Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN TUTORIAL SGD 3

SKENARIO 1 BLOK 19

Dosen Pembimbing Tutorial :


drg. Septia Anggreini Wilujeng

Disusun oleh:
1. Farich Fahmi Arsyad (Moderator) J2A016020
2. Azzuhra Zhafirah Rizviar (Scriber Ketik) J2A016041
3. Arlanda Diane Mahendra (Scriber Tulis) J2A016013
4. Aziza Ayu Lestari J2A016014
5. Nasiha Aulia Khansa J2A016015
6. Vivy Amalia Ramila J2A016021
7. Rezki An Najmi Fathan J2A016023
8. Faradis Salsabila J2A016024
9. Amalia Nurhidayah J2A016025
10. Andra Mahyuza J2A016040
11. Luluk Hanifa Zahraniarachma J2A016047

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan laporan skenario yang berjudul “Ingin
Memperbaiki Penampilan”
Laporan skenario ini penyusun susun karena merupakan sebagian tugas yang
telah diberikan dan pada kesempatan ini penyusun ucapkan terimakasih kepada
beberapa pihak media dan drg. Septia Anggreini Wilujeng selaku dosen tutorial blok
sembilan belas yang senantiasa membantu dan membimbing dalam pembuatan
laporan skenario yang satu ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan ini pula disusun untuk memperluas dan menambah wawasan para
pembaca khususnya mahasiswa. Untuk menunjang pemahaman dan melatih
keterampilan mahasiswa, penyusun lampirkan beberapa jurnal dan buku. Dalam
pembuatan laporan ini telah disadari terdapat beberapa kekurangan dan masih jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu, penyusun mengharapkan kepada semua pembaca agar
dapat menyampaikan saran dan kritik guna penyempurnaan laporan tutorial ini.

Semarang, 20 September 2019

Tim Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


SKENARIO 1

Ingin memperbaiki penampilan

Seorang pasien perempuan berusia 65 tahun datang ke RSGM dengan tujuan


untuk dibuatkan gigi tiruan yang baru karena gigi yang tiruan lama sudah longgar.
Dari hasil anamnesis gigi tiruan lama telah digunakan 12 tahun dan ada bagian yang
patah. Gigi tiruan tersebut hanya dilepas bila akan dibersihkan. Pemeriksaan
ekstraoral jarak muka 1/3 bawah terlihat rendah dan rahang bawah lebih maju. Pada
gigi tiruan lama permukaan oklusalnya sudah aus sayap labial atas sebagian patah
dan hilang.

Kata kunci : dimensi vertikal, perhitungan MMR, relasi rahang

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Jelaskan apa saja akibat dari kehilangan gigi geligi?
1.2.2 Jelaskan mekanisme perubahan jaringan periodontal pada pasien edontulous?
1.2.3 Jelaskan relasi rahang dan hubungannya dengan kehilangan gigi!
1.2.4 Jelaskan dimensi vertikal rahang dan hubungannya dengan kehilangan gigi!
1.2.5 Jelaskan oklusi sentrik dan relasi sentrik!
1.2.6 Apa saja rencana perawataan sesuai kasus skenario?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan akibat dari kehilangan gigi
geligi

3
1.3.2 Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan mekanisme perubahan
jaringan periodontal pada pasien edentulous
1.3.3 Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan relasi rahang dan
hubungannya dengan kehilangan gigi
1.3.4 Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan dimensi vertikal rahang dan
hubungannya dengan kehilangan gigi
1.3.5 Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan oklusi sentrik dan relasi
sentrik
1.3.6 Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan rencana perawataan sesuai
kasus skenario

