Anda di halaman 1dari 24

DAFTAR ISI

Halaman Judul
Nama kelompok
Lembar Pengesahan
Daftar Isi
Daftar Gambar
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

1.2

Rumusan Masalah

1.3

Tujuan Penelitian

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Akibat - Akibat Kehilangan Gigi Tanpa Penggantian

2.2

Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

2.3

Macam-Macam Klasifikasi

2.3.1

Klasifikasi Kennedy Klas 3

2.4

Direct Retainer dan Indirect Retainer

2.5

Gigi Tiruan Kerangka Logam

2.6

Macam - Macam Bahan Basis

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1

Data Kasus

3.2

Anamnesa

3.3

Gambar Model Anatomis

3.4

Pemeriksaan Klinis

3.5

Diagnosis

3.6

Rencana Perawatan

3.6.1

Perawatan Pendahuluan

3.6.2

Perawatan Utama

3.6.3

Perawatan Alternatif

BAB IV

PEMBAHASAN

BAB V

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

LEMBAR PENGESAHAN

Disusun oleh:
KELOMPOK IV

Mengetahui :

Dosen Pembimbing

Harley prabowo, drg, Sp.Prosto

BAB 1
Pendahuluan

1.1.

Latar Belakang
Pada dasarnya gigi tiruan dibutuhkan oleh seseorang untuk menggantikan fungsi dari

gigi, beberapa gigi atau seluruh gigi yang hilang. Keadaan kehilangan gigi dapat karena
tanggal, dicabut atau tidak tumbuh. Tanggalnya gigi dapat disebabkan oleh banyak faktor
antara lain : trauma kecelakaan, karies gigi yang parah, kelainan periapikal, kerusakan
jaringan periodonsium, kerusakan tulang alveol, gigi malposisi dan operasi rahang.
Gigi tiruan sebagian adalah suatu protesa yang menggunakan satu atau lebih, tetapi tidak
semua gigi asli dan jaringan pendukung. Tujuan perawatan gigi tiruan sebagian lepasan antara
lain adalah untuk mempertahankan gigi yang tersisa beserta jaringan pendukungnya,
memperbaiki estetik dan fonetik, memperbaiki dan meningkatkan funsi mastikasi, serta
menimbulkan kenyaman dan kesehatan bagi pemakai (Freddy, 1995).
Klasifikasi Kennedy merupakan klasifikasi yang paling diterima pada saat ini (Freddy
Suryatenggara, 1995). Kennedy membagi semua bagian ruang tak bergigi dalam empat tipe
utama. Dalam klasifikasi ini, daerah tak bergigi yang tidak termasuk tipe utama disebut
vsebagai modifikasi. Pada kliasifikasi Kennedy kelas tiga terdapat daerah tak bergigi
unilateral dengan gigi asli terdapat di bagian posterior dan anterior (Freddy S., 1995).

1.2.

Rumusan Masalah
Apakah rencana perawatan baik utama maupun alternatif yang dapat dilakukan untuk

penderita tersebut ?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui rencana perawatan yang tepat pada penderita tersebut.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Akibat - Akibat Kehilangan Gigi Tanpa Penggantian


