Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perawatan prostodonsia adalah pemulihan atau perbaikan keseimbangan
fungsional seluruh sistem stomatognatik yang meliputi estetik, fonetik, mastikasi dan
penelanan. Hilangnya gigi dari mulut seseorang akan mengakibatkan perubahan-
perubahan anatomis, fisiologis maupun fungsional, bahkan tidak jarang pula
menyebabkan trauma psikologis. Kehilangan gigi yang disebabkan karies dan
penyakit periodontal umum terjadi di seluruh dunia, meskipun telah berkembang ilmu
pencegahan dan perawatan dini (Hasanah, 2010).
Kehilangan gigi dapat dibagi menjadi dua yaitu kehilangan gigi sebagian dan
kehilangan seluruh gigi. Kehilangan gigi sebagian adalah kehilangan satu atau lebih
gigi pada rahang atas atau rahang bawah. Kehilangan gigi sebagian diklasifikasikan
menjadi empat metode berdasarkan Klasifikasi Kennedy yaitu Klas I adalah
kehilangan gigi pada kedua sisi rahang di bagian posterior, Klas II adalah kehilangan
gigi pada satu sisi rahang di bagian posterior, Klas III adalah kehilangan gigi di satu
sisi rahang antar gigi anterior dan posterior, serta Klas IV adalah kehilangan gigi pada
bagian anterior, melewati garis tengah (Soeyono, 2011).
Hilangnya gigi dari mulut seseorang akanmengakibatkan perubahan-
perubahan anatomis, fisiologis maupun fungsional, bahkan tidak jarang pula
menyebabkan trauma psikologis (Hasanah, 2010).Kehilangan gigi yang terjadi dapat
ditanggulangi denganpembuatan restorasi berupa gigitiruan lepasan atau gigitiruan
cekat. Gigi tiruan lepasan terdiri atas gigi tiruansebagian lepasan, untuk
menanggulangi kehilangansebagian gigi dan gigi tiruan penuh, untukmenanggulangi
kehilangan seluruh gigi (Winasa, 1995).
Gigi Tiruan Sebagian Lepasan adalah gigi tiruan yang mengganti satu atau
lebih gigi yang hilang dengandidukung oleh gigi dan atau jaringan dibawahnya,
sertadapat dilepas dan dipasang kembali ke dalam mulut olehpasien (Henderson dan
Steffel, 1985).
Setiap gigi tiruan yang dipasang dalam rongga mulut memiliki resiko merusak
kesehatan gigi dan jaringan pendukung, kerusakan ini dapat diperkecil dengan
membuat desain yang tepat Oleh sebab itu, rencana pembuatan desain merupakan

1
salah satu tahap penting dan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan sebuah
geligi tiruan.
Oleh karena itu, penulis memilih judu “PERAWATAN KASUS KENNEDY
RAHANG ATAS DAN RAHANG BAWAH KELAS 3 MODIFIKASI 1” dalam
makalah ini untuk dapat mengetahui bagaimanacara mendesain gigi tiruan dalam
kasus tersebut denganbaik.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana cara menentukan desain gigi tiruan yang tepat untuk kasus
kehilangan gigi sebagian?
1.2.2 Bagaimana cara menentukan desain alternatif gigi tiruan yang tepat untuk
kasus kehilangan gigi sebagian ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui cara menentukan desain gigi tiruan yang tepat untuk
kasus kehilangan gigi sebagian
1.3.2 Untuk mengetahui cara menentukan desain alternatif gigi tiruan yang tepat
untuk kasus kehilangan gigi sebagian

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Mengetahui cara menentukan desain gigi tiruan yang tepat untuk kasus
kehilangan gigi sebagian
1.4.2 Mengetahui cara menentukan desain alternatif gigi tiruan yang tepat untuk
kasus kehilangan gigi sebagian

2
BAB II
TUNJAUAN PUSTAKA

2.1 GTSL (GTSL)


Tahapan penyusunan gigi dalam pembuatan gigi tiruan lepasan harus
mendukung tercapainya tujuan dari pembuatan gigi tiruan lepasan tersebut, antara lain
(Gunadi et.al., 1995).
1. Memperbaiki penampilan.
2. Memperbaiki fungsi pengunyahan.
3. Memperbaiki fungsi bicara.
4. Mempertahankan kesehatan jaringan keras dan lunak dalam rongga mulut yang
masih tinggal.
2.2 Kennedy kelas III
Kelas III berupa keadaan dengan area tidak bergigi unilateral dengan gigi asli
yang tersisa terletak di anterior dan posteriornya. Daerah tak bergigi terletak di antara
gigi-gigi yang masih ada di bagian posterior maupun anteriornya. Terdapat 2 jenis,
yaitu : unilateral denture dan bilateral partial denture (Jones et al., 2009)