1.4 Manfaat
Agar dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi para pembaca.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Prostodonsia adalah salah satu cabang dari ilmu di kedokteran gigi yang
mempelajari gigi tiruan untuk menggantikan gigi maupun jaringan mukosa mulut
yang hilang (Bhat, 2014).Gigi tiruan terdiri dari gigitiruan lepasandan gigi tiruan
cekat (Herwanda, 2013). Menurut Bhat (2014) gigi tiruan lepasan terdiri dari gigi
tiruan lepasan lengkap (GTL) dan gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) dengan
bagian-bagiannya adalah penahan (retainer), cengkeram, sandaran, konektor, elemen,
basis, dan penahan tidak langsung.Gigi tiruan dibuat dengan tujuan:
a. mengembalikan struktur jaringan rongga mulut yang berubah akibat hilangnya
gigi
b. memperbaiki fungsi pengunyahan
c. memperbaiki fungsi pengecapan;
d. estetis;
e. menjaga kesehatan jaringan
f. mencegah kerusakan lebih lanjut dari struktur rongga mulut yang terjadi akibat
hilangnya gigi
g. memelihara kesehatandan fungsi sistem pengunyahan terutama pada usia lanjut
(Gaib, 2013).
Dalam pembuatangigi tiruan terdapat banyak material yang dapat digunakan. Hal
yang perlu diperhatikan dari material gigi tiruan adalah sifat bahan, baik secara fisik
maupun mekani. Sifat material yang baik adalah:
a. daya serap air yang rendah
b. kekuatan mekanik tinggi
c. harga yang terjangkau
d. stabilitas warna yang baik
e. tahan terhadap cairan asam (Hasibuan dkk, 2012).
Basis gigi tiruan dapat dibuat dari logam, non logam atau kombinasilogamdan
non logam (Gaib, 2013). Sejak tahun 1940 bahan yang paling sering digunakan
untuk pembuatan gigi tiruan adalah resin akrilik (Bhat, 2014). Resin akrilik banyak

5
digunakan karna memiliki keuntungan sepertiringansaat di bawa, warnayangsama
dengan warna gingiva, mudah pembuatannya, mudah dilakukan preparasi, bentuk
stabil, tidak mengiritasimukosa dantidak toksikdan mudah dimanipulasi. Namun
disamping memiliki banyak kelebihan, resin akrilik juga memiliki kerugian yaitu
memiliki pori-pori yang membuat sisa makanan atau bakteri masuk ke dalamnya
(Gaib, 2013)

6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Skema

Pasien
perempuan 65 th,
kehilangan gigi

Kehilangan Kehilangan
gigi tiruan gigi tiruan
sebagian seluruhnya

Perubahan
Jaringan GTL
Periodontal

Dimensi MMR Tata


Vertikal (Maxillomandibula Laksana
Relationship)

3.2 Pembahasan
3.2.1 Jelaskan apa saja akibat dari kehilangan gigi geligi
a. Migrasi dan rotasi gigi

Hilangnya kesinambungan pada lengkung gigi dapat menyebabkan


pergeseran, miring atau berputarnya gigi, karena gigi ini tidak lagi menempati posisi
yang normal untuk menerima beban yang terjadi pada saat pengunyahan, maka akan
mengakibatkan kerusakan struktur periodontal. Gigi yang miring lebih sulit
dibersihkan, sehingga aktivitas karies dapat meningkat.

b. Erupsi berlebih

Bila gigi sudah tidak mempunyai antagonis lagi, maka akan terjadi erupsi berlebih
(overeruption). Erupsi berlebih dapat terjadi tanpa atau disertai pertumbuhan tulang

7
alveolar. Bila hal ini terjadi tanpa pertumbuhan tulang alveolar, maka struktur
periodontal akan mengalami kemunduran sehingga gigi mulai ekstrusi.

c. Gangguan pada sendi temporo-mandibula

Kebiasaan mengunyah yang buruk, penutupan (overclousure), hubungan


rahang yang eksentrik akibat kehilangan gigi, dapat menyebabkan gangguan pada
struktur sendi rahang.

