, jenis radiografi yang bisa digunakan untuk melihat
keadaan tersebut adalah radiografi periapikal karena adanya pembengkakan pada gingiva
dan gigi karies yang bisa dideteksi dengan lebih jelas jika dilihat dari gambaran radiografi
periapical. Radiografi periapikal adalah komponen penunjang diagnostik yang
menghasilkan gambaran radiografi dari beberapa gigi (crown dan root) serta jaringan apeks
sekitarnya. Tujuan radiografi periapikal adalah untuk merekam seluruh gigi dan tulang
pendukung, dan digunakan untuk mengevaluasi karies dan kehilangan tulang periodontal,
serta membantu dalam diagnosis dan perawatan. Radiografi intraoral dapat dihasilkan
dengan menggunakan reseptor film atau digital. Setiap foto radiograf periapikal biasanya
menunjukkan 2-4 gigi dan didukung informasi yang rinci tentang gigi dan jaringan yang
mengelilingi tulang alveolar.3
Indikasi radiografi periapikal:
1) Untuk mendeteksi infeksi/ inflamasi bagian apikal
2) Penilaian terhadap kondisi periodontal
3) Penilaian kehadiran dan posisi dari gigi yang belum erupsi
4) Penilaian morfologi akar sebelum pencabutan/ekstraksi
5) Penilaian sebelum dan sesudah operasi apikal
6) Evaluasi mendetail dari kista apikal dan lesi lainnya dalam tulang alveolar
7) Evaluasi setelah operasi implant

3. Keadaan gigi 48 adalah impaksi, jelaskan jenis-jenis radiografi yang mungkin digunakan
untuk melihat keadaan tersebut dan jenis mana yang dipilih serta alasannya.
Jawaban:
Gigi impaksi merupakan gigi yang menghalangi jalan normalnya erupsi pada lengkung
gigi karena kurangnya ruang pada lengkung atau obstruksi pada jalannya erupsi gigi.
Diketahui pada skenario gigi 48 pasien mengalami impaksi, hal ini sesuai dengan
pernyataan Hasan (2010) yang menyatakan bahwa gigi yang paling sering mengalami
impaksi ialah gigi molar ketiga rahang bawah. Molar ketiga yang impaksi dapat
mengganggu fungsi kunyah dan sering menyebabkan berbagai komplikasi berupa resorbsi
patologi gigi yang berdekatan, terbentuknya kista folikular, serta rasa sakit neuralgik.4
Jenis radiografi yang bisa digunakan dalam melihat ada atau tidaknya impaksi antara lain:
a) Radiografi periapikal
Pada beberapa kasus impaksi, penggunaan teknik foto periapikal sangat
diindikasikan dari perawatan yang akan dilakukan, dengan berbagai keuntungan
seperti gambaran radiografi yang dihasilkan lebih jelas dan rinci, yang meliputi
jaringan gigi dan pendukungnya sehingga memudahkan diagnosis dan rencana
perawatan. Selain itu, biaya foto periapikal lebih murah serta teknik pemotretan yang
lebih sederhana dibanding teknik foto panoramik.7
Jenis radiografi intraoral yang memperlihatkan struktur gigi baik mahkota
maupun akar serta jaringan yang ada disekitarnya dalam satu film. Dalam satu film
radiografi periapikal dapat memperlihatkan 3-4 gigi pada satu rahang. Teknik yang
digunakan pada radiografi periapikal adalah teknik paralleling dan bisecting.
Kelebihan radiografi periapikal ialah dapat memberi keterangan yang lebih jelas dan
rinci tentang gigi dan jaringan sekitarnya.5
b) Radiografi panoramik
Radiografi panoramik mengambil peranan penting dalam mendeteksi gigi yang
impaksi, serta melihat kondisi patologis pada rahang. Radiografi panoramik
merupakan prosedur ekstraoral sederhana yang menggambarkan daerah rahang atas
dan rahang bawah dalam satu lembar film. Radiografi jenis ini termasuk ekstra oral
sehingga akan memberi hasil gigi dan jaringan sekitar yang lebih luas. Radiografi
panoramik merupakan radiologi diagnostik yang sangat populer, karena selain berguna
untuk mendeteksi kelainan pada gigi dan jaringan pendukung, juga dapat
mengidentifikasi anatomi serta gambaran lainnya. Selain itu, kelebihan radiologi
panoramik yang dapat memuat keseluruhan maksilomandibular sehingga dapat
menampilkan gigi molar impaksi lebih dari satu regio.5
Teknik radiografi ini dapat menjadi teknik yang tepat dalam kasus karena dapat
mencakup area tulang wajah dan gigi, kemudian pasiennya juga akan menerma dosis
radiasi yang rendah, dan dengan hasil gambar yang baik. Selain itu radiografi
panoramik banyak digunakan karena dapat menunjukkan posisi mesiodistal dan
vertikal gigi impaksi secara jelas, yang amat diperlukan untuk diagnosis impaksi.5
Jenis radiografi yang dipilih untuk melihat keadaan gigi impaksi adalah
radiografi periapikal bisa menggunakan teknik paralleling dan bisecting. Penggunaan
teknik foto periapikal sangat diindikasikan dari perawatan yang akan dilakukan,
dengan berbagai keuntungan seperti gambaran radiografi yang dihasilkan lebih jelas
dan rinci, yang meliputi jaringan gigi dan pendukungnya sehingga memudahkan
diagnosis dan rencana perawatan.