Geligi bukan bagian terpenting dari tubuh, namun kehilangan satu atau beberapa gigi dapat
mengganggu proses pengunyahan seseorang. Tergangguanya proses pengunyahan tentunya
akan berakibat pada gangguan pencernaan. Selain itu terdapat beberapa akibat lain yang
berhubungan dengan kehilangan gigi-gigi, antara lain (Gunadi dkk, 1991):
Migrasi dan Rotasi Gigi
Hilangnya satu atau beberapa gigi pada lengkung gigi, dapat menyebabkan pergeseran,
miring atau berputarnya gigi. Saat mengunyah makanan, posisi gigi yang tidak normal akan
menyebabkan penerimaan beban tidak merata dan berakibat pada jaringan periodontal di
sekitarnya. Selain itu, gigi yang miring akan sulit dibersihkan, sehingga prevalensi karies
menjadi tinggi.
Erupsi Berlebih
Bila gig tidak memiliki antagonis, maka akan terjadi erupsi yang berlebihan.erupsi
berlebihan dapat terjadi tanpa atau disertai pertumbuhan tulang alveolar. Bila terjadi tanpa
pertumbuhan tulang alveolar, maka struktur jaringan periodontal mengalami penurunan
sehingga ggi mulai ekstrusi. Namun, bila disertai pertumbuhan tulang alveolar yang
berlebihan, maka akan menimbulkan kesulitan jika akan dibuat geligi tiruan.
Penurunan Efisiensi Kunyah
Kehilangan banyak gigi, khususnya gigi posterior, akan menyebabkan penurunan efisiensi
kunyah. Bila hal ini terjadi pada penderita yang terbiasa diet dengan jenis lunak, hal ini
mungkin tidak menjadi permasalahan.
Gangguan Sendi Temporo-Mandibula
Hubungan rahang yang eksentrik akibat kehilangan gigi, dapat menyebabkan gangguan pada
struktur sendi rahang.

Beban Berlebih pada Jaringan Penyangga

Bila telah terjadi kehilangan beberapa gigi, maka gigi yang tersisa akan menerima beban
mastikasi yang lebih besar sehingga timbul tekanan yang berlebihan dan mengakibatkan
kerusakan ligamen periodontal. Bila hal ini terjadi terus menerus maka dapat menyebabkan
gigi menjadi goyang.
Kelainan Bicara
Kehilangan gigi anterior atas dan bawah sering kali menyebabkan kelainan bicara, karena
gigi anterior termasuk bagian organ fonetik.
Penampilan Memburuk
Biasanya hal ini terjadi bila kehilangan gigi anterior karena gigi-gigi pada bagian ini menjadi
daya tarik seseorang.
Kebersihan Rongga Mulut Terganggu
Migrasi dan rotasi gigi akan menyebabkan gigi kehilangan kontak dengan gigi tetangga.
Demikian pula dengan gigi yang kehilangan gigi antagonisnya. Adanya ruang
onterproksimal ini akan menyebabkan penumpukan sisa-sisa makanan. Sehingga kebersihan
rongga mulut akan terganggu dan mudah terjadi penumpukan plak. Selanjutnya
kemungkinan terjadinya karies akan meningkat.
Atrisi
Pada kasus-kasus tertentu jaringan penyangga gigi dapat menerima beban pengunyahan yang
berlebihan dan tidak mengalami kerusakan. Namun sebagai toleransinya terhadap beban
tersebut, makan akan terjadi atrisi pada gigi-gigi tersebut, sehingga dalam jangka waktu
panjang akan terjadi pengurangan dimensi vertikal wajah pada saat gigi dalam keadaan
oklusi eksentrik.
Jaringan Lunak Rongga Mulut Terganggu
Ruang tempat gigi-gigi yang hilang tersebut akan ditempati oleh jaringan lunak seperti pipi
dan lidah. Jika berlangsung dalam waktu yang lama, akan menyebabkan sulitnya adabtasi
terhadap geligi tiruan yang akan dibuat. Dalam kasus ini, pemakaian geligi tiruan akan
dirasakan sebagai suatu benda asing yang cukup mengganggu.

