Anda di halaman 1dari 24

BUKU AJAR

EXODONTIA
(Dasar-dasar Ilmu Pencabutan Gigi)

Oleh
Nurul Muthiah Salahuddin

Digunakan dijurusan Terapis Gigi Poltekkes Kemenkes Makassar

JURUSAN TERAPIS GIGI


DIPLOMA IV
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
TAHUN 2019/2020
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 Thun 2014 tentang Hak Cipta

Lingkup hak Cipta

Pasal 1

hak
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Buku Ajar : BUKU AJAR EXODONTIA (Dasar-dasar Ilm Pencabutan Gigi)
Mata Kuliah : Exodontia

Kode Mata Kuliah :

Nama Penulis : Nurul Muthiah Salahuddin

Nomor Induk Mahasiswa : PO.71.4.261.17.1.077

Jurusan :

Menyetujui

Dosen Mata Kuliah,

Muhammad Saleh, S.SiT, M.Mkes

Atas Nama Ketua Jurusan Terapis Gigi


HALAMAN PERSEMBAHAN

Buku ini penulis persembahkan untuk :

Kedua orang tua tercinta

Bapak Ibu dosen yang tercinta

Indonesia tempat hidupku

Almamaterku Poltekkes Kemenkes Makassar

Pembaca Buku Ajar Exodontia (dasar-dasar Ilmu pencabutan Gigi)


PRAKATA

Menyadari sepenuhnya bahwa suatu ilmu perlu dikembangkan dan diamalkan demi
kemaslahatan masyarakat luas, kami Mahasasiswa jurusan Terapis Gigi Poltekkes Kemenkes
Makassarbertekad menerbitkan sebuah buku Exodontia yang juga melibatkan Pengajar dari
bidang yang terkait dan dari bidang ilmu lain yang terkait. Hal ini kami didasari keyakinan
bahwa setiap ilmu memiliki interrelasi dan interdependensi.

Buku ini kami buat selain untuk mendedikasikan ilmu yang kami miliki juga segai
tugas yang diberikan dalam hal ini sebagai syarat untuk lulus pada mata kuliah Exodontia.

Meskipun sebelum ini sudah diterbitkan bebrapa buku Exodonti dalam bahasa
Indonesia, kami yakin buku ini mampu jadi pelengkap serta melingkupi bagian-bagian yang
mungkin belum tercakup pada penerbitan sebelumnya. Selain itu, buku ini diharapkan
menjadi sumbangsih dalam meningkatkan jumlah penerbitan buku ilmiah berbahasa
indonesia, khususnya dalam bidang Kesehatan Gigi dan Mulut, yag masih belum banyak
jumlah maupun ragamnya.

Dalam kaitan ini, izinkanlah kami mengajak sejawat sekalian untuk berlomba-lomba
memperkaya khasanah kepustakaan kita, karena kami yakin bangsa yang besar adalah bangsa
yang mampumenggali serta mengembangkan potensinya sendiri.

Ilmu Exodontia dengan seni perawatannya terus berkembang, baik yang merupakan
hasil riset maupun perkembangan dalam bidang klinis yang makin canggih dan dilakukan
operator yang kompetensi serta keterampilannya memadai, akan meningkatkan mutu dan hasil
pengerjaan selain kepuasan pasien termasuk orang tua/keluarganya.

Betapa pentingnya ilmu exodontia diketahui oleh para tenaga medis yang
bersangkutan karena dalam melalukan tindakan kepada seorang pasien para tenaga medis
tersebut terlebih dahulu mengetahui teksik dan dasar-dasar ilmu pencabutan gigi atau
exodontia.

Buku yang dimaksudkan untuk menjadi acuan baik bagi mahasiswa tingkat sarjana,
mahasiswa tingkat diploma maupun Profesi tenaga kesehatan gigi dan mulut.

Semoga buku ini dapat memenuhi kebutuhan para pembaca, meski iami sadar akan
adanya kekurangan di sana-sini. Dengan pemahaman pada ungkpan bahwa “tak ada gading
yang tak retak”, sebagai penutup dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan adanya
masukan, pendapat, termasuk kritik yang membangun.