4. Ada berapa jenis radiografi yang mungkin digunakan untuk melihat kasus gigi 24 dan
jelaskan teknik apa yang digunakan agar semua saluran akar untuk perawatan saluran akar
dapat terlihat.
Jawaban:
Berdasarkan skenario, kasus gigi 24 adalah karies dengan pulpa yang sudah terbuka,
test vitalitas terasa sakit. Ada beberapa jenis radiografi yang bisa melihat kasus gigi 24 itu
mulai dari radiografi intraoral dan radiografi ekstraoral. Jenis radiografi yang mungkin
digunakan untuk melihat kasus gigi 24 ialah:
• Radiografi Periapikal
Teknik radiografi yang dapat digunakan untuk diagnosis penyakit pulpa dan periapikal
adalah teknik radiografi periapikal. Radiografi periapikal adalah teknik radiografi
intraoral yang digunakan untuk melihat beberapa gigi dan jaringan pendukung di
sekitar apeks. Terdapat dua teknik dalam pengambilan radiografi periapikal yaitu
paralel dan bisektris. Radiograf periapikal banyak dipakai dalam bidang kedokteran
gigi untuk melihat informasi detail tentang gigi dan jaringan tulang alveolar.6

• Radiografi Bitewing
Radiografi bitewing adalah radiografi yang digunakan untuk melihat permukaan gigi
yang meliputi mahkota gigi, interproksimal dan puncak alveolar di maksila dan
mandibula dalam film yang sama. Indikasi dari radiografi bitewing yaitu untuk
mendeteksi karies, melihat perkembangan karies, menilai keadaan restorasi dan status
periodontal. Radiografi bitewing lebih akurat menunjukkan tingkat kerusakan tulang
interproksimal dari pada radiografi periapikal.6
• Radiografi Oklusal
Radiografi oklusal digunakan dengan tujuan melihat lokasi akar gigi, supernumerary,
gigi tidak erupsi, atau gigi yang impaksi, salivary stone di saluran kelenjar
submandibular, mengevaluasi perluasan lesi seperti kista, tumor atau keganasan di
mandibula dan maksila, evaluasi basis sinus maksilaris, pemeriksaan daerah cleft
palate dan mengukur perubahan dalam bentuk dan ukuran dari maksila dan mandibula6
• Radiografi panoramik
Merupakan hasil radiografi ekstraoral yang dapat menghasilkan gambaran yang
memperlihatkan struktur fasial termasuk mandibula dan maksila beserta
pendukungnya. Radiografi panoramik merupakan suatu alat penunjang yang dapat
digunakan untuk mendiagnosis suatu kasus, seperti adanya fraktur rahang, evaluasi
simetris atau asimetris dari TMJ ataupun mengetahui kedalaman karies. Radiografi
panoramik merupakan prosedur ekstraoral sederhana yang menggambarkan daerah
rahang atas dan rahang bawah dalam satu lembar film. Hasil radiografi panoramik ada
terlihat tulang mandibula, tulang maksila, gigi geligi serta jaringan lainnya. Kontra
indikasi dari jenis radiografi ini adalah pada lesi karies yang kecil.7
Berdasarkan skenario pada gigi 24 dengan karies karies pulpa yang sudah
terbuka dan sudah terasa sakit, maka teknik yang disarankan untuk digunakan agar
saluran akar dapat terlihat adalah radiografi periapikal dengan Teknik paralleling dan
juga bisecting karena dapat memberikan gambaran yang menyeluruh pada bagian akar
gigi. Radiograf periapikal banyak dipakai dalam bidang kedokteran gigi untuk melihat
informasi detail tentang gigi dan jaringan tulang alveolar.
Pada kasus ini radiografi yang digunakan ialah radiografi periapikal dengan
teknik Clark.s Rule disebut juga dengan tube shift techinque atau buccal object rule
atau SLOB (same lingual, opposite buccal) yang awalnya diperkenalkan pada tahun
1910. Teknik ini menggunakan teknik horizontal dana vertical angulation yang
menggerakkan arah tabung kearah horizontal dan vertical. Pergerakan tabung ke arah
distal dan mesial disebut juga dengan horizontal angulation, dimana untuk melihat
objek yang berimpitan pada arah mesial dan distal. Kegunaan teknik ini paling banyak
dipakai dalam bidang endodontik untuk melihat saluran akar yang berimpit pada gigi.8
Teknik ini mengubah angulasi tabung dalam arah vertical atau horizontal
sebesar 20 derajat sehingga mengubah gambar superimposed menjadi terlihat. Teknik
pergeseran horizontal angulation dilakukan dengan mengarahkan tabung ke distal dan
mesial, sehingga objek yang berimpitan akan terlihat menjadi mesial dan distal.
Apabila tabung digeser ke distal, maka objek di buccal menjadi mesial, sedangkan
objek yang di lingual tetap berada di distal. Maka dari itu, muncul aturan SLOB. Pada
vertical angulation, pergeseran yang dilakukan pada tabung mengarah ke superior dan
inferior. Apabila tabung digeser ke superior, maka objek yang berada di buccal
menjadi ke inferior sedangkan objek yang di lingual tetap berada di superior begitu
juga sebaliknya.7