d. Beban berlebih pada jaringan pendukung


Bila penderita sudah kehilangan sebagian gigi aslinya maka gigi yang masih
ada akan menerima tekanan mastikasi lebih besar sehingga terjadi pembebanan
berlebih (overloading). Hal ini akan mengakibatkan kerusakan membrane
periodontal dan lama-kelamaan gigi akan menjadi goyang dan akhirnya tanggal.
Selain itu gigi yang menerima beban terlalu besar dapat menyebabkan pengikisan
(atrisi) pada gigi geligi.
e. Kelainan bicara dan estetik
Kehilangan gigi pada bagian depan atas dan bawah sering kali menyebabkan
kelainan bicara, karena gigi depan termasuk bagian organ fonetik. Selain itu
kehilangan gigi bagian depan akan mempengaruhi estetik dikarenakan akan
mengurangi daya tarik seseorang, apalagi dari segi pandang
manusia modern.
f. Terganggunya kebersihan mulut
Migrasi dan rotasi gigi menyebabkan gigi kehilangan kontak dengan
tetangganya, demikian pula gigi yang kehilangan lawan gigitnya. Adanya ruang
interproksimal tidak wajar ini, mengakibatkan celah antar gigi mudah disisipi sisa
makanan, dengan sendirinya kebersihan mulut tadi terganggu dan mudah terjadi
plak. Pada tahap berikut terjadinya karies
gigi dapat meningkat.
g. Pengurangan Fungsi Pengunyahan.
Seseorang yang mengalami kehilangan gigi terutama dibagian posterior akan
menyebabkan berkurangannya efesiensi dalam pengunyahan.

8
3.2.2 Jelaskan mekanisme perubahan jaringan periodontal pada pasien
edontulous?

(Gambar 1: Mekanisme perubahan jaringan periodontal pada pasien


edentulous)

(Sumber : Kumar L. Biomechanics and clinical implications of complete edentulous


state : review article Journal of Clinical Gerontology & Geriatrics 5 (2014) 101-114)

Perubahan jaringan periodontal pada kasus edentulous akan banyak terjadi


perubahan, karena tekanan yang diterima, dan sebagian jaringan akan hilang dan
menggakibatkan penurun jaringan. Penurunan jaringan pada periodontium
disebabkan oleh tidak adanya gigi sebagai support penyangga pada struktur
periodontal.

Pada lansia terutama wanita makin banyak proporsi tulang kortikal yang
dipenuhi oleh pusat resorpsi, terutama dekat permukaan endosteum. Faktor tambahan
pada kerusakan tulang karena usia, hal ini disebabkan ketidakseimbangan antara

9
resorpsi dan penggantian tulang pada sistem Haversian. Penuaan juga mempengaruhi
struktur internal tulang yaitu terjadi penurunan ketebalan kortikal yang lebih besar
pada wanita daripada pria. Selain itu tulang biasanya lebih rapuh dengan
meningkatnya jumlah fraktur mikro dari trabekula yang tipis yang sembuh dengan
lambat karena remodeling yang melemah. Juga ada peningkatan porositas tulang
yang terutama diakibatkan oleh meningkatnya ruangan vascular. Tulang alveolar
juga mengalami perubahan berupa hilangnya mineral tulang secara umum oleh
karena usia melalui resorpsi matriks tulang. Proses ini dapat dipercepat oleh
tanggalnya gigi, penyakit periodontal, protesa yang tidak adekuat, dan karena
menderita penyakit sistemik. Penurunan yang hebat dari tinggi alveolar seringkali
merupakan akibat pemakaian gigitiruan lengkap dalam jangka waktu yang panjang.
Di duga bahwa resorpsi alveolar merupakan akibat yang tidak bisa dihindari dari
pemakaian gigitiruan. Pemakaian gigitiruan mempunyai potensi untuk membebani
dan merusak tulang alveolar di bawahnya. Resorbsi yang berlebihan dari tulang
alveolar mandibula menyebabkan foramen mentale mendekati puncak linggir
alveolar. Puncak tulang alveolar yang mengalami resorbsi berbentuk konkaf atau
datar dengan akhir seperti ujung pisau. Resorbsi berlebihan pada puncak tulang
alveolar mengakibatkan bentuk linggir yang datar akibat hilangnya lapisan kortikalis
tulang.