2.2 Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Gigi tiruan sebagian lepasan ditujukan untuk pasien dengan bagian edentulous parsial
yang ingin mengganti gigi untuk alasan fungsional atau estetik yang tidak dapat menggunakan
bridge dengan berbagai alasan seperti kekurangan gigi penyangga untuk support bridge.
(seperti distal abutments) atau karena kesulitan finansial. Dinamakan gigi tiruan sebagian
lepasan karena pasien dapat melepas dan memasang kembali bila diperlukan tanpa bantuan
dokter gigi. Sedangkan untuk gigi tiruan tetap membutuhkan bantuan dokter gigi untuk
memasang dan melepas. Fungsi GTSL (Grant and Johnson, 1983):
Membantu penderita agar dapat mengunyah dengan baik
Membantu mengurangi beban pada gigi dengan kelainan periodontal
Mengatasi prothusive masticatory cycle (hanya tinggal gigi anterior) Mengatasi kehilangan
gigi anterior karena kecelakaan, kegagalan tumpatan atau karies dan penyakit periodontal
Mengatasi susunan gigi anterior yang protusi atau protusi dengan diastema

Indikasi GTSL (Grant and Johnson, 1983) :


Indikasi psikologis antara lain , penderita tidak mau giginya diasah dan penderita pernah
mengalami kegagalan gigi tiruan lengkap
Apabila sisa gigi yang tinggal tidak dapat menunjang konstruksi GTT
Penderita mengalami gigi hilang free end edentulous, khususnya yang panjang
Partial edentulous yang luas, gigi tinggal sedikit tetapi tetap dipertahankan sebagai abutment.
Pemakaian GTSL dengan desain yang baik disertai perawatan periodontal merupakan
perawatan jaringan periodontal yang menyeluruh.

Kontraindikasi GTSL (Grant and Johnson, 1983) :


Penderita yang tidak kooperatif. Penderita yang memiliki sifat dan sikap tidak menghargai
denture treatment.
Mempertimbangkan kondisi penderita, misalkan usia lanjut sebaiknya dibuatkan GT
temporer

Bila penderita memiliki penyakit sistemik ,contohnya DM (diabetes mellitus) yang tidak
terkontrol, karena penderita dengan penyakit DM memiliki tulang alveolar yang mudah
resorbsi.
Penderita dengan oral hygiene yang buruk sebaiknya diarahkan ke full denture (GTL).

2.3 Macam-Macam Klasifikasi


Suatu klasifikasi seharusnya memenuhi beberapa kriteria, seperti dapat menunjukkan
dengan jelas dan cepat jenis keadaan tidak bergigi, memungkinkan perbedaan antara geligi
tiruan sebagian lepasan yang didukung gigi atau yang didukung gigi dan jaringan bukan gigi
(kombinasi), dapat menjadi petunjuk pembuatan desain geligi tiruan, dan klasifikasi ini dapat
diterima secara luas. Klasifikasi Kennedy merupakan metode yang paling banyak digunakan
pada saat sekarang ini (Gunadi dkk, 1991).

Gambar 1: Klasifikasi Kennedy (Shotwell, 2008)

Klasifikasi-Klasifikasi Kennedy (Shotwell, 2008) :


Klas 1 ( Bilateral Posterior Edentulous Area)
Kehilangan sebagian gigi posterior pada kedua sisi rahang.
Klas 2 (Unilateral Posterior Edentulous Area)
Kehilangan sebagian gigi posterior pada salah satu sisi rahang.

Klas 3
Kehilangan sebagian gigi anterior atau posterior. Area gigi yang hiang bersebelahan dengan
gigi asli pada kedua sisinya. Kehilangan gigi pada klas ini dapat terjadi unilateral atau
bilateral.
Klas 4
Kehilangan gigi pada daerah anterior melewati garis tengah lengkung rahang.

2.3.1 Klasifikasi Kennedy Klas 3


Daerah edentulous unilateral dengan gigi asli anterior dan posterior. Hal ini
menunjukkan area edentulous tunggal yang tidak menyeberangi garis tengah dari lengkung,
dengan gigi hadir pada kedua sisi (anterior dan posterior). Secara klinis dapat dijumpai
(Mawar, 2009) :
Daerah tidak bergigi sudah panjang.
Bentuk dan panjang akar gigi kurang memadai.
Tulang pendukung mengalami resorbsi cervikal dan atau disertai goyangnya gigi secara
berlebihan.
Beban oklusal berlebihan.

