Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK KECIL

BLOK 13 PEMULIHAN SISTEM STOMATOGNATIK 1

MODUL 1 PREVENTIF DAN INTERSEPTIF ORTHODONTI

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4

VITTA ANZELIA TRIYANA 1710025013

PARDEDE, GIOVANNI 1710025014

NASYA FEBRINA PUTRI 1710025015

LAURENSIA OKTAVIA RAMADHAN 1710025016

NANDA PRATIWI 1710025029

RIENDA AFIFAH KHAIRUNNISA 1710025030

LUTHFI AZHARI SANI 1710025032

MUHAMMAD WISNU YUDISTIRA 1710025035

DEVIA MARZELLA AMELINDA 1710025036

Tutor : drg. Elliana Martalina, Sp. Pros

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kiranya pantaslah kami memanjatkan
puji syukur atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kami, baik kesempatan maupun
kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.

Laporan ini dapat hadir seperti sekarang ini tak lepas dari bantuan banyak pihak.
Untuk itu sudah sepantasnyalah kami mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besar
buat mereka yang telah berjasa membantu kami selama proses pembuatan laporan ini dari
awal hingga akhir.

Namun, kami menyadari bahwa laporan ini masih ada hal-hal yang belum sempurna
dan luput dari perhatian kami. Baik itu dari bahasa yang digunakan maupun dari teknik
penyajiannya. Oleh karena itu, dengan segala kekurangan dan kerendahan hati, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian demi perbaikan laporan ini
kedepannya.

Akhirnya, besar harapan kami agar kehadiran laporan kelompok ini dapat
memberikan manfaat yang berarti untuk para pembaca. Dan yang terpenting adalah semoga
dapat turut serta menambah ilmu pengetahuan kepada pembaca.

Samarinda, 24 Agustus 2019


Hormat Kami,

Kelompok 4
DAFTAR ISI

Halaman judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

Abstraksi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat

BAB II ISI

2.1 Identifikasi Istilah Sulit


2.2 Identifikasi Masalah
2.3 Analisa Masalah
2.4 Strukturisasi Konsep
2.5 Learning Objective
2.6 Belajar Mandiri
2.7 Sintesis

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
ABSTRAK
Etiologi terjadi nya gigi supernumerary dapat dibagi menjadi beberapa teori yaitu teori atavisme,
teori hypergenesis epithel, teori faktor keturunan (herediter), dan teori dikotomi. Yang dimana
gigi supernumerary dapat menyebabkan terjadi maloklusi, sehingga perlu dilakukan perawatan
ortodontik. Perawatan ortodontik dibagi menjadi beberapa yaitu perawatan preventif (
pencegahan ), perawatan interseptif dan perawatan kuratif. Tergantung dari permasalahan atau
kondisi gigi pasien yang akan dilakukan perawatan ortodontik.

ABSTRACT

The etiology of supernumerary teeth can be divided into several theories, namely the theory of
atavism, the theory of epithel hypergenesis, hereditary theory, and dichotomy theory. Which is
where supernumerary teeth can cause malocclusion, so orthodontic treatment is needed.
Orthodontic treatment is divided into several namely preventive care, interseptive care and
curative care. Depending on the problem or condition of the patient's teeth to be orthodontic
treatment.
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini, kebutuhan akan perawatan ortodontik semakin banyak. Kesadaran
masyarakat akan ketidakteratur gigi terlebih lagi jika disertai adanya kelainan bentuk
muka yang disebabkan oleh adanya hubungan rahang yang tidak harmonis akan sangat
mempengaruhi penampilan semakin meningkat. Disamping itu keadaan gigi yang tidak
teratur serta hubungan rahang yang tidak harmonis sangat mempengaruhi sistem
pengunyahan, pencernaan dan artikulasi atau pembentukan suara. Untuk dapat
melakukan perawatan ortodontik, mahasiswa kedokteran gigi dituntut untuk menguasai
pengetahuan yang melandasi tindakan perawatan yang akan dilakukan. Selain itu juga
dituntut untuk menguasai ilmu-ilmu pengetahuan lain yang mendukung serta diperlukan
ketrampilan dalam membuat alat ortodontik, mampu memahami mekanisme kerja alat
ortodontik, mampu melakukan perawatan serta mengevaluasi hasil perawatan yang
dilakukan.