Gambar 2.5: Klasifikasi Kennedy Kelas III


Applegate menyarankan klasifikasi Kennnedy Kelas III dibagi menjadi 3 grup
berdasarkan kondisi klinin, konsekuensi, dan tipe perawatan yang dibutuhkan.
(Osborne et al., 1974)

3
Grup A
Kasus Grup A antara lain apabila sadel pendek, gigi penyangga sehat dan bone
loss minimal di sekitar akar gigi. Pada kondisi ini restorasi pilihan adalah fixed
bridge, tetapi unilateral partial denture dengan konstruksi dan desain yang baik dapat
juga digunakan pada kasus non-modifikasi.
Grup B
Kasus Grup B antara lain pada kasus satu atau lebih gigi penyangga tidak
dapat menjadi support bagi denture. Hal ini dapat dikarenakan sadel yang panjang,
morfologi akar atau panjang gigi penyangga tidak memadai, beban oklusal yang
terlalu besar, atau terdapat resorpsi akar di sekitar gigi penyangga. Dalam keadaan ini,
bilateral denture diperlukan dan tidak bisa digunakan unilateral atau fixed bridge.
Grup C
Kasus Grup C antara lain kasus dengan sadel panjang dengan salah satu gigi
penyangga tidak dapat menjadi support bagi denture. Salah satu contohnya adalah
saat penyangga posterior berupa gigi molar kedua atau ketiga dan penyangga anterior
adalah insisif lateral dengan akar pendek. Pada kasus ini sadel di anterior harus berupa
mucosa borne.
2.2.1 Prinsip Desain GTSL dari Kennedy Kelas III
Kelas III Kennedy merupakan daerah tak bergigi terletak di antara gigi-
gigi yang masih ada (bounded saddle) di bagian posterior maupun anteriornya dan
unilateral tetapi tidak melewati median line (Gunadi et. al., 1995).
Daerah tidak bergigi lain daripada yang sudah ditetapkan dalam klasifikasi
Kennedy masuk dalam modifikasi dan disebut sesuai dengan jumlah daerah atau
ruangannya. Banyaknya modifikasi ditentukan oleh banyaknya ruangan yang tidak
bergigi (Harty dan Ogston, 2001).

4
Gambar 2.6: Kelas III Kennedy tanpa modifikasi

Gambar 2.7: Kelas III Kennedy modifikasi 1

Gambar 2.8: Kelas III Kennedy modifikasi 2 (Harty dan Ogston, 2001)
Desain GTSL kelas III Kennedy hanya menggunakan support dari gigi
penyangga sehingga biomekaniknya seperti pada gigi tiruan tetap (GTT) yang
bergantung pada kesehatan jaringan periodontal gigi penyangga. Penempatan rest seat
pada GTSL kelas III Kennedy harus dipastikan tidak mengubah dimensi oklusi
vertikal. Rest seat dapat ditempatkan pada cingulum dari kaninus, pada sisi mesial
atau distal dari oklusal premolar maupun molar (Jones et al., 2009).
Retensi yang dipergunakan pada GTSL kelas III Kennedy bergantung pada
keberadaan undercut pada permukaan mesiobukal, mid - bukal, dan distobukal gigi
penyangga, keadaan jaringan periodontal gigi penyangga, serta pertimbangan estetik.
Direct retainer yang umum dipergunakan adalah circumferential clasp atau
infrabulge clasp (I - bar atau modifikasi 1/2 - T clasp). (Jones et al., 2009).
Untuk mencegah pergerakan rotasi atau terungkitnya gigi tiruan,
dibutuhkan indirect retainer. Posisi indirect retainer ditentukan pada posisi tegak
lurus terhadap garis fulkrum. Pada desain GTSL kelas III Kennedy, tidak lagi

5
diperlukan indirect retainer karena direct retainer pada bagian anterior juga berfungsi
sebagai indirect retainer.

Gambar 2.9: Tampak oklusal model rahang atas : garis hitam menandakan garis
fulkrum, sedangkan garis biru menentukan posisi indirect retainer (Jones et al.,
2009)

Desain GTSL pada kasus Kennerdy kelas III dapat berupa unilateral
denture, bilateral denture, sectional denture, long posterior saddle, dan saddle
denture (Lammie and Laird, 1986).