“there are books to be enjoyed, there are not to be swallowed and some must be chewed and
dissloved:- N.N

Nurul Muthiah salahuddin

Penulis
KATA PENGANTAR

Buku ajar Buku Ajar Exodontia (dasar-dasar Ilmu pencabutan Gigi) terbit karena
tersinspirasi oleh banyaknya masyarakat yang mengalami masalah pada kesehatan gigi dan
mulut mereka. Maka akan membutuhkan seorang tenaga kesehatan gigi apabila sudah
mengalami masalah dengan gigi mereka. Mereka mencoba mengobatinya dengan membeli
obat diwarung atau membiarkan gigi mereka sedemikian rupa, sehingga parah dan kemudian
datang ke tukang gigi yang minim ilmu tentang exodontia.

Sesungguhnya tidaklah demikian . mereka perlu mendatangi dokter atau terapis gigi
yang ahli dibidangnya . gigi yang dicabut salah satu penyebabnya karena seseorang
mengalami sakit gigi dimana ada kaitannya dengan kebersihan gigi.
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Exodontia merupakan ilmu yang mempelajari tentang pencabutan gigi yang baik dan
benar, yakni aman, higenis, dan tanpa rasa sakit disertai penanggulangan komplikasi yang
baik sebelum, saat dan setelah tindakan.
Exodontia adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang bagaimana
mengeluarkan (ekstraksi )gigi secara efektif dan segala perawatan yang meenyertainya
Ekstrasi gigi sering dikategorikan menjadi uda macam yakni ekstraksi simple dan
ekstraksi bedah/surgical. Ekstraksi simpel adalah ekstraksi yang dilakukan pada gigi yang
terlihat dalam rongga mulut, menggunakan anastesi lokal dan menggunakan alat-alat
untuk elevasi bagian gigi yang terlihat. Sementara ekstraksi bedah yaitu ekstraksi yang
dilakukan pada gigi yang tidak dapat dijangkau dengan mudah.
Ilmu pencabutan gigi Ilmu pencabutan gigi ditunjang pula oleh ilmu-ilmu lain yang
merupakan dasar atau berhubungan erat/langsung dengan tindakan pencabutan gigi,
antara lain: ilmu farmakologi, ilmu penyakit dalam, dental anatomi, rontgenologi dan
ilmu alat-alat kedokteran gigi. Ilmu-ilmu tersebut harus dipahami sehingga bisa bekerja
efisien mungkin, aman, higienis, dan terhindar dari komplikasi.
Hilangnya atau dicabutnya gigi terutama pada usia muda akan membuat gigi-gigi
yang lainnya bergerak kearah gigi yang hilang tersebut sehingga membuat gigi tidak
teratur lagi. Oleh karenanya tindakan pencabutan gigi sebaiknya merupakan tindakan
terakhir yang dilakukan apabila tidak ada cara lain untuk mempertahankan gigi tersebut
di dalam rahang.
Tindakan ekstraksi gigi merupakan suatu tindakan yang sehari-hari kita lakukan
sebagaii terapi. Walaupun demikian tidak jarang kita temukan komplikasi dari tindakan
ekstraksi gigi yang kita lakukan. Karenanya kita perlu waspada dan diharapkan mampu
mengatasi kemungkinan-kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi.
Pencabutan gigi, merupakan suatu tindakan pembedahan yang melibatkan jaringan
tulang dan jaringan lunak dari rongga mulut, tindakan tersebut dibatasi oleh bibir dan pipi
dan terdapat faktor yang dapat mempersulit dengan adanya gerakan dari lidah dan rahang