Ortodonsia (Orthodontia, Bld., Orthodontic, Ingg.) berasal dari bahasa Yunani


(Greek) yaitu orthos dan dons yang berarti orthos (baik, betul) dan dons (gigi). Jadi
ortodonsia dapat diterjemahkan sebagai ilmu pengetahuan yang bertujuan memperbaiki
atau membetulkan letak gigi yang tidak teratur atau tidak rata. Keadaan gigi yang tidak
teratur disebabkan oleh malposisi gigi, yaitu kesalahan posisi gigi pada masing-masing
rahang. Malposisi gigi akan menyebabkan malrelasi, yaitu kesalahan hubungan antara
gigi-gigi pada rahang yang berbeda. Lebih lanjut lagi, keadaan demikian menimbulkan
maloklusi, yaitu penyimpangan terhadap oklusi normal. Maloklusi dapat terjadi karena
adanya kelainan gigi (dental), tulang rahang (skeletal), kombinasi gigi dan rahang
(dentoskeletal) maupun karena kelainan otot-otot pengunyahan (muskuler).
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembelajaran tentang restorasi amalgam ini adalah mahasiswa :

1. Mengetahui dan memahami etiologi dari supernumerary teeth


2. Mengatahui dan memahami etiologi dari maloklusi
3. Mengetahui dan memahami jenis dan alat perawatan preventif ortodontik
4. Mengetahui dan memahami jenis dan alat perawatan interseptif ortodontik
5. Mengetahui dan memahami jenis dan alat perawatan kuratif ortodontik

1.3 Manfaat
Manfaat dari pembelajaran tentang perawatan ortodontik ini adalah memberikan
pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang ilmu kedokteran gigi yang lebih luas
lagi, yaitu pemulihan fungsi stomatognatik yang nantinya akan diaplikasikan pada saat
menjadi seorang dokter gigi atau melanjutkan studi ke jenjang berikutnya sehingga saat
telah menjadi dokter gigi nantinya mahasiswa mampu menangani pasien dengan baik,
benar dan tepat sehingga memberikan kepuasan kepada pasien.
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

SKENARIO
Kok Bisa Seperti Itu ???

Seorang mahasiswa program studi kedokteran gigi menemukan pada suatu jurnal
kasus maloklusi seperti foto diatas, seorang perempuan yang berumur 9 tahun ditemukan
gigi depannya ada tambahan gigi kecil diantara gigi insisivus kiri dan gigi insisivus kanan
sehingga ia kepingin mengetahui sebenarnya apa dan kenapa gigi tersebut kok bisa
seperti itu. Kasus ini didiskusikan dengan pembimbingnya.

Mahasiswa : Dokter apakah ini termasuk maloklusi ? gigi apa yang tumbuh ditengah
gigi insisivus itu namanya apa dok ?
Pembimbing : ya ini merupakan salah satu yang menyebabkan maloklusi dan gigi yang
kecil tersebut namanya supernumary
Mahasiswa : Apa yang perlu kita lakukan dan penanganannya. Bagaimana dok
Pembimbing : Apabila nanti ditemukan pasiennya dengan kasus seperti ini maka harus
dimengerti dulu pengertian mengenai pencegahan ortodontik ,interseptik
ortodontik , serta curatif ortodontik , Saudara harus mengerti perbedaannya
dan mengetahui juga macam dan bentuk alat yang digunakan untuk
penanganan maloklusi. Menurut mu ini termasuk interseptik atau curatif
ortodontik ?
Mahasiswa : Belum tau dok
Pembimbing : kalu begitu cari dulu dalam buku ortodonsi pelajari kasus ini mulai dari
etiologi, pengertian, perbedaan interseptik ortodontik dengan pencegahan
orthodontik serta penanganan macam dan type alat untuk terapi maloklusi
khusus kasus interseptik ortondontik lain waktu kita diskusikan.

2.1 Identifikasi Istilah


1. Maloklusi : Penyimpangan dari oklusi normal atau kontak normal rahang atas
dan rahang bawah.
2. Supernumary : Jumlah gigi berlebih
3. Ortodonsi : Ilmu yang mempelajari pertumbuhan & perkembangan orofasial
dan pengaruh terhadap kesehatan.
4. Interseptik : Perawatan maloklusi yang baru terjadi atau sedang terjadi.
5. Curatif Ortodonsi : Perawatan malokusi yang sudah terjadi dan dilakukan saat sudah
ada keluhan.

2.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana bias terjadi supernumary pada skenario?


2. Bagaimana bias supernumary menyebabkan malokusi?
3. Apa saja setiologi dari maloklusi?
4. Apa saja macam dan bentuk alat penanganan maloklusi?
5. Apa akibat dari maloklusi yang tidak ditangani?
6. Bagaimana mengatasi gigi yang berlebih, dan apakah sama tindakannya dengan orang
dewasa?
7. Perbedaan perawatan pencegahan dengan perawatan interseptif?
8. Perbedaan interseptif dan kuratif?
9. Kasus du skenario termasuk dalam kasus ortodonisi yang mana?
2.3 Analisa masalah