Indikasi Klas III kennedy: Gigi tiruan sebagian lepasan dukungan gigi dengan desain
bilateral. Pada klas III Kennedy daerah yang tidak bergigi didukung oleh gigi asli
disekitarnya serta struktur penyangga, sehingga tidak memerlukan indirect retainer, cast
clasps, dan bar type atau combination clasps dapat digunakan untuk menyangga gigi
pengganti (Carr, Alan, 2005).

2.4 Direct Retainer dan Indirect Retainer


Direct Retainer merupakan bagian dari cangkolan GTSL yang berguna untuk menahan
terlepasnya gigi tiruan secara langsung. Direct retainer ini dapat berupa klamer / cengkeram
dan presisi yang berkontak langsung dengan permukaan gigi pegangan. Ciri khas cangkolan

tuang oklusal adalah lengan-lengannya berasal dari permukaan oklusal gigi dan merupakan
cangkolan yang paling sesuai untuk kasus-kasus gigi tiruan dukungan gigi karena
konstruksinya sederhana dan efektif. Fungsi direct retainer adalah untuk mencegah
terlepasnya gigi tiruan ke arah oklusal. Prinsip desain cangkolan yaitu bracing,
pengimbangan, retensi, stabilisasi, dan dukungan. Macam-macam cangkolan menurut Ney,
yaitu: Akers clasp, Roach clasp, kombinasi Akers-Roach, Back Action clasp, Reverse back
Action clasp, Ring clasp, T clasp, I clasp, dan Compound clasp / Embrasure clasp
(Applegate, 1960).
Indirect Retainer adalah bagian dari GTSL yang berguna untuk menahan terlepasnya
gigi tiruan secara tidak langsung. Indirect Retainer diperoleh dengan cara memberikan
retensi pada sisi berlawanan dari garis fulkrum tempat gaya tadi bekerja. Retensi itu dapat
berupa lingual bar atau lingual plate bar. Fungsi indirect retainer yaitu untuk menggeser
garis titik tumpu jauh dari titik penerapan gaya, sehingga melawan mengangkat dan
menstabilkan gigi tiruan, mencegah kekuatan horizontal dengan menyediakan dukungan dan
stabilitas protesa. Dukungan dan stabilitas diperoleh dari kontak dari pelat konektor kecil
proksimal dengan permukaan gigi aksial dapat bertindak sebagai rest tambahan untuk
mendukung konektor utama. Jika rest dan direct retainer gagal untuk mempertahankan clasp,
akan ada gerakan total gigi tiruan, tidak rotasi. Dalam kasus seperti itu, indirect retainer
tidak dapat membantu mempertahankan gigi tiruan. Dengan kata lain indirect retainer tidak
berguna jika direct retainer tidak berfungsi dengan baik (Nallaswamy, 2004).

2.5 Gigi Tiruan Kerangka Logam


Gigi tiruan ini terdiri dari basis gigi tiruan dari logam, namun gigi buatannya dari
akrilik atau porselen. Karena bahan logam cukup kuat, basis gigi tiruan kerangka logam
dapat dibuat lebih tipis dan lebih kecil sehingga pemakai akan lebih nyaman. Kontak lidah
dengan langit-langit tidak terlalu terganggu. Logam yang dipergunakan merupakan campuran
logam khusus yang memerlukan manipulasi lebih rumit, sehingga gigi tiruan ini lebih mahal
dari gigi tiruan akrilik. Apabila patah pada bagian logam, tidak dapat disambung seperti
akrilik, tetapi harus dibuat ulang. Akan tetapi apabila patah hanya gigi akriliknya saja bisa
disambung/diganti akriliknya saja. Karena landasan logam harus dicoba dulu ketepatannya
sebelum dipasang gigi-giginya, maka kunjungan pasien ke dokter gigi lebih banyak dari
pemasangan gigi akrilik. Karena kekuatan logam, landasan gigi tiruan tidak terlalu terganggu

oleh keadaan cairan/makanan di dalam rongga mulut, yang terpengaruh hanya bagian anasir
giginya (Poschelle, 1990).