bawah.
Terdapat pula hal yang dapat membahayakan tindakan tersebut yaitu adanya
hubungan antara rongga mulut dengan faring, laring dan oeshophagus. Lebih lanjut
daerah mulut selalu dibasahi oleh saliva dimana terdapat berbagai macam jenis
mikroorganisme yang terdapat pada tubuh manusia.
Tindakan pencabutan gigi merupakan tindakan yang dapat menimbulkan bahaya bagi
penderita, dasar pembedahan harus dipahami, walaupun sebagian besar tindakan
pencabutan gigi dapat dilakukan ditempat praktek. Beberapa kasus perlu penanganan di
rumah sakit oleh karena ada pertimbangan kondisi sistemetik penderita. Tindakan dengan
teknik yang cermat dengan didasari pengetahuan serta ketrampilan merupakan faktor
yang utama dalam melakukan tindakan pencabutan gigi. Jaringan hidup harus dita
ngani dengan hati-hati, tindakan yang kasar dalam penanganan akan mengakibatkan
kerusakan atau bahkan kematian jaringan.
Pencabutan gigi dapat dilakukan bilamana keadaan lokal maupun keadaan umum
penderita (physical status) dalam keadaan yang sehat. Kemungkinan terjadi suatu
komplikasi yang serius setelah pencabutan, mungkin saja dapat terjadi walaupun hanya
dilakukan pencabutan pada satu gigi.
Pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan sebuah gigi atau akar gigi yang utuh
tanpa menimbulakan rasa sakit dengan trauma sekecil mungkin pada jaringan
penyangganya sehingga bekas pencabutan akan sembuh secara normal dan tidak
menimbulkan trauma pada saat setelah dibedah. Pencabutan gigi pertama kali dilakukan
hanya dengan menggunakan tang. Oleh karena timbulnya berbagai macam masalah
dalam prosedur pencabutan gigi yang menyebabkan gigi tersebut sulit untuk
dicabut/dikeluarkan bila hanya menggunakan tang saja maka kemudian dilakukan
pembedahan. Pencabutan gigi dengan pembedahan harus dilakukan apabila pencabutan
dengan tang tidak mungkin dilakukan, gagal atau apabila gigi impaksi (terpendam). Baik
untuk pencabutan gigi erupsi yang menimbulkan masalah, atau impaksi molar ketiga,
prinsip-prinsip pembedahan biasanya relatif serupa.
Pembedahan tidak boleh dilakukan secara sembarangan oleh karena dapat
menimbulkan efek samping/komplikasi yang tidak diinginkan, misalkan perdarahan,
edema, trismus, dry soket dan masih banyak lagi. Tenaga kesehatan gigi harus
mengusahakan agar setiap pencabutan gigi yang ia lakukan merupakan suatu tindakan
yang ideal, dan dalam rangka untuk mencapai tujuan itu ia harus menyesuaikan tekniknya
untuk menghadapi kesulitan-kesulitan dan komplikasi yang mungkin timbul akibat
pencabutan dari tiap-tiap gigi.
Untuk itulah pengetahuan yang mendalam tentang teknik-teknik pencabutan mutlak
diperlukan dalam melakukan tindakan pencabutan khususnya dengan jalan pembedahan,
agar dapat mencegah atau mengurangi terjadinya efek samping/komplikasi yang tidak
kita inginkan. Di samping itu, perawatan pasca-pembedahan juga merupakan suatu hal
yang penting agar prosedur pencabutan gigi yang dilakukan berhasil dengan baik dan
sempurna.
BAB 1
Sejarah dan Definisi Exodontia