1. Belum pasti, etiologi berasal dari superakturasi dari lamina gigi, dari factor genetic dan
juga factor seks. Faktor genetic, orang tuanya mengalami supernomary teeth. Dan pada
proses insisiasi terjadi masalah.
2. Supernumary bias menyebabkan benih giginya tidak keluar dan menyebabkan
maloklusi. Tumbuh dan mengambil ruang dan membuat gigi berjejal.
3. Etiologi malokusli, factor herediter dan factor lokal : trauma, gigi sulung tanggal
premature, kebiasaan buruk ( mengisap ibu jari). Faktor umum dan lokal : Kelainan
gigi, kongefital, dan kecelakaan.
4. Alat penanganan maloklusi :
 Lip Bumper : busur lepasan yang disisipkan ke dalam tube tambahan yang
dikombinasi dengan kawat orthodonsi berupa klamer adams untuk retensi pada
gigi-gigi molar pertama bawah.
 Interseptik : plat fungsional atau activator, palatum expensionsi remoble
 Lepasan : aktif : skrup expansi
5. Akibat maloklusi tidak di tangani:
 Otomatis otot-otot penyanggah terganggu.
 2. Bisa menyababkan estetisnya terganggu.
 3. Sisa-sisa makanan, dapat menyebabkan karies.
 4. Menyebabkan kegoyanagan gigi, karna oklusi yang tidak normal.
 Dapat terjadi gingivitis.
6. 3 macam : ekstraksi : dilakukan saat giginya tumbuh dan berkembang (supernumary
teeth tidak tumbuh saat perkembanga giginya tapi menggangu pertumbuhan saat
berkembang)
Pembedahan : usia anak 8-10 tahun.
Memposisikan pada lengkung gigi.
Tergantung dari erupsi gigi (erupsi diluar lengkung gigi dan didalam lengkung gigi bias
dilakukan ekstaksi).
Gigi desidui : Interseptik
Gigi permanen : kuratif.
7. Perawatan pencegahan : umur anak 3-6 tahun (untuk perawatan lebih lama).
Perawatan Interseptif :
 1.Perawatan karies gigi sulung.
 2.Menghilangkan kebiasaan buruk.
 3.Pengamatan diastema insisiv.
 4.Penyesuaian dan evalusi oklusi.
 5.Rontegn foto min. 2x setahun.
 6.Space maintener.
8. Perbedaan pada gigi desidui : interseptik (alat lepasan)
Pada gigi permanen : kuratif (alat cekat)
Interseptik : mecegah maloklusi yang parah
Kuratif : maloklusi sudah parah
9. Masih bisa ditangani dengan cara perawatan interseptik

2.4 Strukturisasi Konsep

Supernumary Teeth

Maloklusi

Perawatan Preventif Perawatan Kuratif

Perawatan Interseptik
2. 5 Learning Objective
Mahasiswa mampu memahami dan mejelaskan :
1. Etiologi supernimary teeth
2. Etiologi maloklusi
3. Jenis perawatan preventif
4. Jenis & alat perawatan interseptik
5. Jenis & alat perawatan kuratif

2. 6 Belajar Mandiri
Masing-masing anggota diskusi secara mandiri dengan tujuan belajar yang telah
dirumuskan pada LO untuk mengetahui lebih dalam terhadap materi yang akan dibahas
pada diskusi kempok kecil (DKK) dengan mempergunakan refrensi yang telah tersedia dan
mengembangkan apa yang anggota kelompok pahami dari pembelajaran tersebut.

2. 7 Sintesis
1. Etiologi Supernumary teeth

M.Thérèse Garvey (1999) mengatakan bahwa faktor genetik berperan penting dalam
terjadinya anomali gigi supernumerary karena sering ditemukan pada anggota keluarga
dari pasien. Gigi supernumerary juga sering ditemukan pada regio molar dan yang disebut
paramolar. Anomali ini biasanya terdapat juga pada orang tua (ayah/ibu) dan keluarga
pasien yang lain.

Selanjutnya menurut J.A. Salzmann (1997) penyebab terjadinya gigi supernumerary


dapat dibagi menjadi beberapa teori sebagai berikut:

1. Teori Atavisme
Atavisme adalah suatu istilah yang menggambarkan kecenderungan
seseorang untuk kembali ke sifat atau perilaku nenek moyang mereka. Gigi
supernumerary terjadi karena mengikuti primitive dentition. Nenek moyang
manusia yang dipercayai berasal dari spesies kera mempunyai 44 gigi sehingga
pada saat ini masih E-Journal WIDYA Kesehatan Dan Lingkungan 38 Volume
1 Nomor 1 Mei-Agustus 2013 Herlianti Iswari S., 37 - 45 terdapat manusia
yang mempunyai jumlah gigi yang lebih dari normal atau gigi supernumerary.
2. Teori hypergenesis epithel
Teori ini menjelaskan bahwa gigi supernumerary juga dapat terjadi akibat
hipergenesis epitel dimana sisa lamina dental atau cabang palatal lamina dental
yang aktif dirangsang untuk berkembang menjadi benih gigi tambahan sehingga
terbentuknya gigi supernumerary.
3. Teori Faktor Keturunan (herediter)
gigi supernumerary merupakan suatu kelainan yang diturunkan dan
dibawa oleh suatu gen mutan. Teori ini didukung oleh peningkatan penemuan
kasus gigi supernumerary pada pasien dengan anomali dentofasial seperti celah
bibir atau palatum dan cleidocranial dysplasia. Pada Anomali/kelainan
pertumbuhan seperti pada cleft palate, sering dihubungkan dengan sindroma
atau gangguan pertumbuhan yang berhubungan dengan peningkatan prevalensi
gigi supernumerary seperti celah bibir dan palatum, displasia cleidocranial dan
sindroma Gardner. Gigi supernumerary yang disertai dengan kelainan celah
bibir dan palatum merupakan akibat dari proses fragmentasi lamina dental
sewaktu pembentukan celah bibir. Selain itu teori herediter juga didukung oleh
perkembangan gigi supernumerary yang sering terjadi secara bilateral pada satu
rahang. Gigi supernumerary banyak ditemukan dari faktor keturunan dan
insidensi kasus gigi supernumerary lebih tinggi pada laki-laki dibanding
perempuan (Ibrahim Awni,1989).
4. Teori Dikotomi
Teori ini menjelaskan bahwa benih gigi terbagi dua saat
perkembangannya. Satu bagian akan berkembang menjadi gigi normal
sementara satunya lagi berkembang menjadi gigi supernumerary seperti
mesiodens. Pendukung teori ini percaya bahwa dikotomi benih gigi tersebut
merupakan suatu proses germination yang lengkap (J.R.E. Mills,1987).

2. Etiologi Maloklusi
Maloklusi merupakan penyimpangan dari pertumbuhkembangan disebabkan faktor-
faktor tertentu. Secara garis besar etiologi suatu maloklusi dapat digolongkan dalam
beberapa faktor herediter dan faktor lokal (Profit, 2007).

A. Faktor Herediter
Pada populasi primitif yang terisolir jarang dijumpai maloklusi yang
berupa disproporsi ukuran rahang dan gigi. Pada populasi modern lebih sering ditemukan
maloklusi disbanding populasi primitif diduga karena adanya kawin campur yang
menyebabkan peningkatan prevalensi maloklusi (Profit,2013). Pengaruh herediter dapat
bermanifestasi dalam dua hal, yaitu :

1) Disproporsi ukuran gigi dan ukuran rahang yang menghasilkan maloklusi

berupa gigi berdesakan atau maloklusi berupa diastema multipel.

2) Disproporsi ukuran, posisi dan bentuk rahang atas dan rahang bawah yang
menghasilkan relasi rahang yang tidak harmonis. Dimensi kraniofasial, ukuran dan jumlah
gigi sangat mempengaruhi faktor genetic atau herediter sedangkan dimensi lengkung geligi
dipengaruhi oleh faktor lokal.

B. Faktor Lokal

1) Gigi sulung tanggal dini dapat berdampak pada susunan gigi permanen. Semakin
muda umur pasien pada saat terjadi tanggal maka gigi sulung semakin besar akibatnya
pada gigi permanen. Insisivus yang tanggal dini tidak begitu berdampak tetapi kaninus
sulung akan menyebabkan pergeseran garis median.

2) Persistensi gigi sulung Oover retained deciduous teeth berarti gigi sulung yang
sudah melewati waktu tanggal tetapi tidak tanggal.

3) Trauma yang mengenai gigi sulung dapat menggeser benih gigi permanen. Bila
terjadi trauma pada saat mahkota gigi permanen sedang terbentuk dapat terjadi dilaserasi,
yaitu akar gigi yang mengalami distorsi bentuk.

4) Jaringan lunak, tekanan dari otot bibir, pipi dan lidah memberi pengaruh yang
besar terhadap letak gigi. Meskipun tekanan otot-otot ini jauh lebih kecil dibanding
tekanan otot pengunyahan tetapi berlangsung lebih lama.
5) Kebiasaan buruk, suatu kebiasaan yang berdurasi sedikitnya 6 jam sehari,
berfrekuensi cukup tinggi dengan intensitas yang cukup dapat menyebabkan maloklusi.
Kebiasaan mengisap jari atau benda-benda lain dalam waktu yang berkepanjangan dapat
menyebabkan maloklusi.