Faktor - Faktor penting dalam pembuatan gigi tiruan kerangka logam (Yamamoto, 1985) :
a. Keutuhan gigi penyangga.
b. Panjang diastema (berpengaruh terhadap dukungan yang diberikan oleh gigi penyangga
dan jaringan periodontium dalam pembuatan gigi tiruan).
c. Jumlah diastema (berpengaruh terhadap penyebaran tekanan kunyah)
d. Resorbsi prosesus alveolaris (selain penggantian gigi juga perlu diadakan penambahan
prosesus alveolaris yang hanya bisa dilakukan dengan suatu gigi tiruan kerangka logam
atau gigitiruan jembatan yang bisa di lepas).
e. Kondisi gigi yang tersisa terutama jika gigi ini berfungsi sebagai penyangga.

Keuntungan gigi tiruan kerangka logam (Walter, 1990) :


a. Dapat dibuat tipis
b. Kuat dan kaku
c. Mudah menghantarkan panas dan dingin
d. Tidak mudah berubah bentuk

Kerugian gigi tiruan kerangka logam (Walter, 1990) :


a. Titik lebur logam tinggi
b. Logam mudah patah
c. Biaya yang lebih mahal dari gigi tiruan akrilik

2.6

Macam - Macam Bahan Basis

1. Metal
Keuntungan-Keuntungan basis Metal (Gunadi dkk, 1991):
Metal termasuk penghantar panas yang baik, setiap perubahan suhu yang terjadi akan
langsung disaurkan ke jaringan di bawahnya. Rangsangan seperti ini akan menstimulasi dan
mempertahankan kesehatan jaringan. Mampu mempertahankan bentuk tanpa terjadi
perubahan selama pemakaian dalam rongga mulut. Hal ini disebabkan tidak terjadinya
internal strain selama proses pembuatannya, sehingga tidak terjadi perubahan bentuk dan
volume. Alloy merupakan bahan yang tahan abrasi serta tidak menyerap cairan di dalam
rongga mulut, oleh karena itu permukaannya dapat tetap licin. Sifat ini menyebabkan deposit
makanan sulit melekat. Walaupun terdapat kalkulus dapat dibersihkan secara mekanik. Basis
logam dapat dibuat lebih tipis dari resin, tapi cukup kuat dan tegar, sehingga ruang gerak
bagi lidah menjadi relatif lebih luas. Dibanding resin, basis dari alloy lebih tipis tetapi lebih
berat. Dalam hal tertentu, ketebalan basis akan memberikan keuntungan. Contoh: basis
digunakan untuk mengembalikan kontur wajah yang banyak berubah karena terjadi resorpsi
berlebih.

Kekurangan-Kekurangan Basis Metal (Gunadi dkk, 1991):


a. Warna basis metal kurang memenuhi estetik bila dibandingan dengan warna jaringan di
sekitarnya.
b. Relatif lebih berat, terutama alloy emas untuk rahang atas.
c. Perluasan basis metal sampai bukal maupun pengembalian kontur pipi dan bibir sulit
dilakukan dengan basis metal.
d. Teknik pembuatan lebih rumit dan mahal.

Indikasi Pemakaian Basis Metal (Gunadi dkk, 1991):


a. Penderita yang hipersensitif terhadap resin.
b. Penderita yang memiliki ruang intermaksilar yang kecil.

c. Pertimbangan khusus, contoh karena permintaan penderita, kebiasaan menyikat gigi


secara berlebihan.