1. Sejarah Exodontia
Exodontia atau Ekstraksi gigi telah digunakan untuk mengobati berbagai penyakit,
serta metode untuk menapatkan pengakuan. Seebeleum penemuan antibiotik, infeksi gigi
kronis sering dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, dan karena penghapusan gigi
yang sakit dalah pemgobatan umum untuk berbagai kondisi medis. Instrumen yang
digunakan untuk ekstraksi gigi tanggal kembali beberapa abad. Pada abad ke 14, Guy de
Chauliac menemukan pelicinan gigi, yang dignakan pada akhir abad 18. Pelician
digantikan oleh gigi kunci yang pada gilirannya digantikan oleh modern forsep pada abad
ke 20. Sebagai ekstraksi dapat bervariasi p pada ingkat kesulitan, tergantung pada pasien
dan gigi, berbagai instrumen yang ada untuk mengatasi situasi tertentu.

2. Definisi Exodontia
Exodontia merupakan ilmu yang mempelajari tentang pencabutan gigi yang baik dan
benar yakni aman, higienistanpa rasa sakit disertai penanggulangan komplikasi yang baik
sebelum, saat dan setelah tindakan. Exodontia adalah ilmu yang mempelajari segala
sesuatu tentang bagaimana mengeluarkan (ekstraksi )gigi secara efektif dan segala
perawatan yang meenyertainya
Ekstrasi gigi sering dikategorikan menjadi uda macam yakni ekstraksi simple dan
ekstraksi bedah/surgical. Ekstraksi simpel adalah ekstraksi yang dilakukan pada gigi yang
terlihat dalam rongga mulut, menggunakan anastesi lokal dan menggunakan alat-alat
untuk elevasi bagian gigi yang terlihat. Sementara ekstraksi bedah yaitu ekstraksi yang
dilakukan pada gigi yang tidak dapat dijangkau dengan mudah.
Ilmu pencabutan gigi Ilmu pencabutan gigi ditunjang pula oleh ilmu-ilmu lain yang
merupakan dasar atau berhubungan erat/langsung dengan tindakan pencabutan gigi,
antara lain: ilmu farmakologi, ilmu penyakit dalam, dental anatomi, rontgenologi dan
ilmu alat-alat kedokteran gigi. Ilmu-ilmu tersebut harus dipahami sehingga bisa bekerja
efisien mungkin, aman, higienis, dan terhindar dari komplikasi.
Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus, dimana
pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Pencabutan gigi juga
merupakan suatu tindakan pembedahan yang melibatkan jaringan bergerak dan jaringan
lunak dari rongga mulut, akses yang dibatasi oleh bibir dan pipi, dan selanjutnya
dihubungkan atau disatukan oleh gerakan lidah dan rahang. Defenisi pencabutan gigi
yang ideal adalah pencabutan gigi dengan satu gigi utuh atau akar gigi dengan trauma
minimal terhadap jaringan pendukung gigi sehingga bekas pencabutan dapat sembuh
dengan sempurna dan tidak menimbulkan masalah prostetik paska operasi di masa yang
akan datang.

3. Klasifikasi Pencabutan Gigi


3.1 Pencabutan Intra Alveolar
Pencabutan intra alveolar adalah pencabutan gigi atau akar gigi dengan menggunakan
tang atau bein atau dengan kedua alat tersebut. Metode ini sering juga di sebut forceps
extraction dan merupakan metode yang biasa dilakukan pada sebagian besar kasus
pencabutan gigi.
Dalam metode ini, blade atau instrument yaitu tang atau bein ditekan masuk ke dalam
ligamentum periodontal diantara akar gigi dengan dinding tulang alveolar. Bila akar
telah berpegang kuat oleh tang, dilakukan gerakan kea rah buko-lingual atau buko-
palatal dengan maksud menggerakkan gigi dari socketnya. Gerakan rotasi kemudian
dilakukan setelah dirasakan gigi agak goyang. Tekanan dan gerakan yang dilakukan
haruslah merata dan terkontrol sehingga fraktur gigi dapat dihindari.
3.2 Pencabutan Trans Alveolar
Pada beberapa kasus terutama pada gigi impaksi, pencabutan dengan metode
intra alveolar sering kali mengalami kegagalan sehingga perlu dilakukan pencabutan
dengan metode trans alveolar. Metode pencabutan ini dilakukan dengan terlebih
dahulu mengambil sebagian tulang penyangga gigi. Metode ini juga sering disebut
metode terbuka atau metode surgical yang digunakan pada kasus-kasus:
a. Gigi tidak dapat dicabut dengan menggunakan metode intra alveolarGigi yang
mengalami hypersementosis atau ankylosis
b. Gigi yang mengalami germinasi atau dilacerasi
c. Sisa akar yang tidak dapat dipegang dengan tang atau dikeluarkan dengan bein,
terutama sisa akar yang berhubungan dengan sinus maxillaris.

Perencanaan dalam setiap tahap dari metode trans alveolar harus dibuat secermat
mungkin untuk menghindari kemungkinan yang tidak diinginkan. Masing-masing
kasus membutuhkan perencanaan yang berbeda yang disesuaikan dengan keadaan
dari setiap kasus.

Secara garis besarnya, komponen penting dalam perencanaan adalah bentuk flap
mukoperiostal, cara yang digunakan untuk mengeluarkan gigi atau akar gigi dari
socketnya, seberapa banyak pengambilan tulang yang diperlukan.
BAB 2
Anatomi Kepala dan Mulut

1. Tulang Tengkorak dan Bagian-Bagiannya


BAB 3
Metode Pencabutan Gigi
1. Metode Penvabutan Gigi

Pada dasarnya hanya ada dua cara pencabutan gigi, cara pertama yang sering dilakukan pada
kebanyakan kasus biasanya disebut pencabutan dengan tang, yang terdiri atas pencabutan gigi
atau akar gigi dengan menggunakan tang atau elevator (bein) atau keduanya. Metode ini disebut
juga pencabutan intra-alveolar.