3. Jenis Perawatan Preventif


Perawatan Ortodontik Pencegahan
Ortodontik pencegahan (Preventive Orthodontics), yaitu segala tindakan yang
menghindarkan segala pengaruh yang dapat merubah jalannya perkembangan yang normal
agar tidak terjadi malposisi gigi dan hubungan rahang yang abnormal. Tindakan-tindakan
yang diperlukan misalnya :

a) Pada waktu anak masih dalam kandungan, ibu harus mendapatkan makanan yang
cukup nilai gizinya untuk kepentingan pertumbuhan janin. Ibu harus cukup
mendapat kalsium, fosfor, fluor dan vitamin-vitamin A, C dan D untuk mencukupi
kebutuhan janin akan zat-zat tersebut.
b) Setelah bayi lahir, nutrisi anak juga harus dijaga agar pertumbuhan dan
perkembangan badannya normal, dan harus dijaga dari penyakit-penyakit yang
dapat mengganggu jalannya pertumbuhan. Penyakit rhinitis, rakhitis, sifilis, TBC
tulang atau avitaminosis dapat menimbulkan deformasi tulang termasuk gigi-gigi
dan jaringan pendukungnya. Gangguan pada kelenjar endokrin misalnya glandula
hipofise, glandula tyroida, dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan
mengakibatkan adanya anomali pada gigi-giginya. Juga harus dijaga adanya luka
pada saat kelahiran. Kerusakan yang terjadi pada rahang akibat pemakaian tang-
tang obstetri dapat mengakibatkan anomali yang berat pada gigi-gigi.
c) Setelah anak mempunyai gigi, maka harus dijaga agar gigi ini tetap sehat sampai
pada saatnya akan digantikan oleh gigi permanen. Kebersihan mulut harus dijaga,
harus diajarkan cara-cara menggosok gigi yang benar, tiga kali sehari setiap selesai
makan dan menjelang tidur. Secara teratur si anak diperiksakan ke dokter gigi
setiap 6 bulan sekali untuk melihat keadaan gigi-giginya. Jika terdapat karies harus
segera ditambal. Dilakukan tindakan preventif agar gigi-giginya tidak mudah
terserang karies, misalnya topikal aplikasi NaF, mouth rinsing dan plak kontrol.
Fungsi pengunyahan harus dijaga agar tetap baik. Pada masa pergantian gigi harus
dijaga agar gigi desidui tidak dicabut atau hilang terlalu awal (premature
axtraction atau premature loss), ataupun terlambat dicabut sehingga gigi permanen
penggantinya telah tumbuh (terjadi persistensi atau prolong retention gigi desidui).
Jika gigi desidui harus dicabut jauh sebelum waktu tanggalnya, harus dibuatkan
space maintainer untuk menjaga agar ruangan bekas gigi desidui tadi tidak
menutup. Kebiasaan menghisap ibu jari (thumb sucking), menggigit bibir (lips
biting), meletakkan lidah diantara gigi-giginya (tongue biting), mendorong lidah
pada gigi-gigi depannya (tongue thrusting), cara berbicara yang salah, cara
penelanan yang salah, adalah merupakan kebiasaan jelek yang apabila dilakukan
dalam waktu yang cukup lama dan dilakukan pada masa pertumbuhan aktif, akan
mengakibatkan timbulnya anomali pada gigi-giginya. Oleh karena itu tindakan
menghilangkan kebiasaan jelek sedini mungkin merupakan suatu tindakan
preventif terhadap timbulnya anomali. Anak yang mempunyai tonsil yang
membesar akan mengalami gangguan dalam pernafasannya sehingga anak tersebut
akan bernafas melalui mulutnya. Kebiasaan ini juga akan menimbulkan kelainan
pada lengkung rahang dan giginya. Sikap tubuh yang salah, misalnya selalu
membungkuk, miring kanan atau kiri, juga merupakan kebiasaan jelek yang dapat
menimbulkan kelainan. Seorang dokter gigi harus mengetahui seawal mungkin
adanya penyimpangan dan faktor predisposisi suatu kelainan. Kalau perlu dokter
gigi segera mengirimkan pasien ke ahli ortodonsi atau ahli lainnya untuk perawatan
penyakit sistemik dengan kelainan dentofasial atau adanya celah pada rahang atau
bibirnya yang membutuhkan perawatan lebih kompleks.

4. Jenis dan alat perawatan Interseptik


Perawatan ortodonsi interseptif adalah suatu prosedur ortodonsi yang dilakukan pada
maloklusi yang baru atau sedang dalam proses terjadi dengan tujuan memperbaiki ke arah
oklusi normal (intercept : mencegat atau menghalangi)

Beda antara ortodonsi preventif dengan ortodonsi interseptif adalah pada waktu
tindakan dilakukan. Ortodonsi preventif dilakukan apabila diperkirakan ada keadaan yang
akan menyebabkan terjadinya suatu maloklusi sedang ortodonsi interseptif adalah suatu
tindakan yang harus segera dilakukan (fait accombli) karena terdapat suatu gejala atau
proses terjadi maloklusi walau dalam tingkatan yang ringan sehingga maloklusi dapat
dihindari atau tidak berkembang.

