Disusun oleh:
Puji dan syukur penyusun ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia – Nya penyusun dapat menyelesaikan laporan skenario yang berjudul
“Gigi Berjejal”.
Laporan skenario ini penyusun susun karena merupakan sebagian tugas
yang telah diberikan dan pada kesempatan ini penyusun ucapkan terimakasih
kepada beberapa pihak media dan drg. Indah selaku dosen tutorial blok enam
belas yang senantiasa membantu dan membimbing dalam pembuatan laporan
skenario yang satu ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan ini pula penyusun susun untuk memperluas dan menambah
wawasan para pembaca khususnya mahasiswa. Dalam pembuatan laporan ini
telah disadari terdapat beberapa kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu, penyusun mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat
menyampaikan saran dan kritik guna penyempurnaan laporan tutorial ini.
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa saja anamnesis perawatan orthodonsi?
2. Apa saja pemeriksaan ekstraoral dan intraoral?
3. Apa saja Analisis dan perhitungan yg dilakukan (Metode analisis)?
4. Apa saja yang termaasuk Analisis fungsional (fungsi dan cara analisis)?
5. Baaimana analisis radiograf (panoramic dan sefalometri)?
6. Bagaimana analisis model studi?
1.3 Tujuan
1 Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan anamnesis perawatan
orthodonsi?
2 Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan pemeriksaan ekstraoral dan
intraoral?
3 Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan analisis dan perhitungan yg
dilakukan (Metode analisis)?
4 Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan analisis fungsional (fungsi
dan cara analisis)?
5 Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan analisis radiograf (panoramic
dan sefalometri)?
6 Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan analisis model studi?
6.3 Manfaat
Agar dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai
perawatan orthodontik bagi para pembaca.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gigi berjejal merupakan keadaan berjejalnya gigi di luar susunan gigi yang
normal. Ditinjau dari segi permasalahan gigi berjejal dikategorikan menjadi dua
yaitu gigi berjejal simpel dan gigi berjejal kompleks. Gigi berjejal simpel artinya
ketidak harmonisan antara ukuran gigi dengan ruangan yang tersedia di alveolus
dengan tidak disertai gangguan pada skeletal, muskular, atau fungsional oklusi.
Sedangkan gigi berjejal kompleks artinya gigi berjejal yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan skeletal, fungsi bibir dan lidah, dan disfungsional oklusi yang
menyebabkan ketidakharmonisan antara ukuran gigi dengan ruangan yang
tersedia (Malik Isnaniah, 2008).
Gigi berjejal anterior dan posterior adalah gigi yang memiliki penyimpangan
posisi mahkota gigi termasuk gigi yang tumpang tindih, gigi berkelompok, rotasi
dan gigi yang tidak terletak pada lengkung gigi (Sasea et al, 2013).
BAB III
PEMBAHASAN
1. Skema
2. Pembahasan
2.1 Anamnesis perawatan orthodonsi
Anamnesis meliputi :
Contoh : Pasien datang ingin merawatkan gigi depan rahang atas dan
bawah yang dirasakan tidak teratur dan terlalu maju sehingga
mengganggu penampilan.
• Menggagu estetik
• Asthma
• Tubercolosis
• Dll.
Orang tua :
- Dst.
- Brahifasial
- Mesofasial
- Dolikofasial.
Jika indeks :
Indeks kepala =
- Lurus (Average face) bila titik Sub nasale (Sn) berada tepat
segaris dengan
Nasion (Na)
⇒ Ciri-ciri :
- Parabola : Kaki lengkung (dari P1 sampai M2 kanan dan kiri)
beberbentuk garis lurus devergen ke posterior dengan posisi gigi
M2 merupakan terusan kaki lengkung, sedangkan puncak lengkung
(C – C) berbentuk garis lengkung (curved).
- Rumus gigi : Periksa elemen gigi apa saja yang ada pada pasien.
Tulislah rumus gigi sesuai dengan gigi yang sudah erupsi dan beri
keterangan.
87654321|12345678
V IV III II I | I II III IV V
V IV III II I | I II III IV V
87654321|12345678
Dll.
Overjet : ……..….mm
Overbite :………… mm
- Median line gigi rahang atas dan rahang bawah : normal / tidak
normal , segaris / tidak segaris
Nilai rata-rata indeks tersebut ialah 42, yang merupakan indeks ras
Kaukasoid, selanjutnya dalam penelitian yang dilakukan Korkhaus
(1939 sit Rakosi dkk., 1993) diketahui bahwa nilai indeks ini
meningkat apabila palatum tinggi dan nilainya menurun jika palatum
dangkal.
A. Path of Closure
- Path of closure yang berawal dari posisi istirahat, akan tetapi oleh
karena adanya halangan oklusal maka didapatkan displacement
mandibula.
B. Deviasi Mandibula
C. Displacement Mandibula
D. Sendi Temporomandibula
berikut:
turcica)
b. Nasion (N) : Terletak di bagian paling inferior dan paling anterior dari
tulang frontal, berdekatan dengan sutura frontonasalis.
c. Orbitale (Or) : Terletak pada titik paling inferior dari outline tulang
orbital. Sering pada gambaran radiografi terlihat outline tulang orbital
kanan dan kiri. Untuk itu maka titik orbitale dibuat di pertengahan dari
titik orbitale kanan dan kiri.
d. Titik A (A) : Terletak pada bagian paling posterior dari bagian depan
tulang maksila. Biasanya dekat dengan apeks akar gigi insisif sentral
atas.
e. Titik B (B) : Terletak pada titik paling posterior dari batas anterior
mandibula, biasanya dekat dengan apeks akar gigi insisif sentral
bawah.
i. Articulare (Ar) : Terletak pada pertemuan batas inferior dari basis kranii
dan permukaan posterior dari kondilus mandibula.
k. Porion (Po) : Terletak pada bagian paling superior dari ear rod (pada
batas superior dari meatus auditory external).