Metode yang lain adalah dengan pembelahan gigi atau akar gigi dari perlekatan tulangnya.
Pemisahan ini dilakukan dengan membuang sebagian tulang yang menutupi akar gigi, kemudian
pencabutan dilakukan dengan menggukan bein dan tang, metode ini disebut pencabutan trans-
alveolar.

a. Pencabutan Intra Alveolar


Pencabutan intra alveolar adalah pencabutan gigi atau akar gigi dengan menggunakan
tang atau bein atau dengan kedua alat tersebut. Metode ini sering juga di sebut forceps
extraction dan merupakan metode yang biasa dilakukan pada sebagian besar kasus
pencabutan gigi.
Dalam metode ini, blade atau instrument yaitu tang atau bein ditekan masuk ke dalam
ligamentum periodontal diantara akar gigi dengan dinding tulang alveolar. Bila akar telah
berpegang kuat oleh tang, dilakukan gerakan kea rah buko-lingual atau buko-palatal
dengan maksud menggerakkan gigi dari socketnya. Gerakan rotasi kemudian dilakukan
setelah dirasakan gigi agak goyang. Tekanan dan gerakan yang dilakukan haruslah merata
dan terkontrol sehingga fraktur gigi dapat dihindari.
b. Pencabutan Trans Alveolar
Pada beberapa kasus terutama pada gigi impaksi, pencabutan dengan metode intra
alveolar sering kali mengalami kegagalan sehingga perlu dilakukan pencabutan dengan
metode trans alveolar. Metode pencabutan ini dilakukan dengan terlebih dahulu
mengambil sebagian tulang penyangga gigi. Metode ini juga sering disebut metode terbuka
atau metode surgical yang digunakan pada kasus-kasus:
- Gigi tidak dapat dicabut dengan menggunakan metode intra alveolarGigi yang
mengalami hypersementosis atau ankylosis
- Gigi yang mengalami germinasi atau dilacerasi
- Sisa akar yang tidak dapat dipegang dengan tang atau dikeluarkan dengan bein,
terutama sisa akar yang berhubungan dengan sinus maxillaris.

Perencanaan dalam setiap tahap dari metode trans alveolar harus dibuat secermat
mungkin untuk menghindari kemungkinan yang tidak diinginkan. Masing-masing kasus
membutuhkan perencanaan yang berbeda yang disesuaikan dengan keadaan dari setiap
kasus. Secara garis besarnya, komponen penting dalam perencanaan adalah bentuk flap
mukoperiostal, cara yang digunakan untuk mengeluarkan gigi atau akar gigi dari
socketnya, seberapa banyak pengambilan tulang yang diperlukan.

2. Teknik dan Jenis Bahan Anestesi untuk Pencabutan Gigi


Untuk pencabutan gigi biasanya menggunakan anestesi lokal. Anestesi lokal
digunakan untuk menghilangkan rasa sakit pada bagian tubuh tertentu tanpa disertai
dengan hilangnya kesadaran. Bahan anestesi yaitu
1. Golongan ester.
Anestesi golongan ini kurang stabil dan metabolismenya lebih mudah.
Contohnya: Prokain, kokain dan tetrakain.
2. Golongan amida.
Anestesi golongan amida lebih stabil dan metabolismenya lambat.
Contohnya: Lignokain, prilokain, mervakain.
Teknik anastesi untuk pencabutan gigi molar mandibula.
Pada rahang bawah biasanya digunakan anestesi blok mandibula. Dilakukan palpasi fossa
retromolaris dengan jari telunjuk sehingga kuku jari menempel pada linea oblik. Dengan
bagian belakang jarum suntik terletak di antara kedua premolar pada sisi yang berlawanan
jarum diarahkan sejajar dengan dataran oklusal gigi-gigi mandibula ke arah ramus dan jari.
Jarum ditusukkan pada apeks trigonum pterygomandibular dan gerakan jarum di antara ramus
dan ligamen serta otot yang menutupi fasies interna ramus diteruskan sampai ujungnya kontak
dengan dinding posterior sulkus mandibularis. Keluarkan 1,5 ml obat anestesi di sini (rata-rata
kedalaman insersi jarum adalah 15 mm, tapi bervariasi tergantung ukuran mandibula dan
proporsinya berubah sejalan dengan pertambahan umur). Dapat juga menganestesi nervus
lingualis dengan cara mengeluarkan obat anestesi pada pertengahan perjalanan masuknya
jarum