Secara umum bentuk tulang alveolar ada tiga macam, yaitu bentuk “U” bila
permukaan labial atau bukal sejajar dengan permukaan lingual atau palatal, bentuk
“V” bila puncak tulang sempit dan tajam seperti pisau dan bentuk “bulbous” bila
melebar pada puncak dan berleher sehingga dapat menimbulkan gerong Resorbsi
linggir alveolar sudah banyak dikemukakan dalam teori-teori dan hasil penelitian.
Penelitian Kalk dan Baat (dalam Felton, 2011) juga menyatakan ada hubungan
langsung antara lamanya kehilangan gigi dengan resorbsi tulang.Menurut Atwood
(dalam Linda, 2009) kecepatan resorbsi tulang alveolar bervariasi antar individu.
Resorbsi paling besar terjadi pada enam bulan pertama sesudah pencabutan gigi
anterior atas dan bawah. Pada rahang atas, sesudah 3 tahun, resorbsi sangat kecil
dibandingkan rahang bawah.

10
Kondisi jaringan periodontal yang ideal untuk meningkatkan retensi dan
stabilitas gigi tiruan yaitu :

1. Adanya ketebalan dan keratinisasi mukosa yang sehat.


2. Tidak ada tonjolan tulang, ceruk, dan puncak alveolar yang tajam.
3. Bentuk prosesus alveolar yang baik.
4. Tidak ada jaringan hiperplastik di atas tulang alveolar yang telah mengalami
resorbsi.
5. Tidak ada perlekatan otot atau frenulum pada daerah puncak lingir.
6. Tidak ada jaringan parut atau hipertropi pada mukosa.
7. Terdapat lingir alveolus yang cukup prominen dan puncaknya membulat serta
sisi labial, bukal, dan lingual yang runcing.

Persiapan jaringan periodontal untuk gigi tiruan:

1. Alveolektomi/Alveoplasty

Alveoplasti adalah mempertahankan, memperbaiki sisa alveolar ridge yang tidak


teratur sebagai akibat pencabutan satu gigi atau beberapa gigi, dan mempersiapkan
sisa ridge dengan pembedahan agar permukaannya dapat menerima gigi tiruan
dengan baik. Biasanya setelah pencabutan gigi dan luka telah sembuh beberapa
lamanya, residual ridge biasanya muncul tidak rata pada beberapa tempat atau pada
seluruh alveolar ridge.

2. Alveolar augmentasi

Terapi prostodontik akan mencegah resorpsi lingir alveolus yang lebih lanjut

3. Frenektomi
Suatu tindakan bedah untuk merubah ikatan frenulum baik frenulum labialis atau
frenulum lingualis.
4. Vestibuloplasti

Vestibuloplasti adalah suatu tindakan bedah yang bertujuan untuk meninggikan


sulkus vestibular yang melekat dengan cara melakukan reposisi mukosa, ikatan otot

11
dan otot yang melekat pada tulang yang dapat dilakukan baik pada maksila maupun
pada mandibula dan akan menghasilkan sulkus vestibular yang dalam untuk
menambah stabilisasi dan retensi gigi tiruan.

5. Gingivektomi

Gingivektomi adalah suatu tindakan penghilangan dinding gingiva poket


periodontal, sehingga gingivektomi berguna untuk mengeliminasi poket.

6. Eksostosis

Eksostosis merupakan penonjolan tulang yang dapat terjadi pada rahang baik pada
mandibula maupun mada maksila.

3.2.3 Jelaskan relasi rahang dan hubungannya dengan kehilangan gigi!

Pasien dalam posisi istirahat dilihat hubungan puncak lingir RA dan RB di


bagian anterior maupun di posterior. Di bagian posterior dapat bervariasi yaitu
puncak linggir RB berada:

a. Tepat di bawah linggir rahang atas


b. Lebih ke bukal
c. Lebih ke lingual (jarang terjadi)
Kepentingan hubungan rahang ini: akan memberi pedoman penyusunan gigi
dengan tidak mengganggu estetik dan fungsi.

12
13
3.2.4 Jelaskan dimensi vertikal rahang dan hubungannya dengan kehilangan
gigi!