5. Jelaskan anatomi normal yang dapat terlihat pada radiograf periapikal gigi 17, 24, 48 dan
bagaimana densitasnya.
Jawaban:
Radiografi periapikal adalah jenis radiografi intra oral yang bertujuan untuk melihat
gigi dan jaringan pendukung di sekitar gigi. Setiap film biasanya menunjukkan dua sampai
empat gigi dan memberikan informasi secara rinci tentang gigi mulai dari mahkota, dentin,
pulpa, akar gigi, dantulang alveolar sekitar gigi sampai ke apikal. Secara radiografi
gambaran anatomi normal pada gigi sampai yang terlihat pada gambar:
• Enamel merupakan bagian gigi yang terpadat, mahkota gigi terlihat radiopak yang
berakhir pada batas cemento-enamel junction. Enamel nampak paling radiopaque
(radiopak) karena merupakan struktur yang paling padat (terdiri dari 92 % mineral).
• Dentin merupakan struktur gigi setelah enamel tetapi tidak mengalami kalsifikasi
sehingga tidak begitu radiopak. Jika hasil radiografi tidak begitu baik maka sulit
membedakan atas dari enamel, dentin, dan dentino-enamel junction.
• Cementum (50% mineral), cementum tidak selalu tampak secara radiografis sebab
kontras antara cementum dan dentin sangat rendah serta tipisnya lapisan cementum
pada akar. Cementum terlihat bila terjadi hypercementosis.
• Pulpa berada di tengah mahkota dan akar gigi yaitu terlihat radiolusen. Seiring
pertambahan umur maka kamar pulpa akan semakin mengecil bahkan dalam beberapa
kasus hilang tertutup dentin sekunder
• Lamina dura terlihat radiopak dan berjalan tanpa putus (lamina dura terlihat jelas ketika
setelah dilakukan pencabutan). Adanya pemadatan dan penebalan lamina dura sering
berhubungan dengan tekanan oklusi yang diterima gigi tersebut. Bila terjadi kontak
berat, lamina dura akan memadat dan melebar. Bila lamina dura terputus berarti terjadi
destruksi atau resorpsi pada tulang alveolar. Namun bisa juga disebabkan sudut
pengambilan yang tidak lurus sehingga superimpose dengan trabekulae dan kanalis
nutrisi.
• Alveolar crest (Puncak tulang alveolar) merupakan gambaran radiopak, terletak 1 s/d
1,5 mm dari cementoenamel junction yang berhubungan dengan lamina dura dan
membentuk sudut yang tajam. Tumpulnya sudut tersebut mengindikasikan adanya
penyakit periodontal.
• Periodontal ligament space merupakan gambaran radiolusen dengan lebar 0,5 mm
antara akar gigi dan lamina dura. Terutama terdiri dari jaringan kolagen. Secara umum
space ini menyempit pada pertengahan akar dan sedikit melebar pada alveolar crest dan
apek akar. Space yang menyempit itu merupakan titik fulcrum gigi tersebut. Bila terjadi
odema dengan timbunan eksudat pada jaringan ikat ligament periodontal, maka
gambaran periodontal ligament space akan melebar.9
• Tulang cancelous (cancellous bone, Trabeculer bone, Spongiosa bone) terletak antara
cortical plate berbentuk seperti anyaman yang radiopak. Bila trabekulae tidak terlihat
(kabur), diperkirakan ada kerusakan pada daerah tersebut.
Densitas merupakan derajat kehitaman pada radiograf gambaran. Dengan detail
yang cukup, bahkan bagian yang terkecil dari anatomi akan terlihat (Bushong, 2013).
Menurut Carlton (2001), yang diambil dari Karya Tulis Ilmiah (Larasati, 2015) bahwa
rentang densitas yang biasa dijumpai pada radiograf adalah 0,25-2,5 dan disebut
sebagai densitas guna (Optical Density) atau biasa disingkat OD yaitu densitas yang
dapat dilihat langsung oleh mata manusia. Untuk mengetahui nilai densitas dengan
menggunakan alat pengukur nilai densitas yaitu densitometer.10
Struktur anatomi normal untuk giginya antara lain:
a. Pada gigi 17; selain struktur pendukung gigi akan terlihat batas interior yaitu
sinus maksilaris, rongga sinus maksilaris dan prosessus zygomaticus.
b. Pada gigi 24; terlihat lantai anterior sinus maksilaris
c. Pada gigi 48; kanalis mandibula, batas interior mandibula atau korteks
mandibula