3. Komplikasi Pencabutan Gigi


Berbicara masalah pencabutan gigi tidak terlepas dari beberapa komplikasi normal yang
menyertainya seperti terjadinya perdarahan sesaat, oedem (pembengkakan) dan timbulnya
rasa sakit. Komplikasi sendiri merupakan kejadian yang merugikan dan timbul diluar
perencanaan dokter gigi. Oleh karena itu, kita sebagai dokter gigi harus tetap mewaspadai
segala kemungkinan dan berusaha untuk mengantisipasinya sebaik mungkin. Hal ini bertujuan
untuk mencegah terjadinya komplikasi lanjutan dengan resiko yang lebih besar.. Perdarahan
Adapun beberapa faktor penyebab terjadinya komplikasi diantaranya karena kondisi sistemik
dan lokal pasien serta keahlian, keterampilan dan pengalaman operator serta standar prosedur
pelaksanaan juga mempengaruhi. Berbagai komplikasi dapat terjadi seperti: a. Perdarahan
Mungkin merupakan komplikasi yang paling ditakuti oleh dokter maupun pasien
karena dianggap dapat mengancam hidup. Pasien dengan gangguan pembekuan darah
sangatlah jarang ditemukan, kebanyakan adalah individu dengan penyakit hati, misalnya
seorang alkoholik yang menderita sirosis, pasien yang menerima terapi antikoagulan, atau
pasien yang mengkonsumsi aspirin dosis tinggi atau agen antiradang nonsteroid. Semua itu
mempunyai resiko perdarahan.
b. Infeksi
Meskipun jarang terjadi tetapi hal ini jangan dianggap sepele. Bila terjadi dokter gigi
dapat memberikan resep berupa antibiotik untuk pasien yang beresiko terkena infeksi.
c. Pembengkakan
Pembengkakan Keadaan ini terjadi akibat perdarahan yang hebat saat pencabutan
gigi. Ini terjadi karena bermacam hal seperti; kelainan sistemik pada pasien.
d. Dry socket
Kerusakan bekuan darah ini dapat disebabkan oleh trauma pada saat pencabutan gigi
(pencabutan dengan komplikasi), dokter gigi yang kurang berhati-hati penggunaan
kontrasepsi oral, penggunaan kortikosteroid dan suplai darah (suplai darah di rahang
bawah lebih sedikit daripada rahang atas). Kurangnya irigasi saat dokter gigi melakukan
tindakan juga dapat menyebabkan dry socket. Gerakan menghisap dan menyedot seperti
kumur-kumur dan merokok segera setelah pencabutan dapat mengganggu dan merusak
bekuan darah
e. Rasa sakit
Rasa sakit paska operasi akibat trauma jaringan keras dapat berasal dari cederanya
tulang karena terkena instrumen atau bur yang terlalu panas selama pembuangan tulang.
Dengan mencegah kesalahan teknis dan memperhatikan penghalusan tepi tulang yang
tajam, serta pembersihan soket tulang setelah pencabutan dapat menghilangkan penyebab
rasa sakit setelah pencabutan gigi
f. Fraktur
Selama pencabutan mungkin tidak dapat dihindari bila gigi sudah mengalami karies
atau restorasi besar. Namun hal ini sering juga disebabkan oleh tidak tepatnya aplikasi tang
pada gigi, bila tang di aplikasikan pada mahkota gigi bukan pada akar atau massa akar gigi
atau dengan sumbu panjang tang yang tidak sejajar dengan sumbu panjang gigi. Bila
operator memilih tang dengan ujung terlalu lebar dan hanya memberikan kontak 1 titik gigi
dapat pecah bila tang ditekan. Bila tangkai tang tidak dipegang dengan kuat, ujung tang
mungkin terlepas dari akar dan mematahkan mahkota gigi. Terburu-buru biasanya
merupakan penyebab dari semua kesalahan, yang sebenarnya dapat dihindari bila operator
bekerja sesuai metode. Pemberian tekanan berlebihan dalam upaya mengatasi perlawanan
dari gigi tidak dianjurkan dan bisa menyebabkan fraktur mahkota gigi
Dapat terjadi pada waktu pencabutan gigi yang sukar. Bila terasa bahwa terjadi
fraktur tulang alveolar sebaiknya giginya dipisahkan terlebih dahulu dari tulang yang
patah, baru dilanjutkan pencabutan.
Gigi antagonis bisa pecah atau fraktur bila gigi yang akan dicabut tiba-tiba diberikan
tekanan yang tidak terkendali dan tang membentur gigi tersebut. Teknik pencabutan yang
terkontrol dapat mencegah kejadian ini.
Kondisi ini terjadinya fraktur (patah tulang) yang tidak diharapkan dari bagian soket gigi
atau bahkan tulang mandibula atau maksila tempat melekatnya tulang alveolar berada.
Paling umum terjadi dikarenakan kesalahan teknik operator saat melakukan pencabutan
gigi. Oleh karena itu operator diharuskan memiliki teknik yang benar dan bisa
memperhitungkan seberapa besar penggunaan tenaga saat mencabut gigi dan cara
menggunakan alat dengan tepat
BAB 4
Alat- Alat Exodontia