Dimensi vertikal : jarak vertikal pada wajah antara suatu titik anatomis pada
RA dan RB, biasanya 1 ujung hidung, dan 1 lagi pada ujung dagu, dengan gigi pada
posisi intercuspation maximum.

Ada 2 jenis :

1. Dimensi Vertikal Oklusi

2. Dimensi Vertikal Fisiologis

Dimensi vertikal = Physiological Rest Position-FWS

Pertama-tama ukur jarak vertikal pasien dalam keadaan istirahat tanpa


tanggul gigitan dalam mulut (misal 70 mm). FWS besarnya antara 2-3 mm maka
dimensi vertikalnya 70-3= 67 mm. Pengukuran dilakukan dengan jangka sorong
dengan ketelitian 0,05 mm atau dengan mistar.

P.F.N dapat digunakan sebagai petunjuk untuk memperoleh dimensi vertikal


pada pembuatan GTL.

Penderita harus mengambil posisi fisiologis nonaktif waktu wax bite block/
tanggul gigit malam dimasukkan ke dalam mulut tanpa mengganggu posisi istirahat,
bibir penderita dibuka perlahan-lahan untuk melihat apakah ada ruang bebas antar
tanggul gigit malam atas dan bawah yang biasanya 2-4 mm. X=Y=Z

14
Pengukuran dimensi vertikal ada 2 cara:

1. Dengan Willis bite gauge

pada alat ini ada 3 bagian penting:

a. Fixed arm, yang diletakkan di bawah hidung

b. Sliding arm, yang dapat digeser dan mempunyai sekrup, diletakkan dibawah
dagu.

c. Vertical orientation gauge, yang mempunyai skala dalam mm/cm,


ditempatkan sejajar sumbu vertikal dari muka.

2. Two dot technique

Mengukur 2 titik (satu pd RA, satu pd RB), yg ditempatkan pd daerah yg tidak


bergerak yaitu di atas dan di bawah garis bibir dan kedua titik diukur dengan jangka
sorong.

15
16
3.2.5 Jelaskan oklusi sentrik dan relasi sentrik!

Oklusi sentrik adalah posisi kontak maksimal dari gigi geligi pada waktu
mandibula dalam keadaan sentrik, yaitu kedua kondisi berada dalam posisi bilateral
simetris di dalam fossanya. Sentris atau tidaknya posisi mandibula ini sangat
ditentukan oleh panduan yang diberikan oleh kontak antara gigi pada saat pertama
berkontak. Keadaan ini akan mudah berubah bila terdapat gigi supra posisi ataupun
overhanging restoration (Harshanur, IW : 1992).

Definisi oklusi sentrik tidak bisa diterapkan untuk semua individu, karena
pada beberapa kasus seperti pada tahap akhir gigi geligi susu, atrisi sudah
mengurangi tinggi tonjol gigi-gigi sehingga permukaan oklusi relatif datar.

Syarat-syarat oklusi sentris :

1. Gigi atas dan bawah dalam hubungan kontak maksimal dan tak bekerja.
2. Bibir menekan satu sama lain.
3. Ujung lidah pada sepertiga insisal dan tengah dari gigi-gigi insisivus atas dan
bawah.
4. Otot-otot kunyah dalam keadaan kontraksi.
5. Ekspresi/tarikan muka harus kelihatan normal (Harshanur, IW : 1992).

Relasi sentrik merupakan hubungan mandibula terhadap maksila, yang


menunjukkan posisi mandibula terletak 1-2 mm lebih kebelakang dari oklusi sentris
(mandibula terletak paling posterior dari maksila) atau kondil terletak paling distal
dari fossa glenoid, tetapi masih dimungkinkan adanya gerakan dalam arah lateral.
Pada keadaan kontak ini gigi-geligi dalam keadaan Intercuspal Contact Position
(ICP) atau dapat dikatakan bahwa ICP berada pada posisi RCP (Thomson, Hamish :
2007).