2.2.2 Konektor
Apabila oral hygiene dan kondisi gigi penderita baik, konektor yang
terbuat dari metal lebih disarankan untuk digunakan dalam desain GTSL kelas III
Kennedy karena metal memiliki kekuatan yang lebih besar dan hanya sedikit jaringan
yang tertutup. Pemilihan konektor untuk desain GTSL kelas III Kennedy sebagai
berikut: (Tyson et. al., 2007)
1. Rahang atas
Dapat digunakan konektor berupa antara lain anterior bar, middle bar,
posterior bar, ring, dan anterior plate.

2. Rahang bawah
Dapat digunakan konektor berupa antara lain lingual atau sublingual bar,
lingual bar dengan accesory konektor, dental bar, dan lingual plate.
Apabila pasien memiliki oral hygiene yang buruk dan gigi banyak yang
mengalami kegoyangan, maka lebih disarankan menggunakan konektor yang terbuat
6
dari akrilik yaitu palatal atau lingual plate. Akan tetapi, konektor yang terbuat dari
akriliki memiliki kelemahan yaitu kekuatannya lebih rendah dan lebih banyak
jaringan yang harus ditutup oleh akrilik. (Tyson et. al., 2007)
2.2.3 Unilateral Denture
Ciri utama desain ini adalah meliputi jaringan dalam salah satu sisi rahang
saja. Gigi tiruan semacam ini dapat menjadi tidak stabil dan hanya bisa menerima
beban yang terbatas. Karena desain ini biasanya tooth-borne, maka resistensi terhadap
kekuatan vertikal lebih baik jika didapat dari gigi akar ganda dan besar (Lammie and
Laird, 1986).
Indikasi: (Lammie and Laird, 1986)
1. Kehilangan gigi tidak lebih dari dua gigi
2. Beban oklusal ringan
3. Gigi penjangkaran tanpa restorasi besar
4. Kedua gigi penjangkaran dengan mahkota klinis yang sempurna, tumbuh sempurna
dan tegak, mahkota anatomis berbentuk genta dan mempunyai double bracing
dan retention.

Gambar 2.11: Desain unilateral denture kelas III Kennedy

2.2.4 Bilateral Denture


Bilateral denture memiliki keuntungan yaitu peningkatan stabilitas dan
distribusi beban yang lebih luas. Desain ini lebih sering digunakan pada kasus-kasus
dimana baik bentuk mahkota, ukuran akar gigi, atau kondisi periodontal pada satu
atau lebih gigi penyangga tidak dapat dijadikan support dengan desain unilateral
denture. Selain itu, dibandingkan dengan unilateral denture, bilateral denture
biasanya merupakan pilihan yang lebih disukai. Desain bilateral denture yang lebih
besar, kemungkinan gigi tiruan tertelan menjadi berkurang. Indikasi bilateral partial

7
denture (Lammie and Laird, 1986):
Kehilangan gigi lebih dari dua
Gigi penjangkaran tidak memenuhi syarat

Gambar 2.12: Desain bilateral partial denture Kelas III Kennedy

Pada konstruksi GTSL bilateral dapat menggunakan desain dengan tooth


borne dan mucosa borne ataupun kombinasi.

8
LAPORAN KASUS
3.1 Data Kasus
Penderita wanita usia 51 tahun, datang ke klinik RSGMP ingin dibuatkan Gigi
Tiruan Lepasan, supaya makan dengan enak. Dia bekerja sebagai kasir supermarket,
Gigi lubang karena dicabut.Pencabutan terakhir 3 bulan yang lalu bawah kiri.Biaya
ditanggung sendiri.

3.2 Anamnesis
1. Keluhan utama
Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan lepasan untuk mengganti giginya yang
hilang karena dicabut, supaya makan dengan enak.
2. Riwayat geligi
Pencabutan terakhir 3 bulan yang lalu region kiri bawah.
3. Pengalaman dengan gigi tiruan (GT)
Penderita belum pernah memakai gigi tiruan.
4. Pembiayaan
Pembiayaan 100% ditanggung oleh penderita.