1. Tang Gigi
a. Tang Gigi Decidui
Tang gigi sulung anterior RA

Ciri –ciri : - handle sampai beaknya lurus

- Kedua paruh bila ditutup tdk brtemu


- Tang gigi kanan kiri sama

Fungsinya : untuk mencabut mahkota gigi anterior atas


sulung

Tang gigi sulung posterior RA

Ciri – ciri :

Handle sampai dengan beeknya

bengkok/membentuk sudut eperti
bayonet
 Kedua beek tidak bertemu
Kegunaan : untuk mencabut gigi posterior atas sulung

Tang gigi sulung anterior RB

Ciri – ciri :
 Handle sampai beeknya membentuk
sudut 90°
 Kedua paruh bila ditutup tidak bertemu
 Tang untuk mahkota gigi kiri dan kanan
sama
 Bentuknya kecil
Kegunaan :
 Untuk mencabut mahkota gigi anterior
bawah sulung
Tang gigi sulung posterior RB

Ciri – ciri :
 Handle sampai beeknya membentuk
sudut 90°
 Kedua paruhnya bila ditutup tidak
bertemu
 Kedua paruhnya berlekuk-lekuk
 Tang anak untuk mahkota gigi posterior
kiri dan kanan sama
 Bentuknya kecil
Kegunaan :
 Untuk mencabut mahkota gigi posterior
bawah sulung
Tang akar gigi sulung anterior RB

Ciri-cirinya :
 Antara handel sampai dengan beaknya
lurus
 Kedua paruh beak bila ditutup akan
bertemu
 Tang untuk akar gigi kiri dan kanan
sama
 Bentuknya kecil
Kegunaan :
 untuk mencabut akar gigi anterior
rahang atas.
Tang akar gigi sulung Posterior RB

Ciri – ciri :
 Handle dan sampai dengan beeknya
berbentuk bayonet, ada yang berbentuk
S
 Kedua paruh bila ditutup akan bertemu
 Tang untuk akar gigi kiri dan kanan
sama
 Bentuknya kecil
Kegunaan :
 untuk mencabut akar gigi posterior atas
sulung

Tang akar gigi sulung RB

Ciri – ciri :

Antara handle sampai dengan beaknya
90°
 Kedua paruh/beaknya bila ditutup akan
bertemu
 Tang untuk akar gigi kiri dan kanan
sama
 Bentuknya kecil
Kegunaan : untuk mencabut akar gigi bawah
b. Tang Gigi Permanen
Tang gigi anterior RA Permanen

Ciri – ciri :
 Handle sampai beeknya lurus
 Kedua paruh/ beek tidak bertemu
 Tang untuk gigi kiri dan kanan sama
Kegunaan :Untuk mencabut gigi depan atas permanent

Tang gigi premolar RA Permanen

Ciri – ciri :
 Antara handle dengan beaknya seperti S
 Kedua paruh beak bila ditutup tidak
bertemu
 Tang untuk gigi kiri dan kanan sama
Kegunaan :
 Untuk mencabut gigi premolar atas
permanent

Tang gigi molar RA Permanen

Ciri – ciri :
 Handle sampai beeknya seperti huruf
“S”
 Kedua paruh beek tidak bertemu
 Bagian bucal berlekuk dan yang tidak
berlekuk bagian palatal
 Kiri dan kanan berbeda
Kegunaan :
 Untuk mencabut gigi molar atas
permanent
Tang gigi molar 3 RA permanen