6. Jelaskan interpretasi radiodiagnosis gigi 17, 24, dan 48.


Jawaban:
6. Interpretasi radiodiagnosis gigi 17
Pada gigi 17 mahkota gambaran radiolusen dari mahkota sampai pulpa, akar
berjumlah 3, lamina dura menghilang pada 1/3 apikal demikian juga pada membrane
periodontal menghilang pada 1/3 apikal, crest alveolar DBN, terdapat trifurkasi DBN,
periapical terdapat gambaran radiolusen dengan batas radiopak, kesannya terdapat
kelainan pada; mahkota, lamina dura, membrane periodontal dan periapical, suspek
radiodiagnosis nya adalah Kista periapical et causa nekrosis pulpa. Abses ini berasal
dari nekrosis jaringan pulpa. Jaringan yang terinfeksi yang menyebabkan sebagian sel
mati dan hancur meninggalkan rongga yang berisi sel-sel yang terinfeksi. Abses
periapikal adalah suatu inflamasi akut/kronik jaringan yang mengelilingi akar gigi,
disertai dengan kumpulan pus, infeksi yang terjadi di pulpa melalui lesi karies, sebagai
akibat dari trauma (cedera) yang menyebabkan nekrosis pulpa.11
7. Interpretasi radiodiagnosis gigi 24
Pada gigi 24 mahkota gambaran radiolusen dari mahkota sampai pulpa, Dari
skenario didapati informasi bahwa, pasien mengalami karies dengan pulpa yang sudah
terbuka pada gigi 24. Karies pulpa merupakan karies gigi yang sudah meluas akibat
tidak dirawat yang lama-kelamaan akan menyebabkan kelainan jaringan pulpa dan
periapikal. Bila terjadi inflamasi kronis pada jaringan pulpa atau merupakan proses
lanjut dari radang jaringan pulpa maka akan menyebabkan kematian pulpa/ nekrosis
pulpa.11 Akan tetapi, pada kasus dikatakan saat dilakukan test vitalitas terasa sakit
sehingga gigi 24 ini belum non vital (nekrosis). Sehingga, pemeriksaan radiografi
karies dengan pulpa terbuka merupakan terlihat gambaran radiolusen pada bagian
mahkota gigi 24 dengan kedalaman mencapai pulpa, akar berjumlah 2, superimpose
dalam batas normal, lamina dura, membrane periodontal crest alveolar DBN, terdapat
bifurkasi DBN, periapical DBN, kesannya terdapat kelainan pada mahkota, suspek
radiodiagnosis nya adalah pulpitis irreversible.
8. Interpretasi radiodiagnosis gigi 48
Pada gigi 48 gambaran radiografinya: makhokta mengarah ke mesial, akar
jumlahnya 2 mengarah ke distal. Lamina dura, membrane periodontal, crest alveolar,
furkasi, periapical dalam batas normal. Kesannya terdapat kelaianan pada mahkota dan
akar. Suspek radiodiagnosisnya adalah impaksi dengan posisi mesioangular.
Gigi impaksi sering terjadi karena panjang dan ruang lengkung rahang tidak
memadai bagi gigi untuk erupsi, yaitu total panjang lengkung tulang alveolar lebih
kecil dari total panjang lengkung gigi. Gigi impaksi yang paling umum terjadi adalah
gigi molar ketiga maksila dan mandibula, gigi kaninus maksila dan gigi premolar
mandibula.12