3.2.6 Apa saja rencana perawataan sesuai kasus skenario?

17
Relining merupakan salah satu prosedur yang digunakan untuk
menanggulangi permasalahan dengan cara melapisi kembali fitting surface gigi
tiruan yang sudah tidak sesuai lagi atau longgar dengan bahan dasar baru,
menghasilkan lapisan baru yang beradaptasi secara akurat ke area landasan gigi
tiruan.
Tujuan relining memperbaiki retensi sehingga gigi tiruan dapat berfungsi
kembali, kesehatan pada jaringan lunak dapat diperbaiki, pasien merasa enak dan
nyaman dengan gigi tiruan yang dipakai.
Indikasi Relining :
- Gigi tiruan sudah tidak cekat lagi
- Hanya terdapat sedikit perubahan oklusi
- Desain kerangka gigi tiruan baik dan kerangka ini masih mencekat dengan baik
pada permukaan gigi
- Keadaan basis protesa masih baik
- Tepi gigi tiruan masih cukup baik dan tidak memerlukan perubahan besar
- Hilangnya retensi dan stabilitas dari gigi tiruan
- Sayap gigi tiruan yang underextended
- Dimensi vertikal yang masih baik

Kontraindikasi Relining :
- Terdapat kelainan pada jaringan lunak rongga mulut
- Jaringan mukosa yang telah mengalami luka
- Kelainan pada sendi rahang
- Estetis gigi tiruan yang sangat jelek
- Hubungan relasi rahang yang sudah tidak baik
- Resorbsi yang sudah banyak sehingga hubungan horizontal dan oklusal tidak
benar
- Adanya kelainan TMJ
- Gigi tiruan sudah berulangkali di relining

18
Rebasing adalah penggantian seluruh basis gigi tiruan dengan yang
baru, dimana anasir gigi tiruan yang lama tetap digunakan tanpa merubah letak gigi
dan relasi oklusi.
Indikasi Rebasing
- Under extended basis gigi tiruan
- Untuk membuat post-dam
- Terjadi resorpsi tulang alveolar yang lokal ataupun menyeluruh
- Gigi tiruan sudah longgar
- Desain rangka protesa masih terletak baik pada gigi pengunyah
- Elemen tiruan tidak aus berlebihan, patah, atau rusak
- Bila basis gigi tiruan sudah terlihat buruk, karena pemakaian untuk jangka
waktu lama
- Relining berkali-kali
Kontraindikasi Rebasing :
- Pasien ingin ganti gigi tiruan
- Gigi tiruan menyebabkan gangguan
- Masih bisa di lakukan relining
- Kerusakan yang menyebabkan oklusi tidak stabil lagi
- Terbentuk osseus undercut tidak relative
- Resorbsi tulang alveolar yang berlebih

(Sumber: Basker, RM dan Davenport, J.C. 2002. Prosthetic Treatment of the


Edentoulous Patient,4thed, h.266-283, blackwell, munksgaard)

19
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulannya sebagai berikut:
1. Akibat dari kehilangan gigi geligi diantaranya ada migrasi dan rotasi gigi,
erupsi berlebih, gangguan sendi temporomandibula, beban berlebih pada jaringan
pendukung, kelainan bicara dan estetik, terganggunya kebersihan mulut, dampak
fungsional, dampak psikologis, dampak sistemik.
2. Mekanisme perubahan jaringan periodontal pada pasien edontulous yaitu
perubahan jaringan periodontal pada kasus edentulous akan banyak terjadi
perubahan, karena tekanan yang diterima, dan sebagian jaringan akan hilang dan
menggakibatkan penurun jaringan. Penurunan jaringan pada periodontium
disebabkan oleh tidak adanya gigi sebagai support penyangga pada struktur
periodontal.
3. Relasi rahang dan hubungannya dengan kehilangan gigi akan memberi
pedoman penyusunan gigi dengan tidak mengganggu estetik dan fungsi.
4. Dimensi vertikal rahang dan hubungannya dengan kehilangan gigi,
menurut Glossary of Prosthodontic Terms, “dimensi vertikal adalah jarak antara dua
titik anatomi yang dipilih, yaitu satu titik pada maksila dan satu titik pada
mandibula”. Dimensi vertikal dibagi atas dimensi vertikal oklusi (DVO) dan dimensi
vertikal istirahat (DVI) Penentuan dimensi vertikal yang tepat merupakan salah satu
tahap penting dalam prosedur klinis yang memberikan informasi tentang hubungan
vertikal dari mandibula terhadap maksila.Penentuan ini menjadi dasar dalam
perawatan gigi dari penegakan diagnosis hingga terapi dari sistem stogmatognasi,
prosedur rehabilitatif prostodonti, maupun prosedur rehabilitatif lainnya. Tahap
tersebut secara signifikan tidak boleh terabaikan supaya fungsi optimal dan estetik
dapat tercapai.