Contoh :

1) Gigi hilang dini (space maintainer) : ortodonsi preventif


2) Gigi hilang dining ruang menyempit (space regainer) : ortodonsi interseptif
Lingkup perawatan ortodonsi interseptif

1) Tujuan utama perawatan :


a. Lengkung gigi ideal
b. Oklusi ideal
c. Fungsional normal
2) Mengenal dan memperhatikan :
a. Perkembangan gigi
b. Perkembangan oklusi gigi
c. Tingkat dan arah kemasakan fisik
Jadwal perawatan ortodonsi interseptif

Penentuan waktu dan tingkat hambatan adalah persoalan utama dalam tindakan
ortodonsi interseptif. Jadwal penentuan waktu dan tingkat hambatan kapan tindakan
ortodonsi interseptif dilakukan merupakan kunci keberhasilan perawatan.

Jadwal yang tepat perawatan akan berhasil, secara fisiologis atau self-adjustment
maloklusi dapat dihindari atau dicegah perkembangannya. Jadwal yang terlambat
maloklusi akan berkembang dan manifest (muncul) sehingga diperlukan tindakan
ortodonsi korektif.

Prosedur perawatan ortodonsi interseptif :

Prosedur tetap (PROTAP) atau Standar Operasi (SOP) yang diperlukan pada
perawatan ortodonsi interseptif adalah :

a. Study model : diperlukan untuk mempelajari keadaan klinis penderita


b. Ronsenogram Panoramik (OPG) diperlukan untuk mempelajari lengkap tidaknya
benih serta urutan erupsi gigi permanen dan terutama untuk mengindentifikasi
kemungkinan adanya penyebab maloklusi yang tidak terlihat secara klinis
c. Diskusi dengan orang tua dan penderita (INVOLVED CONCENT / INFORMED
CONCENT) dengan tujuan memberikan informasi tentang :
a) Keadaan gigi-geligi dan akibatnya
b) Penekanan pentingnya tindak lanjut
Macam-macam perawatan ortodonsi interseptif :

a) Penyesuaian atau koreksi disharmoni oklusal


b) Perawatan cross-bite anterior pada mixed dentition
c) Perawatan diastema anterior
d) Perawatan kebiasaan jelek (Bad Habbit)
e) Latihan otot (Myofunctional Therapic)
f) Pencabutan seri (Serial Ectraction)
1) Penyesuaian atau koreksi disharmoni oklusal
Pada periode gigi bercampur proses pergantian gigi decidui dengan gigi permanen
kadang terjadi gangguan yang mengakibatkan oklusi atau relasi rahang tidak serasi.
Adanya kontak prematur dapat mengakibatkan problem terhadap gigi dan mandibula
sehingga terjadi relasi dan fungsi abnormal.

Identifikasi gangguan hubungan oklusal dapat dilakukan dengan mengamati gerakan


membuka-menutup mulut dari posisi membuka lebar kemudian menutup dalam oklusi
dan dalam kedudukan posisi istirahat (Rest). Apabila di dalam gerakan terlihat relasi mid-
line rahang tidak serasi atau pada TMJ teraba gerakan yang tidak lancar (Smooth) berarti
terdapat relasi dan fungsi rahang abnormal yang kemungkinan disebabkan adanya
gangguan oklusal.

a. Pergeseran Mandibula ke anterior


Erupsi gigi incisivus rahang atas kadang mengalami hambatan sehingga terlambat
tumbuh. Apabila gigi incisivus rahang bawah telah erupsi penuh akibatnya bimbingan
posisi (Inklinasi) incisivus rahang atas yang berasal dari tekanan oklusi incisivus rahang
bawah terhambat sehingga incisivus rahang atas Retroklinasi. Relasi gigi anterior menjadi
edge to edge bite dan mandibula akan bergerak ke depan sehingga terjadi cross bite gigi
anterior. Maloklusi ini pada tahap awal (gejala) dapat dikoreksi dengan melakukan
grinding (beveling) incisal incisivus rahang bawah dan facies palatal incisivus rahang
atas, adanya tekanan oklusi secara fisiologis maloklusi akan terkoreksi.

Gambar 1

b. Pergerakan Mandibula ke lateral


Dorongan erupsi gigi caninus permanen kadang menyebabkan gigi caninus decidui
extrusi sehingga terjadi traumatik oklusi gigi caninus akibatnya mandibula akan bergeser
ke salah satu sisi lateral dan terjadi cross-bite geligi posterior. Pada tahap awal maloklusi
ini dapat dikoreksi dengan grinding insisal gigi caninus decidui sehingga terjadi occlusal
adjustment dan oklusi kembali normal.

Konstraksi bilateral ringan dari maxilla dapat mengakibatkan pergeseran mandibula


ke lateral untuk penyesuaian oklusi sehingga terjadi cross-bite unilateral geligi posterior.
Koreksi maloklusi ini dapat dilakukan dengan expansi maxilla diikuti koreksi oklusal
dengan grinding geligi yang oklusi traumatik.