7. Apabila anda harus melakukan lebih dari satu kali radiografi, hal apa yang menguatkan
anda sehingga anda dibenarkan untuk melakukan hal ini?
Jawaban:
Radiografi adalah sarana dalam membantu menegakkan diagnosis, membantu dalam
menegakkan perawatan, dan membantu untuk evaluasi perawatan yang dilakukan.
Radiografi hanya boleh dilakukan apabila pemeriksaan klinis tidak cukup sehingga
dibutuhkan pemeriksaan tambahan atau penunjang seperti radiografi. Pembuatan radiografi
ini boleh saja dilakukan berulang-ulang misalnya Ketika melakukan perawatan saluran akar
gigi, Radiografi dalam bidang kedokteran gigi adalah pengambilan gambar menggunakan
rangkaian gambar sinar-X dengan menggunakan radiasi untuk menghasilkan gambar yang
dapat diperiksa pada film sinar-X. Hampir semua perawatan gigi dan mulut membutuhkan
data radiografi agar perawatan yang dilakukan mencapai hasil yang optimal. Jika dokter
perlu melakukan lebih dari satu rontgen, ini menunjukkan perlunya perawatan lebih lanjut.
Hal yang lain mungkin menguatkan dilakukannya radiografi lebih dari satu kali antara lain:
• Apabila ada kesalahan dalam radiografi sehingga hasil foto tidak bisa dibaca seperti
hasil foto terlalu terang/gelap, pecah-pecah, warna kuning kecoklatan, lack finger print,
serta adanya garis bercabang bisa dilakukan radiografi lagi agar hasil foto lebih jelas
• Apabila memang dalam keadaan yang sangat mendesak harus dilakukan foto rontgen
lebih dari satu kali pada waktu berdekatan
• Apabila diperlukan untuk kepastian diagnosis yang menjadikan bagian dari terapi yang
harus diikuti.
Apabila memang dalam keadaan yang sangat mendesak harus dilakukan foto rontgen
lebih dari 1 kali pada waktu yang berdekatan dokter harus mempertimbangkan; Prinsip
keselamatan kerja yang baik, keputusan rasional, dapat menurunkan dosis paparan radiasi
terhadap praktisi kesehatan dan pasien. Tiga prinsip penting proteksi radiasi dalam
konsensus International Commission on Radiological Protection (ICPR), yaitu:13
Ø Prinsip justifikasi: paparan radiasi harus lebih banyak manfaatnya dibandingkan
akibatnya.
Ø Prinsip optimalisasi proteksi: kemungkinan timbulnya paparan, jumlah orang yang
terkena, dan besarnya dosis individual harus sesuai prinsip ALARA (As Low As
Reasonably Achievable), dan memperhatikan faktor sosial ekonomi.
Ø Prinsip limitasi dosis: jumlah dosis yang diterima oleh suatu individu selain dari
paparan medis tidak boleh melebihi batas yang direkomendasikan ICRP.

8. Usaha apa yang akan anda lakukan agar pasien merasa aman akan bahaya radiasi yang
mungkin terjadi?
Jawaban:
Proteksi radiasi adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan untuk melakukan
perlindungan terhadap radiasi, mengingat radiasi dapat membahayakan kesehatan. Untuk
itu pertama sekali dokter perlu memberi edukasi kepada pasien tentang apa saja yang akan
dilakukan sebelum, saat dan sesudah proses radiografi dilakukan, tujuan dilakukan proses
radiografi tersebut. Daerah yang disinar harus sekecil mungkin dan waktu penyinaran
sesingkat mungkin. Dosis minimal berarti dosis yang masih memberikan kinerja diagnostik
pemeriksaan yang baik, disebut sebagai prinsip ALARA. Bagi pasien, kolimasi berkas
sinar X penting untuk menjaga agar pajanan akibat radiasi hamburan tetap rendah.14
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam memberi rasa aman pada pasien yang
melakukan penyinaran radiografi bisa dimulai dari dokter gigi sebagai operator dan dari
pasien sendiri. Adapun perlindungan yang dapat dilakukan dokter gigi yaitu:
9. Membatasi waktu radiografer berada dalam medan radiasi
10. Memperbesar jarak dari sumber radiasi sehingga laju dosis ditempat semakin
berkurang,
11. Penggunaan perisai radiasi dapat mengurangi dosis radiasi
12. Penggunaan alat pelindung diri seperti, kaca mata Pb, apron film badge,
termoluminisensi (TLD), dan peralatan dosimeter.