20
5. Oklusi sentrik dan relasi sentrik
Oklusi sentrik adalah posisi kontak maksimal dari gigi geligi pada waktu
mandibula dalam keadaan sentrik, yaitu kedua kondisi berada dalam posisi bilateral
simetris di dalam fossanya.
Relasi sentrik merupakan hubungan mandibula terhadap maksila, yang
menunjukkan posisi mandibula terletak 1-2 mm lebih kebelakang dari oklusi sentris
(mandibula terletak paling posterior dari maksila) atau kondil terletak paling distal
dari fossa glenoid, tetapi masih dimungkinkan adanya gerakan dalam arah lateral.
6. Macam rencana perawatan sesuai kasus skenario, yaitu ada relining
merupakan salah satu prosedur yang digunakan untuk menanggulangi permasalahan
dengan cara melapisi kembali fitting surface gigi tiruan yang sudah tidak sesuai lagi
atau longgar dengan bahan dasar baru, menghasilkan lapisan baru yang beradaptasi
secara akurat ke area landasan gigi tiruan. Rebasing adalah penggantian seluruh basis
gigi tiruan dengan yang baru, dimana anasir gigi tiruan yang lama tetap digunakan
tanpa merubah letak gigi dan relasi oklusi.

4.2 Saran
Sebaiknya dalam tutorial mahasiswa lebih aktif dalam mengeluarkan
pendapat dan mahasiswa mampu menguasai materi terkait kasus yang dihadapi
dalam tutorial. Dengan disusunnya laporan ini kami mengharapkan kepada semua
pembaca agar dapat mengetahui dan memahami serta dapat memberikan kritik dan
saran agar laporan ini dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya. Demikian saran
yang dapat penyusun sampaikan semoga dapat membawa manfaat bagi semua
pembaca.

21
HADITS/ SURAT ALQUR’AN/ DALIL

‫ب ا ْل َج َما َل‬
ُّ ‫إِنَّ هللاَ ج َِم ْي ٌل يُ ِح‬
“Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan.” (HR. Muslim)

22
DAFTAR PUSTAKA

Gaib, Zulfikar. 2013. Faktor–Faktor yang Berpengaruh Terhadap Terjadinya

KandidiasisEritematosa Pada Pengguna Gigi Tiruan Lengkap. Jurnale-Gigi. 1

(2). Hal : 11-15

Gunadi, dkk. 1996. Ilmu gigi tiruan sebagian lepasan. Jakarta: Hipokrates. Ed. I:

112-114, 206-215.

Itjiningsih, W. H. 2012. Geligi Tiruan Lengkap Lepas. Jakarta: EGC.

Lindawati , et al. 2016. Occlusal Vertical Dimension Index to Simplified Vertical

Dimension Measurement. Volume 9 Special Issue (U.I. 1st International

Workshop on Dental Research).

Rahmayani, Liana., Herwanda, Idawani, Melisa. 2013. Perilaku pemakai gigi tiruan

terhadap pemeliharaan kebersihan gigi tiruan lepasan.Jurnal PDGI Vol. 62,

No. 3: 1.

Reza Yarmohammadi, et al. Tooth Loss Related to Systemic Diseases. International

Journal of Medical Reviews, Volume 2, Issue 4, Autumn 2015; 331-337.

Zarb & Bolender. 2013. Prosthodontici Treatment For Edentulous Patients. Edisi 13.

23

Anda mungkin juga menyukai