2. Resin
Keuntungan - Keuntungan Basis Resin (Gunadi dkk, 1991):
a. Warnanya harmonis dengan jaringan sekitarnya, sehingga memenuhi faktor estetik.
b. Dapat dilapisi dan dicekatkan kembali dengan mudah.
c. Relatif lebih ringan.
d. Teknik pembuatan dan pemolesan lebih mudah.
e. Harga lebih murah.

Kekurangan-Kekurangan Basis Resin (Gunadi dkk, 1991):


a. Penghantar termis yang buruk.
b. Dimensi tidak stabil baik saat pembuatan, pemakaian maupun reparasi.
c. Mudah terjadi abrasi saat pembershan maupun pemakaian.
d. Resin dapat menyerap cairan dalam rongga mulut walaupun dalam derajat yang kecil.
e. Kalkulus dan deposit makanan mudah melekat pada basis resin.

2.7

Gigi Tiruan Tetap (Fixed Bride)


Gigi Tiruan Tetap (GTT) adalah suatu protesa dimana gigi penyulih atau pontik

disangga dengan teguh pada kedua sisinya baik oleh satu atau lebih gigi penyangga (abutment
teeth) secara permanen. GTT ini digunakan bila daerah yang kehilangan gigi pada kedua
sisinya memiliki gigi penyangga yang mampu menopang fungsi dari gigi yang hilang. GTT
merupakan restorasi yang kuat dan retentif sehingga tidak akan terlepas dan dapat bertahan
lama di rongga mulut karena terbuat dari logam, porcelain atau porcelain fused to metal.
Namun salah satu kekurangan GTT adalah dibutuhkannya preparasi dari gigi penyangga
sehingga bila preparasi gigi yang dilakukan berlebihan maka dapat melemahkan gigi
penyangga dan membahayakan jaringan pulpa (Barclay, 2001).

Gambar 2: GTT Porcelain Fused to Metal (Barclay, 2001).

Berdasarkan jenis penghubungnya (retainer), GTT dikelompokkan menjadi (Barclay,


2001):
1.

GTT tegar (fixed-fixed bridge) yaitu GTT dengan penghubung tegar pada kedua sisi gigi
penyulihnya. Jenis GTT ini dapat digunakan pada anterior maupun posterior. Keuntungan
dari GTT tegar adalah beban dapat disebarkan secara merata, kemudian retensi dan
kekuatan lebih maksimal sehingga gigi dapat bertahan lebih lama didalam rongga mulut.
Namun dalam pembuatan GTT jenis ini, pengasahan gigi penyangga relatif lebih banyak
dan harus sejajar selain itu penyemenannya harus bersamaan.

2.

GTT Lekat sebelah (cantilever bridge) yaitu GTT dengan penghubung tegar pada satu
sisi gigi penyulihnya, dapat dengan satu atau lebih pemaut. Biasanya GTT jenis ini
digunakan untuk mengantikan satu gigi anterior atau mengganti satu gigi posterior
dengan syarat tanpa adanya kebiasaan buruk. Karena dalam prosesnya hanya
membutuhkan pengasahan pada satu gigi, maka tahapan preparasi akan lebih singkat.

3.

GTT setengah tegar (fixed-movabel bridge ) yaitu GTT dengan penghubung tegar pada
satu sisi dan sisi lainnya tidak tegar, sehingga memungkinkan gerakan terbatas pada satu
sisi. GTT ini memiliki dua pemaut, yaitu pemaut Mayor yang melekat langsung dengan
pontik dan pemaut Minor yang masuk kedalam dovetail slot. GTT ini digunakan bila
kemiringan calon gigi penyangga berbeda atau salah satu calon gigi penyangga sudah
terdapat restorasi.

4.

GTT penghubung panjang (spring cantilever bridge) yaitu jenis GTT yang gigi penyulih
dan pemautnya tidak bersebelahan. GTT ini biasa digunakan untuk gigi anterior rahang
atas yang memiliki diastema. Kerugian dari GTT jenis ini adalah rasa tidak nyaman yang
ditimbulkan oleh lengan penghubung palatal dan kesukaran untuk membersihkan bagian
bawah lengan penghubung.