Ciri-cirinya:
 Antara handle sampai dengan beaknya
seperti bayonet
 Kedua paruh beak bila ditutup tidak
bertemu
 Kedua paruh beak tidak berlekuk
 Untuk kiri/kanan sama
Kegunaan :
 untuk mencabut gigi molar tiga RA
permanent

tang gigi anterior RB permanen

Ciri-cirinya:
 Antara handle sampai dengan beaknya
90°
 Kedua paruh beak bila ditutup tidak
bertemu
 Tang untuk anterior RB kiri dan kanan
sama
Kegunaan :
 untuk mencabut gigi anterior RB
permanen

Tang gigi premolar RB Permanen

Ciri-cirinya:
 Antara handle sampai dengan beaknya
90°
 Kedua paruh beak bila ditutup tidak
bertemu
 Tang untuk posterior RB kiri dan kanan
sama
Kegunaan :
 untuk mencabut gigi premolar RB
permanent
Tang gigi Molar 3 RB Permanen

Ciri-cirinya:
 Antara handle sampai dengan beaknya
berbentuk L
 Kedua paruh beak bila ditutup tidak
bertemu
 Kedua paruh beak runcing
 Tang untuk molar bawah kiri dan kanan
sama
Kegunaan :
 untuk mencabut gigi molar tiga RB
permanen

Tang akar gigi Posterior RA Permanen

Ciri – ciri :
 Handle sampai beeknya seperti bayonet
 Kedua paruh beek bertemu
 Tang gigi posterior kiri dan kanan sama
Kegunaan :
 Untuk mencabut gigi posterior atas
permanent

Tang akar gigi Posterior RB permanen

Ciri – ciri :


Handle sampai dengan beeknya
membentuk sudut 90°
 Kedua paruh beek bila ditutup akan
bertemu
 Tang untuk akar gigi rahang bawah
permanent
Kegunaan :
 Untuk mencabut akar gigi rahang bawah
permanent
2. Bein
a. Bein Bengkok

Ciri ciri :
 Alat dari bahan stenless steel yg bagian
ujungnya tajam dan rapih
 Bentuknya bengkok : mesial dan distal
Kegunaan :
 untuk melepaskan gigi dari jaringan
periodontium
 Untuk mengambil akar gigi

b. Bein Lurus

Ciri-ciri :


Alat terbuat dari stenles steel bagian
ujungnya tajam dan pipih
 Bentuknya lurus
Kegunaan :
 Untuk melepaskan gigi dari jaringan
periodontium
 Mengambil sisa akar gigi

3. Crayer T

Ciri – ciri :
 Alat dari bahan stenles steel yg
berbentuk “T”
 Bentuk ujungnya berbeda – beda untuk
kiri dan kanan
Kegunaannya :
 Untuk mengambil sisa akar
 Apabila mencabut gigi dengan dua akar,
baru satu akar yg tercabut
 Memisahkan akar gigi yg fraktur diatas
bifurkasi
4. Crayer Lurus

ciri :

Alat dari bahan stenless steel yg
berbentuk “lurus”
 Bentuk ujungnya berbeda –beda untuk
kiri dan kanan
Kegunaannya :
 Untuk mengambil sisa akar
 Apabila mencabut gigi dengan dua akar,
baru satu akar yg tercabut Memisahkan
akar gigi yg fraktur diatas bifurkasi
5. Alat Suntik
a. Cito Jet
Ciri – ciri :
 Berbeda dengan spuit biasa harus
menggunakan obat injeksi yang khusus
dengan jarum yg lebih kecil
 Cara memasukan/menekan pada waktu
mengeluarkan obat ada yang dari
samping dan dari belakang tanpa
aspirasi
Kegunaan : sebagai alat suntik

6. Carpule

Ciri-cirinya:
 berbeda dengan spuit biasa,carpule ini
harus memakai obat injeksi khusus,
yaitu yang ditempatkan di dalam carpul,
jadi obatnya tidak dipindahkan.
 Setelah dipakai carpule dikeluarkan dari
spuit carpule, jarumnya dapat diganti-
ganti sesuai dengan kebutuhan
Kegunaan : sebagai alat suntik

7. Disposable

Ciri – cirinya :
 Kecuali jarumnya, seharusnya terbuat
dari plastik, alat ini dibuat dengan
maksud untuk sekali pakai kemudian
dibuang
Kegunaanya :
 sebagai alat suntik

Anda mungkin juga menyukai