Garis yang saling bersinggungan akan membentuk sudut, sudut yang yang
menjelaskan hubungan skeletal dengan gigi yaitu (Gambar 3):
Analisis Steiner
Analisis Skeletal
Analisis skeletal Sudut SNB (a) Ideal (b) Protrusif (c) Retrusif.
Titik A dan titik B dianggap sebagai batas anterior dan basis apikal
rahang atas dan rahang bawah. Besar konveksitas wajah diketahui dengan
mengukur besar sudut SNA dan SNB (Gambar 4 dan Gambar 5). Nilai
rata-rata untuk SNA adalah 82˚± 2˚, apabila lebih besar dari 84˚ disebut
profil wajah cembung (protrusif) dan bila nilai SNA lebih kecil dari 80˚
disebut profil wajah cekung (retrusif). Begitu pula untuk penilaian SNB,
nilai rata-rata untuk penilaian SNB adalah 80˚± 2˚, apabila lebih besar
daripada 82˚ dise but profil wajah cembung (protrusif) dan bila nilai SNA
lebih kecil dari 78˚ disebut profil wajah cekung (retrusif). Steiner tidak
hanya memperharikan nilai SNA dan SNB, karena nilai tersebut hanya
menunjukkan apakah wajah mengalami protrusif dan retrusif, tetapi
Steiner juga memperhatikan perbedaan sudut antara SNA dan SNB atau
sudut ANB (Gambar 6). Sudut ANB memberikan gambaran umum tentang
perbedaan anteroposterior dari rahang ke apikal basis mandibula. Rata-rata
sudut ANB ini adalah 2˚, apabila nilai AN B lebih besar dari 2˚ maka
disebut kelas II skeletal dan apabila lebih kecil dari 2˚ disebut kelas III
skeletal.
Analisis Gigi
Bibir yang terletak di luar garis ini cenderung menonjol dalam hal gigi
dan rahang, rahang dan gigi ini biasanya membutuhkan perawatan
ortodonti untuk mengurangi kecembungan tersebut. Jika posisi bibir di
belakang garis ini, profil pasien umumnya ditafsirkan sebagai profil
cekung. Koreksi ortodonti biasanya diperlukan untuk memajukan gigi
dalam lengkung gigi sehingga menyentuh S-line.
3. Diastema
Ruang antara dua gigi yang berdekatan, gingiva di antara
gigi-gigi kelihatan. Adanya diastema pada fase geligi pergantian
masih merupakan keadaan normal, tetapi adanya diastema pada
fase geligi permanen perlu diperiksa lebih lanjut untuk mengetahui
apakah keadaan tersebut suatu keadaan yang tidak normal
(Rahardjo, 2011).
4. Simetri Gigi-gigi
Pemeriksaan ini untuk mengetahui simetri gigi senama
dalam jurusan sagital maupun transversal dengan cara
membandingkan letak gigi permanen senama kiri dan kanan.
Berbagai alat bisa digunakan untuk keperluan pemeriksaan ini,
misalnya suatu transparent ruled grid atau simetroskop yang dapat
dibuat sendiri (Rahardjo, 2011).
Letakkan model studi pada dasamya kemudian simetroskop
diletakkan pada bidang oklusal gigi mulai dari yang paling
anterior, bagian simetroskop menyentuh gigi yang paling labial,
garis tengah simetroskop garis berimpit dengan median model.
Kemudian geser simetroskop ke distal sambil mengamati apakah
gigi yang senama terletak pada jarak yang sama baik dalam jurusan
sagital maupun transversal (Rahardjo, 2011).
Sebagai acuan, molar yang lebih distal dianggap lebih stabil
karena belum terjadi pergeseran, atau pun seandainya telah terjadi
pergeseran ke jurusan sagital pergeseran tersebut tidak sebanyak
pada molar yang terletak lebih mesial. Dengan demikian dapat
diketahui penyebab adanya perubahan relasi molar pada satu sisi.
Perubahan relasi molar dapat terjadi karena adanya tanggal
prematur molar sulung (Rahardjo, 2011).
Kesimpulan
Dari apa yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:
1. Diagnosa dibutuhkan sebagai dasar bagi dokter untuk melakukan tindakan.
Dalam ortodonsia, diagnosa dibutuhkan untuk menentukan perawatan yang akan
dilakukan terhadap pasien. Diagnosa yang tepat memerlukan pemeriksaan yang
tepat dan sesuai dengan prosedur yang telah ada.
2. Pemilihan perawatan yang tepat, tentu dapat terjadi jika diagnosanya tepat dan
jika disadari bahwa rencana perawatan merupakan suatu proses interaktif dimana
pasien dilibatkan dalam proses membuat keputusan
Saran
Agar mahasiswa calon dokter gigi dapat melakukan dignosa yang tepat
diharapkan mahasiswa dapat memahami bagaimana cara prosedur pemeriksaan
yang dilakukan sebelum menyimpulkan diagnosa.
DAFTAR PUSTAKA