BAB 3
LAPORAN KASUS

3.1
-

Data Kasus
Kelamin : Wanita
Umur
: 54 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga

1.2 Anamnesa
- Keluhan / keinginan

: ingin dibuatkan gigi tiruan, karena saat ini pasien merasa sulit

mengunyah makanan.
: gigi banyak berlubang, tidak dirawat dan kemudian dilakukan

Riwayat geligi

pencabutan. Pencabutan terakhir 6 bulan yang lalu pada regio


-

kiri atas belakang.


Pengalaman dengan GT : Pernah menggunakan gigi tiruan Rahang Atas kira-kira 3 tahun
lalu tetapi banyak gigi yang dicabut sehingga gigi tiruan tidak

3.3

Pembiayaan
Lain-lain

dapat dipakai lagi.


: 100% penderita.
: tidak ada alergi, tidak ada penyakit sistemik.

Gambar Model Anatomis

Gambar 3.1. Model Anatomis Tampak Depan.

Gambar 3.2. Model Anatomis Tampak Oklusal.

Gambar 3.3. Model Anatomis Tampak Samping Kiri.

Gambar 3.4. Model Anatomis Tampak Samping Kanan.

3.4

Pemeriksaan Klinis :

Intra Oral :
a. Status umum
b. Jaringan lunak
c. Status lokalis

: gigi hilang, gigi atrisi, gigi agenesi.


: t.a.k.
:

a. Oklusi
: ada
1. Oklusi statik
Hubungan gigi posterior (cusp to marginal ridge)
Sisi kanan : Sisi kiri : Hubungan gigi posterior (cusp to fossa)
Sisi kanan : 14 dan 44, 15 dan 45, 17 dan 47
Sisi kiri : 26 dan 36, 27 dan 37
Hubungan gigi anterior (dalam mm)
Overjet
: 0 mm
Overbite : 0 mm
2. Oklusi dinamik
a. Sistem oklusi : unilateral balance occlusion (UBO)
b. Vestibulum: dalam
c. Bentuk insisif pertama rahang atas : ovoid
d. Frenulum
: rendah
e. Bentuk ridge : RA : ovoid
RB : ovoid
f. Relasi ridge / relasi gigi :

g. Bentuk dalam palatum : ovoid

3.5

h. Torus palatines

: flat

i. Torus mandibularis

: flat

j. Tuber maxilae

: kanan kiri kecil

k. Exostosis

: tidak ada

l. Retromylohyoid

: kanan kiri dalam

Diagnosis

Gigi hilang : 12, 22, 24, 25, 34, 46


Gigi agenesi : 13, 23
Gigi atrisi : 17, 16, 15, 14, 26, 27, 47, 45, 44, 43, 33, 35, 36, 37
3.6 Rencana Perawatan
a. Rencana perawatan pendahuluan :
Preparasi oklusal rest seat pada gigi 14, 26
Preparasi gigi penyangga untuk GTJ rahang bawah pada gigi 45 dan 47
b. Macam gigi tiruan :
RA : Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL)
RB : Gigi tiruan jembatan (GTJ)
c.

Rancangan gigi tiruan:

Perawatan Utama :

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus 3 model rahang atas menunjukkan klasifikasi kennedy klas 3 modifikasi I.
Perawatan pendahuluan dilakukan dengan preparasi oklusal rest seat pada gigi 26. Karena gigi
yang agenisi adalah gigi 12 dan 22 dan gigi hilang adalah gigi 13, 24, 25 maka gigi yang
diganti adalah gigi 13, 23, 24, 25. Akrilik dipilih sebagai basis, karena itu basis dibuat seluas