Penyempitan maxilla dapat disebabkan oleh karena kebiasaan jelek menghisap ibu
jari atau bernafas lewat mulut. Sedang maloklusi cross-bite posterior unilateral dapat
berakibat terjadinya asimetri rahang yang berlanjut pada asimetri wajah.
2) Perawatan cross-bite anterior tahap awal
Adalah hal yang umum bila I2 rahang atas erupsi sedikit lebih lingual dari pada I1
rahang atas yang akan terkoreksi oleh karena tekanan oklusi atau lidah. Apabila tidak
dapat terkoreksi secara fisiologis, dilakukan tindakan ortodonsi interseptik.

Indikasi :

a) Linguoversi I2 rahang atas dengan ruang cukup


b) Kecenderungan Klas III ringan (Herediter)
c) Kecenderungan cross-bite anterior pada penderita dengan profil straight face (lurus)
oleh karena overjet yang minimal (< 2 mm)
Cara perawatan:

a. Dengan alat Tongue Blade (T.B)


1) Buat tongue blade selebar gigi atau geligi yang Palatoversi
2) Letakkan tongue blade pada incisal incisivus rahang bawah tanpa tekanan
3) Dengan tumpuan tepi incisal incisivus rahang bawah, tongue blade diputar ke atas
dan ke depan menyentuh facies lingual gigi rahang atas yang palatoversi,
penderita disarankan menggigit dengan tekanan yang tetap.
4) Durasi 1-2 jam/hari, dalam 10-14 hari
5) Disarankan ortodonsi mengawasi
b. Dengan dataran miring cekat (Acrylic)
1 1 : Palato versi

2 1 1 2 : Abuthmen (Jacket Crown)

3) Perawatan diastema anterior


Indikasi : diastema bukan karena fenomena perkembangan sementara

a. Diastema Sentral karena frenulum labii superior


- Attachment rendah diketahui dengna Blanch test
- Perawatan : Frenectomy
b. Diastema karena distoversi I1 rahang atas
Perawatan : alat cekat atau lepasan dengan kekuatan ringan, untuk menghindari
pemendekan panjang akar gigi.
Prosedur penyesuaian atau koreksi oklusal

Bahan dan alat :

a. Kertas artikulasi
b. Malam base plate lunak
c. Artikulator anatomis
d. Stone : round, pear shape
e. Straight H.P dan contra Angle H.P
Prosedur :

a. Pemeriksaan gangguan oklusal


T.M.J : clicking atau crepitasi dengan stethoscope atau meletakkan ujung jari di
depan telinga penderita.

b. Pengambilan gigitan malam dalam oklusi habitual


- Malam dibentuk tapal kuda, dilembekkan, taruh pada oklusal rahang atas,
penderita gerakan pengunyahan
- Malam diambil diterawangkan ke arah sinar bagian yang perforated merupakan
daerah kontal premature
c. Dengan kertas artikulasi ditandai daerah kontak sebenarnya pada geligi berlawanan
tandai tonjol dan dataran oklusal yang terkena atau lebih tebal di catat.
d. Uji coba koreksi oklusal pada studi model yang di mounting pada artikulator, sesuai
catatan geligi rahang atas dan rahang bawah yang traumatik oklusi permukaan
oklusal digrinding. Hasilnya dilihat, apabila grinding oklusal pada studi model
tersebut dapat memperbaiki relasi dan fungsi rahang atas-rahang bawah, tindakan
dilanjutkan pada penderita.
e. Lakukan pada penderita.
Macam-macam perawatan interseptif :

 Aktivator
Aktivator adalah plat fungsional yang digunakan pada
masa pertumbuhan untuk mengkoreksi maloklusi kelas II
yang disebabkan oleh defisiensi mandibula. Perawatan : 2-
3 tahun pre pubertal

 Head Gear

Head gear adalah perawatan ekstra oral pada masa


pertumbuhan yang digunakan untuk mengkoreksi
maloklusi skeletal dengan pertumbuhan maksilla vertikal
dan horizontal secara berlebihan. Pada perawatan head
gear dibutuhkan hambatan pertumbuhan maksilla namun
mandibula juga tetap berkembang. Pemakaiannya 12-16
jam per hari.

 Rapid Palatal Ekspansion


Rapid palatal ekspansion diindikasikan pada kuba
palatum sempit. Alat ini menghasilkan ekspansi 10mm
meliputi 8mm pembukaan sutura dan 2 mm pergerakan
gigi dengan 0,5-1mm per hari. Retensi selama 3-4
bulan.

 Face Mask
Diindikasikan untuk mengstimulasi pertumbuhan
sutura kedepan.
 Chin Cup
Merupakan perawatan ekstra oral yang bertujuan agar
dagu bisa berotasi ke bawah dan ke belakang, gigi erupsi
dan terjadi pemanjangan wajah serta penonjolan dagu
berkurang. Perawatan ini diindikasikan pada kasus
mandibula berlebihan.