3.3 Gambar Model

3.1 Foto Artikulator tampak depan

9
3.2 Foto Artikulator sisi kiri

3.3 Foto Artikulator sisi kanan


3.4 Pemeriksaan klinis
1. Intra Oral
a. Status umum : normal
a. Jaringan lunak : normal
b. Status local

10
a. Oklusi
a. Oklusi statik

Hub gigi posterior (cups to fossa)


Kanan 14 & 44,45 ; 17 &47
Kiri 24 & 34,35 ; 27 &37,38
b. Oklusi dinamik Unilateral balance occlusion (MPO)
c. Overjet 0,2 mm
d. Overbite 0,2 mm
e. Vestibulum

RA Molar dangkal (Ka)


Premolar dangkal (Ka)
Anterior dangkal
Premolar dangkal (ki)
Molar dangkal (ki)
RB Molar (Ka) dangkal
Premolar dangkal (Ka)
Anterior dangkal
Premolar dangkal (ki)
Molar dangkal (ki)
f. Bentuk insisif pertama atas square
g. Bentuk ridge RA kanan : ovoid

Kiri : ovoid

11
RB kanan : ovoid
Kiri : ovoid
h. Torus mandibula flat
i. Exotosis tidak ada
j. Frenulum labial rendah

Bucal rendah
k. Tuber maxilla kecil
l. Retromylohyoid kecil

Diagnosa
gigi hilang 15,16,25,26,36,46

12
RENCANA PERAWATAN
4.1 Rahang Atas
a) Perawatan Utama
I. Rahang Atas
Kelas III Modifikasi I Kennedy
1. Akrilik sebagai basis GTSL
2. Anasir Gigi : Akrilik pada gigi 15, 16, 25, 26
3. Klamer 3 jari : gigi 14, 17, 24, 27
4. Peninggian plat hingga di atas cingulum gigi 13, 12, 11, 21, 22, dan
23.

b) Perawatan Alternatif
Rahang Atas
a. Bridge pada 13, 14, 15, 16, 23, 24, 25, dan 26

13
b. Gigi abutmen: Gigi 13, 14, 17, 23, 24, dan 27 menggunakan full crown
porselen
c. Pontik: Gigi 15, 16, 25, dan 26 menggunakan desain pontik tumpang lingir
berbahan logam chrom-cobaltt pelapis porselen

Gambar 4.2
4.2 Rahang Bawah
a) Perawatan utama
II. Rahang Bawah
Kelas III Modifikasi I Kennedy
1. Akrilik sebagai basis GTSL
2. Anasir gigi : gigi 36, 46
3. Klamer 3 jari : gigi 37, 47
4. Klamer half Jackson : gigi 35, 45

14
Gambar 4.3
b) Perawatan Alternatif
Rahang Bawah
a. Bridge pada 34, 35, 36, 44, 45, 46
b. Gigi abutmen: Gigi 34, 36, 44, dan 46 menggunakan full crown porselen
c. Pontik: Gigi 35 dan 45 menggunakan desain pontik sanitari berbahan
logam chrom-cobaltt pelapis porselen

Gambar 4.4

15
PEMBAHASAN

Pada kasus ini dilakukan perawatan pendahuluan yaitu berupa


pembersihan karang gigi (scalling) atau root planning bila perlu yang ditujukan
untuk mendapatkan jaringan periodonsium yang sehat karena jaringan
periodonsium yang tidak sehat akan mempengaruhi keberhasilan perawatan
yang direncanakan, baik berupa GTSL maupun berupa GTT.
Dari pemeriksaan intra oral pasien diketahui gigi yang hilang pada rahang atas
adalah gigi 15, 16, 25, 26 dengan klasifikasi Kennedy kelas III modifikasi I.
Perawatan utama yang direncanakan adalah GTSL dengan basis akrilik dan anasir
gigi menggunakan bahan akrilik pada gigi 15, 16, 25, 26 dengan sayap bukal. Basis
akrilik dipilih karena warnanya harmonis sehingga secara estetik baik, relatif lebih
ringan, teknik pembuatan lebih mudah, dan harganya lebih murah. Retainer pada
desain GTSL dibuat berupa klamer 3 jari pada gigi 14,17, 24 dan 27. Klamer ini
diletakkan di bawah lengkung terbesar gigi agar retensinya baik. Diberikan
peninggian plat hingga diatas cingulum pada gigi anterioryaitu gigi 13, 12, 11, 21, 22,
dan 23. Peninggian plat ini bertujuan sebagai indirect retainer untuk menahan supaya
gigi tiruan tidak mudah terlepas.
Untuk perawatan alternatif lalallaala

16
KESIMPULAN

Gigi rahang atas merupakan termasuk ke dalam klasifikasi kennedy klas II


sehingga untuk perwatan utamanya adalah dibuatkan GTSL akrilik dengan
plat yang diperluas hingga batas hamular notch dan tanpa sayap bukal. Pada
gigi rahang bawah termasuk kedalam klasifikasi Kennedy klas I modifikasi I
sehingga perawatan utamanya berupa GTSL dengan basis akrilik dengan
anasir gigi dari bahan akrilik pada gigi 36, 37, 44,46, dan 47.

17

Anda mungkin juga menyukai