Dengan melakukan beberapa hal tersebut, pasien secara tidak langsung mendapatkan
kesan dilindungi dan diberikan kemananan dalam bahaya nya radiasi. Upaya yang dapat
dilakukan untuk meyakinkan pasien bahwa tindakan yang dilakukan saat melakukan
pemeriksaan radiografi aman dapat berupa:15
• Memakaikan apron dan tyroid collar kepada pasien dan meminta pasien untuk
melepaskan semua aksesoris yang berbahan metal dan menjelaskan bahwa apron
berfungsi untuk menjaga pasien tidak terpapar akan radiasi yang tidak diinginkan.
• Menjelaskan kepada pasien setiap tindakan yang dilakukan dimana guna meyakinkan
pasien bahwa pemeriksaan yang dilakukan adalah aman. Serta ruangan yang telah
dilapisi PB guna mencegah terjadinya efek radiasi hambur.
• Menjelaskan bahwa alat-alat yang digunakan sudah disterilisasi sebelumnya, operator
yang melakukan tindakan juga adalah ahlinya, waktu penyinaran sesingkat mungkin,
radiasi juga diberikan harus sekecil mungkin sesuai dengan prinsip dasar proteksi
radiasi yaitu justifikasi dimana setiap pemakaian zat radioaktif harus didasarkan pada
azas manfaat yaitu manfaat yang diperoleh lebih besar daripada resiko bahaya yang
ditimbulkan, kemudian limitasi dimana dosis yang diterima tidak boleh melampaui
nilai batas dosis, dan yang terakhir ada optimasi yaitu semua penyinaran harus
diusahakan serendah-rendahnya (as low as reasonably achieveable – ALARA), dan
alat-alat kelamin dilindungi sebisanya.

9. Jelaskan peran mikroorganisme terjadinya karies.


Jawaban:

Bakteri kariogenik merupakan bakteri yang memiliki kemampuan dalam menyebabkan


karies. bakteri ini meliputi Actinomyce, Lactobacilus, Streptococcus mutans dan
Streptococcus Sanguis. Mikroorganisme merupakan faktor paling penting dalam proses
awal terjadinya karies. Mikroorganisme memfermentasi karbohidrat untuk memproduksi
asam. Permukaan gigi yang dilapisi oleh pelikel hasil pengendapan glikoprotein saliva,
enzim, dan immunoglobulin, menjadi tempat ideal perlekatan bakteri Streptococcus.
Akumulasi bakteri ini tidak terjadi secara kebetulan melainkan terbentuk melalui
serangkaian tahapan. Penyebab utama terbentuknya asam adalah S.Mutans serotipe c yang
terdapat di dalam plak karena kuman ini memetabolisme sukrosa menjadi asam lebih cepat
dibandingkan kuman lain. Asam yang dihasilkan dari fermentasi yang dilakukan
mikroorganisme akan menyebabkan terjadinya demineralisasi pada gigi yang ditandai
dengan terbentuknya kavitas pada permukaan email, dentin atau sementum. Sebagian besar
kasus abses periapikal biasanya diawali oleh invasi dari bakteri yang ada pada karies.
Proses terjadinya karies adalah ketika bakteri terutama Streptococcus mutans melekat pada
pelikel sehingga terbentuk biofilm.16,17 Biofilm memerangkap nutrisi untuk pertumbuhan
bakteri sehingga pertumbuhannya berlangsung cepat (berkoloni), kemudian populasi
bakteri membentuk plak lalu kalkulus hingga akhirnya terjadi karies. Jika karies tidak
segera dirawat dan gigi akhirnya menjadi nekrosis, maka bakteri akan berkoloni pada
jaringan nekrotik sehingga infeksi dapat mencapai pulpa.