 Space Regainer
Indikasi space regainer adalah apabila untuk mendapatkan kembali tempat sekitar
3 mm atau kurang. Space regainer ada yang cekat dan lepasan.

 Serial Ekstraksi
Diindikasikan pada kasus diskrepansi lengkung ˂ 4 mm. Tujuan serial ekstraksi
adalah mendorong terjadinya erupsi dini gigi premolar pertama, kemudian
dilakukan pencabutan untuk menyediakan ruang erupsi bagi gigi caninus
permanen. Serial ekstraksi tidak diindikasikan pada kasus pada kelas I maloklusi
dengan crowded ringan, terdapat skeletal discrepancy, terdapat deep overbite,
adanya agenesis gigi.

5. Jenis dan alat perawatan kuratif


Berapa kasus memiliki macam peralatan yang berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhan peralatan. Pada kasus crossbite anterior dapat diperbaiki dengan tongue blades,
pesawat inklinasi komposit, mahkota stainless steel, alat lepasan dengan pegas lingual,
dan peralatan menggunakan alat cekat. Pada kasus tertentu dipilih menggunakan alat
removable dengan adanya skrup ekspansi pada plat akriliknya untuk memperbaiki
crossbite anterior karena lebih aman, mudah, dan estetik.

Ada 6 macam keuntungan penggunaan alat removable

1. alat dibuat di laboratorium, hal ini tentu mengurangi waktu pasien di dental chair

2. mudah dilepas atau dipasang sendiri oleh pasien

3. mudah dibersihkan, sehingga oral hygine baik


Selama perawatan pasien merasa nyaman, hasil peralatan yang didapatkan
maloklusi dapat terkoreksi dengan baik dan estetik yang indah. Maka alat removable
dengan sktup ekspansi merupakan pilihan pertama untuk perawatan anterior crossbite

Pada kasus dengan rotasi berat pada gigi insisiv permanen 1 digunakan whip
appliance yaitu kombinasi alat cekat dan lepasan. Penggunaan alat cekat sebagian, yaitu
dengan 2 pita penahan pada gigi molar 1 permanen (sebagai penjangkar), dan 4 breket
yang dicekatkan pada gigi insisiv. Dengan dilakukannya peralatan menggunakan fixed
appliance pada beberapa gigi, kekuatan wire untuk menggerakkan gigi lebih lentur tetapi
lebih lemah, h,al ini mengurangi keberhasilan peralatan( untuk mengurangi efek samping
yang dihasilkan, penggunaan Whip appliance disarankan untuk mengoreksi rotasi berat
dari gigi insisiv sentral pada masa gigi percampuran. Beberapa keuntungan menggunakan
whip appliance pada gigi percampuran, antara lain merupakan sebuah pilihan solusi pada
gigi percampuran, membutuhkan lebih sedikit control penjangkaran yang rumit, kekuatan
system yang relatif simple, dan lebih sedikit membutuhkan kekooperatifan pasien.
Perawatan menggunakan alat ini sangat efisien untuk kasus rotasi berat pada gigi insisiv
permanen pada masa geligi percampuran.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil diskusi dapat disimpulkan bahwa etiologi terjadi nya gigi
supernumerary dapat dibagi menjadi beberapa teori yaitu teori atavisme, teori
hypergenesis epithel, teori faktor keturunan (herediter), dan teori dikotomi. Yang dimana
gigi supernumerary dapat menyebabkan terjadi maloklusi, sehingga perlu dilakukan
perawatan ortodontik. Perawatan ortodontik dibagi menjadi beberapa yaitu perawatan
preventif ( pencegahan ), perawatan interseptif dan perawatan kuratif. Tergantung dari
permasalahan atau kondisi gigi pasien yang akan dilakukan perawatan ortodontik.

3.2 Saran

Dalam pembuatan makalah ini tentunya memiliki kelebihan maupun


kekurangan baik dalam hal penjelasan materi, keterbatasan penulisan, penggunaan ejaan-
ejaan, serta penyuntingan. Maka dari itu kritik serta saran yang sifatnya membangun
dapat diberikan agar makalah ini tercipta lebih baik dan bagus dari sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Martyn T. Cobourne, Orthodontic Management of the Developing Dentition


Dentition, An Evidence-Based Guide, Springer, 2017
2. Proffit, Contemporary Ortodontic. 4 Th Edition
3. Pinkham,Casanmassimo, Fields, Mc Tigue Nowak, Pediatric Dentistry, Infancy Through
Adolescence, Fourth Edition
4. Samir E. Bishara, Text Book Of Orthodontic
5. Pambudi Raharjo. 2012. Ortodonti Dasar, edisi ke 2. Pusat Penerbitan dan Pencetakan Unair
(Unair)

Anda mungkin juga menyukai