mungkin sesuai sehingga beban yang diterima per unit area semakin kecil. Basis dibuat
sampai distal molar kedua (17 dan 27). Dalam desain ini dipilih menggunakan klamer 2 jari
pada sisi mesial gigi 26 yang berfungsi sebagai retensi. Pada bagian distal gigi 26 diberikan
rest oklusal yang berfungsi menyalurkan beban yang diterima oleh denture saat menggigit ke
gigi penyangga (tooth borne) selain itu rest juga dimaksudkan sebagai penyeimbang agar gigi
26 tidak terungkit saat menggigit. Pada gigi 16 digunakan klamer half-jackson sebagai retensi,
selain itu karena klamer ini bersifat tooth-borne, klamer ini dapat menyalurkan beban ke gigi
penyangga. Peninggian akrilik pada gigi 11 dan 21 berfungsi menyalurkan beban ke gigi
penyangga. Diberikan peninggian basis akrilik sampai kontur terbesar gigi 14 sebagai retensi,
dalam hal ini tidak dipilih menggunakan klamer karena letaknya di anterior yang dapat
mengganggu estetik. Penggunaan sayap labial pada anasir gigi diberikan sebagai retensi
tambahan pada undercut ridge dan untuk menutup defek.
Pada rahang bawah menunjukan klasifikasi kennedy kelas 3. perawatan yang dipilh
adalah pembuatan mahkota jembatan (bridge) dengan pengubung tegar kedua sisinya, karena
gigi yang hilang hanya 1. Pasien merasa kurang nyaman kalau harus mencopot-copot
unilateral denture. Karena gigi yang akan digunakan sebagai penyangga mengalami atrisi,
maka digunakan GTT porselin taut logam. GTT ini dipilih karena bahan logam membtuhkan
sedikit preparasi, dan porselin dipilih karena kuat jika digunakan untuk mengunyah makanan
dan estetiknya baik. Sebagai perawatan pendahuluan dilakukan adalah preparasi gigi 45 dan
47 untuk menjadi gigi penyangga gigi tiruan tetap.

BAB V
KESIMPULAN

Pada kasus 3 ini digunakan GTLS dengan basis akrilik pada rahang atas dengan
klasifikasi kennedy kelas 3 modifikasi 1. Sedangkan pada rahang bawah digunakan GTT
porselen fused to metal dengan penghubung kedua sisi tegar.

DAFTAR PUSTAKA

Applegate, 1960, Essentials of Removable Partial Denture Prothesis, 2nd edition, W.B.
Saunders Co. Philadelphia.
Barclay, CW. 2001. Fixed and Removable Prostodontics. Cruchchill Livingstone: London.
Carr, Alan. 2005. Removable Partial Orthodontics Eleventh Edition. Elsevier. New York.
Davis Henderson, Victor L. Steffel, 1973,McCRACKEN's Removable partial prosthodontics,
1973. 4th Ed.
Grant AA & Johnson W : An Introduction to removable denture Prosthetics, 1st .ed., 1983, p
116, 118.
Gunadi, Haryanto et al. 1991. Buku Ajar: Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid I.
Hipokrates. Jakarta. h. 31-33, 218-20
Mawar Putri. 2009. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. http://mawarputrijulica.wordpress.com.
Diakses pada: Accessed on : October 23, 2010.
Nallaswamy. 2004. Textbook of Prosthodontics. Jaypee Brothers Publishers. h. 372-74.
Poschelle KK. The partial denture over a fixed guide bar appliance : a technique for restoring
partially edentulous quadrant . Aust dent J 1990 : 35 p. 409-12.
Shotwell, Jeff. 2008. Classification an Components of Removeable Partial Denture. Avaiable
at: http://deepblue.lib.umich.edu. Accessed on : October 23, 2010
Walter JD : Removable Partial Denture Design, 2nd, ed., London, British Dent.Journ., 1990,
p.21, 22.
Yamamoto M. Metal Ceramic : Principles and Methods of Makoto Yamamoto. Chicago :
Quintessence publishing co. inc 1985. p. 19.

Anda mungkin juga menyukai