10. Jelaskan bakteri yang dominan gigi 17 yang menyebabkan kelainan periapikal kasus
tersebut. (MN-BO)
Jawaban:
Bakteri yang berperan dalam kasus ini adalah bakteri Streptoccocus dan Stapylococcus
Aureus. Berdasarkan kasus, pada gigi 17 terdapat abses. Abses periapikal umumnya berasal
dari nekrosis jaringan pulpa. Jaringan yang terinfeksi menyebabkan sebagian sel mati dan
hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Akibat
penimbunan nanah ini maka jaringan sekitarnya akan terdorong dan menjadi dinding
pembatas abses. Penyebab utama dari abses periapikal yaitu infeksi bakteri. Bakteri yang
terdapat pada jaringan pulpa akan mengakibatkan peradangan dan berlanjut kejaringan
periapikal. Sumber utama bakteri dalam pulpa adalah karies. Bakteri pada karies akan
memproduksi toksin yang akan berpenetrasi ke dalam pulpa melalui tubulus. Akibatnya,
jaringan pulpa akan terinflamasi secara lokal pada basis tubulus yang terkena karies
terutama oleh sel-sel inflamasi kronik seperti makrofag, limfosit, dan sel plasma. Bakteri
serta toksinnya dan mediator inflamasi dalam pulpa yang terinflamsi dapat keluar dengan
mudah melalui foramen apikal sehingga menyebabkan kerusakan periapikal, hal ini
dikarnakan dibagian foramen apikal terdapat bagian yang lunak untuk tempat keluarnya
bakteri dan produknya. Peradangan yang meluas ke jaringan periapikal menyebabkan
respon inflamasi lokal sehingga akan mengakibatkan kerusakan tulang dan resorpsi akar.
Bakteri akan memproduksi toksin yang akan berpenetrasi ke dalam pulpa melalui
tubulus dentinalis sehingga sel-sel inflamasi kronik seperti makrofag, limfosit, dan sel
plasma berinfiltrasi secara lokal pada jaringan pulpa. Bakteri-bakteri anaerob fakultatif
dominan ditemukan pada saluran akar gigi nekrosisis. Pada saluran akar nekrosis, tegangan
oksigen lebih rendah dibandingkan rongga pulpa sehingga bakteri anaerob fakultatif lebih
umum ditemukan pada saluan akar nekrosis. Kelompok bakteri Gram negatif lebih banyak
dibandingkan dengan bakteri gram positif. Bakteri Gram negatif dapat sebagai proteolitik
dan kolagenolitik yang dapat mengubah struktur jaringan ikat pulpa.
Bakteri yang teridentifikasi dari saluran akar gigi yang nekrosis yaitu Acinetobacter
calcoaceticus, P.aeruginosa, Staphylococcus aureus, Proteus vulgaris, K.pneumoniae,
Actinomyces spp., dan Streptococcus spp. Bakteri yang paling dominan berada pada saluran
akar gigi nekrosis adalah Actinomyces spp yang merupakan bakteri anaerob fakultatif gram
positif.18
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dokter gigi perlu melakukan pemeriksaan klinis dan riwayat medis dari gigi secara
komprehensif dan menyeluruh. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah anamnesis sebagai
pemberi informasi mengenai asal, riwayat, perubahan status kesehatan, dan pelaksanaannya.
Secara umum, tujuan dari wawancara medis terbagi menjadi Problem Centered Interview (PCI)
dan Health Promotion Interview (HPI). Untuk mengetahui kondisi rongga mulut pasien, baik
jaringan keras maupun lunak terdapat beberapa pemeriksaan fisik intraoral, antara lain
inspeksi, palpasi, perkusi, sondasi, probing, tes mobilitas, dan tes vitalitas.
Pemeriksaan radiografi di kedokteran gigi merupakan pemeriksaan penunjang yang
sangat berguna dalam praktek kedokteran gigi dan berperan penting membantu menentukan
diagnosis, prognosis, dan memantau beberapa hasil perawatan; khususnya untuk penyakit atau
kelainan dalam rongga mulut. Radiografi ini dibagi menjadi dua macam, yaitu radiografi intra
oral dan radiografi ekstra oral. Radiografi intraoral terdiri dari atas beberapa tipe yaitu:
radiografi periapikal, radiografi bitewing, radiografi oklusal. Radiografi ekstraoral terdiri atas
beberapa tipe, yaitu radiografi panoramic. Jika dokter perlu melakukan lebih dari satu rontgen,
ini menunjukkan perlunya perawatan lebih lanjut. Hal tersebut harus sejalan dengan kebutuhan
penanganan selanjutnya seperti (letak regio gigi yang berbeda tetapi dokter gigi memerlukan
radiografi secara intraoral) dengan menjalankan prinsip justifikasi, limitasi, dan optimasi.
Proteksi radiasi merupakan prosedur penting yang harus dilakukan sebelum melakukan
radiografi. Dasar perlindungan radiasi dari prinsip ALARA (as low as reasonable achieveble)
menyebutkan bahwa tidak peduli sekecil apapun dosis efek merusak tetap ada. Setiap dosis
yang dapat dikurangi tanpa kesulitan pengeluaran atau ketidak nyamanan harus dikurangi.
Karies gigi terjadi karena adanya interaksi antara bakteri, terutama komponen
karbohidrat yang dapat difermentasikan oleh bakteri plak menjadi asam, terutama asam laktat
dan asetat. Streptococcus mutans dan Lactobacillus sp merupakan mikroorganisme etiologi
utama dalam proses karies.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kristiani A, Koswara N, Anggrawati H, dkk, buku ajar ilmu penyakit gigi dan mulut.
tasikmalaya: JKG, 2010: 7-22.
2. Nugraha DFP, Arindra PK. Pemeriksaan intra oral – pemeriksaan gigi. 3 November 2017.
https://ibmm.fkg.ugm.ac.id/2017/11/03/pemeriksaan-intraoral-pemeriksaan-gigi/. (14
November 2022).
3. Boel T. 2021. Dental Radiografi Prinsip dan Teknik. Medan: Usu Press.
4. Amaliyana E, Cholil, Sukmana BI. Deskripsi gigi impaksi molar ketiga rahang bawah di
RSUD Ulin Banjarmasin. Dentino J Ked Gi 2014; 2 (2): 135.
5. Toppo S. Distribusi pemakaian radiografi periapikal dan radiografi panoramik pada pasien
impaksi molar ketiga rahang bawah di kota Makassar. Dentofasial. 2012; 11(2): 75-7
6. (Liliana. Skripsi: Konfigurasi Saluran Akar Gigi Molar Satu Permanen Mandibula dengan
Menggunakan Radiografi Tube Shift Technique pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara; 12-19.)
7. Whaites, E. 2013. Essentials of Dental Radiography and Radiology (5th edition) Foreword
by R.A. Cawson.
8. Damayanti MA, Firman RN, Sitam S. Teknik “clark’s rule” dalam bidang kedokteran gigi.
Jurnal radiologi dentomaksilofasial Indonesia 2019; 3(3):1 6-13.
9. White SC, Pharoah MJ. Oral radiology principle and interpretation. 7th Ed. Missouri:
Elsevier, 2014: 131-5, 630-1.
10. Utami AP, Anggriani J, Istiqomah AN. Densitas dan kontras thorax. Jurnal radiografer
Indonesia 2020; 1(1): 122-124.
11. Nursasongko B. Diagnosis Karies. JKGUI 2000; 7 (edisi khusus): 425-9.
12. Siagian KV. Penatalaksanaan Impaksi Gigi Molar Ketiga Bawah dengan Komplikasinya
pada Dewasa Muda. Jurnal Biomedik 2011; 3 (3): 187.
13. Boel T. DENTAL RADIOGRAFI PRINSIP DAN TEKNIK. 2022 : (7) ; 13-15.
14. Maleachi R, Tjakraatmadja R. Pencegahan efek radiasi pada pencitraan radiologi. Jurnal
CDK 2018; 45(7).
15. Rahman FUA, Nurrachman AS, Astuti ER, Epsilawati L, Azhari. Paradigma baru konsep
proteksi radiasi di bidang radiologi kedokteran gigi: ALARA menjadi ALADAIP. JRDI
2020; 4(2): 28-9.
16. Listinah, Zaiunr RA, Hisata LS. Gambaran karies gigi molar pertama pada siswa-siswi
sekolah dasar negeri 13 palembang tahun 2018. JPP. 2018; 13(2): 136-49.
17. Sibarani MR. Karies: etiologi, karakteristik klinis dan tatalaksana. Majalah kedokteran
UKI. 2014; 30(1): 14-22.
18. Yamin IF, Natsir N. Bakteri Dominan Di Dalam Saluran Akar Gigi Nekrosis. J
dentomaxillofacial science 2014; 13(2): 113-6.

Anda mungkin juga menyukai